165 Contoh lain, diketahui daya semu S = 50 kVA, dan Daya Aktif P = 25
kW, maka daya reaktif kVA. Pengukuran daya semu Q dapat dengan mudah dilakukan dengan
mengukur tegangan dan arus yang ada pada suatu rangkaian arus bolak- balik seperti diperlihatkan pada gambar 2.
Gambar 3. Rangkaian Pengukuran Daya Semu S Langsung.
D. Desain Wattmeter
Wattmeter adalah instrumen untuk mengukur daya aktif. Tersedia dalam dua bentuk yaitu analog dan digital. Daya aktif merupakan perkalian
antara daya semu S yaitu perkalian tegangan V dan arus I dan factor daya Cos
ɸ. Oleh karena itu wattmeter mempunyai dua kumparan, yaitu kumparan putar untuk mendeteksi nilai tegangan dan kumparan
statis untuk mendeteksi nilai arus yang diukur. Konstruksi Wattmeter seperti tersebut lazim disebut sebagai wattmeter tipe elektrodinamis atau
elektrodinamometer. Prinsip bergeraknya jarum berdasarkan prinsip berputarnya motor listrik. Gambar 4 memperlihatkan skematik diagram
wattmeter elektrodinamis.
166
Gambar 4. Diagram Skema Wattmeter Elektrodinamis.
Dalam gambar 4 dapat dilihat bahwa kumparan putar dipasang paralel dengan beban sehingga berfungsi sebagai kumparan tegangan dan
kumparan tetap dipasang seri dengan beban sehingga berfungsi sebagai
kumparan arus. Skala pembacaan dikalibrasi dalam satuan Watt atau kW.
Wattmeter elektrodinamis ini termasuk alat ukur presisi dan dapat digunakan pada jaringan arus searah dan arus bolak-balik.
Gambar 5. Konstruksi Elektrodinamis
167 Alat ukur elektrodinamis memiliki dua jenis belitan kawat, yaitu
belitan kawat arus yang dipasang, dan belitan kawat tegangan sebagai kumparan putar terhubung dengan poros dan jarum penunjuk. Interaksi
medan magnet belitan arus dan belitan tegangan menghasilkan sudut penyimpangan jarum penunjuk sebanding dengan daya yang dipakai
beban:
P = V x I x cos ɸ
Dimana: P
= daya Watt V
= Tegangan Volt I
= Arus Ampere cos
ɸ = faktor daya Daya listrik dalam pengertiannya dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok sesuai dengan catu tenaga listriknya, yaitu : daya listrik DC dan daya listrik AC.
Daya listrik DC dirumuskan sebagai :
P = V x I
dimana : P = daya Watt V = tegangan Volt
I = arus Amper Daya listrik AC ada 2 macam yaitu: daya untuk satu phase dan daya
untuk tiga phase, dimana dapat dirumuskan sebagai berikut : Pada sistem satu phase:
168
P = V x I x cos ɸ
dimana : V = tegangan kerja Volt I = Arus yang mengalir ke beban Ampere
cos ɸ = faktor daya
Pada sistem tiga phase :
P = 3 x V x I x cos ɸ
dimana : V
phase
= tegangan phase netral atau V
L
Volt I
phase
= arus yang mengalir kebeban Ampere cos
ɸ = faktor daya
atau P =
dimana: V
L
= tegangan antar phase Volt I
L
= arus yang mengalir ke beban Amper cos
ɸ = faktor daya Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik nyata yang
pembacaannya dalam satuan Watt. Gambar dibawah ini memperlihatkan konstruksi Wattmeter.
Pemakaian alat ukur elektrodinamik sebagai pengukur daya listrik atau
wattmeter.Untuk keperluan pengukuran daya listrik maka
penyambungan wattmeter dilakukan sebagai berikut:
169 Gambar 6. Konstruksi Wattmeter
Pembacaan dari nilai didasarkan pada rumusan sebagai berikut:
P = U x I x C
Dimana: U = pembacaan pada jarum penunjuk wattmeter
I = pemilihan arus dari switch jarum menunjuk pada skala tertentu
C = faktor koreksi dapat dilihat pada tabel di Wattmeter
170 Gambar 7. Wattmeter Standard
E. Mengenal Kesalahan Ukur pada Pengukuran Daya dengan Wattmeter.