membantu kelancaran perijinan dan kegiatan operasional usaha
perkebunan. d.
Organisasi dan manajemen
Pola kerjasama kemitraan inti plasma dengan kepemilikan lahan oleh petani, pada umumnya dengan pola kerjasama bagi hasil profit sharing.
Petani sebagai ‘pemilik’ lahan, menyerahkan seluruh lahan kepada perusahaan inti untuk mendapatkan hak guna usaha HGU dan sebagai
imbalannya, petani mendapatkan persetase pembagian keuntungan dari total keuntungan pengusahaan kebun kelapa sawit.
e. Visi dan misi kemitraan
Kejelasan aturan atau kesepakatan antara PT. ATB dengan petani, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis
yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan
demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan.
f. Hubungan masyarakat
Hubungan masyarakat Humas yang baik merupakan sebuah landasan yang diperlukan bagi petani untuk dapat maju dan berkembang. Dengan
hubungan masyarakat yang baik, maka dapat memberikan situasi kondusif dan aman dalam melaksanakan kegiatan usaha. Humas dengan petani dan
perusahaan dapat menjadi tolok ukur respon masyarakat terhadap kegiatan kerjasama kemitraan.
g. Budaya kerja perusahaan
Program inti plasma dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit memerlukan keseriusan baik pihak petani selaku plasma yang mendapat
bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun pihak inti usaha besar atau menengah yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk
membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.
h. SDM
Kemitraan ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian.
i. Keuangan
Ketersediaan akses untuk mendapat modal menjadi faktor yang mempengaruhi keuangan bagi usaha kemitraan. Melalui kerjasama
kemitraan, dapat dibuka akses untuk memperoleh kredit Kredit Koperasi
Primer untuk Anggota KKPA. j.
Lahan
Melalui kerjasama kemitraan, faktor lahan yang sebelumnya menjadi faktor kelemahan PT. ATB, mampu ditutupi dan menjadi salah satu faktor
kekuatan. Potensi lahan plasma yang dimiliki petani adalah 4.800 Ha.
k. Pemasaran
Pemasaran produk hasil kebun kelapa sawit dirasakan sebagai kelemahan bagi petani. Namun dengan kerjasama kemitraan, pemasaran hasil kebun
menjadi lebih baik, karena selain lebih mudah, hasil yang dipasarkan juga memiliki nilai tambah lebih melalui pengolahan di pabrik pengolahan
Kelapa Sawit.
4.2.2. Kelemahan
a. Pengalaman membangun kebun
Kerjasama kemitraan antara petani dan PT. ATB masih memiliki kelemahan dalam pengalaman membangun kebun. PT. ATB memiliki latar
belakang sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara, sedangkan secara demografis, masyarakat Kabupaten Musi
Banyuasin MUBA mayoritas memiliki latar belakang budidaya tanaman karet luas areal perkebunan karet rakyat 160.812 Ha dan luas areal
perkebunan kelapa sawit rakyat 20.575 Ha.
b. Penelitian dan pengembangan
Masih kurangnya penelitian dan pengembangan untuk mengatasi persoalan ketersediaan input produksi bibit unggul, pupuk dan pestisida yang
selama ini menyebabkan rendahnya produktivitas sawit.
c. Sistem informasi manajemen
Keterbatasan sistem informasi manajemen menyebabkan petani tidak memiliki kemampuan untuk membangun kebun kelapa sawit dengan baik,
misalnya, penerapan kultur teknis tidak tepat seperti penanaman, pemeliharaan, aplikasi pupuk, manajemen panen dan kesalahan dalam
interpretasi kelas kesesuaian lahan.
4.2.3. Peluang
a. Dukungan pemerintah daerah
Dukungan pemerintah daerah diberikan kepada usaha perkebunan melalui kemudahan dalam pemberian ijin dengan pelayanan satu atap.
b. Ketersediaan lahan petani
Ketersediaan lahan yang lebih luas dalam usaha perkebunan, akan dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan. selain
itu, potensi kemungkinan terjadinya inefisiensi pabrik dapat diperkecil.
c. Dukungan perbankan