STUDI EKSPERIMEN : METODE INKUIRI DENGAN METODE KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK DI SMK N 1 PUNDONG.

(1)

i

STUDI EKSPERIMEN : METODE INKUIRI DENGAN METODE KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR

LISTRIK DI SMK N 1 PUNDONG JUDUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh: Hella Frima Atmaja

12518241004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

ii


(3)

iii


(4)

iv


(5)

v

HALAMAN MOTTO

Lebih baik menciptakan sesuatu yang dikritik orang lain daripada

sibuk mengkritik orang lain dan tak melakukan sesuatu.

Ricky Gervais

Kita akan merasa sukses jika kita belajar dari kesalahan.


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT

serta junjungan Besar Nabi Muhammad SAW atas segala dan karunia-Nya.

Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Ayahanda Widada Dwi Nurcahya dan Ibunda Etik Uji Tusyani,

terima kasih atas do’a nasehat dan dukungannya.

Millenia Friska Atmaja dan Vega Farel Atmaja ade ku yang tersayang

yang selalu mendukung dan memberi semangat.

Nenek dan Kakek di Yogyakarta dan Wonosobo yang telah

memberikan semangat dan selalu mendukung.

Cindy Suroso yang selalu menemani, membantu, mengingatkanku dan

mendukung dalam mengerjakan skripsi.

Andi, Anggri, Ardi, Darmawan, Dewi, Emi, Lebdo, dan Tommy yang

memberikan masukan dan selalu setia menemani dalam mengantri

bimbingan.

Teman-teman Program Studi Pendidikan Teknik Mekatronika E

2012 yang telah menjadi keluarga kecil penuh dengan kebersamaan

dan solidaritas.

UNY sebagai kampus pelajaran formalku dan kampus pelajaran


(7)

vii

STUDI EKSPERIMEN : METODE INKUIRI DENGAN METODE KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR

LISTRIK DI SMK N 1 PUNDONG Oleh:

Hella Frima Atmaja NIM. 12518241004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hasil belajar siswa ranah kognitif antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif; (2) Hasil belajar siswa ranah psikomotorik antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif.

Penelitian ini merupakan penelitian

Quasi Experiment

dengan model

non

equivalent control group design

. Subyek penelitian ini yaitu siswa SMK N 1 Pundong sejumlah 62 siswa dari kelas X TITL A dan kelas TITL B. Kelas X TITL A sebagai kelas eksperimen dan kelas X TITL B sebagai kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 Maret - 27 April 2016. Teknik pengambilan data menggunakan tes dan lembar observasi tes unjuk kerja. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar

pretest-posttest

dan tes unjuk kerja digunakan untuk mengukur psikomotorik siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif, Uji

independent sample t-test

dengan taraf kesalahan 5%.

Hasil penelitian diketahui bahwa (1) Terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri dibanding dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif. Ditinjau dari skor

posttest

siswa yang mengikuti kelas pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki skor rata-rata hasil belajar ranah kognitif ( =87,38) lebih besar dibanding dengan skor rata-rata hasil belajar ranah kognitif ( =83,33) siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif. Perhitungan Uji-T beda subyek diperoleh harga sebesar 2,113, sedangkan nilai untuk df = 60 sebesar 2.000 dengan demikian harga > , (2) Terdapat perbedaan hasil belajar ranah psikomotorik antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode inkuiri dibanding dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif. Ditinjau dari skor tes unjuk kerja siswa yang mengikuti kelas pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki skor rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik ( =76,45) lebih besar dibanding dengan skor rata-rata hasil belajar ranah psikomotorik ( =73,07) siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode kooperatif. Perhitungan Uji-T beda subyek diperoleh harga sebesar 2,212, sedangkan nilai untuk df = 60 sebesar 2.000 dengan demikian harga > .


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persy aratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Studi Eksperimen : Metode Inkuiri dengan Metode Kooperatif pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur

Listrik Di SMK N 1 Pundong” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir

Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang terhormat:

1. Dr. Sunaryo Soenarto selaku Dosen Pembimbing TAS dan Ketua Penguji yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Zamtinah, M.Pd dan Sunyoto, M.Pd selaku Validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Mutaqin, M.Pd.,M.T. dan Herlambang Sigit Pranomo, S.T.,M.Cs. selaku Penguji dan Sekretaris yang memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Totok Heru Tri Maryadi, M.Pd dan Herlambang Sigit Pramono, S.T.,M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro dan Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mekatronika beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.


(9)

ix

5. Dr. Moch. Bruri Triyono selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

6. Dra. Elly Karyani Sulistyawati selaku Kepala Sekolah SMK N 1 Pundong yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Para guru, staf dan siswa SMK N 1 Pundong yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi.

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SW T dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 3 Mei 2016 Penulis,

Hella Frima Atmaja NIM. 12518241004


(10)

x DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II ... 9

KAJIAN PUSTAKA... 9


(11)

xi

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Pikir... 28

D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III ... 35

METODE PENELITIAN... 35

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 35

B. Prosedur Penelitian ... 36

C. Subyek Penelitian ... 41

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

E. Variabel Penelitian ... 42

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Instrumen Penelitian ... 44

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 46

J. Validitas Internal dan Validitas Eksternal ... 49

K. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV... 55

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Deskripsi Data... 55

B. Uji Prasyarat Analisis ... 66

C. Pengujian Hipotesis ... 68

D. Pembahasan Hasil Penelitian... 73

BAB V ... 80

KESIMPULAN DAN SARAN ... 80


(12)

xii

B. Implikasi ... 81

C. Keterbatasan Penelitian ... 81

D. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN... 87


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif ... 17

Tabel 2. Silabus Standar Kompetensi Memahami Pengukuran Komponen Elektronika ... 25

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Kognitif... 44

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Tes Psikomotorik ... 45

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kesukaran ... 46

Tabel 6. Kriteria Daya Pembeda... 47

Tabel 7. Kategori

Pretest

dan

Posttest

... 52

Tabel 8. Data

Pretest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 56

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kategori Nilai

Pretest

... 56

Tabel 10. Data

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Kategori Nilai

Posttest

... 60

Tabel 12. Data Tes Unjuk Kerja Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Kategori Nilai Psikomotorik... 64

Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Normalitas... 67

Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas ... 67

Tabel 16. Rangkuman

Independent-Samples t-Test

Data

Pretest

Ranah Kognitif Subyek Penelitian ... 69

Tabel 17. Rangkuman

Dependent-Samples t-Test

Data

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen... 70


(14)

xiv

Tabel 18. Rangkuman

Dependent-Samples t-Test

Data

Pretest

dan

Posttest

Kelas Kontrol... 71 Tabel 19. Rangkuman

Independent-Samples t-Test

Data

Posttest

Ranah Kognitif Subyek Penelitian ... 72 Tabel 20. Rangkuman

Independent-Samples t-Test

Data Tes Unjuk Kerja


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Paradigman Penelitian ada Ranah Kognitif ... 36 Gambar 2. Paradigma Penelitian Ranah Psikomotorik... 36 Gambar 3. Prosedur Penelitian... 37 Gambar 4. Diagram Batang Frekuensi Nilai

Pretest

Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 57 Gambar 5. Diagram

Pie

Nilai

Pretest

Kelas Eksperimen ... 58 Gambar 6. Diagram

Pie

Nilai

Pretest

Kelas Kontrol ... 59 Gambar 7. Diagram Batang Frekuensi Nilai

Posttest

Kelas Eksperimen dan

Kontrol ... 61 Gambar 8. Diagram

Pie

Nilai

Posttest

Kelas Eksperimen... 62 Gambar 9. Diagram

Pie

Nilai

Posttest

Kelas Kontrol ... 62 Gambar 10. Diagram Batang Frekuensi Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 64 Gambar 11. Diagram

Pie

Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 65 Gambar 12. Diagram

Pie

Nilai Psikomotorik Kelas Kontrol ... 66


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Silabus PAUL KTSP ... 87

Lampiran 2. Expert Judgement... 91

Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Kognitif ... 95

Lampiran 4. Instrumen Pretest dan Posttest ... 96

Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Psikomotorik ... 103

Lampiran 6. Instrumen Psikomotorik ... 107

Lampiran 7. Uji Validitas dan Reliabilitas... 108

Lampiran 8. Data Nilai Kelompok Eksperimen ... 113

Lampiran 9. Data Nilai Kelompok Kontrol ... 114

Lampiran 10. Uji Deskripsi Data... 115

Lampiran 11. Uji Prasyarat ... 119

Lampiran 12. Uji Hipotesis ... 121

Lampiran 13. RPP dan Bahan Ajar... 126

Lampiran 14. Surat Perijinan ... 179


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang manusia dalam membangun kualitas pendidikan yang memiliki peranan penting. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Pendidikan tidak diperoleh dalam waktu singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang baik. Proses pembelajaran menggunakan metode konvesional guru dianggap sebagai gudang ilmu, guru mendominasi kelas sedangkan siswa harus duduk rapi mendengarkan. Meniru pola-pola yang diberikan guru, mencontoh cara-cara pada saat menyelesaikan soal sesuai dengan keinginan guru. Oleh karena itu, kualitas dan hasil belajar siswa saat ini masih rendah.

Dikutip dari detakriaunews.com (2015) menurut Abdul Kadir bahwa minimnya prestasi yang diraih siswa Riau dalam berbagai ajang lomba ditingkat nasional tahun ini. Rendahnya hasil belajar siswa tidak selalu kesalahan para siswa, hal ini tidak lepas dari campur tangan para guru sebagai tenaga pendidik. Selain itu, proses pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Oleh karena itu, guru harus memilih metode pembelajaran dan pendekatan dengan baik, sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan guru.

Meningkatkan hasil belajar siswa untuk tercapainya tujuan pembelajaran dibutuhkan suatu metode. Guru mempunyai potensi yang sangat besar dalam mempengaruhi perkembangan siswa, baik dari cara guru mengajar dan


(18)

2

memberikan perhatian kepada siswa menggunakan yang bervariasi metode. Kegiatan pembelajaran, terdapat berbagai metode diantaranya yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode kerja kelompok, metode inkuiri, metode kooperatif, metode STAD. Dapat disampaikan bahwa, sangat diperlukan guru sebagai tenaga pendidik yang professional untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebagai generasi penerus bangsa.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Pundong merupakan salah satu lembaga pendidikan kejuruan yang mencetak lulusan siap pakai di dunia industri. SMK dalam mencetak siswa menjadi orang yang siap pakai di dunia industri tidak mudah, dibutuhkan pembelajaran yang berkualitas oleh tenaga pendidik. Undang

– undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dijelaskan bahwa: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

SMK menghasilkan sumber daya manusia (SDM) dengan berbagai macam kompetensi yang digunakan untuk menunjang kebutuhan dunia kerja, salah satu kompetensi adalah pengukuran daya listrik dengan Wattmeter. Kompetensi ini berguna untuk menunjang keterampilan siswa terhadap lingkungan dunia industri.

Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013). Standar kompetensi lulusan bertujuan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga


(19)

3

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

Keberhasilan siswa dalam menguasai suatu kompetensi tidak lepas dari proses pembelajaran. Guru memegang peran penting dalam suatu proses pembelajaran, termasuk di SMK. Guru adalah bagian dari sebuah pendidikan untuk menentukan keberhasilan siswa. Guru sebagai salah satu komponen proses pembelajaran yang merupakan kunci dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan. Proses pembelajaran di kelas akan berhasil apabila ada interaksi antara guru dengan siswa sehingga mempermudah siswa dalam penyerapan ilm u yang diberikan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Pundong, Bantul, Yogyakarta yang mempunyai beberapa program keahlian, salah satunya yaitu program keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa, siswa kurang antusias (aktif) dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang berpusat pada guru “

Teacher Center Learning

”, sehingga siswa cenderung kurang aktif berpartisipasi, yang akhirnya siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru. Jika hal ini berlangsung terus menerus, akan menyebabkan hasil belajar siswa cenderung menurun.

Berdasarkan data yang diperoleh di SMK N 1 Pundong melalui wawancara dengan guru pada saat observasi PPL tahun ajaran 2014/2015 terdapat permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran berpusat pada guru melalui penerapan metode ceramah berdampak: (1) Daya tarik siswa cenderung menurun, (2) Siswa dalam pembelajaran merasa bosan, (3) Motivasi siswa


(20)

4

menurun. Dampak sistemik yang berkelanjutan akan mempengaruhi hasil belajar (kompetensi) kurang optimal, sehingga lulusan SMK kurang diminati dunia industri.

Proses pembelajaran seharusnya memberikan peran siswa sebagai pusat pembelajaran. Hal ini akan memacu kualitas dan hasil belajar yang lebih baik. Siswa akan lebih aktif dan lebih banyak bertanya dalam kelas. Peran guru dalam menentukan metode pembelajaran sangatlah berarti untuk menentukan arah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

Perlu dilaksanakan suatu metode pembelajaran yang mengikutsertakan siswa untuk aktif berinteraksi dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran hendaknya yang relevan dan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Perkembangan untuk pemilihan metode pembelajaran ialah pencapaian tujuan pengajaran. Tujuan dari pengajaran yaitu siswa dapat aktif berinteraksi, diberi kesempatan untuk mencoba kemampuan siswa di dalam berbagai kegiatan dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Sehingga, dengan adanya partisipasi aktif, siswa akan lebih mudah memahami dan menguasai materi pelajaran, serta mampu berinteraksi kepada guru dan siswa lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran sebagai penyampaian pengetahuan dan keterampilan oleh guru pada siswa baik secara umum dan khusus dalam suatu proses pembelajaran (Vaidya dalam Jamil Suprihatiningrum, 2013 : 156). Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran harus diperbaiki, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang diharapkan mampu mengatasi


(21)

5

permasalahan tersebut adalah metode inkuiri dan metode kooperatif. Pembelajaran dengan dua metode tersebut merupakan pembelajaran dengan merangsang aktivitas siswa untuk aktif. Siswa dapat mendiskusikan hasil pemikiran dengan siswa lain, sehingga dapat merangsang keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian studi eksperimen hasil belajar siswa menggunakan metode inkuri dengan metode kooperatif. Penelitian ini berjudul “Studi Eksperimen : Metode Inkuiri dengan Metode Kooperatif pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik di SMK N 1

Pundong”.

B. Identifikasi Masalah

Dalam proses penelitian diperlukan suatu proses identifikasi yang dapat mempengaruhi permasalahan yang akan diteliti, sehingga bisa lebih jelas dan mudah, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu:

1. Keterbatasan guru dalam menggunakan metode pembelajaran cenderung membuat siswa menjadi kurang berpartisipasi dalam belajar.

2. Metode pembelajaran yang digunakan lebih berpusat pada guru, sehingga belum banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar.

3. Siswa kurang berminat saat pembelajaran disebabkan oleh proses pembelajaran yang membosankan.

4. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum menerapkan

variatif

yang

hanya menggunakan metode “

teacher centered learning

”. Padahal ada banyak metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, seperti


(22)

6

metode Inkuiri, metode Kooperatif, metode

Jigsaw

, metode STAD (

Student

Team Achievement Divisions

) dan lain-lain.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan menyimpang dari penelitian, maka batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif.

2. Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh penerapan metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar siswa. 3. Hasil belajar yang dimaksud adalah penguasaan siswa terhadap kompetensi

dasar “Pengukuran Daya Listrik dengan Wattmeter dan Pengukuran Arus dengan Tang Ampere”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah psikomotorik antara

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif?


(23)

7

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

2. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa ranah psikomotorik antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan memiliki manfaat bagi beberapa pihak. Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama:

1. Manfaat Secara Praktis a. Bagi sekolah

Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan inovasi dalam menentukan metode pembelajaran.

b. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mengajar, khususnya pada keterampilan memvariasikan metode pembelajaran sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Secara Teoritis a. Pembaca

Hasil penelitian memberikan wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang metode Inkuiri dan Kooperatif.


(24)

8 b. Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.

c. Peneliti

Hasil penelitian dapat memperluas wacana dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat di bangku kuliah.


(25)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Ramsdem (Smith dkk, 2010: 30) menjelaskan pembelajaran sebagai proses penafsiran dan pemahaman akan realitas dalam sebuah cara yang berbeda. Pembelajaran melibatkan pemahaman akan dunia dengan menafsirkan kembali pengetahuan. Gagne (Eveline Siregar dan Hartini Nara, 2011: 12) menjelaskan pembelajaran adalah situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Oemar Hamalik (2013: 57) menjelaskan pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun m eliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedural. Sistem pengajaran yang termasuk dalam bagian material meliputi: buku-buku, papan tulis, dan kapur. Dalam prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya, sedangkan yang termasuk dalam bagian manusia yaitu: siswa, guru, dan tenaga laboratorium.

Asep Jihad dan Abdul Haris (2010: 11) menjelaskan pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar beorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Jamil Suprihatiningrum (2013: 75) menjelaskan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Kegiatan pembelajaran


(26)

10

melibatkan komponen yang satu dengan komponen yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam program pembelajaran. Komponen dalam pembelajaran meliputi guru, siswa, metode, lingkungan, media, dan sarana prasarana perlu ada. Kokom Komalasari (2013: 3) mengungkapkan pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Hasil dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan, penguasaan, kemahiran siswa agar dapat belajar dengan baik.

2. Metode Pembelajaran

Jamil Suprihatiningrum (2013: 157) menjelaskan bahwa metode merupakan prinsip dasar sebuah cara kerja yang secara teknis dapat dikembangkan untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas. Guru dalam pembelajaran di kelas dapat menggunakan variasi metode dalam suatu pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran. Suyono dan Hariyanto (2014: 19) menjelaskan metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Fathurrahman Pupuh (Hamruni, 2012: 7) mengungkapkan metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan.


(27)

11

Ismail SM (2008: 8) menjelaskan metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. Jogiyanto (2007: 23) mengungkapkan metode pembelajaran dapat dibagi menjadi dua yaitu metode pasif dan metode aktif. Metode pasif yaitu metode pembelajaran satu arah dari guru ke siswa, sedangkan metode aktif yaitu mendorong siswa untuk aktif berdiskusi di dalam kelas.

Hasil dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah teknik pembelajaran yang dibuat sesuai dengan harapan agar tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Agar tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien terdapat beberapa jenis metode pembelajaran yaitu: metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode problem

solving

, metode inkuiri, metode kooperatif dan metode yang lain-lain. Penelitian ini peneliti menggunakan 2 metode pembelajaran yaitu metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif.

a. Metode Pembelajaran Inkuiri

Wina Sanjaya (2009: 196) menjelaskan pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir pada saat pembelajaran yaitu melalui tanya jawab antara siswa dengan guru.

Ahmadi, dkk (2011: 25) menjelaskan pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peris tiwa)


(28)

12

secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Hanafiah dan Cucu Suhana (2012: 77) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran y ang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis. Branch dan Oberg (2004: 1) menyatakan bahwa

“ inquiry is a process where students are involved in their

learning, formulate questions, investigate widely and then build new

understandings, meanings and knowledge”

. Hal ini mengandung maksud dalam pembelajaran inkuiri dimana siswa terlibat dalam pembelajaran seperti merumuskan pertanyaan, menyelidiki lebih luas, kemudian membangun pengertian/istilah makna dan pengetahuan yang baru. Jamil Suprihatiningrum (2013: 166) mendeskripsikan metode pembelajaran inkuiri adalah suatu kegiatan penyelidikan ilmiah, yang mana guru melibatkan siswa untuk berpikir reflektif, kreatif, dan kritis dalam memecahkan persoalan secara sistematik untuk menemukan suatu konsep ataupun prinsip. Warner dan Myer (2011: 1) mengemukakan:

Theachers play a vital role in adapting the inquiry proces to the

knowledge and ability level of their students. When using inquiry based

lessons, teachers are responsible for (1) starting the inquiry process, (2)

promoting student dialog, (3) transitioning between small groups and

classroom discussions, (4) intervening to clear misconceptions or develop

students understanding of content material, (5) modeling scientific

procedures and attitudes, and (6) utilizing student experiences to create

new content knowledge.

Hasil dari uraian di atas dapat disimpulkan metode pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan


(29)

13

siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki dari suatu permasalahan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis.

Terdapat tiga ciri-ciri utama pembelajaran inkuiri menurut Wina Sanjaya (2009: 196-197) adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek belajar, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri

(self belief)

, (3) tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Joyce (Ahmadi dkk, 2011: 25) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa yaitu:

1) Aspek sosial dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif akan mengundang siswa berdiskusi.

2) Berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya.

3) Penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitias tentang fakta.

Terdapat beberapa fungsi metode pembelajaran inkuiri. Hanafiah dan Cucu Suhana (2012: 78) mengemukakan terdapat tiga fungsi dalam metode pembelajaran inkuiri, meliputi: (1) membangun komitmen

(commitment building)

peserta didik untuk belajar, (2) membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif, (3) membangun sikap percaya diri

(self contidence)

dan terbuka

(openess)

terhadap hasil temuan.


(30)

14

Metode pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan hanya diberikan pengetahuan oleh guru. Peran guru tidak dapat dihilangkan dalam metode ini. Guru masih bertindak sebagai fasilitator bagi siswa dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan siswa.

Terdapat beberapa langkah dalam pembelajaran inkuiri. Ahmadi, dkk (2011: 26) mengemukakan terdapat beberapa langkah dalam pembelajaran inkuiri, meliputi: (1) merumuskan masalah, (2) mengembangkan hipotesis, (3) menguji jawaban tentatif, (4) menarik kesimpulan, dan (5) menerapkan kesimpulan dan generalisasi. Hamruni (2012: 95) mengemukakan enam langkah pembelajaran inkuiri, meliputi: (1) oritentasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.

Dari beberapa ungkapan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah tersebut akan dirujuk oleh peneliti dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang terdiri dari: (1) oritentasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan.

b. Metode Pembelajaran Kooperatif

Abdul Majid (2013: 175) metode pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.


(31)

15

Adams dan Hamm (1994: 42) menyatakan

“Cooperative group learning

takes a different approach. it builds on what we know about how students

construct knowledge, promoting active learning in a way not possible with

individualized learning”.

Hal ini mengandung maksud dalam pembelajaran kooperatif mengambil pendekatan yang berbeda. Ini didasari pada apa yang kita ketahui bagaimana siswa membangun pengetahuan mempromosikan pembelajaran aktif dengan cara yang tidak mungkin dengan belajar individual.

Artz dan Newman (Miftahul Huda, 2012: 32) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama sebagai kelompok kecil untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, dalam menyelesaikan tugas setiap anggota mendapatkan tanggung jawab yang sama mencapai keberhasilan kelompoknya. Gillies, Ashman dan Terwel (2008: 239) menyatakan

“Cooperative

learning is widely accepted as a pedagogical practice that can be employed in

classrooms to stumulate student’s interest in learn

ing throught involvement with

their peers”.

Hal ini mengandung maksud dalam pembelajaran kooperatif diterima secara luas sebagai praktek pedagogik yang dapat digunakan di ruang kelas untuk merangsang minat siswa dalam proses pembelajaran melalui keterlibatan siswa dengan siswa yang lain. Trianto (2010: 56) menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.

Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa dengan jenis kelamin yang berbeda,


(32)

16

kemampuan yang berbeda-beda dan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk mencapai keberhasilan.

Ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk (Abdul Majid. 2013: 176) adalah sebagai berikut.

1) Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan tinggi, sedang, dan rendah (heterogen).

3) Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda.

4) Penghargaan lebih beroritentasi pada kelompok daripada individu.

Pengelompokkan siswa merupakan strategi yang digunakan untuk siswa saling berbagi memberikan pendapat, berargumentasi, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam upaya menggali kemampuan pengetahuan siswa. Eveline Siregar dan Hartini Nara (2014: 114) mengemukakan terdapat tiga konsep yang melandasi metode pembelajaran kooperatif, yaitu:

1)

Team Rewards

: tim akan mendapatkan hadiah jika mereka telah mencapai kriteria yang telah ditentukan guru.

2)

Individual Accountability

: keberhasilan tim tergantung dari hasil belajar individual dari semua anggota tim. Anggota tim memiliki tanggung jawab yang sama untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.

3)

Equal Opportunities For Success

: setiap anggota memberikan kontribusi memperbaiki hasil belajarnya sendiri terdahulu sebelum mengajukan kepada tim. Semua kontribusi anggota tim akan dinilai.


(33)

17

Terdapat beberapa langkah utama atau tahapan dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Ibrahim, dkk terdapat enam langkah ini ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Kooperatif

Fase

Tingkah Laku Guru

Fase

-1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase

-2: Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase

-3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase

-4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase

-5: Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompk mempresentasikan hasil kerjanya

Fase

-6: Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Melalui Trianto (2010: 66-67)

Abdul Majid (2013: 180) mengungkapkan bahwa untuk mengimple-mentasikan metode pembelajaran kooperatif, dapat ditempuh prosedur sebagai berikut:

1) Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pembelajaran. 2) Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan

materi dan siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3) Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes

atau kuis yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya.


(34)

18

Dari beberapa ungkapan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah tersebut akan dirujuk oleh peneliti dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang terdiri dari: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) menyampaikan informasi, (3) mengorganisasi siswa ke dalam kelompok kecil, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan.

3. Hasil Belajar

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa (2013: 24) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Nana Sudjana (2013: 22) mendeskripsikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Nawawi (Ahmad Susanto, 2013: 5) menjelaskan hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan siswa yang telah dimiliki setelah siswa menempuh pembelajaran dan memperoleh skor dari hasil tes disetiap materi pembelajaran. Prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan siswa. Skor tes siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan kepada siswa.


(35)

19

Bloom dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2010: 14-15) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompok ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan yang terdiri dari empat kategori, yaitu: (1) pengetahuan tentang fakta, (2) pengetahuan tentang prosedural, (3) pengetahuan tentang konsep, dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan keterampilan terdiri dari empat kategori, yaitu: (1) keterampilan untuk berfikir, (2) keterampilan untuk bertindak, (3) keterampilan bersikap, dan (4) keterampilan berinteraksi. Pengetahuan dan keterampilan dapat dijadikan sebagai indikator mengukur hasil belajar kemampuan siswa.

Peningkatan kemampuan hasil belajar siswa mempunyai beberapa ranah

(domain)

. Bloom dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2010: 14) mengungkapkan terdapat tiga ranah hasil belajar, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku cenderung menetap pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses pembelajaran. Ketiga ranah disusun dalam tingkatan kesulitan yang berbeda-beda dan dapat dijadikan indikator dalam penilaian hasil belajar siswa.

a. Ranah Kognitif

Nana Sudjana (2013: 22) menjelaskan bahwa kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Aspek pertama dan kedua di kategorikan kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek ketiga, keempat, kelima, dan keenam di kategorikan kognitif tingkat tinggi. Mimin Haryati (2007: 22) mendeskripsikan bahwa ranah kognitif adalah sub taksonomi


(36)

20

yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

Sudaryono (2012: 43) menjelaskan kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan otak. Artinya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Mimin Haryati (2007: 23) menjelaskan ranah kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda, yaitu: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) sintesis, (6) evaluasi.

1) Tingkat pengetahuan

(knowledge)

, yaitu kemampuan yang paling rendah. Siswa dituntut untuk mampu menghafal dan mengingat

(recall)

berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti prinsip, fakta, batasan, definisi, istilah dan lain-lain. Terdapat cara untuk dapat mengingat kembali informasi yang telah diterima, seperti menulis memo dan membuat singkatan yang bermakna.

2) Tingkat pemahaman

(comprehension)

, yaitu kemampuan yang lebih tinggi dari pada pengetahuan. Siswa dituntut untuk mampu menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diterima kemudian dijelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri.

3) Tingkat penerapan

(application)

, yaitu kemampuan siswa untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari yang berupa tata cara atau metode, prinsip, dan teori-teori kedalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4) Tingkat analisis

(analysis)

, yaitu kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan menguraikan suatu fakta atau keadaan tertentu kedalam bagian-bagian


(37)

21

susunan yang dapat terlihat. Dalam tingkatan ini diharapkan siswa menunjukkan hubungan berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan dengan standar, prinsip, dan konsep yang telah dipelajari.

5) Tingkat sintesis

(synthesis)

, yaitu kemampuan siswa untuk mengaitkan atau menggabungkan bagian-bagian ke unsur yang lebih menyeluruh sehingga terbentuk pola baru.

6) Tingkat evaluasi

(evaluation)

, yaitu kemampuan siswa level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu memberikan penilaian dan keputusan tentang nilai suatu situasi, keadaan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

b. Ranah Afektif

Nana Sudjana (2013: 29) menjelaskan bahwa afektif berkenaan dengan sikap dan nilaiyang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sudaryono (2012: 46) menjelaskan bahwa ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, dan sikap seorang dapat diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan afektif merupakan kemampuan menilai sikap siswa dapat diramalkan perubahan perilaku apabila guru telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi.

Nana Sudjana (2013: 30) menjelaskan ranah afektif terdiri atas lima kategori. Kategori dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks, yaitu: (1)

reciving

atau

attending

, (2)

responding

atau jawaban,


(38)

22

(3)

valuing

/ penilaian, (4) organisasi, dan (5) karakteristik nilai atai internalisasi nilai.

1)

Reciving

atau

attending

, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

2)

Responding

atau jawaban, yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

3)

Valuing

atau penilaian, yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.

4) Organisasi, yaitu pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

5) Karakterisik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan sem ua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang.

c. Ranah Psikomotorik

Sudaryono (2012: 47) menjelaskan bahwa ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan

(skill)

atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Mager (Mimin Haryati, 2007: 25) mengungkapkan psikomotorik adalah mata ajar yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan tangan ini menunjuk pada tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.

Nana Sudjana (2013: 23) mendeskripsikan bahwa ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan psikomotorik


(39)

23

merupakan kemampuan siswa yang berhubungan dengan kemampuan fisik sebagai hasil dalam belajar siswa.

Terdapat beberapa aspek dalam ranah psikomotorik. Nana Sudjana (2013: 30) mengungkapkan ada enam aspek dalam ranah psikomotorik, yaitu: (1) gerakan refleks, (2) keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5) gerakan keterampilan kompleks, dan (6) gerakan ekspresif dan interpretatif. Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 18-19) mendeskripsikan bahwa terdapat lima aspek dalam ranah psikomotorik, yaitu: (1) menirukan, (2) manipufasi, (3) keseksamaan

(precision)

, (4) artikulasi

(articulation)

, (5) naturalisasi.

1) Menirukan, yaitu apabila ditunjukkan kepada siswa suatu

action

yang dapat diamati

(observable)

, maka ia akan mulai membuat suatu tiruan terhadap

action

yang telah disampaikan guru. Kata-kata yang dapat digunakan : menirukan, pengulangan, dan coba lakukan.

2) Manipufasi, tingkat ini siswa dapat menampilkan suatu

action

seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya pada

action

yang diamati. Kata-kata yang dapat digunakan : ikuti petunjuk, perbaikan tindakan, dan mencoba-coba.

3) Keseksamaan

(Precision)

, meliputi kemampuan siswa dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu. Kata-kata yang dapat digunakan : lakukan kembali dan kerjakan kembali.

4) Artikulasi

(articulation)

, tingkatan ini siswa telah dapat menetapkan urutan/sikuen secara tepat di antara

action

yang berbeda-beda. Kata-kata yang dapat digunakan : lakukan secara terstruktur.


(40)

24

5) Naturalisasi, tingkat terakhir dari kemampuan psikomotorik adalah apabila siswa telah dapat melakukan secara alami satu

action

atau sejumlah

action

secara berurutan.

Hasil belajar dicapai siswa dengan rumusan tujuan yang direncanakan oleh guru sebelum dikelompokan kedalam ranah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua ranah pembelajaran yaitu ranah kognitif dan ranah psikomotorik.

4. Mata Pelajaran

a. Silabus

Supinah (Ika Lestari, 2013: 63) menjelaskan silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Salim (Masnur Muslich, 2011: 23) mengungkapkan silabus adalah garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Mulyasa (2006: 190) menjelaskan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan standar pembelajaran.

Dari uraian penejelasan di atas dapat disimpulan silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, pokok-pokok isi pembelajaran, indikator pencapaian siswa, alokasi waktu, dan sumber belajar.


(41)

25

b. Kompetensi Dasar

Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), silabus pada kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik kelas X di SMK N 1 Pundong pada standar kompetensi memahami pengukuran komponen elektronika terdapat enam kompetensi dasar, yaitu: (1) memahami pengukuran komponen elektronika, (2) melakukan pengukuran komponen L, (3) melakukan pengukuran komponen C, (4) pengukuran daya listrik dengan Wattmeter, (5) pengukuran arus dengan Tang Ampere. Berikut adalah silabus standar kompetensi memahami pengukuran komponen elektronika ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Silabus Standar Kompetensi Memahami Pengukuran Komponen Elektronika STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR Memahami Pengukuran Komponen Elektronika Memahami Pengukuran Komponen Elektronika

 Memahami prinsip pengukuran komponen elektronika

 Memahami cara pengukuran macam-macam komponen elektronika

 Melakukan praktik pengukuran tegangan dengan CRO

 Melakukan praktik pengukuran frekuensi dengan CRO

Melakukan Pengukuran Komponen L

 Memahami jenis – jenis L  Memahami prinsip pengukuran

komponen L

 Melakukan praktik pengukuran L Melakukan

Pengukuran Komponen C

 Memahami prinsip pengukuran macam-macam jenis komponen C  Melakukan praktik pengukuran C Pengukuran Daya

Listrik Dengan Wattmeter

 Memahami prinsip pengukuran daya dengan Wattmeter  Melakukan praktik pengukuran

daya dengan Wattmeter Pengukuran Arus

Dengan Tang Ampere

 Memahami prinsip pengukuran arus dengan Tang Ampere  Melakukan praktik pengukuran

arus dengan Tang Ampere Sumber : Silabus kompetensi kejuruan, kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga listrik SMK N 1 Pundong


(42)

26

Penelitian ini peneliti menerapkan metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif pada kompetensi dasar pengukuran daya listrik dengan Wattmeter dan kompetensi dasar pengukuran arus dengan Tang Ampere.

B. Penelitian yang Relevan

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang relevan dilakukan oleh Lulu Nafisah dengan judul penelitian Efektivitas Metode Pembelajaran Inkuiri dibandingkan Metode Pembelajaran Ceramah untuk Peningkatan Kompetensi Dasar Pneumatik pada Kelas XI Program Keahlian Teknik Permesinan di SMK N 3 Yogyakarta tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan berbentuk

Quasi Experiment

. Desain penelitian yang digunakan adalah

Nonequivalent Control Group Design

. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inkuiri sangat efektif diterapkan pada Mata Pelajaran Mengoperasikan Peralatan Pneumatik, atas dasar dari data sebagai berikut. 1) Rerata hasil

pretest

pembelajaran metode inkuiri adalah 55,58 dari maksimum 100 termasuk kategori tinggi dan

posttest

86,47 termasuk kategori sangat tinggi; 2) Rerata hasil

pretest

pembelajaran metode ceramah adalah 55,55 dari nilai maksimum 100 termasuk kategori tinggi dan

posttest

71,91 termasuk kategori tinggi; 3) Persepsi siswa terhadap kualitas pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri memiliki nilai rata-rata 89,94 dari nilai maksimum 100 termasuk kategori sangat tinggi, sedangkan metode pembelajaran ceramah memiliki nilai ratarata 82,24 dari nilai maksimum 100 termasuk kategori tinggi; 4) Skor

gain

siswa kelas eksperimen sebesar 0,70


(43)

27

termasuk kategori tinggi dan siswa kelas kontrol sebesar 0,40 termasuk kategori sedang; 5) Metode pembelajaran inkuiri lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran ceramah dalam meningkatkan kompetensi dasar pneumatik, dengan 6,947. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk penggunaan metode pembelajaran inkuiri ini sangat efektif diterapkan pada hasil belajar kompetensi dasar pneumatik pada kelas XI program keahilan teknik permesinan. (Lulu Nafisah, 2015)

2. Yardi Nofa dengan judul penelitian Efektivitas Penggunaan Metode Inquiry berbantuan Media Robot KRPAI terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sensor dan Aktuator di SMK Negeri 2 Pengasih tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah

Nonequivalent Control Group Design

. Teknik pengumpulan data yang digunakan instrumen pilihan ganda untuk tes dan lembar observasi untuk nontes . Hasil penelitian ini menunjukkan pembelajaran berbasis

inquiry

berbantuan media

Robot KRPAI

lebih efektifdibandingkan pembelajran konvensional, atas dasar dari data sebagai berikut. 1) Pembelajaran berbasis

inquiry

berbantuan media

Robot KRPAI

lebih efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada ranah kognitif dibandingkan pembelajaran konvensional, kenaikan rerata

pretest

ke

posttest

sebesar 16,47, sedangkan yang mengikuti pembelajaran konvensional mengalami

pretest

ke

posttest

sebesar 6,54, hasil uji t > (2,301 > 2,000); 2) Pembelajaran berbasis

inquiry

berbantuan media

Robot KRPAI

lebih efektifditinjau dari hasil belajar siswa pada ranah afektif dibandingkan pembelajaran konvensional, rerata poin afektif kelas eksperimen 79,96 sedangkan kelas kontrol sebesar 71,66 hasil uji t > (3,862 > 2,000);


(44)

28

3) Pembelajaran berbasis

inquiry

berbantuan media

Robot KRPAI

lebih efektif ditinjau dari hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik dibandingkan pembelajaran konvensional, skor siswa kelas eksperimen 77,21, sedangkan kelas kontrol sebesar 70,99 hasil uji t > (2,975 > 2,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan metode

inquiry

berbantuan media

Robot KRPAI

terhadap hasil belajar siswa lebih efektif dibandingkan metode pembelajaran konvensional. (Yardi Nofa, 2015)

3. Fitri Utami dengan judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

(Teams Assisted Individualization)

Pembelajaran IPA materi Gaya terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan berbentuk eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Team Assisted Individualization)

dan model pemelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Panembahan Kota Yogyakarta, atas dasar dari data sebagai berikut. Selisih nilai rata-rata

(mean)pretest

dan

posttest

antara kelas eksperimen (9,29) yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol (6,89). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipe TAI berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Panembahan, Yogyakarta. (Fitri Utami, 2012)

C. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran seringkali tidak berjalan dengan lancar, sehingga siswa tidak mendapat materi pelajaran secara optimal. Hal ini bisa terjadi karena


(45)

29

guru kurang tepat dalam menerapkan metode pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut menjadi guru yang profesional yang terampil dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, siswa, dan kondisi kelas.

Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lainnya. Dua hal ini akan menjadi terpadu apabila terjadi interaksi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain pada saat proses pembelajaran. Baik buruknya suatu pembelajaran dapat dilihat dari perubahan yang dihasilkan dari proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam peningkatan hasil belajar siswa, terutama di sekolah menengah kejuruan. Pembelajaran Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik (PAUL) pada Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK N 1 Pundong dirasa cenderung kurang efektif, hal ini dikarenakan kurangnya

variatif

metode pembelajaran. Metode pembelajaran konvensional seperti ceramah masih sering digunakan dalam menyampaikan bahan ajar, metode pembelajaran ini berpusat pada guru. Metode pembelajaran konvensional cenderung membuat siswa mudah bosan dan kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

Upaya perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan banyak cara, peneliti akan membuat perbaikan melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif. Penerapan metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik.


(46)

30

Metode pembelajaran inkuiri adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa diajak untuk berpikir memecahkan permasalahan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Peran guru pada metode ini adalah hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Metode pembelajaran inkuiri diharap mampu meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang membagi kelompok besar atau kelas menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa dengan jenis kelamin, kemampuan yang berbeda-beda dan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama. Peran guru dalam metode pembelajaran ini memberikan tujuan pembelajaran dan penyampaian informasi terkait proses pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif diharapkan memberikan peningkatan terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai subyek penelitian. Satu kelas eksperimen pada proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran inkuiri dan satu kelas kontrol pada proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa, peneliti melakukan

pretest

pada kedua kelas, kemudian diberikan perlakukan yang berbeda pada kedua kelas, kemudian untuk mengetahui kemampuan akhir siswa, peneliti melakukan

posttest

. Dari hasil

posttest

akan diketahui kelas mana yang mendapatkan peningkatan hasil belajar yang lebih signifikan. Berdasarkan uraian tersebut diperoleh gambaran penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran inkuiri pada kelas eksperimen dan metode pembelajaran kooperatif pada kelas kontrol.


(47)

31

1. Perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif antara siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila guru mampu menerapkan metode pembelajaran secara tepat. Guru Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik di SMK N 1 Pundong dalam proses penyampaian materi pembelajaran seringkali menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan, proses pembelajaran cenderung berpusat kepada guru. Siswa cenderung kurang aktif dan siswa takut bertanya dan mengemukakan pendapat. Masalah ini yang mengakibatkan capaian hasil belajar siswa kelas X TITL SMK N 1 Pundong menjadi kurang maksimal.

Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa terlihat lebih aktif dalam pembelajaran, yaitu siswa diberikan kebebasan berpendapat. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru seperti metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran inkuiri siswa diajak untuk berpikir memecahkan permasalahan secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Peran guru pada metode ini adalah hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Metode pembelajaran inkuiri diharap mampu meningkatkan peran siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan metode pembelajaran kooperatif kelompok besar siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa dengan jenis kelamin, kemampuan yang berbeda-beda dan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama. Peran guru dalam metode pembelajaran ini


(48)

32

memberikan tujuan pembelajaran dan penyampaian informasi terkait proses pembelajaran. Metode pembelajaran kooperatif diharapkan memberikan pening-katan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.

Berdasarkan uraian diatas, diduga terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah kognitif antara kelompok belajar siswa yang menggunakaan metode pembelajaran inkuiri dengan kelompok belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif.

2. Perbedaan hasil belajar siswa ranah psikomotorik antara siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik dapat diketahui dari hasil praktikum yang dilakukan siswa. Praktikum yang dilakukan siswa pada saat ini cenderung hanya sebatas melakukan praktikum, tanpa mengetahui kegunaan atau fungsi dari praktikum tersebut. Akan tetapi, penilaian praktikum tidak hanya ditentukan dari hasil praktikum saja, melainkan sesuai prosedur dari siswa melakukan persiapan praktikum, proses praktikum, dan hasil praktikum disertai kesimpulan siswa. Penerapan praktikum seperti ini cenderung kurang efektif karena tidak memberikan penguasaan siswa yang luas dalam melakukan praktikum. Kegiatan praktikum akan lebih efektif jika siswa memahami kompetensi yang telah dijelaskan guru, kemudian saat praktikum siswa praktikum sesuai dengan langkah-langkah praktikum yang telah dijelaskan guru. Jika terjadi masalah pada saat praktikum siswa bisa memecahkan masalah


(49)

33

dengan bertanya kepada guru ataupun dengan teman sekelas. Penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam kegiatan praktik dapat membantu siswa memahami kegunaan praktikum. Adanya observasi siswa hingga melakukan kesimpulan pada saat praktikum. Sedangkan penerapan metode pembelajaran kooperatif dalam praktikum memberikan pelajaran siswa untuk saling bekerja sama.

Berdasarkan uraian diatas, diduga terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik antara kelompok belajar siswa yang menggunakaan metode pembelajaran inkuiri dengan kelompok belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif

D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian

1. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana hasil belajar siswa ranah kognitif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri?

b. Bagaimana hasil belajar siswa ranah kognitif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif?

c. Bagaimana hasil belajar siswa ranah psikomotorik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri?

d. Bagaimana hasil belajar siswa ranah psikomotorik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif?

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan hipotesis jawaban sementara atas permasalahan penelitian sebagai berikut:


(50)

34

a. Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah kognitif antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

b. Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah psikomotorik antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.

Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa ranah psikomotorik antara hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran inkuiri dibanding hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif.


(51)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perlakuan tindakan yang diberikan peneliti dalam kondisi terkendali.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana yang disusun sedemikian rupa atas permasalahan-permasalahan sehingga mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian. Terdapat beberapa desain penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ilmiah antara lain yaitu: desain pra-eksperimen

(nondesign),

desain eksperimen kuasi

(quasi-experimental design)

, desain eksperimen

(true

experimental design)

, dan rancangan faktorial

(factorial design)

. Pada penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain eksperimen kuasi

(quasi experimental

design)

. Desain eksperimen kuasi adalah penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol secara penuh.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

non-equivalent control

group design.

Desain penelitian ini menggunakan dua kelompok dengan perlakuan berbeda. Satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakukan dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakukan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Paradigma penelitian ini digambarkan sebagai berikut.


(52)

36

Kelompok

Pretest

Perlakuan

Posttest

Eksperimen Q1 X1 Q2

Kontrol Q3 X2 Q4

Gambar 1. Paradigman Penelitian ada Ranah Kognitif Keterangan:

Eksperimen = kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri

Kontrol = kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif

Q1 = hasilbelajar kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan (

pretest

)

Q2 = hasil belajar kelas eksperimen setelah diberi perlakuan (

posttest

)

Q3 = hasil belajar kelas kontrol sebelum diberi perlakuan (

pretest

) Q4 = hasil belajar kelas kontrol setelah diberi perlakuan (

posttest

) X1 =

treatment

1(pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran

inkuiri)

X2 =

treatment

2 (pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif)

(adaptasi dari Sugiyono, 2012: 118)

Kelompok Perlakuan

Posttest

Eksperimen X1 Q1

Kontrol X2 Q2

Gambar 2. Paradigma Penelitian Ranah Psikomotorik Keterangan:

Eksperimen = kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri

Kontrol = kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif

X1 =

treatment

1(pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri)

X2 =

treatment

2(pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif)

Q1 = hasil belajar kelas Eksperimen setelah diberi perlakuan (

posttest

)

Q2 = hasil belajar kelas kontrol setelah diberi perlakuan (

posttest

) (adaptasi dari Sugiyono, 2012: 112)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen menggunakan metode pembelajaran inkuiri, sedangkan


(53)

37

untuk kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Untuk lebih singkatnya prosedur penelitian ini dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Gambar 3. Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Penelitian 1. Pembuatan rancangan penelitian

2. Pembuatan instrumen penelitian dan bahan ajar

3. Proses judgement instrumen dan bahan ajar

Pelaksanaan penelitian

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol

Pengolahan data dan analisis data

Penarikan kesimpulan

Pretest

(Ranah Kognitif)

Pretest

(Ranah Kognitif)

Pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran inkuiri

Pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran kooperatif

Posttest

(Ranah Kognitif dan Ranah Psikomotorik)

Posttest

(Ranah Kognitif dan Ranah Psikomotorik)


(54)

38

Berikut penjelasan prosedur penelitian yang terdapat pada skema Gambar 3. 1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan Rancangan Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1) observasi karakteristik siswa, (2) mengidentifikasi standar kompetensi, (3) menetapkan standar kompetensi, dan (4) membuat proposal penelitian.

b. Pembuatan Instrumen Penelitian dan Bahan Ajar

Prosedur yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1) membuat bahan ajar, (2) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan (3) menyusun instrumen tes dan non tes (tes obyektif ranah kognitif dan tes unjuk kerja ranah psikomotorik).

c. Proses

Judgement

Instrumen dan Bahan Ajar

Prosedur yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1) melakukan uji validasi instrumen dan bahan ajar kepada dua dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNY, dan (2) melakukan uji coba lapangan tes obyektif ranah kognitif, kemudian di analisis validitas dan reliabilitas instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a.

Pretest

: sebelum diberikan perlakukan

(treatment)

, siswa diberikan

pretest

untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa.

b. Kelompok Eksperimen ( Metode Pembelajaran Inkuiri)

1) Kegiatan Awal : guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dengan cara menciptakan suasana kelas yang kondusif

dengan menunjuk salah satu siswa memimpn do’a, dan memeriksa


(55)

39 2) Observasi

a) Guru menyampaikan materi dan tujuan yang diajarkan.

b) Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

c) guru membagi siswa dalam kelompok. 3) Merumuskan Masalah

a) Guru membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok. b) Guru membimbing siswa merumuskan masalah.

4) Mengajukan Hipotesis

a) Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis dengan cara mengajukan pertanyaan.

5) Mengumpulkan Data

a) Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data. 6) Menguji Hipotesis

a) Guru membimbing siswa menganalisis data yang telah dihasilkan. 7) Merumuskan Kesimpulan

a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pengolahan data yang terkumpul.

8)

Posttest

: setelah diberikan perlakukan, siswa diberikan

posttest

untuk mengetahui hasil belajar siswa dan hasil unjuk kerja siswa.

9) Penutup : guru menanyakan kesimpulan pembelajaran dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.


(56)

40

1) Kegiatan Awal : guru menyiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dengan cara menciptakan suasana kelas yang kondusif

dengan menunjuk salah satu siswa memimpn do’a, dan memeriksa

kehadirasn siswa.

2) Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

a) Guru menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai. b) Guru menyampaikan materi dan tujuan yang diajarkan.

c) Guru menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

d) Guru memberikan motivasi belajar kepada siswa. 3) Menyampaikan Informasi

a) Guru menjelaskan mengenai hal-hal yang harus dilakukan dalam pembelajaran.

4) Mengorganisasi Siswa

a) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil. 5) Membimbing Kelompok

a) Guru membimbing siswa dalam bekerja dan belajar kelompok. 6) Evaluasi

a) Guru menunjuk salah satu siswa untuk membacakan hasil diskusi kelompok. 7) Memberikan Penghargaan

a) Guru memberikan penghargaan kepada siswa.

8)

Posttest

: setelah diberikan perlakukan, siswa diberikan

posttest

untuk mengetahui hasil belajar siswa dan hasil unjuk kerja siswa.


(57)

41

9) Penutup : guru menanyakan kesimpulan pembelajaran dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

3. Tahap Akhir Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada tahap ini adalah: (1) melakukan pengolahan data statistik untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa, dan (2) membuat kesimpulan.

C. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK N 1 Pundong pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik. Kelas X TITL terdapat 2 kelas dengan jumlah siswa adalah 62 siswa. Pengambilan populasi pada kelas X dikarenakan kompetensi dasar pengukuran daya listrik dengan Wattmeter dan kompetensi dasar pengukuran arus dengan Tang Ampere disampaikan pada kelas X. Penelitian ini adalah penelitian populasi. Hal ini dilakukan karena jumlah subyek yang akan diteliti sangat terbatas.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitin ini dilaksanakan di SMK N 1 Pundong yang beralamat di dusun Menang, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2016.


(58)

42

E. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pembelajaran inkuiri dan metode pembelajaran kooperatif pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik setelah mendapat perlakuan.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Metode Pembelajaran Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan siswa secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki dari suatu permasalah secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Metode pembelajaran inkuiri akan digunakan pada kelas eksperimen.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif

Metode pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menyebabkan siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan yang berbeda-beda dan setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Metode pembelajaran kooperatif akan digunakan pada kelas kontrol.


(59)

43

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari kemampuan-kemampuan siswa dalam ranah kognitif dan ranah psikomotorik yang telah dimiliki siswa. Siswa setelah menempuh pembelajaran dan memperoleh skor dari hasil tes disetiap materi pembelajaran. Pada penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan

pretest

dan

posttest

pada ranah kognitif, sedangkan pada ranah psikomotorik peneliti menggunakan tes unjuk kerja untuk mengetahui capaian keterampilan siswa.

G. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan desain penelitian maka teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah:

1. Tes

Penilaian hasil belajar siswa diukur menggunakan tes pada penilaian kognitif. Tes dilakukan dua kali, yaitu tes sebelum diberikan perlakuan (

pretest

) dan tes setelah diberikan perlakuan (

posttest

). Tes yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data menggunakan tes pilihan ganda

(multiple choice

test)

.

2. Tes Unjuk Kerja

Instrumen tes unjuk kerja dalam penelitian ini digunakan untuk penilaian psikomotorik siswa. Penilaian psikomotorik siswa untuk mengamati kinerja siswa dalam melakukan praktikum. Kegiatan praktikum ini berupa penggunaan Wattmeter untuk mengukur daya listrik dan penggunaan tang meter untuk mengukur arus listrik. Tes unjuk kerja yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data menggunakan lima aspek, yaitu: (1) persiapan kerja, (2)


(60)

44

sistematika dan cara kerja, (3) hasil kerja, (4) sikap kerja, dan (5) waktu pengerjaan. Pelaksanaan tes unjuk kerja dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi.

H. Instrumen Penelitian

1.

Pretest dan Posttest

Siswa

Tes merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

Pretest dan Posttest

dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan siswa dalam pelajaran.

Pretest

digunakan untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa sebelum diberikan tindakan oleh peneliti. Sedangkan

posttest

dilakukan untuk mengukur seberapa besar pencapaiaan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Indikator yang digunakan untuk menentukan tes dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Ranah Kognitif Kompetensi

Dasar

Aspek Nomor Butir

Soal Sebelum di Uji Coba

Butir

Soal

Nomor Butir Soal Setelah di Uji Coba

Butir Soal Pengukuran daya listrik dengan Wattmeter dan Pengukuran arus dengan Tang Ampere Pengetahuan

(Knowledge)

1,2,3,4,11, 28,29,30,33, 34,35,49

12 1,2,4,29,34,

49 5 Pemahaman

(Comprehen-sion)

5,6,7,12,13, 19,23, 37,38,42

10 7,13,19,23,

37,38,42 6 Penerapan

(Aplication)

8,9,10,16, 17,18,20, 26,27,47,50

11 17,18,47,50 4

Penguraian

(Analysis)

21,24,31, 39,43,48

6 24,39 2

Pemandu

(Syntesis)

14,15,25, 41,44,46

6 15,25,44,46 4

Penilaian

(Evaluation)

22,32,36, 40,45

5 36,45 2


(61)

45

2. Tes Unjuk Kerja

Instrumen tes unjuk kerja dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Komponen penilaian instrumen tes unjuk kerja berupa persentase penilaian dengan bobot 100%. Setiap komponen penilaian memiliki bobot penilaian yang berbeda-beda, yaitu: (1) komponen persiapan kerja memiliki bobot 10%, (2) komponen proses kerja memiliki bobot 40%, (3) komponen hasil kerja memiliki bobot 30%, (4) komponen sikap kerja memiliki bobot 15%, dan (5) komponen waktu memiliki bobot 5%. Setiap komponen terbagi menjadi empat skala penilaian, yaitu: (1) skala 1 apabila siswa tidak bisa melakukan indikator keberhasilan, (2) skala 2 apabila siswa melakukan indikator keberhasilan namun masih kurang baik, (3) skala 3 apabila siswa melakukan indikator keberhasilan dengan baik, dan (4) skala 4 apabila siswa melakukan indikator keberhasilan tersebut dengan baik dan tepat. Skala penilaian ini digunakan untuk mengetahui kinerja siswa dalam melakukan praktikum. Setiap komponen memiliki bobot penilaian indikator yang digunakan untuk menentukan penilaian tes unjuk kerja siswa.

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Tes Psikomotorik

No Komponen Penilaian Indikator Keberhasilan

1 Persiapan Kerja Menyiapkan Alat dan Bahan 2 Proses Kerja Perakitan

Pengambilan Data Praktikum 3 Hasil Kerja Uji Coba Rangkaian

Laporan Praktikum 4 Sikap Kerja Bertanggung Jawab


(62)

46

I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Analisisis Butir Soal

Analisis butir soal dibutuhkan dalam tes ini karena tes yang digunakan peneliti untuk menguji kemampuan siswa. analisis butir soal juga bertujuan untuk identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Dalam analisis butir soal terdapat dua analisis butir soal, yaitu tingkat kesukaran dan daya pembeda.

a. Tingkat Kesukaran

(Difficulty Index)

Tingkat kesukaran merupakan kemampuan tes dalam mengidentifikasi siswa yang dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran dalam istilah evaluasi disebut juga indeks kesukaran dan dapat dicari menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2013: 223) Hasil perhitungan indeks kesukaran ini dicocokan dengan kriteria tingkat kesukaran. Berdasarkan tingkat kesukaran yang telah diketahui dapat dilihat pada kriteria tingkat kesukaran pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kesukaran

Nilai p Kategori P < 0,3 Sukar

0,3 ≤ p ≤ 0,7 Sedang

P > 0,7 Mudah


(1)

178

6. Kabel merah ke api (RST tiga fasa) pada panel.

7. Membaca nilai tegangan yang tertera pada layar display.

H.Cara Penggunaan Tang Ampere

1. Posisikan switch pada posisi ampre (A), karena selain untuk mengukur arus, tang ampere jugabisa di pakai untuk pengukuran tahanan dan tegangan.

2. Adjust tang ampere sehingga menunjukan angka nol.

3. Pilih skala yang paling besar dulu, bila hasil pengukuran lebih kecil maka pindahkan ke skalayang lebih kecil untuk hasil pengukuran yang lebih akurat.

4. Pilihlah jenis pengukuran yang akan kita lakukan, arus AC atau Arus DC. tapi ada juga tangampere yang hanya untuk mengukur AC saja, biasanya tang ampere jenis analog.

5. Kalungkan tang ampere ke salah satu kabel.hasil pengukuran akan segera terlihat.

6. Geser tombol hold untuk menahan hasil pengukuran tersebut. 7. Matikan posisi hold, untuk melakukan pengukuran kembali.


(2)

179 Lampiran 14. Surat Perijinan


(3)

(4)

(5)

(6)

183 Lampiran 15. Dokumentasi


Dokumen yang terkait

Bab03-alat-alat-ukur-listrik

0 8 5

PENGGUNAANMEDIA VIDEOUNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM MENGOPERASIKAN ALAT UKUR PADA MATA PELAJARAN UKUR TANAH DI SMK NEGERI 1 SUMEDANG.

0 5 50

PERBEDAAN HASIL PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING MANAGEMENT SYSTEM DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL : Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Penggunaan Alat Ukur Listrik Dan Elektronika Di SMK Negeri 1 Cimahi.

0 0 40

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN E-LEARNING BERBASIS MOODLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi Kasus Pada Mata Pelajaran Menggunakan Alat Ukur Listrik dan Elektronika Di SMK Negeri 12 Kota Bandung.

0 0 45

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMKN 1 PLERET.

0 0 150

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK SMKN 1 PLERET.

0 0 150

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENGGUNAAN MULTIMETER PADA MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK KELAS X DI SMK NASIONAL BERBAH.

0 3 148

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MATA PELAJARAN PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK PADA SISWA KELAS X TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA.

0 16 166

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA TRAINER KOLE (Konsep Listrik Elektronika) MATA DIKLAT PENGENALAN KONSEP DASAR LISTRIK ELEKTRONIKA DI SMK N 1 PUNDONG.

0 2 134

KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN MIXED PEER TEACHING DAN PROBLEM SOLVING DALAM PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA SMK N 1 PUNDONG PADA MATA DIKLAT ALAT UKUR LISTRIK.

1 4 202