2.1.6.2 Kriteria Usaha Kecil dan menengah
Dalam Undang – undang No. 20 Tahun 2008 pasal 6 telah dijelaskan kriteria tentang usaha mikro, kecil dan menengah sebagai berikut :
1. Kriteria Usaha Mikro
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000000 lima
puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000
tiga ratus juta rupiah 2.
Kriteria Usaha kecil a.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 lima
ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan labih dari Rp. 300.000.000 tiga
ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah
3. Kriteria Usaha Menengah
a. Memiliki kekayaan bersih yang dimilikinya. Suatu badan usaha
dikatakan sebagai usaha kecil apabila memiliki kekayaan bersih sebanyak Rp. 200 juta. Nilai sebesar ini diluar nilai tanah dan
bangunan tempat usaha. Artinya bahwa kekayaan atau aset usaha
kecil sebesar tersebut adalah nilai jual asetnya dikurangi kewajibannya seperti membayar hutang – hutang yang masih
belum dilunasinya. b.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar. Artinya bahwa setiap usaha akan digolongkan kepada usaha kecil
bila hasil penjualan bersih atas barang – barang dan jasa dalam satu tahun buku tidak lebih dari Rp. 1 milyar. Jika melebihi Rp. 1
milyar maka kemungkinan usaha itu dapat digolongkan kepada usaha menengah. Perubahan terhadap nilai nominal tersebut masih
dimungkinkan dengan peraturan pemerinatah PP. c.
Milik warga nagara Indonesia. Artinya bahwa usaha kecil itu sepenuhnya manjadi milik Warga Negara Indonesia. Usaha
tersebut dikelola oleh pemiliknya sendiri atau pemiliknya dapat menyerahkan pengelolaannya kepada warga negara Indonesia yang
lain. Dari kriteria ini terkandung makna bahwa tidak ada gerbang yang terbuka bagi orang asing untuk mengelola usaha kecil.
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimilki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak dengan usaha menengah atau usaha besar. Artinya,
usaha kecil itu tidak dikuasai sahamnya oleh usaha menengah atau usaha besar seperti menjadi komisaris, direksi atau manajer.
Disamping itu usaha kecil itu tidak dimiliki oleh orang yang sama
yang memiliki juga usaha menengah atau usaha besar dan lain- lain.
http:id-jurnal.blogspot.com200804fokus-ekonomi- agustus-2003-inter-firm.html.
Menurut Suhardjono 2003 : 53, kriteria usaha kecil sesuai dengan ketentuan Undang – undang Nomor 9 Tahun 1995 dan surat Edaran Bank
Indonesia No. 39Bkr tahun 2001, adalah sebagai berikut : 1.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 Dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan bersih tahanan paling banyak Rp. 1.000.000.000
Satu milyar rupiah 3.
Milik Warga Negara Indonesia 4.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimilki, dikuasai atau berfiliasi baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar 5.
Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, temasuk koperasi
Komisi untuk Perkembangan Ekonomi Community for Economic Development C. E. D, mengemukakan kriteria usaha kecil yaitu manajemen
berdiri sendiri, manajer adalah pemilik, modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil; daerah operasi bersifat lokal; ukuran dalam keseluruhan
relatif kecil Suryana, 2001 : 84.
Menurut Liedhom dan Isono 1995 ada beberapa karakteristik yang menjadi ciri usaha kecil antara lain :
a. Mempunyai skala usaha kecil baik modal, penggunaan tenaga kerja
maupun orientasi pasar. b.
Banyak berlokasi di wilayah pedesaan dan kota – kota atau daerah pinggiran kota besar.
c. Status usaha milik pribadi atau keluarga.
d. Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya.
e. Pola kerja sering kali part time atau sebagai usaha sampingan dari
kegiatan ekonomi lainnya. f.
Memiliki kamapuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, pengelolaan usaha dan administrasinya masih sederhana.
g. Struktur permodalan sangat tergantung pada fisik aset, berarti kekurangan
modal kerja dan sangat tergantung terhadap sumber modal kerja dan sangat tergantung terhadap sumber modal sendiri serta lingkunagan
pribadinya. h.
Ijin usaha sering kali tidak dimiliki dan persyaratan resensi berubah – ubah secara tepat http:karimritonga.infohome?p=6.
Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil dan usaha menengah beragam, namun agaknya usaha kecil mempunyai karakteristik yang hampir
sama. Pertama, tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang
administrasi dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan
yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta
memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Kedua,
rebdahnya akses industri kecil terhadap lembaga – lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari
modal sendiri atau sumber – sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang
perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan belum dipunyainya status badan hukum. Keempat, dilihat nenurut
golongan industri tampak bahwa hampir sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri makanan, minuman dan
tembakau, diikuti oleh kelompok industri barang galian bukan logam, perabotan rumah tangga, masing-masing berkisar antara 21 persen hingga 22
persen dari seluruh industri kecil yang ada. Sedangkan yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas dan kimia relatif masih sangat sedikit yaitu
kurang dari 1 persen Suhardjono, 2003 : 33.
2.1.6.3 Kekuatan dan Kelemahan Usaha Kecil dan menengah