Penelitian Terdahulu yang Relevan

10

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian di Taman Nasional Karimunjawa diantaranya dilakukan oleh Irnawati 2011 meneliti tentang “Model pengembangan taman nasional laut: Optimalisasi pengelolaan perikanan tangkap di Taman Nasional Karimunjawa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Kajian perikanan tangkap di TNKJ menghasilkan model PITASI untuk pengelolaan perikanan tangkap di zona pemanfaatan perikanan tradisional TNKJ. Pengelolan perikanan tangkap harus memperhatikan ikan komoditas unggulan di TNKJ, yaitu ikan kuwe, ekor kuning, dan kerapu untuk sumberdaya ikan SDI karang, dan teri, tenggiri, cumi-cumi, dan tongkol untuk SDI pelagis. Potensi ikan karang yang dapat diakses masyarakat di Karimunjawa sebesar 149 tontahun, sedangkan ikan pelagis sebesar 19.079 tontahun. Teknologi untuk memanfaatkan SDI karang adalah pancing ulur dan bubu, serta pancing tonda, gillnet, dan bagan perahu untuk perikanan pelagis. Jumlah unit penangkapan optimal di Karimunjawa adalah pancing ulur dan pancing tonda masing-masing 336 unit, bubu 21 unit, gillnet 168 unit, dan bagan perahu 115 unit; 2 Pengelolaan dan pengembangan perikanan tangkap menghendaki penerapan terpadu tiga peraturan perundangan dalam pengelolaan TNKJ, yaitu UU No. 51990, UU No. 452009 dan UU No. 322004. Pengelolaan juga memerlukan dibentuknya kelembagaan bersama yang berperan melakukan pengelolaan perikanan sesuai akomodasi kebijakan; 3 Model penggunaan perairan di dalam zona PPT TNKJ difokuskan untuk kegiatan perikanan karang dan perikanan pelagis. Pengaturan penggunaan perairan zona PPT meliputi: i perairan 0-3 mil dari garis pantai diperuntukkan untuk kegiatan perikanan karang tradisional, yaitu dengan menggunakan alat tangkap bubu dan pancing ulur; ii perairan 3-4 mil diperuntukkan untuk alat tangkap perikanan pelagis yang bersifat statis, seperti gillnet dan bagan perahu; dan 3 perairan 4 mil diperuntukkan bagi semua alat tangkap perikanan pelagis yang bersifat dinamis, seperti pancing tonda; 4 Kebijakan strategis pengelolaan perikanan tangkap di TNKJ meliputi: i pemanfaatan potensi dan keanekaragaman SDI secara optimal yang sesuai dengan pangsa pasar dengan tetap memperhatikan prinsip kegiatan perikanan tangkap yang menguntungkan dan berkelanjutan; ii peningkatan kapasitas kelembagaan koordinasi untuk meningkatkan kualitas 11 lembaga perikanan yang ada dan untuk menciptakan sinergisitas antar lembaga terkait; dan iii pengawasan dan penegakan hukum untuk mengurangi kegiatan pelanggaran untuk menekan nilai kerugian akibat penangkapan oleh nelayan dari luar Karimunjawa; 5 Strategi implementasi model meliputi lima elemen pengembangan yang meliputi: i elemen sektor masyarakat, dengan elemen kunci nelayan; ii elemen kendala utama, dengan kunci elemen konflik kepentingan pemanfaatan perairan; iii elemen tolok ukur dengan elemen kunci keberlanjutan SDI, berkurangnya konflik, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan; iv elemen aktivitas, dengan elemen aktivitas, dengan elemen kunci koordinasi antar sektor, dan pembuatan rencana kerja pengelolaan dan SDI; dan v elemen lembaga yang terlibat, dengan elemen kunci DKP Propinsi danDKP kabupaten. Purwanti 2008 meneliti tentang “Konsep co-management Taman Nasional Karimunjawa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Potensi keanekaragaman hayati semakin menurun dan tingkat pemanfaatan sumberdaya taman nasional yang kurang terkontrol sehingga dapat mengancam status Taman Nasional Karimunjawa TNKJ; 2 Terdapat ketidakharmonisan peraturan dalam hal kewenangan pengelolaan antara Departemen Kehutanan, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Pemerintah Daerah sehingga cenderung timbul konflik institusional karena peraturan sulit diterapkan lintas sector; 3 Faktor kunci co-management TNKJ adalah : pemahaman masalah dan persamaan visi; koordinasi lintas sektor; kepemimpinan; mekanisme komunikasi dan negosiasi; dan partisipasi aktif dan komitmen para pihak; dimana koordinasi dipilih sebagai driven factor dari co-management TNKJ; 4 Konsep co-management TNKJ dilakukan dengan membuat kesepakatan kerjasama antara BTNK dan pemda untuk kegiatan perikanan dan pariwisata yang diwadahi dalam suatu forum. Irnawati 2008 meneliti tentang “Pengembangan perikanan tangkap di Kawasan TNKJ Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 sistem zonasi yang ada sudah sesuai dan serasi dengan prinsip konservasi dan kebutuhan pemanfaatan berdasarkan fungsi dan luasan masing-masing zona; 2 hubungan antar zona yang ada di TNKJ memiliki keterkaitan yang erat yaitu zona yang satu dengan yang lain memiliki hubungan keterpaduan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain; 3 prioritas pengembangan perikanan tangkap di Karimunjawa 12 diarahkan pada: i pengembangan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan yang dapat menunjang sektor pariwisata bahari yaitu dengan alat tangkap bubu dan pancing tonda untuk memanfaatkan dan mengembangkan komoditas unggulan yaitu ikan kerapu, tongkol dan cumi-cumi, ii pembinaan masyarakat nelayan, iii optimalisasi pemanfaatan pelabuhan perikanan dan iv peningkatan keterampilan nelayan. Yanuar 2008 meneliti tentang “Optimasi kegiatan nelayan melalui pengembangan mata pencaharian alternatif sebagai instrumen pendukung keberlanjutan Taman Nasional Karimunjawa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Jenis ikan yang merupakan komoditi utama nelayan Kepulauan Karimunjawa terdiri dari 4 empat komoditas perikanan tangkap yaitu teri Stolephorus sp, tongkol Auxis thazard, tenggiri Scomberomerus sp dan ekor kuning Caesio cunning; 2 Musim tangkap ikan teri Stolephorus sp terjadi selama 5 lima bulan dari bulan Juni hingga Oktober, ikan tongkol Auxis thazard selama 5 bulan dari bulan Agustus hingga Desember, tenggiri Scomberomerus sp selama 5 bulan dari bulan Desember hingga April dan ekor kuning Caesio cunning terjadi selama 6 bulan yaitu bulan Februari hingga Mei, bulan September dan Oktober; 3 Jumlah alat tangkap optimum yang dapat dioperasikan di perairan Kepulauan Karimunjawa adalah sebagai berikut : i bagan perahu sebanyak 81 unit dengan target tangkapan ikan teri ii pancing tonda sebanyak 101 unit dengan target tangkapan ikan tongkol dan tenggiri iii jaring insang sebanyak 71 unit dengan target tangkapan ikan ekor kuning dan iv bubu sebanyak 0 unit; 4 Dibutuhkan alokasi area perairan seluas 913 ha untuk budidaya rumput laut sebagai kegiatan alternatif nelayan. Kebutuhan jumlah unit masingmasing nelayan adalah 3 unit untuk nelayan bagan perahu dengan target tangkapan ikan teri, 4 unit untuk nelayan pancing tonda dengan target tangkapan ikan tongkol, 2 unit untuk nelayan pancing tonda dengan target tangkapan ikan tenggiri dan 5 unit untuk nelayan jaring insang dengan target tangkapan ikan ekor kuning. Yusuf 2007 meneliti tentang “Kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Kawasan Taman Nasional Karimunjawa secara berkelanjutan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 Hasil analisis kesesuaian lahan lingkungan 13 memperlihatkan bahwa perairan di sekitar pulau-pulau besar yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk ternyata sesuai untuk semua peruntukan, meliputi wisata selam, wisata snorkeling, wisata rekreasi, budidaya kerapu, budidaya teripang, budidaya rumput laut dan konservasi hutan mangrove. Pulau-pulau lainnya yang umumnya berukuran kecil dan sebagian berupa gosong hanya sesuai untuk peruntukan wisata selam, wisata snorkeling, dan budidaya rumput laut. Penggunaan lahan untuk budidaya rumput laut ternyata memiliki luasan yang terbesar daripada penggunaan yang lain; 2 Hasil analisis penentuan zonasi menunjukkan bahwa alokasi luasan zonasi antara zona inti, zona perikanan berkelanjutan dan zona pemanfaatan cukup berimbang, sehingga dapat mengakomodasi semua kepentingan stakeholders. Zona rehabilitasi memiliki luasan yang terbesar mencapai 44, hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya banyak pulautempat yang terdapat di kawasan Taman Nasional Karimunjawa perlu direhabilitasi untu pemulihan sumberdaya dan ekosistemnya; 3 Banyaknya pulautempat di kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang termasuk ke alam zona rehabilitasi meununkukkan bahwa zonasi yang telah ada saat ini perlu ditinjau ulang revisi; 4 Hasil analisis kebijakan dengan menggunakan metode A’WOT menunjukkan bahwa faktor- faktor yang terdapat didalam komponen S kekuatan perlu dijadikan modal utama untuk pengelolaan dan pengembangan Kepulauan Karimunjawa kedepan, sebaliknya faktor-faktor yang terdapat didalam komponen T ancaman perlu diwaspadai dan diantisipasi agar tidak menjadi faktor ancaman yang serius bagi keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya karimunjawa kedepan; 5 Hasil penentuan prioritas strategi kebijakan memperlihatkan bahwa untuk kepentingan pengelolaan sumberdaya kawasan Taman Nasional Karimunjawa kedepan, pemerintah daerah perlu memprioritaskan strategi kebijakannya pada: i pengelolaan yang dilakukan melalui pendekatan peningkatan kesadaran dan partispasi masyarakat, ii pengelolaan karimunjawa yang dilakukan melalui penetapan zonasi, dan iii pengelolaan karimunjawa yang dilakukan melalui pengembangan wisata yang ramah lingkungan. Maksum 2006 meneliti tentang “Analisis manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKJ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 14 1 Untuk saat ini manfaat ekonomi sumberdaya perikanan kawasan konservasi laut TNKJ belum dirasakan secara nyata, baik bagi komunitas nelayan lokal maupun bagi perekonomian wilayah; 2 Masyarakat nelayan Karimunjawa pada dasarnya mendukung keberadaan Taman Nasional Karimunjawa walaupun saat ini mereka belum merasakan manfaatnya. Sementara itu mereka menilai kinerja aparat dalam menjaga kawasan mereka masih kurang, dan mereka masih merasa kurang dilibatkan dalam pengelolaan kawasan; 3 Taman Nasional Karimunjawa berpotensi untuk memberikan manfaat ekonomi yang besar baik bagi komunitas lokal maupun bagi ekonomi wilayah, khususnya dari pemanfaatan perikanan berkelanjutan dan aktifitas wisata berbasis konservasi; 4 Keterpaduan langkah semua pihak yang berkepentingan di Karimunjawa, sangat penting dalam pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa, sehingga kepentingan ekologis dan ekonomis bisa berjalan selaras, menuju kepada tujuan bersama yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian