BAB V PENUTUP
D. Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai teknik penerjemahan dan dampaknya terhadap
kualitas terjemahan buku “Asal-usul Elite Minangkabau Modern: Respons terhadap Kolonial Belanda Abad ke
XIXXX” yang merupakan terjemahan dari “The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteen Century
” diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis ditemukan 18 bentuk teknik penerjemahan yang diterapkan penerjemah. Teknik penerjemahan yang dominan diterapkan
adalah teknik amplifikasi, padanan lazim, penerjemahan harfiah dan modulasi. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang penerjemah yang
menguasai budaya dan bidang dari objek terjemahan lihat PACTE, 2005; Suryawinata Hariyanto, 2000. Hal ini terlihat dari kemampuan
penerjemah dalam memberikan informasi dan penjelasan yang lebih eksplisit dan kongkrit dalam terjemahannya.
2. Metode penerjemahan yang cenderung diterapkan oleh penerjemah adalah metode komunikatif. Kecenderungan penerapan metode ini terlihat dari
beberapa indikator yang mengarah pada usaha penerjemah untuk mengkomunikasikan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara
utuh dan cara penyampaian pesan tersebut tidak terlalu bebas. Penerapan metode komunikatif menunjukkan usaha penerjemah dalam penyampaian
informasi dari teks sumber secara utuh dan mengutamakan keberterimaan,
kewajaran dan keterbacaan hasil terjemahan dalam bahasa sasaran dengan peminjaman seminimal mungkin lihat Newmark, 1991; 1988.
3. Ideologi penerjemahan yang diterapkan adalah ideologi domestikasi, yang ditunjukkan dengan kecenderungan penerapan metode yang condong ke
bahasa sasaran. Hal ini sesuai dengan pandangan dan tujuan penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang baik menurut yang diyakinnya. Pada
hasil terjemahan tetap terlihat adanya teknik yang cenderung ke bahasa sumber seperti peminjaman, terjemahan harfiah, namun hal ini adalah
wajar dalam sebuah karya terjemahan lihat Hoed, 2006. 4. Kualitas terjemahan cukup baik terlihat dari kemampuan penerjemah
menyampaikan pesan ke bahasa sasaran secara akurat. Hal ini terlihat dari cukup tingginya akurasi terjemahan. Tingkat keberterimaan peristilahan
dan penggunaan bahasa pada terjemahan juga terasa wajar dalam ilmu sejarah dan kewajaran pengungkapan dari segi gaya dan bahasa menurut
tata bahasa Indonesia. Terakhir, cukup tingginya keterbacaan hasil terjemahan juga menunjukkan baiknya hasil terjemahan bagi pembaca
walaupun dengan berbagai latar budaya. 5. Penerapan teknik amplifikasi, penerjemahan harfiah, dan padanan lazim
ternyata banyak menghasilkan terjemahan yang memiliki keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Artinya teknik tersebut
cenderung memberi kontribusi positif terhadap terjemahan. 6. Penerapan teknik penerjemahan yang perlu mendapat perhatian serius
antara lain teknik modulasi, penambahan, penghilangan dan penerjemahan harfiah karena banyak menyumbangkan terjemahan yang kurang atau tidak
akurat. Dengan kata lain teknik modulasi, penambahan, dan penghilangan cenderung memberi kontribusi negatif terhadap kualitas terjemahan. Hal
lain yang mengurangi kualitas terjemahan adalah kesalahan dalam penyusunan redaksi kalimat hasil terjemahan dan kesalahan EYD.
E. Implikasi