Terapi Preventif TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Terapi Preventif

Terapi preventif migren merupakan pemberian terapi secara terus menerus, dalam keadaan tanpa nyeri kepala, untuk mengurangi frekuensi dan intensitas nyeri kepala migren. 45 Menurut The American Academy of Neurology, pemberian terapi preventif pada anak dan remaja bertujuan untuk : 46 1. Menurunkan frekuensi, keparahan, durasi dan ketidakmampuan akibat sakit kepala 2. Menurunkan ketergantungan terhadap obat-obatan yang kurang atau tidak efektif 3. Meningkatkan kualitas hidup 4. Mencegah penggunaan obat pada masa akut dengan dosis yang terus meningkat 5. Edukasi pasien untuk dapat menangani penyakitnya sendiri 6. Mengurangi distress dan gejala psikologis akibat nyeri kepala Terapi preventif diindikasikan pada beberapa keadaan berikut: 38,39 1. Terdapat 2 kali atau lebih serangan per bulan yang menyebabkan disabilitas selama 3 hari atau lebih dalam 1 bulan 2. Kontraindikasi atau gagal dengan terapi akut migren 3. Penggunaan terapi akut abortif lebih dari 2 kali dalam 1 minggu 4. Mengalami migren yang tidak lazim seperti hemiplegic migraine, migren dengan aura yang memanjang dan migrainous infarction. Universitas Sumatera Utara Beberapa hal yang juga dipertimbangkan adalah efek samping dari penggunaan terapi akut, penerimaan pasien terhadap obat dan biaya. Terapi preventif migren yang adekuat secara umum tampak perbaikan dalam 1 hingga 2 bulan. 14,46 Pemberian terapi preventif diupayakan dengan obat yang memiliki level efektivitas tertinggi, efek samping yang terendah, dan dimulai dengan dosis rendah kemudian dititrasi secara perlahan. Lamanya pengobatan bervariasi antara 1 sampai 6 bulan. Setelah terapi berhasil selama 6 hingga 12 bulan, penghentian terapi preventif dapat dipertimbangkan. 16 Beberapa grup utama obat-obatan yang berperan sebagai terapi preventif serangan nyeri kepala migren antara lain: 47,48 1. Obat-obat kardiovaskular seperti ȕ-Adrenergic Blocker, Calcium Channel Blocker 2. Obat-obat antidepresi seperti Tricyclic Antidepressants TCA, Selective SerotoninNorepinephrine Reuptake Inhibitors SSRI 3. Obat anti epilepsi seperti topiramat, asam valproate 4. Antagonis serotonin seperti siproheptadin 5. Non Steroid Anti Inflammation Drugs NSAID dan lainnya seperti riboflavin, mineral Umumnya mekanisme kerja dari obat yang digunakan sebagai terapi preventif adalah dengan menghambat eksitasi korteks seperti kerja obat anti epilepsi dan calcium channel blocker, dan dengan memperbaiki dismodulasi Universitas Sumatera Utara nociceptive, yaitu sistem adrenergik dan serotonergik, seperti yang dilakukan oleh TCA, SSRI dan ȕ-adrenergic blocker. 49 Golongan ȕ-adrenergic blocker bekerja dengan menghambat agregasi platelet sehingga terjadi penurunan produksi prostaglandin dan katekolamin. Obat ini dapat melewati sawar darah otak, sehingga dapat mempengaruhi sistem serotonin dengan penghambatan sistem noradrenergik, absorpsi baik melalui sistem gastrointestinal, dan dimetabolisme di hati. 47 Pada pasien migren yang dicetuskan oleh stres, obat ini bermanfaat, dengan efek samping mudah lelah, mual, muntah, depresi, mimpi buruk, hipoglikemia, bradikardi dan hipotensi. 6,50-52 Obat golongan calcium channel blocker bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium ke dalam sel sehingga menghambat pembentukan impuls automaticity dan conduction velocity. Kalsium intraseluler juga berperan meregulasi beberapa hormon, enzim, dan neurotransmiter. Pelepasan serotonin sendiri dipengaruhi oleh kalsium, sehingga pemberian calcium channel blocker dapat menghambat pelepasan serotonin, sehingga dapat menjadi preventif serangan migren. 47 Obat golongan anti epilepsi antara lain topiramat dan asam valproat. Asam valproat bekerja dengan menghambat ekstravasasi plasma, substansi P, menghambat lecutan serotonergik di dorsal raphe nuclei dan bekerja pada kanal kalsium dan sodium. 45,51 Efek sampingnya adalah dizziness, drowsiness, peningkatan nafsu makan, rambut rontok, gemetar, gangguan Universitas Sumatera Utara pencernaan. 14,18,33 Topiramat bekerja dengan memperkuat aktivitas Ȗ-amino butyric acid GABA, tetapi kemungkinan mekanisme yang lain adalah dengan memblok aktivitas kanal sodium, menurunkan aktifitas karbonik anhidrase dan glutamat. 25,47 Efek samping antara lain parestesia, fatique, mual dan anoreksia. 39 Obat golongan NSAID bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin, leukotrien, dan mencegah inflamasi neurogenik dari sistem trigeminovaskular. Naproxen diabsorpsi baik setelah pemberian secara oral maupun rektal, dengan waktu paruh 12-15 jam. 51 Obat ini bermanfaat pada penderita migren yang mengalami artritis atau nyeri muskuloskletal. 14 Efek samping berupa mual, muntah, gastritis dan perdarahan lambung, 15 karena itu disarankan penggunaan obat ini tidak lebih dari 2 hingga 3 bulan. 50

2.8 Riboflavin sebagai terapi preventif migren