12
Persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus
menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera Chaplin,
1997. Persepsi wisatawan dapat diperoleh setelah melihat dan menggunakan sarana dan prasarana yang ada pada suatu kawasan wisata.
2.5 Ekonomi Wisata
Dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu system, yakni a permintaan atau
kebutuhan; b penawaran atau pemenuhan kebutuuhan berwisata itu sendiri; c pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan d
pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga elemen tadi Steck, et.al, 1999 dalam Yoeti 2008. Menurut Yoeti 2008 ekonomi wisata adalah sebuah
pendekatan pariwisata yang dilakukan dari sudut pandang ekonomi, sehingga dalam penerapannya ekonomi wisata menggunakan prinsip-prinsip ekonomi yang
dijelaskan sebagai berikut
2.5.1 Permintaan Wisata
Menurut Yoeti 2008 permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala
permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor ekonomi, sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai
konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli sesuatu barang kebutuhannya.
Permintaan dalam kepariwisataan menurut Yoeti 2008 dibagi atas dua,
13
yaitu potential demand dan actual demand. Yang dimaksud dengan potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan
wisata karena memiliki waktu luang dan punya tabungan yang relatif cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah orang-orang yang
sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daerah Tujuan Wisata DTW tertentu. Morley 1990 menyatakan bahwa permintaan akan pariwisata
tergantung pada ciri-ciri wisatawan, seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang
untuk bepergian mencari kesenangan, kemampuannya untuk bepergian dan pilihan tempat tujuan perjalanannya.
2.5.2 Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi yang terjadi karena kegiatan pariwisata menurut Marine Ecoturism for Atlantic Area META 2001, terdiri dari Efek Langsung Direct
Effects, Efek Tidak Langsung Indirect Effects dan Efek Induksi Induced Effects. Sementara itu, Efek Tidak Langsung dan Efek Induksi kadang-kadang
disebutnya sebagai Efek Sekunder Secondary Effects yang menyertai Efek Langsung selaku Efek Primer Primary Effect.
Dampak ekonomi pariwisata alam adalah manfaat atau kontribusi produk wisata berbasis alam terhadap ekonomi suatu wilayah. Dampak tersebut dapat
berupa: 1 penerimaan dari penjualan produk wisata tiket masuk taman nasional, hotel,
campground, restoran,
atraksi, transportasi
dan retail,
2 pendapatanmasyarakat, 3 peluang pekerjaan dan 4 penerimaan pemerintah dari
pajak dan retribusi Frechtling, 1987. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah karena mendorong perkembangan beberapa
14
sektor perekonomian. Menurut Wahab 1976 pentingnya wisata dalam perekonomian karena dapat meningkatkan industri-industri baru yang erat
kaitannya dengan pariwisata, meningkatkan permintaan tehadap handicrafts, souvenir goods yang berasal dari daerah sekitar tempat wisata.
2.5.2.1 Prinsip Multiplier Effect
Clement dalam Yoeti 2008, menyatakan bahwa setelah wisatawan datang pada suatau negara atau DTW, mereka pasti akan membelanjakan dollarnya pada
perusahaan-perusahaan kelompok industri pariwisata untuk memenuhi kebutuhan needs dan keinginan wants selama mereka tinggal di negara atau DTW
tersebut. Uang yang dibelanjakan wisatawan itu, setelah dibelanjakan tidak berhenti beredar akan tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain atau
dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain yang berkaitan dengan pariwisata. Efek pengganda Multiplier effect memiliki beberapa prinsip seperti yang
dijelaskan oleh Yoeti 2008 yaitu: uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalamkegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan,
uang itu selalu berpindah tangan dari orang satu ke orang yang lain, semakin cepat uang berpindah tangan, semakin besar pengaruh uang itu dalam perekonomian
setempat dan semakin besar nilai koefisien multiplier, uang itu akan hilang dari peredaran, apabila uang itu tidak lagi berpindah tangan tetapi berhenti dari
peredaran karena sudah tidak memberikan pengaruh terhadap perekonomian setempat, pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan
itu dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tetentu.
15
2.5.2.2 Faktor Kebocoran
Uang yang dibelanjakan oleh para wisatawan selalu bepindah dari satu orang ke orang yang lainnya. Menurut Murphy 1987 dalam Milasari 2010.
Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan mencapai daerah tujuan. Kebocoran ekonomi dari pariwisata mungkin
digambarkan sebagai jumlah pendapatan yang gagal didapat di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor-faktor yang
mungkin meningkatkan tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi keuntungan ekonomi dari pariwisata untuk masyarakat lokal diantaranya termasuk tingkat
kepemilikan asing dari industri pariwisata serta pembagian hasil kepada pemegang saham yang tinggal di luar daerah tersebut, makanan dan minuman
yang berasal dari luar daerah tujuan wisata. Menurut Yoeti 2008 pada prinsipnya semakin kecil kebocoran yang
terjadi maka semakin baik bagi perekonomian di suatu kawasan wisata, sebaliknya apabila semakin besar kebocoran yang terjadi maka semakin kecil
dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan wisata. Kebocoran dalam sektor pariwisata dapat dicegah dengan mengurangi bahan baku
yang menggunakan import contents sehingga dampaknya terhadap perekonomian tidak banyak.
2.5.3 Industri Wisata
Kegiatan wisata erat kaitannya dengan produk wisata yang terdapat di lokasi wisata tersebut misalnya penyedia jasa atau sering disebut industri
pariwisata. Industri pariwisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata menurut Freyer 1993 dalam Damanik dan Weber
16
2006. Menurut Christie Mill 1990 dalam Yoeti 2008, industri pariwisata lebih bersifat tidak berwujud intangible sehingga para pakar menyebutnya
sebagai industri tanpa cerobong asap. Industri ini juga tidak dapat diukur karena tidak memiliki standar nomor klasifikasi.
Menurut Yoeti 2008 keberadaan pariwisata sebagai suatu industri sukar dijelaskan. Akan tetapi, keberadaannya dapat dijelaskan dengan adanya
sekelompok perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung dengan kunjungan wisatawan. Hal tersebut berarti bila tidak ada wisatawan, maka dapat
dikatakan kelompok perusahaan ini tidak eksis, karena tidak ada orang yang akan dilayani.
2.6 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang persepsi mengenai kawasan wisata, faktor
– faktor yang mempengaruhi permintaan di kawasan wisata, dan dampak ekonomi serta dampak lingkungan
dengan adanya kawasan wisata.
2.6.1 Penelitian Persepsi Kawasan Wisata
Adapun penelitian yang dilakukan untuk mengetahui persepsi terhadap kawasan wisata dilakukan oleh Hermalinda 2010. Hasil penelitian tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penelitian Mengenai Persepsi Kawasan Wisata
No Peneliti
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Hermalinda Dampak Ekonomi
Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug
Cilember Terhadap Masyarakat Lokal
Penelitian ini salah satu hasilnya adalah mengenai persepsi mengenai kawasan Kawasan
Wisata Curug Cilember yang secara keseluruhan wisatawan menilai baik sarana dan prasarana,
panorama alam, kebersihan, aksesibilitas serta pengelolaan yang disediakan oleh wana wisata.