Landasan Teori 1. Produktivitas Usahatani

berbagai pengalaman menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting di antara faktor produksi yang lain Widowati, 2007. 2.2. Landasan Teori 2.2.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikanpengetahuan petaniburuh tani. Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya juga sangat mempengaruhi produktivitas Tambunan, 2003. Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan ide-ide baru tersebut. Sebagaimana telah diketahui pada umunya petani masih mengalami kesulitan dalam usaha meningkatkan taraf hidupnya. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh petani dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat berupa lemahnya modal, rendahnya tingkat pendidikan, dan keterampilan serta lemahnya bergaining position yang dimiliki oleh petani itu sendiri. Fasilitas yang dapat diberikan kepada petani dapat berupa sarana produksi pertanian berupa sarana produksi pertanian seperti bibit tanaman unggul, pupuk, obat-obatan, pembasmi hama dan biaya tenaga kerja yang diperlukan untuk membayar upah Universitas Sumatera Utara buruh yang melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh petani itu sendiri Soekartawi, 1998. Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut Kartasapoetra, 1994. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usaha petani berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah Kartasapoetra, 1994. Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pertanian ditambah dengan pendapatan rumah tangga dari luar usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dan yang cukup dalam berusahatani. Rendahnya pendapatan menyebabkan turunnya investasi Soekartawi, 2002. Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor eksteren dan interen. Faktor interen itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial di antaranya: umur, tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan dan lamanya berusahatani. Sedangkan faktor-faktor ekonomi di antaranya adalah: jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki oleh Universitas Sumatera Utara petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usahatani Soekartawi, 1999. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas padi sawah yakni antara lain:

2.2.1.1. Umur

Menurut Soekartawi 1999, rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda. Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan Kusuma, 2006. Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi Lubis, 2000. Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut Kartasapoetra, 1993. Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan Universitas Sumatera Utara sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal Hasyim, 2006.

2.2.1.2. Bibit

Menurut Nandhar Mundhy Nugroho 2011, dengan penggunaan bibit padi yang baik, maka akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Selain itu kelebihan penggunaan bibit bermutu adalah menghasilkan produksi padi yang tinggi. Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman Widowati, 2007.

2.2.1.3. Lama Berusahatani

Menurut Soekartawi 1999 pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan Kusuma, 2006.

2.2.1.4. Pupuk

Selain dari faktor produksi, yaitu luas lahan, tenaga kerja, dan penggunaan benih, faktor lain yang mempengaruhi produksi padi adalah penggunaan pupuk. Tingkat produktivitas usahatani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Pedoman tingkat penggunaan pupuk per satuan luas secara teknis telah dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis tersebut maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi beras di Jawa Tengah mengalami penurunan. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum Triyanto, 2006. Mula-mula pupuk yang digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman cukup dengan pupuk kandang atau kompos. Namun karena pupuk kandang dan kompos dinilai kurang memuaskan akhirnya ditemukan pupuk buatan pupuk kimia yang mangandung hara lengkap, baik makro maupun mikro. Pupuk kimia tersebut memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan dan produktivitas tanaman budi daya Andoko, 2008. Pemupukan berimbang yang didasari oleh konsep “ pengelolaan hara spesifik lokasi” PHSL adalah salah satu konsep penetapan rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna: a meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, b meningkatkan efisiensi pemupukan, c meningkatkan kesuburan tanah, dan d menghindari pencemaran lingkungan Deptan, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.3. Penelitian Terdahulu Mahananto 2009 melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang