BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
v
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan serta undang-undang terkait lainnya, BPK telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Kudus tanggal 31 Desember 2012 dan 2011,
Laporan Realisasi Anggaran, dan Laporan Arus Kas, serta Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. BPK telah
menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Kudus Tahun 2012 yang memuat opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Nomor 34ALHPBPKXVIII.SMG052012 dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan Nomor
34CLHPBPKXVIII.SMG052012 tanggal 21 Mei 2013.
Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN, dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Kudus tersebut di atas, BPK mempertimbangkan sistem
pengendalian intern Pemerintah Kabupaten Kudus untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan opini atas laporan keuangan dan tidak
ditujukan untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern.
BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas
Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Kudus yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut:
1.
Pengendalian atas Pengelolaan Kas Kurang Memadai; 2.
Piutang Pada Neraca Kabupaten Kudus Belum Disajikan Sebesar Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan;
3. Pengelolaan Dana Bergulir pada Pemerintah Kabupaten Kudus Tidak Sesuai
Ketentuan; 4.
Aset Bongkaran Material Kegiatan Penataan Saluran Drainase dan Trotoar Jalan Tidak Diketahui Keberadaannya;
5. Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Aset dengan Pihak Ketiga pada Tiga Pasar,
Toserba, dan Ruko Berpotensi Merugikan Pemerintah Kabupaten Kudus; 6.
Pengelolaan Pajak Hotel Pemerintah Kabupaten Kudus Kurang Memadai; 7.
Pemungutan dan Penetapan Pajak Air Tanah Kabupaten Kudus Tidak Sesuai Peraturan Daerah;
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
vi 8.
Penganggaran dan Realisasi Belanja Daerah sebesar Rp58.453.871.300,00 Tidak Menggambarkan Substansi Kegiatan yang Sebenarnya.
Berdasarkan temuan tersebut, BPK RI merekomendasikan kepada Bupati Kudus agar: 1.
Dalam mengalokasikan pengeluaran untuk BLUD mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang BLUD dan menyusun kebijakan tentang pengelolaan
rekening penyimpanan uang daerah di bank sesuai ketentuan yang berlaku; 2.
Menerbitkan kebijakan akuntansi tentang penyisihan piutang berdasarkan umur piutang untuk menyajikan nilai piutang bersih yang dapat ditagih;
3. a. Menerbitkan kebijakan akuntansi dana bergulir tentang penyisihan dana bergulir
berdasarkan umurnya untuk menyajikan nilai dana bergulir bersih yang dapat ditagih;
b. Memerintahkan Kepala Disperinkop UMKM dan Kepala Distankanhut untuk 4.
menetapkan kebijakan atas pengembalian pokok dana bergulir yang masih tersimpan di rekening penampungan;
Memerintahkan Kepala Dinas Cipkataru supaya: a. Memerintahkan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pengawas Lapangan untuk
lebih cermat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b. Memerintahkan Pengurus Barang untuk menginventarisasi aset bongkaran material kegiatan penataan saluran drainase dan trotoar jalan serta mengusulkan
penghapusan; 5.
Memerintahkan Sekretaris Daerah melakukan evaluasi atas Perjanjian Kerjasama dengan P.T. KBBP, P.T. PBP, P.T. AAA, P.T. IIGPS, dan P.T. SEM, sehingga hak
dan kewajiban kedua belah pihak lebih jelas dan kerjasama saling menguntungkan; 6.
Memerintahkan Kepala DPPKD supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan penerimaan dari pajak hotel agar sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; 7.
a. Menetapkan Peraturan Bupati yang mengatur tentang Nilai Perolehan Air Tanah; b. Memerintahkan Kepala DPPKD dan Kepala Dinas BPESDM untuk
berkoordinasi mengenai pengelolaan database wajib pajak; c. Memerintahkan Kepala DPPKD untuk menetapkan Standar Operasional
Prosedur yang mengatur tentang pengelolaan pajak air tanah; 8.
a. Memerintahkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD Kabupaten Kudus supaya lebih cermat dalam penganggaran belanja barang dan jasa, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, dan belanja modal agar sesuai dengan substansi kegiatan yang direncanakan;
b. Memerintahkan Kepala SKPD terkait supaya dalam menganggarkan belanja barang dan jasa dan belanja modal serta dalam menyusun RKA SKPD
mempedomani peraturan yang berlaku; c. Memerintahkan Kepala DPPKD supaya dalam menganggarkan belanja hibah
dan belanja bantuan sosial serta dalam menyusun RKA SKPKD mempedomani peraturan yang berlaku.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2012 mengungkapkan sebanyak 8 delapan
temuan pemeriksaan, dengan rincian sebagai berikut.
1. Pengendalian atas Pengelolaan Kas Kurang Memadai
Kas dan Setara Kas yang disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp98.122.672.531,35. Jumlah tersebut menurun
sebesar 12,54 dibandingkan dengan saldo Kas dan Setara Kas Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp112.196.229.951,90. Saldo Kas dan Setara Kas per 31 Desember 2012 tersebut
terdiri dari:
Tabel 1 Rincian Kas dan Setara Kas per 31 Desember 2012
dalam Rupiah
No. Uraian
Jumlah
1. Kas di Kas Daerah
96.223.012.547,79 2.
Kas di BLUD 1.705.486.653,00
3. Kas di Bendahara Penerimaan
121.878.581,56 4.
Kas di Bendahara Pengeluaran 72.294.749,00
Jumlah 98.122.672.531,35
Berdasarkan pemeriksaan atas pengelolaan kas ditemukan hal-hal sebagai berikut: a. Terdapat pengeluaran uang dari Kas Daerah untuk diserahkan kepada Kas di BLUD
tanpa melalui mekanisme APBD sebesar Rp4.257.149.650,00 Awal timbulnya permasalahan tersebut adalah karena diterbitkannya Keputusan
Bupati Kudus Nomor 9002082011 tanggal 9 September 2011 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah BLUD pada Rumah Sakit
Umum Daerah RSUD Kabupaten Kudus. Dalam Keputusan Bupati tersebut dinyatakan bahwa RSUD Kabupaten Kudus ditetapkan sebagai BLUD dengan status BLUD Penuh.
Dengan diterbitkannya Keputusan Bupati tersebut, RSUD dapat menggunakan pendapatan operasionalnya untuk membiayai belanjanya, tanpa harus melakukan
penyetoran ke Kas Daerah.
Namun Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah PPK- BLUD tidak segera diterapkan sejak diterbitkannya Keputusan Bupati tersebut.
Penerapan PPK-BLUD menunggu penetapan nomor rekening Kas RSUD Kabupaten Kudus. Nomor rekening RSUD baru ditetapkan dalam Keputusan Bupati Kudus Nomor
900082012 tanggal 16 Januari 2012 tentang Penetapan Nomor Rekening Kas RSUD Kabupaten Kudus sebagai BLUD untuk Pengelolaan Transaksi Penerimaan dan
Pengeluaran. Dengan demikian sejak diterbitkannya Keputusan Bupati tentang Penerapan PPK-BLUD pada RSUD Kabupaten Kudus pada tanggal 9 September 2011 sampai
dengan diterbitkannya Keputusan Bupati tentang Penetapan Nomor Rekening Kas RSUD Kabupaten Kudus pada tanggal 16 Januari 2012, RSUD Kabupaten Kudus masih
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
menggunakan mekanisme APBD sebagaimana halnya SKPD lain dalam melaksanakan belanja dan pendapatannya.
Setelah ditetapkannya rekening Kas RSUD, maka RSUD Kudus dapat menggunakan rekening tersebut untuk menampung pendapatannya, dan dapat
menggunakan pendapatan yang diperoleh untuk membiayai belanjanya. Selanjutnya melalui Berita Acara Serah Terima, dilakukan serah terima Sisa Pendapatan dan Belanja
RSUD Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2011 dari Pemerintah Kabupaten Kudus ke RSUD Kabupaten Kudus pada tanggal 19 Januari 2012. Dalam Berita Acara itu
disebutkan bahwa Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah DPPKD menyerahkan penerimaan RSUD sampai dengan tanggal 18 Januari 2012 sebesar
Rp4.257.149.650,00 dengan perhitungan sebagai berikut.
Tabel 2 Perhitungan Penyerahan Kas Daerah kepada Kas RSUD
dalam Rupiah SILPA Tahun Anggaran 2010
6.780.263.826,00 Penerimaan RSU sampai dengan 18 Januari 2012
42.466.034.763,00
Jumlah Penerimaan 49.246.298.589,00
Pengeluaran RSU sampai dengan 18 Januari 2012 44.989.148.939,00
Sisa 4.257.149.650,00
Sisa penerimaan sebesar Rp4.257.149.650,00 dianggap sebagai milik RSUD sehingga dikembalikan kepada RSUD. Padahal uang tersebut sudah masuk ke dalam
rekening Kas Umum Daerah, dan sudah menjadi bagian dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran SILPA Pemerintah Kabupaten Kudus. Berita Acara tersebut ditindaklanjuti
dengan adanya surat dari Sekretaris Daerah nomor 90115713.04 tanggal 25 Januari 2012 yang ditujukan kepada Direktur RSUD Kabupaten Kudus. Dalam surat tersebut,
RSUD Kabupaten Kudus diminta untuk segera melakukan rekonsiliasi dengan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah DPPKD yang dinyatakan dengan Berita
Acara. Dalam surat disebutkan juga bahwa terhitung mulai tanggal 19 Januari 2012, RSUD Kabupaten Kudus melaksanakan transaksi keuangan melalui rekening Kas RSUD
yang sudah ditetapkan, yaitu rekening nomor 1-024-00117-7 pada Bank Jateng Cabang Kudus. Selanjutnya Sekretaris Daerah menyampaikan surat nomor 90115813.04 tanggal
25 Januari 2012 yang ditujukan kepada Pimpinan PT. Bank Jateng Cabang Kudus. Dalam surat tersebut, Bank Jateng diminta untuk segera mengalihkanmentransfer dana dari
Rekening Kas Umum Daerah RKUD ke Rekening Kas RSUD sebesar Rp4.257.149.650,00.
Surat permintaan untuk mentransfer dana dilampiri dengan Bilyet Giro No. BA 00251513, tanggal kosong, dengan nominal yang tertulis sebesar Rp4.257.149.650,00,
serta ditandatangani oleh Kepala DPPKD dan Kepala Bidang Otorisasi dan Perbendaharaan pada DPPKD. Dengan merujuk pada surat permintaan Sekretaris Daerah
dan Bilyet Giro, Bank Jateng Cabang Kudus mentransfer dana sebesar Rp4.257.149.650,00 pada tanggal 27 Januari 2012 dari RKUD nomor rekening
1.024.00011.8 ke dalam Rekening Kas RSUD Kabupaten Kudus. Pentransferan dana tersebut diuraikan dalam Nota DebetKredit No. Reg. 99DNBPDDANAI2012 tanggal
27 Januari 2012.
Pentransferan dana dari RKUD ke dalam Rekening Kas RSUD pada dasarnya merupakan transaksi pengeluaran uang dari Kas Daerah. Namun pengeluaran uang
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
tersebut tidak melalui mekanisme APBD sesuai peraturan perundang-undangan. Dana yang berada di Kas Daerah hanya bisa dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang ada.
Adapun mekanisme pencairan uang daerah adalah melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana SP2D yang ditandatangani oleh Bendahara Umum Daerah BUD atau
Kuasa BUD, bukan menggunakan Bilyet Giro atau Cek. Pengeluaran uang daerah untuk disetorkan ke dalam rekening Kas RSUD itu tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Mutasi kas secara pindah buku atau transfer tanpa SP2D hanya boleh dilakukan antar rekening-rekening yang termasuk Rekening Kas Umum Daerah atau
untuk penempatan deposito kurang dari 3 bulan.
Selain itu, RSUD Kabupaten Kudus adalah merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD. Sebagai SKPD, RSUD hanya bisa menerima dana dari Kas Daerah
sesuai dengan anggaran kegiatan. SKPD tidak bisa menerima dana tunai dari Kas Daerah tanpa didasari dengan anggaran kegiatan. Dengan adanya status baru bagi RSUD dengan
penerapan PPK-BLUD, maka RSUD Kabupaten Kudus memiliki perbedaan dengan SKPD lain karena berhak menggunakan pendapatannya untuk membiayai belanjanya
sendiri. Dengan demikian RSUD tidak perlu mengajukan permintaan pembayaran kepada Kas Daerah. Namun demikian, pendapatan RSUD yang sudah disetorkan ke dalam Kas
Daerah, yang merupakan hasil dari kegiatan RSUD selama belum menerapkan PPK- BLUD, adalah bagian dari Kas Daerah yang seharusnya tidak dikembalikan kepada
RSUD. Dengan demikian, pengeluaran Kas Daerah sebesar Rp4.257.149.650,00 tidak dapat dibenarkan.
Atas dana yang diterima dari Kas Daerah itu, RSUD Kudus sudah menggunakan dan mempertanggungjawabkan penggunaannya untuk biaya perawatanpengobatan
Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesda sebesar Rp3.278.147.504,00, biaya darah sebesar Rp355.500.000,00, dan biaya obat sebesar Rp1.001.974.075,00. Jumlah total penggunaan
adalah sebesar Rp4.635.621.579,00. Jumlah penggunaan lebih besar karena sudah bercampur dengan pendapatan operasional yang digunakan langsung oleh RSUD Kudus.
b. Terdapat rekening yang berada di bawah penguasaan SKPD namun tidak dilaporkan kepada BUD
Berdasarkan konfirmasi dan pengumpulan data diketahui bahwa terdapat SKPD yang memiliki rekening penampungan dana yang belum dilaporkan ke BUD. Rekening
yang belum dilaporkan dan tidak terpantau oleh BUD minimal sebanyak 573 rekening dengan saldo per 31 Desember 2012 minimal sebesar Rp7.278.831.053,00. Jumlah
tersebut terbatas pada rekening yang berhasil ditemukan BPK RI pada saat melakukan pemeriksaan. Rekening-rekening tersebut antara lain digunakan untuk:
1
Rekening bendahara pengeluaran SKPD. 2
Rekening penampungan dana bantuan sosial yang berada di SKPD teknis penyalur bantuan sosial.
3 Rekening penampungan dana bergulir.
4 Rekening bendahara penerimaan.
5 Rekening Bantuan Operasional Sekolah SD dan SMP.
6 Rekening Block Grant SD, SMP, SMA, dan SMK.
7 Rekening Dana Alokasi Khusus Pendidikan di SD dan SMP.
8 Rekening gaji SMP, SMA, SMK, dan Unit Pelaksana Teknis Disdikpora.
9 Rekening Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas dan Jaminan Persalinan.
10 Rekening Bantuan Operasional Kesehatan BOK.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
11 Rekening BOK di Puskesmas-Puskesmas. Di antara rekening-rekening tersebut, terdapat rekening yang berisi saldo yang
berasal dari APBD Pemerintah Kabupaten Kudus, antara lain: rekening bendahara pengeluaran SKPD, rekening penampungan dana bantuan sosial, rekening penampungan
dana bergulir, rekening bendahara penerimaan, rekening DAK Bidang Pendidikan di sekolah-sekolah, dan rekening gaji. Meskipun berisi uang APBD namun hanya rekening
bendahara pengeluaran yang dikonsolidasikan ke dalam akun Kas dan Setara Kas di Neraca. Hasil penerimaan bunga atau jasa giro dari rekening-rekening tersebut selain
rekening bendahara pengeluaran tidak semuanya disetorkan ke Kas Daerah. Bahkan dari rekening Bendahara Pengeluaran masih ditemukan adanya saldo yang belum jelas
asalnya. Daftar saldo rekening di Bendahara Pengeluaran dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Sedangkan rekening yang berisi saldo yang tidak berasal dari Kas Daerah antara lain: rekening Jamkesmas dan Jampersal, rekening BOK, rekening BOS, dan rekening
Block Grant. Rekening-rekening tersebut tidak dikonsolidasikan, dan sudah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Rincian rekening yang tidak dilaporkan kepada
BUD dapat dilihat dalam Lampiran 2 sampai dengan Lampiran 13.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara pada: 1 Pasal 30 ayat 1 yang menyatakan bahwa gubernurbupatiwalikota dapat
memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku; 2 Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa gubernurbupatiwalikota dapat
memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan satuan kerja perangkat daerah.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada:
1 Pasal 59 ayat 2 yang menyatakan bahwa komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik
secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi danatau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau
penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan
pendapatan daerah;
2 Pasal 59 ayat 3 yang menyatakan bahwa semua penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum
daerah dan berbentuk barang menjadi milikaset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah;
3 Pasal 67 yang menyatakan bahwa kepala daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan
SKPD. c. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara:
1 Pasal 9 ayat 2 yang menyatakan bahwa Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Kuasa Bendahara Umum Daerah berwenang:
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
a memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank danatau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;
b mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD; c menyimpan Uang Daerah;
d melaksanakan penempatan Uang Daerah dan mengelolamenatausahakan investasi;
e melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban Rekening Kas Umum Daerah;
f melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah; g melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan
h melakukan penagihan piutang daerah; 2 Pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 gubernurbupatiwalikota memberi izin kepada kepala satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerahnya untuk
membuka rekening penerimaan pada Bank Umum yang ditetapkan oleh gubernurbupatiwalikota;
3 Pasal 30 ayat 2 yang menyatakan bahwa GubernurBupatiWalikota dapat memberikan izin pembukaan rekening pengeluaran pada Bank Umum untuk
menampung Uang Persediaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah;
4 Pasal 38 ayat 1 yang menyatakan bahwa Bendahara Umum NegaraDaerah, MenteriPimpinan LembagaGubernurBupatiWalikotaKepala Kantor atau Satuan
Kerja di pusat maupun di daerah bertanggung jawab atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya;
5 Pasal 38 ayat 4 yang menyatakan bahwa pelaporan pengelolaan Uang Daerah dalam rangka pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam bentuk laporan
keuangan pemerintah daerah dilakukan secara periodik. d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, pada Pasal 122 ayat 9 yang menyatakan bahwa setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran
atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah 1 Pasal 131 ayat 1 yang menyatakan bahwa PPK-BLUD yang dibentuk dari satuan
kerjaunit kerja baru, biaya operasional BLUD untuk sementara dibiayai dari penerimaan fungsional BLUD yang bersangkutan sampai dengan perubahan APBD
tahun berjalan; 2 Pasal 131 ayat 2 yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah dapat
mengalokasikan anggaran yang bersumber dari APBD untuk membiayai BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, apabila kegiatan BLUD mendesak untuk
segera dilaksanakan; 3 Pasal 131 ayat 3 yang menyatakan Kegiatan BLUD mendesak sebagaimana
dimaksud pada ayat 2, mempunyai kriteria: a program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum
tersedia dalam tahun anggaran berjalan; dan b keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
4 Pasal 131 ayat 4 yang menyatakan bahwa biaya operasional BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat 1, setelah perubahan APBD dapat dibiayai dari APBD tahun
anggaran berjalan. Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Pengeluaran uang dari Kas Daerah tanpa melalui mekanisme APBD berisiko terjadinya penyalahgunaan Kas Daerah;
b. Pendapatan atas bunga tabungan tidak dapat segera dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Kudus;
c. Kas di rekening-rekening pengeluaran dan penerimaan di SKPD yang tidak dilaporkan berisiko terjadi penyimpangan.
Kondisi tersebut disebabkan oleh: a. Sekretaris Daerah, Kepala DPPKD, dan Direktur RSUD Kabupaten Kudus tidak
memperhatikan peraturan perundang-undangan dalam mengambil kebijakan keuangan BLUD;
b. Bupati Kudus belum menetapkan kebijakan dalam pengelolaan rekening penyimpanan uang daerah di bank.
Atas permasalahan tersebut, Kepala DPPKD menyatakan bahwa: a. Permasalahan pengeluaran uang dari Kas Daerah untuk diserahkan kepada Kas di
BLUD tanpa melalui mekanisme APBD sebesar Rp4.257.149.650,00 karena perhitungan penyerahan kas daerah kepada kas RSUD tersebut merupakan hak RSUD
untuk membiayai belanja RSUD tahun anggaran 2012; b. Atas permasalahan rekening yang berada di bawah penguasaan SKPD namun tidak
dilaporkan kepada BUD, ke depan jika rekening penampungan dilarang maka tidak ada pendapatan atas bunga tabungan dari rekening penampungan dan akan dibuat
surat edaran terkait larangan pembukaan rekening-rekening penampungan untuk pengeluaran dan penerimaan di SKPD.
Sedangkan Direktur RSUD Kudus menyatakan bahwa sebab diterimanya transfer dana dari RKUD, karena PPK-BLUD RSUD Kabupaten Kudus dimulai sejak awal TA
2012 sebagaimana tercantum dalam DPA TA 2012. Bahwa pendapatan yang diperoleh dari RSUD Kabupaten Kudus merupakan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Yang artinya bahwa pendapatan yang diperoleh dari RSUD Kabupaten Kudus sejak 1 Januari 2012 merupakan penghasilan yang berhak dikelola sendiri oleh RSUD
Kabupaten Kudus sebagai PPK-BLUD.
BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar dalam mengalokasikan pengeluaran untuk BLUD mengacu kepada peraturan perundang-undangan tentang
BLUD dan menyusun kebijakan tentang pengelolaan rekening penyimpanan uang daerah di bank sesuai ketentuan yang berlaku.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2. Piutang Pada Neraca Kabupaten Kudus Belum Disajikan Sebesar Nilai Bersih yang
Dapat Direalisasikan
Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik, Pemerintah Kabupaten Kudus mendapatkan imbalan jasa yang dalam satu tahun anggaran dianggarkan sebagai
pendapatan. Pendapatan ini dikelompokkan sebagai Pendapatan Asli Daerah PAD, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Komponen PAD di antaranya
adalah pendapatan pajak, retribusi, dan lain-lain PAD yang sah yang diharapkan dapat diterima dalam satu tahun anggaran. Apabila dalam satu tahun anggaran pendapatan yang
diharapkan tersebut tidak terealisasi maka akan muncul piutang. Timbulnya piutang di lingkungan pemerintahan ini terjadi karena tungga kan pungutan pendapatan dan
pemberian pinjaman serta transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih. Piutang ini harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan Net
Realizable Value. Alat untuk menyesuaikan adalah dengan melakukan cadanganpenyisihan piutang yang tidak tertagih. Penyisihan piutang diperhitungkan dan
dibukukan dengan periode yang sama saat timbulnya piutang, sehingga dapat menggambarkan nilai yang betul-betul diharapkan dapat ditagih.
Piutang Pemerintah Kabupaten Kudus per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Saldo Piutang Pemerintah Kabupaten Kudus
dalam rupiah Piutang
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Prosentase
a. Piutang Pajak 588.722.650,00
717.170.000,00 82,09
b. Piutang Retribusi 10.440.000,00
2.284.956.394,00 0,46
Jumlah 599.162.650,00
3.002.126.394,00 19,96
Rincian masing-masing obyek piutang daerah tersebut, dapat disajikan sebagai berikut:
a. Piutang Pajak
Tabel 4 Saldo Piutang Pajak
dalam rupiah
No. Jenis Piutang Pajak
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Prosentase
1 Pajak Hotel
9.160.000,00 32.721.550,00
27,99 2
Pajak Restoran 66.730.000,00
68.409.650,00 97,54
3 Pajak Hiburan
4.087.500,00 16.409.650,00
25,13 4
Pajak Reklame 8.969.950,00
41.136.300,00 21,81
5 Pajak Galian Gol C
336.139.950,00 387.139.950,00
86,83 6
Pajak Parkir 130.680.300,00
152.680.300,00 85,59
7 Pajak Air Tanah
32.954.950,00 18.820.000,00
175,11
Jumlah 588.722.650,00
717.170.000,00 82,09