57 data ikan karang dengan menggunakan metode underwater visual census. Hal
terbaik yang perlu dilakukan dalam pengelolaan perikanan adalah penutupan daerah larang ambil, penutupan secara periodik periodic closure, pembatasan
terhadap jenis ikan dan ukuran, pengaturan alat tangkap tertentu specific gear restriction
, dan pembatasan upaya penangkapan McClanahan and Cinner 2012 serta penegakan hukum terhadap armadaalat tangkap yang tidak sesuai izin
penangkapan ikan. Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya alam yang bersifat dinamis,
terjadi hubungan langsung maupun tidak langsung antara upaya penangkapan effort dengan hasil tangkapan catch. Bertambah atau berkurangnya effort pada
suatu wilayah perikanan akan bergerak dinamis mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi pada sumberdaya alam dan faktor ekternal lainnya. Ada hubungan
timbal balik antara biomassa ikan dan upaya penangkapan effort sepanjang waktu. Biomassa ikan dan effort memiliki sifat keseimbangan stable focus
dimana keseimbangan sistem akan dicapai melalui penyesuaian antara effort dan biomassa, artinya bahwa peningkatan biomassa hanya bisa dicapai jika effort
dikurangi Fauzi dan Anna 2008.
5.2 Dinamika Upaya Penangkapan
Survei hasil tangkapan nelayan dilakukan pada Bulan Januari 2010 hingga Bulan Desember 2011 dengan total pengambilan contoh sebanyak 351 hari.
Upaya penangkapan tercatat sebanyak 1790 trip pada lima alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Taman Nasional Karimunjawa. Perikanan di Taman
Nasional Karimunjawa dicirikan oleh keberagaman species multi-species dan keberagaman alat tangkap multi-gear. Total hasil tangkapan tertinggi terjadi
pada alat tangkap speargun, sedangkan total upaya penangkapan tertinggi terjadi pada alat tangkap handline baik pada tahun 2010 maupun pada tahun 2011
Gambar 28. Terjadi penurunan hasil tangkapan antar tahun pengamatan berkorelasi dengan penurunan jumlah trip antar tahun pada semua alat tangkap,
dimana upaya penangkapan terjadi fluktuasi setiap bulannya. Semua alat tangkap mengalami penurunan upaya penangkapan dari tahun 2010 ke tahun 2011,
penurunan upaya penangkapan pada alat tangkap gillnet, handline, speargun dan
58
trap diduga lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal Gambar 20 seperti kondisi
cuaca yang menjadi faktor pembatas dalam pengoperasian alat tangkap tersebut, akan tetapi pada alat tangkap muroami disebabkan oleh adanya perjanjian antara
juragan muroami dengan pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa untuk tidak mengoperasikan alat tangkap muroami di Taman Nasional Karimunjawa.
Hasil tangkapan per upaya penangkapan CPUE masing-masing alat tangkap sangat bervariasi baik pada tahun 2010 maupun pada tahun 2011. Terjadi
peningkatan CPUE standard pada tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 16,22, peningkatan tersebut disumbang oleh peningkatan CPUE standard pada alat
tangkap speargun, handline dan gillnet. Penurunan CPUE standard pada alat tangkap muroami disebabkan oleh tidak beroperasinya nelayan muroami sejak
Juni 2011, sedangkan penurunan hasil tangkap trap disebabkan oleh minimnya waktu pengoperasian dan digunakan sebagai alat tangkap sampingan Tabel 8.
Berdasarkan nilai indek musim penangkapan IMP dan consecutive seasonal index
CSI alokasi alat tangkap, diketahui bahwa puncak musim alokasi penangkapan ikan berbeda-beda. Alat tangkap di Taman Nasional Karimunjawa
dioperasikan sepanjang waktu, namun pada Bulan Maret alat tangkap trap tidak dioperasikan dan ketiga alat tangkap tersebut alat tangkap handline, speargun
dan trap jarang dioperasikan pada Bulan September. Hal ini diduga terkait musim ikan, dimana jumlah spesies yang mencapai musim penangkapan pada
bulan tersebut sedikit Tabel 4.
59
Gambar 28 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan setiap alat tangkap pada tahun 2010 dan 2011.
Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada alat tangkap speargun, jika dilihat dari tingkat hasil tangkapan maka alat tangkap muroami merupakan alat tangkap
dengan hasil tangkapan per orang per trip tertinggi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan setiap alat tangkap, dimana alat tangkap muroami lebih
efektif dalam menangkap ikan yang bergerombol ikan ekor kuning dibandingkan dengan alat tangkap lainnya sehingga memberikan kontribusi tekanan
penangkapan yang besar terhadap sumberdaya perikanan karang. Selain dilihat dari sisi hasil tangkapan dan jumlah upaya penangkapan,
untuk mengetahui tekanan terhadap sumberdaya perikanan karang, juga dilihat dari analisis selektivitas alat tangkap berdasarkan keragaman jenis ikan yang
ditangkap. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua alat tangkap yang digunakan di Taman Nasional Karimunjawa memiliki nilai indeks
keanekaragaman yang tinggi atau selektivitas yang rendah terhadap hasil tangkapan, akan tetapi hasil tangkapan pada alat tangkap muroami dan speargun
didominasi oleh spesies tertentu. Hasil tangkapan pada alat tangkap handline, gillnet
dan trap cenderung tidak didominasi oleh spesies tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa alat tangkap muroami dan speargun memiliki preferensi
terhadap jenis tertentu dan alat tangkap gillnet, handline dan trap tidak memiliki
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500
5000 10000
15000 20000
25000 30000
Gill Net Handline
Mu ro
ami Speargun
Tr ap
Gill Net Handline
Mu ro
ami Speargun
Tr ap
2010 2011
U pa
y a
p ena
ng ka
pa n
tr ip
H as
il ta ng
ka pa
n k
g Hasil tangkapan
Upaya penangkapan
60 preferensi terhadap jenis tertentu. Hal ini dikarenakan ketiga alat tangkap tersebut
memiliki peluang yang sama untuk menangkap semua jenis ikan dan jika dilihat dari cara pengoperasiannya termasuk pada alat tangkap pasif.
Komposisi rata-rata jenjang rantai makanan trophic level hasil tangkapan pada penelitian ini ditemukan bahwa hanya alat tangkap handline yang memiliki
nilai rata-rata trophic level tinggi 4,0 yang membedakan dengan alat tangkap lainnya. Hal ini dikarenakan pada saat pengoperasian alat tangkap ini
menggunakan umpan dari daging ikan sehingga lebih banyak menangkap ikan pemakan daging carnivore seperti dari Famili Serranidae, Carangidae,
Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Sphyraenidae dan Haemulidae. Alat
tangkap lainnya memiliki rata-rata trophic level rendah hingga sedang 2,8 - 3,4 yang menangkap ikan pada semua jenjang rantai makanan diantaranya herbivore,
omnivore, planktivore dan benthic invertivore seperti Famili Scaridae, Siganidae,
Acanthuridae, Balistidae, Caesionidae dan Labridae Gambar 29. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McClanahan and Mangi 2004 menyatakan bahwa rata-rata trophic level pada alat tangkap handline lebih tinggi
3,6 dibandingkan dengan alat tangkap lainnya 2,6 - 2,9. Komposisi jenjang rantai makanan hasil tangkapan terdistribusi pada
berbagai kelompok jenjang rantai makanan, akan tetapi alat tangkap handline mempunyai potensi untuk mempengaruhi jenjang rantai makanan yang tinggi dan
dapat mengakibatkan penurunan jejaring makanan fishing down the food web Pauly et al. 2001. Lebih lanjut Pauly et al. 2001 berpendapat bahwa rata-rata
jenjang rantai makanan dari hasil pendaratan ikan dapat digunakan sebagai indek keberlanjutan dalam perikanan multi-species. Salah satu tujuan dari pengelolaan
ekosistem adalah mempertahankan tingkat rata-rata jenjang rantai makanan pada kondisi tetap dari kegiatan perikanan tangkap.
Pengelolaan untuk menjaga tingkat keberlanjutan dan mempertahankan jejaring makanan dapat melalui penentuan jenjang rantai makanan ikan yang
ditangkap oleh berbagai jenis alat tangkap dan menyesuaikan komposisi alat tangkap untuk menjaga komposisi jejaring makanan perikanan. Selain alat
tangkap handline, alat tangkap lain umumnya menangkap ikan pada jenjang rantai
61 makanan yang cukup rendah dan ini mungkin mencerminkan sejarah penangkapan
ikan yang berlebih McClanahan and Mangi 2004.
Gambar 29 Rata-rata ±SE trophic level ikan hasil tangkapan masing-masing alat tangkap.
5.3 Strategi Operasi Penangkapan