Pengujian antimalaria dilakukan ketika kultur di dominasi parasit pada stadium tropozoit untuk mencegah terbentuknya skizon.
Gambar 14. Penampakan eritrosit terinfeksi P. falciparum dilihat pada mikroskop perbesaran 10 x 100
Evaluasi pertumbuhan parasit pada pengujian aktivitas antimalaria dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis
selanjutnya diamati di bawah mikroskop perbesaran 1000 kali. Pertumbuhan parasit yang terlebih dahulu diamati adalah pada kelompok kontrol, untuk melihat
pertumbuhan tanpa adanya perlakuan penggunaan antimalaria. Hasil pengamatan menunjukkan parasit pada kelompok kontrol negatif tumbuh. Pertumbuhan
terlihat dengan semakin banyaknya eritrosit yang terinfeksi P. falciparum. Pengamatan dilanjutkan dengan melihat pertumbuhan P. falciparum pada
kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan dengan penambahan ekstrak teripang. Perhitungan jumlah parasit terinfeksi digunakan untuk menghitung
angka parasitemia dan persen penghambatan pertumbuhan P. falciparum ekstrak teripang.
4.3.2 Angka parasitemia
Perhitungan angka parasitemia merupakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian malaria. Parasitemia adalah persentase jumlah sel darah merah
yang terinfeksi oleh parasit malaria Hutomo 2005. Dalam penelitian ini parasitemia dihitung pada 5000 sel darah merah dengan metode pewarnaan
giemsa. Pewarnaan giemsa merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan karena berfungsi membedakan antara sel darah merah yang terinfeksi dan sel
darah merah yang tidak terinfeksi.
Perhitungan angka parasitemia digunakan untuk mengetahui penambahan jumlah P. falciparum pada berbagai dosis ekstrak yang diujikan. Adapun kontrol
negatif dan kontrol positif digunakan sebagai pembandingnya. Kontrol negatif merupakan kultur tanpa penambahan ekstrak ataupun obat malaria, sedangkan
kontrol positif menggunakan obat malaria yaitu arterakin dan kuinin. Angka parasitemia dari hasil pengujian aktivitas antimalaria dengan pelarut dan
konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Angka parasitemia pada setiap ekstrak teripang
Ekstrak μgmL
Persen parasitemia setiap konsentrasi 10
20 40
80 160 320 640 1280 2560
n-Heksana 2,91 2,69 1,95 1,84 1,67 1,52 1,27 0,86 0,74
Etil asetat 2,79 2,51 2,49 2,36 2,62 2,51 2,37 2,13 1,95
Metanol A 2,71 2,59 2,68 2,48 2,42 2,01 1,53 1,59 1,42
Metanol B 2,66 2,44 2,56 2,42 2,45 2,34 2,37 1,67 1,40
Kontrol - 2,80
Kontrol + Ar 0,64
Kontrol + Ku 0,67
Keterangan : A : ekstraksi bertingkat Ar : Arterakin
166,7 μgmL
B : ekstraksi tunggal Ku : Kuinin
28 μgmL
Tabel 7 menunjukkan penurunan angka parasitemia pada penambahan semua jenis ekstrak teripang dengan dari konsentrasi terkecil hingga konsentrasi
tertinggi. Secara umum terlihat terjadi penurunan angka parasitemia seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak teripang. Penambahan ekstrak heksana 10
μgmL tidak menunjukkan penurunan angka parasitemia jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Bahkan cenderung memiliki angka parasitemia yang lebih
tinggi dibandingkan kontrol negatif. Hal ini diduga karena respon alamiah makhluk hidup dalam hal ini adalah parasit P. falciparum yang mencoba
mempertahankan diri dalam kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk pertumbuhannya. Sehingga parasit berusaha mempercepat proses pertumbuhan.
Akan tetapi pada konsentrasi yang ekstrak teripang yang lebih besar pada akhirnya P. falciparum tidak lagi dapat bertahan hingga terjadi penurunan angka
parasitemia pada kultur. Angka parasitemia terkecil ditunjukkan ekstrak heksana pada konsentrasi 2560
μgmL yaitu 0,74. Angka ini masih di atas parasitemia
kontrol positif pada arterakin dan kuinin yang masing-masing sebesar 0,64 dan 0,67.
Data perubahan angka parasitemia pada setiap konsentrasi ekstrak dianalisis menggunakan uji ANOVA dua arah. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai F
hitung sebesar 10,701 dan probabilitasnya sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak dengan berbagai
konsentrasi menunjukkan perbedaan yang signifikan Lampiran 3. Hasil uji lanjut LSD juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak heksana memberikan
perbedaan berarti signifikan terhadap ketiga ekstrak yang lain, yaitu ekstrak etil asetat, metanol bertingkat dan metanol tunggal. Sedangkan untuk ekstrak etil
asetat, metanol bertingkat dan metanol tunggal, ketiganya tidak memberikan perbedaan signifikan. Ekstrak teripang dengan konsentrasi 10
μgmL, 20 μgmL, dan 40
μgmL tidak berbeda nyata Lampiran 4. Artinya pada konsentrasi tersebut ekstrak teripang tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan parasit.
Penurunan angka parasitemia pada masing-masing konsentrasi ekstrak dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Grafik rata-rata persentase pertumbuhan P. falciparum dengan perlakuan penambahan ekstrak teripang keling H. atra
Keterangan : Metanol A : maserasi bertingkat, Metanol B : maserasi tunggal
P ar
as it
em ia
Konsentrasi ekstrak μgmL
4.3.3 Daya hambat