Revaluasi akan memperbesar nilai aset dan bisa memperkuat beberapa rasio keuangan, khususnya debt to asset ratio maupun debt to equity ratio. Rasio
leverage turun sehingga menurunkan risiko perusahaan di mata kreditur karena
posisi aset menjadi lebih kuat Jaggi dan Tsui, 2001. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah cenderung tidak melakukan revaluasi aset
tetap karena posisi keuangan perusahaan sudah cukup baik. Penulis berargumen bahwa manajemen pada perusahaan dengan tingkat leverage tinggi lebih mungkin
untuk melakukan revaluasi aset tetap, seperti dibuktikan oleh Seng dan Su 2010, Manihuruk dan Farahmita 2015, dan Iatridis dan Kilirgiotis 2012. Maka
hipotesis yang diajukan penulis adalah H1: Leverage berpengaruh positif terhadap keputusan melakukan revaluasi aset
tetap
2.11.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Revaluasi Aset Tetap
Likuiditas menjadi salah satu faktor kontrak yang diperhatikan oleh kreditur dalam hal keputusan pemberian pinjaman. Kategori biaya kontrak
contracting yaitu menjelaskan bahwa kebijakan akuntansi dipilih untuk mempengaruhi satu atau lebih perjanjian kontraktual perusahaan, misal kontrak
dengan manajemen, pemilik perusahaan, dan pemberi pinjaman. Biaya kontrak dalam penelitian dihubungkan pada perjanjian kontraktual berupa pinjaman antara
perusahaan dengan pemberi pinjaman. Likuiditas mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknyakewajiban lancarnya yang bermakna kemampuan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau kemampuan untuk memperoleh kas.
Ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas rendah menunjukan bahwa tidak cukup tersedia aset lancar untuk menutup kewajiban lancar. Jika perusahaan ingin
menambah kapasitas pinjaman, mungkin akan sedikit sulit memperolehnya karena likuiditas menjadi salah satu bahan pertimbangan kreditur sebelum memberikan
pinjaman. Teori akuntansi positif berusaha menjelaskan to explain dan
memprediksikan to predict pilihan metode-metode akuntansi terbaik yang akan diterapkan saat dihadapkan pada situasi likuiditas yang rendah tersebut. Jika
dihubungkan dengan revaluasi, likuiditas diprediksi memiliki pengaruh negatif. Yaitu perusahaan dengan likuiditas rendah, termotivasi untuk melakukan
revaluasi, karena revaluasi membantu meningkatkan informasi yang lebih aktual tentang jumlah kas yang diterima dari penjualan aset tetap dan dengan demikian
dapat membantu meningkatkan kapasitas pinjaman perusahaan serta mengurangi biaya pinjaman Tay, 2009. Informasi nilai wajar aset tetap merepresentasikan
sejumlah kas yang akan diterima saat aset tetap itu dijual, sehingga meningkatkan kepercayaan kreditur dan bersedia memberikan pinjaman. Selain itu, manajemen
termotivasi untuk melakukan revaluasi sebagai metode pengukuran aset tetap dengan harapan dapat memperbesar aset agar meningkatkan kelayakan
perusahaan di hadapan kreditur sehingga kreditur mau memberikan pinjaman. Manihuruk dan Farahmita 2015 telah berhasil membuktikan hal tersebut.
Oleh karena itu peneliti berargumen bahwa perusahaan dengan likuiditas rendah lebih mungkin untuk melakukan revaluasi aset tetap. Sedangkan perusahaan
dengan likuiditas tinggi tidak perlu melakukan revaluasi aset tetap. Posisi
keuangan perusahaan sudah baik, dan aset lancar sudah menunjukan posisi yang kuat dan cukup untuk melunasi kewajiban lancar perusahaan. Seperti pernyataan
Tay 2009 perusahaan dengan likuiditas memadai tidak perlu meminjam sehingga revaluasi tidak diperlukan. Hipotesis yang diajukan penulis sebagai
berikut H2: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap keputusan melakukan revaluasi aset
tetap
2.11.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Revaluasi Aset Tetap