pinjaman kepada kreditur. Kreditur membutuhkan jaminan atas utang perusahaan sebagai bentuk perlindungan atas kemungkinan gagal bayar. Aset tetap dapat
digunakan sebagai jaminan utang perusahaan, sehingga menjadi komponen yang diperhatikan kreditur. Perusahaan dengan proporsi aset tetap yang besar dan
dalam kondisi tumbuh cenderung akan menggunakan model revaluasi untuk bisa menyajikan aset tetap pada nilai wajar sehingga mengurangi asimetri informasi
dengan stakeholder. Gambar 2.1. merupakan gambar kerangka pemikiran teoritis
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
2.11. Pengembangan Hipotesis
2.11.1. Pengaruh Leverage terhadap Revaluasi Aset Tetap
Teori akuntansi positif, menjelaskan bahwa manajer dihadapkan pada pilihan metode-metode akuntansi untuk memaksimalkan nilai mereka. Dalam
konteks aset tetap, manajer dihadapkan pada situasi oportunis untuk memilih Leverage
Likuiditas
Ukuran Perusahaan
Intensitas Aset Tetap
Pertumbuhan Perusahaan
Revaluasi Aset Tetap +
+ +
+ -
apakah menggunakan model revaluasi atau model biaya untuk mengukur aset tetap setelah pengakuan awalnya. Keputusan untuk melakukan revaluasi aset tetap
didasarkan pada sejumlah situasi dan motivasi tertentu agar bisa memaksimalkan nilai mereka. Salah satu situasi keuangan perusahaan yang cukup mendapat
perhatian adalah leverage. Leverage menggambarkan proporsi utang terhadap aset ataupun ekuitas Murhadi, 2015: 61. Tingginya rasio leverage, bermakna
ketergantungan perusahaan tersebut kepada krediturnya semakin tinggi pula. Dari sisi kreditur lebih menyukai rasio hutang yang rendah. Rasio hutang yang rendah
menjadi pertanda kemungkinan kecilnya kerugian yang dialami kreditur jika terjadi likuidasi. Leverage sebagai faktor kontrak menjelaskan bahwa kebijakan
akuntansi dipilih untuk mempengaruhi satu atau lebih perjanjian kontraktual perusahaan, misal kontrak dengan pinjaman. Perjanjian kontraktual yang
dimaksud bisa berupa debt convenant. Revaluasi mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam negosiasi kontrak hutang dengan debtholders.
Perusahaan yang memiliki leverage tinggi mungkin kesulitan mendapatkan pinjaman karena kekhawatiran kreditur pada kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutangnya. Kreditur lebih berhati-hati, bahkan melakukan pembatasan kapasitas pinjaman. Pembatasan tersebut menyebabkan
perusahaan hanya bisa memperoleh dana yang sedikit. Keterbatasan dana menyebabkan perusahaan gagal berekspansi dan melewatkan proyek-proyek yang
menguntungkan. Sejalan dengan teori akuntansi positif, berusaha menjelaskan keputusan
manajer melakukan revaluasi terkait dengan motivasinya menurunkan leverage.
Revaluasi akan memperbesar nilai aset dan bisa memperkuat beberapa rasio keuangan, khususnya debt to asset ratio maupun debt to equity ratio. Rasio
leverage turun sehingga menurunkan risiko perusahaan di mata kreditur karena
posisi aset menjadi lebih kuat Jaggi dan Tsui, 2001. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah cenderung tidak melakukan revaluasi aset
tetap karena posisi keuangan perusahaan sudah cukup baik. Penulis berargumen bahwa manajemen pada perusahaan dengan tingkat leverage tinggi lebih mungkin
untuk melakukan revaluasi aset tetap, seperti dibuktikan oleh Seng dan Su 2010, Manihuruk dan Farahmita 2015, dan Iatridis dan Kilirgiotis 2012. Maka
hipotesis yang diajukan penulis adalah H1: Leverage berpengaruh positif terhadap keputusan melakukan revaluasi aset
tetap
2.11.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Revaluasi Aset Tetap