dalam sekum menyebabkan proliferasi bakteri gram positif yang memproduksi asam laktat dan terjadi peningkatan keasaman asidosis Mallem et al. 2003;
Bailey et al. 2003. Menurut Ross dan Williams 2005, konsumsi grain bji- bijian dalam jumlah banyak dapat menghasilkan konsentrasi pati yang tinggi dan
proliferasi bakteri di hindgut seperti Streptococcus bovis, Streptococcus dan Lactobacillus spp equines
. Bakteri tersebut tidak hanya menurunkan pH
usus, tetapi juga membunuh bakteri menguntungkan dalam usus. Menurut Pollitt 2008, keadaan tersebut membunuh dan melisiskan
sebagian besar bakteri sehingga mengakibatkan pengeluaran toksin yang berasal dari dinding sel dan material genetik dari bakteri tersebut endotoksin, eksotoksin,
microbial DNA. Permeabilitas usus meningkat akibat iritasi lapisan usus oleh keasaman yang tinggi, kemudian menyebabkan endotoksin dan eksotoksin akan
diserap ke dalam darah. Endotoxemia dalam sirkulasi sangat menggangu terutama di bagian ekstremitas dan dapat menyebabkan laminitis Pollitt Visser 2010;
Tóth et al. 2009.
4.2 Pembagian Tingkat Keparahan Laminitis berdasarkan Interpretasi
Radiograf
Pollitt 2001 menyatakan bahwa pembagian grade tingkat keparahan laminitis berawal pada tahun 1948 dicetuskan oleh Nils Obel seorang dokter
hewan yang berasal dari Swedia. Pembagian tersebut berdasarkan kaitan antara kepincangan dengan keparahan yang terlihat secara klinis. Kuda dengan grade
tingkat I ditandai dengan menopang berat badan pada satu kaki dan bergantian ke kaki lainnya, tetapi kuda masih dapat bergerak bebas. Grade tingkat II
kepincangan jelas terlihat terutama saat berputar dan menyeret saat berjalan. Pada grade
tingkat III kuda tidak mau bergerak dan menolak saat kaki diangkat karena rasa sakit yang diderita. Grade tingkat IV merupakan tingkatan paling
parah yakni kuda lebih sering berbaring, tidak mau bergerak maupun berjalan. Redden 1998 telah membagi grade tingkat keparahan laminitis
berdasarkan gejala klinis, terapi yang dilakukan dan prognosis. Grade tingkat I biasanya tidak disertai dengan rotasi dan menembusnya os phalanx III ke bagian
sole , grade tingkat II terjadi rotasi sebesar 5°, grade tingkat III rotasi os
phalanx III sebesar 5°-10° dan grade tingkat IV rotasi os phalanx III lebih dari
10° dan disertai penetrasi os phalanx III ke bagian sole. Menurut Floyd 2007a banyak sistem yang digunakan untuk menentukan grade tingkat keparahan
laminitis. Akan tetapi, sistem yang banyak digunakan pada saat ini merupakan gabungan dari pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiograf, dan venogram untuk
melihat keparahan laminitis. Penentuan tingkat keparahan laminitis berdasarkan hasil pemeriksaan radiograf terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil pemeriksaan radiograf dan penentuan tingkat keparahan laminitis
Kuda Posisi Kaki
PA °
Lebar Zona H-L mm
Jarak EP- CB
mm SDTSDW
mm Tingkat
I RF 5 2125
20 1425 I
LF 10 2122 19 1530 II
II RF 12 2239
20 130 II
LF 17 2835 18 138 III
RH 11 2021 15 2023 II
LH 8 1821 16 2020
I III RF 5 2324
20 110
I LF
9 2528 25 411 I
RH 8 3132 23 317
I LH
9 2527 25 315 I
IV LF 14 2532 22 1640
III V RF
12 2427 17
420 II
LF 9 1617 17 1113
I RH
6 1919 20
410 I
LH 8 1617 15 826
I VI RF 28 3646
5 2254
IV LF
55 5060
30 045
IV RH
11 2026 19 822 II
LH 10 2228 17 1830 II
Nilai normal 3-5
15-19 ±14
2023 CB: coronary band, EP: extensor process, H-L: horn-lamellar, LF: left fore, LH: left hind, RF:
right fore , RH: right hind, PA: palmar angle, P3: os phalanx III; SDT: sole depth at tip dari P3,
SDW: sole depth at wings dari P3 Floyd 2007a.
Berdasarkan pemeriksaan radiograf pada satu kuda dapat menderita laminitis dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat terjadi
tergantung pada penyebab dan predisposisi dari laminitis tersebut. Laminitis akibat gangguan metabolik menginduksi terjadinya laminitis pada keempat kaki,
sedangkan laminitis akibat selain dari gangguan metabolik menginduksi terjadinya laminitis pada satu atau kedua kaki. Namun penentuan derajat
keparahan pada setiap kaki tidak dapat dilihat berdasarkan gejala klinis Kellon 2007. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan terhadap perubahan yang terjadi pada
unsurjaringan sekitar laminae di antara os phalanx III dengan wall Floyd 2007a.
Gambaran perubahan yang terjadi pada tiap kaki dari setiap kuda terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Gambaran perubahan jaringan antara os phalanx III dan permukaan wall
Kuda Perubahan jaringan antara os phalanx III
dan permukaan wall Keterangan
RF LF RH LH I + + - -
- II
+ +
+ +
Gas terlihat di antara wall dan corium pada bagian tip os phalanx III LF, RH, LH
III + + + + Gas
terlihat di
antara wall
dan corium RF. LF, RH
IV + - - - Gas
terlihat di
antara wall
dan corium V + + + +
- VI + + + +
Gas terlihat
di antara
wall dan corium RF,
LF, LH Rotasi dan penetrasi os phalanx III LF
LF: left fore, LH: left hind, RF: right fore, RH: right hind +: ada perubahan, - : tidak ada perubahan
Menurut Farrow 2006, pengambilan radiograf dari sisi lateral lateral view
dapat menggambarkan keparahan rotasi os phalanx III dengan melihat hubungan antara os phalanx III dengan dinding kuku. Keparahan yang terlihat
berupa degenarasi kaki akibat laminitis dan terlepasbergesernya os phalanx III dari posisi normal.
Floyd 2007a menyatakan keparahan rotasi menjadi indikasi penentuan grade
tingkat keparahan laminitis. Radiograf kuda dengan grade tingkat I adalah terbentuknya garis halus berwarna lebih hitam lucent terbatas pada
permukaan dorsal os phalanx III. Grade tingkat II terbentuknya garis halus berwarna lebih hitam lucent yang lebih luas daripada tingkat I dan garis halus
tersebut terdapat di distal dan ujung bawah os phalanx III. Grade tingkat III terlihat disorganisasi laminae dorsalis dengan corium disertai peningkatan warna
kehitaman pada kedua daerah tersebut, sedangkan radiograf pada grade tingkat IV terjadi rotasi cranial yang ditandai dengan warna lebih hitam di sepanjang
permukaan dorsal dan distal os phalanx III dan lebih luas pada bagian distal, juga disertai menembusnya os phalanx III ke bagian sole.
Gambaran yang terlihat sebagai garis halus berwarna lebih hitam lucent pada saat terjadi rotasi os phalanx III merupakan akumulasi gas. Gas tersebut
terbentuk diantara os phalanx III dan dinding kuku akibat kontaminasi atmosfir
atmospheric contamination oleh penetrasi os phalanx III yang menembus sole atau oleh drainage pada bagian coronary band. Pendapat lain menyatakan bahwa
gas tersebut dapat dilepaskan dari hemoglobin sekunder untuk disintegrasi sel darah merah sebagai suplai daerah ekstremitas. Selain itu, laminitis dapat
mempengaruhi konstruksi dari dinding kuku, permukaan dinding kuku akan terlihat bergelombang dan jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan
venogram akan terlihat kerusakan pada pembuluh darah di bagian dalam Farrow 2006.
Perubahan struktural os phalanx III tidak terjadi pada kasus laminitis akut dan subakut, terkecuali telah terjadi rotasi yang parah sebelumnya dan diikuti
dengan penetrasi sampai fraktur ujung os phalanx III, serta osteomyelitis Farrow 2006. Secara umum, kombinasi rotasi, perpindahan os phalanx III, dan gas pada
bagian laminae bukan pertanda baik untuk pemulihan secara fungsional. Euthanasia
menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan kasus laminitis jika sudah terjadi penetrasi os phalanx III baik dengan atau tanpa fraktur dan disertai
infeksi Herthel Hood 1999. Akan tetapi, jika sembuh dari kondisi tersebut hewan akan berada dalam keadaan cacat kronis seumur hidup Morgan
Grosenbaugh 1999.
BAB V PENUTUP