Pengendalian atas Pengelolaan Kas Kurang Memadai

BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2. Piutang Pada Neraca Kabupaten Kudus Belum Disajikan Sebesar Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik, Pemerintah Kabupaten Kudus mendapatkan imbalan jasa yang dalam satu tahun anggaran dianggarkan sebagai pendapatan. Pendapatan ini dikelompokkan sebagai Pendapatan Asli Daerah PAD, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Komponen PAD di antaranya adalah pendapatan pajak, retribusi, dan lain-lain PAD yang sah yang diharapkan dapat diterima dalam satu tahun anggaran. Apabila dalam satu tahun anggaran pendapatan yang diharapkan tersebut tidak terealisasi maka akan muncul piutang. Timbulnya piutang di lingkungan pemerintahan ini terjadi karena tungga kan pungutan pendapatan dan pemberian pinjaman serta transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih. Piutang ini harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable Value. Alat untuk menyesuaikan adalah dengan melakukan cadanganpenyisihan piutang yang tidak tertagih. Penyisihan piutang diperhitungkan dan dibukukan dengan periode yang sama saat timbulnya piutang, sehingga dapat menggambarkan nilai yang betul-betul diharapkan dapat ditagih. Piutang Pemerintah Kabupaten Kudus per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut. Tabel 3 Saldo Piutang Pemerintah Kabupaten Kudus dalam rupiah Piutang 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Prosentase a. Piutang Pajak 588.722.650,00 717.170.000,00 82,09 b. Piutang Retribusi 10.440.000,00 2.284.956.394,00 0,46 Jumlah 599.162.650,00 3.002.126.394,00 19,96 Rincian masing-masing obyek piutang daerah tersebut, dapat disajikan sebagai berikut: a. Piutang Pajak Tabel 4 Saldo Piutang Pajak dalam rupiah No. Jenis Piutang Pajak 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Prosentase 1 Pajak Hotel 9.160.000,00 32.721.550,00 27,99 2 Pajak Restoran 66.730.000,00 68.409.650,00 97,54 3 Pajak Hiburan 4.087.500,00 16.409.650,00 25,13 4 Pajak Reklame 8.969.950,00 41.136.300,00 21,81 5 Pajak Galian Gol C 336.139.950,00 387.139.950,00 86,83 6 Pajak Parkir 130.680.300,00 152.680.300,00 85,59 7 Pajak Air Tanah 32.954.950,00 18.820.000,00 175,11 Jumlah 588.722.650,00 717.170.000,00 82,09 BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH b. Piutang Retribusi Tabel 5 Saldo Piutang Retribusi dalam rupiah No. Jenis Piutang Retribusi 31 Desember 2012 31 Desember 2011 Prosentase 1 Pelayanan Kesehatan RSUD 0,00 2.270.868.394,00 0,00 2 PKD Pemakaian Rumah Dinas 10.440.000,00 10.440.000,00 100,00 3 PKD Pemakaian Tanah Pemda 0,00 3.648.000,00 0,00 Jumlah 10.440.000,00 2.284.956.394,00 0,46 Hasil pemeriksaan dokumen dan wawancara dengan petugas serta pejabat yang berwenang, menunjukkan hal-hal sebagai berikut: a. Piutang Pajak telah digolongkan atau dipilah sesuai dengan umur piutang, namun belum dilakukan penyisihan atas ketidaktertagihannya agar diketahui nilai bersih yang dapat direalisasikan. Rincian piutang pajak berdasarkan umur piutang adalah: Tabel 6 Rincian Umur Piutang Pajak dalam rupiah No. Jenis Pajak Umur Piutang Pajak Total 1-2 Tahun 1 Tahun 2-3 Tahun 3-4 Tahun 4-5 Tahun 5 Tahun 1 Pajak Hotel - 300.000,00 3.700.000,00 1.800.000,00 1.500.000,00 1.860.000,00 9.160.000,00 2 Pajak Restoran - 2.265.000,00 18.860.000,00 18.830.000,00 15.910.000,00 10.865.000,00 66.730.000,00 3 Pajak Hiburan - 1. 556.000,00 946.000,00 925.500,00 650.000,00 10.000,00 4.087.500,00 4 Pajak Reklame - 3.749.400,00 - 1.634.000,00 146.600,00 3.349.950,00 8.969.950,00 5 Pajak Parkir - 125.174.100,00 1.795.000,00 1.706.000,00 897.500,00 1.107.700,00 130.680.300,00 6 Pajak Air Tanah 32.231.500,00 723.450,00 - - - - 32.954.950,00 7 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - 336.139.950,00 - - - - 336.139.950,00 Total 32.231.500,00 469.907.900,00 25.301.000,00 24.895.500,00 19.104.100,00 17.282.650,00 588.722.650,00 b. Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Tahun Anggaran 2012 mengalami peningkatan dari Rp2.270.868.394,00 menjadi sebesar Rp2.528.089.228,00 atau meningkat sebesar Rp109.808,68 100,09. RSUD Kabupaten Kudus dinyatakan sebagai Badan Layanan Umum Daerah BLUD berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kudus Nomor 9002082011 tanggal 9 September 2011 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah BLUD. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, maka Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD pada tahun 2012 dimasukkan ke Piutang Lain-lain. Piutang Lain-lain adalah bagian dari Aset Lancar yang seharusnya merupakan piutang yang ketertagihannya masih lancar. Atas Piutang Retribusi tersebut telah dibuat umur piutang, tetapi belum dicatat sesuai nilai bersih yang dapat direalisasikan. Rincian Piutang Retribusi, yang terutama berasal dari RSUD Kudus, berdasarkan umur piutang namun belum dilakukan penyisihan atas ketidaktertagihannya disajikan dalam tabel berikut ini. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Tabel 7 Rincian Umur Piutang Retribusi dalam rupiah No. Jenis Pajak Umur Piutang Pajak Total 1-2Tahun 1 Tahun 2-3Tahun 3-4Tahun 4-5Tahun 5Tahun 1 PT Askes 670.917.950,00 - - - - - 670.917.950,00 2 Asuransi Jiwa Inhealth 972.600,00 - - - - - 972.600,00 3 Jamkesmas 1.200.914.700,00 - - - - - 1.200.914.700,00 4 PT Jamsostek - JKK - 161.450,00 216.600,00 1.910.900,00 2.444.350,00 11.063.500,00 15.796.800,00 - JPK 77.602.150,00 - 3.915.550,00 13.560.800,00 79.049.650,00 15.959.550,00 190.087.700,00 5 PG. Rendeng 18.268.900,00 - - - - - 18.268.900,00 6 PT. Hartono Istana 1.359.000,00 - - - 157.750,00 162.700,00 1.679.450,00 7 PT. Jasa Raharja 7.696.050,00 - - - - - 7.696.050,00 8 PT. Dua Kelinci 10.997.950,00 - - - - - 10.997.950,00 9 Jasindo Health Care 4.034.600,00 - - - - - 4.034.600,00 10 PT Insan Darma Nusa - - - - - 5.963.870,00 5.963.870,00 11 PT. Produktif CitraSukses 79.100,00 - - - - - 79.100,00 12 Pusaka Raya Barutama - - - - - 77.700,00 77.700,00 13 Pura Barutama Unit - - - - - 191.800,00 191.800,00 14 Pura Kawasan III - - - - - 273.100,00 273.100,00 15 Pura Barutama Unit Offset 254.500,00 - - - 219.400,00 - 473.900,00 16 Pura Barutama Unit - - - - - 592.050,00 592.050,00 17 Pura Barutama Unit TTS 262.650,00 - - - - - 262.650,00 18 Pura Barutama Unit Group 2.427.950,00 - - - - - 2.427.950,00 19 Koperasi Kenanga - - - - - 1.391.300,00 1.391.300,00 20 Bengkel Mesin ADIKA - 83.000,00 - - - - 83.000,00 21 Pasien Umum 74.437.950,00 99.605.750,00 61.579.150,00 50.825.228,00 45.157.600,00 63.300.430,00 394.906.108,00 Jumlah 2.070.226.050,00 99.850.200,00 65.711.300,00 66.296.928,00 127.028.750,00 98.976.000,00 2.528.089.228,00 Kondisi tersebut mengakibatkan penyajian piutang tidak bisa disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan net realizable value, karena dalam kebijakan akuntansi di Pemerintah Kabupaten Kudus belum mengatur penyisihan piutang tidak tertagih yang menjadi unsur pengurang jumlah piutang dalam laporan keuangan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi Piutang pada: 1 Bab III Piutang Berdasarkan Pungutan Pendapatan NegaraDaerah, Huruf C Pengukuran, antara lain menyebutkan: a Piutang disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi, berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang diterbitkan, atau sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan untuk piutang yang tidak diatur dalam undang-undang tersendiri dan kebijakan penyisihan piutang tak tertagih telah diatur pemerintah; BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH b Untuk dapat diakui sebagai piutang suatu tagihan harus memenuhi kriteria telah diterbitkan surat ketetapan danatau telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan. 2 Bab VII Penghapustagihan Piutang, Huruf A Penyisihan Piutang, antara lain menyebutkan: a Aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan net realizable value; b Penyisihan piutang hendaknya dibuat aturannya terlebih dahulu. Jumlah yang disisihkan sebagai piutang tak tertagih menjadi unsur pengurang jumlah piutang dalam laporan keuangan, sehingga nilai piutang mencerminkan nilai yang dapat ditagih. Untuk kelengkapan informasi, jumlah piutang asal nominal, jumlah penyisihan dan dasar penyisihannya seyogyanya dijelaskan dalam CaLK; c Penentuan besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih harus berdasarkan suatu kebijakan akuntansi yang ditetapkan dalam surat keputusan, baik untuk Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah; d Dalam menetapkan kebijakan akuntansi penyisihan piutang yang didasarkan pada umur piutang sebaiknya dibedakan menurut jenis piutang, baik dalam menetapkan umur maupun penentuan besaran yang akan disisihkan. b. Peraturan Bupati Kudus Nomor 27 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Lampiran Peraturan Bupati Kudus Nomor 29 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Kudus, nomor 9 Kebijakan Akuntansi Aset, huruf c Piutang dan Piutang Lain-lain, poin 14 Kebijakan Akuntansi, pada huruf c Penghapusan Piutang menyebutkan: 1 Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable dan kebijakan penyisihan piutang tidak tertagih diatur sesuai dengan tingkat kolektibilitasnya. Penyisihan piutang tak tertagih bukan merupakan penghapusan piutang; 2 Penentuan kebijakan besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih disesuaikan dengan kondisi masing-masing SKPD yang ditetapkan dengan surat keputusan Bupati. Kondisi tersebut di atas mengakibatkan piutang pajak daerah, piutang retribusi daerah dan piutang lain-lain tidak diketahui tingkat ketertagihannya. Kondisi tersebut di atas disebabkan Bupati Kudus belum mengatur kebijakan akuntansi tentang penyisihan piutang berdasarkan umur piutang untuk menyajikan nilai piutang bersih yang dapat ditagih. Atas permasalahan tersebut, Kepala DPPKD menyatakan bahwa akan menindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bupati yang menetapkan besarnya prosentase penyisihan piutang tidak tertagih untuk masing-masing SKPD BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar menerbitkan kebijakan akuntansi tentang penyisihan piutang berdasarkan umur piutang untuk menyajikan nilai piutang bersih yang dapat ditagih. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 3. Pengelolaan Dana Bergulir pada Pemerintah Kabupaten Kudus Tidak Sesuai Ketentuan Pemerintah Kabupaten Kudus pada Tahun Anggaran 2012 menyajikan saldo Investasi Non Permanen Dana Bergulir sebesar Rp1.543.874.415,00. Dana Bergulir tersebut dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Disperinkop UMKM serta Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Distankanhut dengan rincian pada tabel berikut ini. Tabel 8 Saldo Investasi Non Permanen per 31 Desember 2012 SKPD dalam rupiah Nilai Dana Bergulir per 31 Desember 2012 Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM 938.188.935,00 Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan 605.685.480,00 Total 1.543.874.415,00 Saldo Investasi Non Permanen sebesar Rp1.543.874.415,00 tersebut merupakan nilai investasi non permanen dalam kategori lancar, kurang lancar dan diragukan, belum termasuk yang macet sebesar Rp1.505.321.008,00. Kondisi serupa pernah diungkapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2011 Nomor 17BLHPXVIII.SMG052012 tanggal 10 Mei 2012, bahwa Kebijakan Akuntansi penyajian dana bergulir belum ditetapkan dan terdapat dana bergulir yang macet sebesar Rp1.636.675.832,00. Diungkapkan juga bahwa saldo dana bergulir yang macet tersebut tidak masuk dalam neraca, tapi diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada Investasi Non Permanen. a. Seperti yang diuraikan dalam LHP BPK tersebut, penentuan kolektibilitas pada SKPD pengelola dana bergulir adalah sebagai berikut: 1 Pada Bidang UMKM Disperinkop UMKM mengikuti ketentuan kolektibilitas yang berlaku pada P.D. BPR BKK Kudus sebagai executing chanelling yang mengacu pada Lampiran Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif yang antara lain menyebutkan bahwa kemampuan membayar nasabah dikategorikan sebagai berikut: 2 Lancar: apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit; 3 Kurang Lancar: apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga telah melampaui 90 s.d. 180 hari; 4 Diragukan: apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 s.d. 270 hari; b. Macet: apabila terdapat tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari. Pada Bidang Perindustrian Disperinkop UMKM, penentuan kolektibilitas dilakukan oleh Tim Pengelola dan langsung diterapkan pada nasabah dana bergulir. Yaitu dikategorikan macet terhadap dana bergulir sejak tahun 2001 sampai dengan 2008, atau tahun 2009 namun sudah tidak ada angsuran; dikategorikan diragukan dan BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH kurang lancar terhadap dana bergulir yang masih ada kemungkinan tertagih, termasuk piutang tahun 2007 yang masih ada angsuran. c. Pada Bidang Koperasi Disperinkop UMKM, Penguatan Modal Kelompok Petani Kecil dan Sapi Kereman Distankanhut, pengelola belum melaksanakan sesuai kolektibilitas dana bergulir. Saldo atas dana bergulir yang macet untuk Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp1.505.321.008,00 yang berarti mengalami penurunan sebesar Rp131.354.824,00 dibandingkan saldo dana bergulir macet Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp1.636.675.832,00. Saldo sebesar Rp1.505.321.008,00 tersebut hanya diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dan tidak masuk dalam akun di Neraca sebagai Investasi Non Permanen maupun Aset Lainnya. Pemerintah Kabupaten Kudus sejak tahun 2010 sudah tidak menambah perguliran dana, sehingga dana yang masih bergulir pada masyarakat merupakan dana yang berasal dari APBD Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2003, 2004, 2006 sampai dengan 2009. Untuk menampung pengembalian pokok pinjaman dan bunga dana bergulir tersebut, SKPD pengelola dana bergulir membuka rekening di Bank Jawa Tengah. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa selain tidak dilaporkan sebagai rekening SKPD, bungajasa dari rekening-rekening tersebut tidak pernah disetor ke kas daerah Kabupaten Kudus. Rekening-rekening tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 9 Rekening Dana Bergulir dalam rupiah No Nama Rekening Nomor Rekening Saldo per 311212 Jasa Giro - Biaya Adm - Pajak 1 Tim Pengelolaan Dana Bergulir 2024086442 6.098.244 20.627 2 Tim Pokja Pinjaman Dana Bergulir Koperasi 1-024-00357-1 71.922.411 1.697.377 3 Pengelola Dana Bergulir 1-024-00358-7 139.649.843 3.234.603 Jumlah 217.670.498 4.952.607 Untuk dana yang masih tersimpan di rekening tersebut, belum dilakukan penyetoran ke kas daerah karena menunggu kebijakan akuntansi tentang dana bergulir. Pemerintah Kabupaten Kudus belum melakukan penatausahaan dana bergulir sesuai dengan jatuh temponya aging schedule beserta penyisihannya. Sehingga penyajian di Neraca untuk Investasi Non Permanen belum berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable Value. Sampai dengan tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Kudus menyajikan saldo dana bergulir berdasarkan jumlah akumulasi dana bergulir dari tahun sebelumnya dikurangi dana bergulir yang telah dikembalikan ke Kas Daerah pada tahun 2012. Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada: 1 Pasal 30 ayat 1 yang menyatakan bahwa gubernurbupatiwalikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH lingkungan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; 2 Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa gubernurbupatiwalikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan satuan kerja perangkat daerah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 59: 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa penerimaan SKPD yang merupakan penerimaan daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran; 2 Ayat 2 yang menyatakan bahwa komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi danatau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah; 3 Ayat 3 yang menyatakan bahwa semua penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milikaset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah. c. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan paragraf 55 yang menyatakan bahwa Aset Lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 tiga sampai 12 dua belas bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. d. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 tentang Akuntansi Dana Bergulir pada Bab V Penyajian dan pengungkapan dana bergulir, Huruf A Penyajian dana bergulir, antara lain menyebutkan secara periodik Kementerian NegaraLembagaPemerintah Daerah harus melakukan penyesuaian terhadap dana bergulir sehingga nilai dana bergulir yang tercatat di neraca menggambarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable Value. Nilai bersih yang dapat direalisasikan dapat diperoleh jika satker pengelola dana bergulir melakukan penatausahaan dana bergulir sesuai dengan jatuh temponya aging schedule. Hal tersebut mengakibatkan: a. Pemerintah Kabupaten Kudus tidak dapat segera memanfaatkan dana sebesar Rp217.670.498,00 yang merupakan pengembalian pokok dan bungajasa giro sebesar Rp4.950.607,00 yang ada di rekening penampungan dana bergulir; b. Saldo dana bergulir belum menyajikan estimasi nilai bersih yang dapat direalisasikan. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Hal tersebut disebabkan: a. Bupati Kudus belum mengatur kebijakan akuntansi tentang penyisihan dana bergulir berdasarkan umurnya untuk menyajikan nilai dana bergulir bersih yang dapat ditagih b. Kepala Disperinkop UMKM dan Kepala Distankanhut tidak segera menyetorkan dana yang ada di rekening penampungan dana bergulir. Atas permasalahan tersebut, Kepala Disperinkop UMKM menyatakan sependapat dengan temuan hasil pemeriksaan. Namun Disperinkop UMKM telah menyampaikan laporan bulanan Neraca Pengelolaan Dana Bergulir dan Rekapitulasi Angsuran Dana Bergulir secara rutin yang disusun Bendahara Tim Pengelola Dana Bergulir dan diketahui oleh Kepala Disperinkop UMKM. Disperinkop UMKM juga telah menyusun Peraturan Bupati Kudus tentang Pengelolaan Dana Bergulir Koperasi dan UMKM yang terintegrasi. Sedangkan Kepala Distankanhut menyatakan bahwa: 1 Kepala SKPD akan meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas penyelenggaraan akuntansi dana bergulir; 2 Saldo investasi non permanen per 31 Desember 2012 di Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kudus menurut temuan BPK Rp605.685.480,00 sedangkan data yang ada sebesar Rp598.074.000,00 dengan rincian dana sapi kereman Rp537.700.000,00 dan dana Kelompok Petani Kecil KPK sebesar Rp60.374.000,00. Permasalahan tersebut sudah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Daerah berupa bunga danatau jasa giro dengan Surat Tanda Setoran STS tanggal 22 Mei 2013 sebesar Rp1.697.377,00, STS tanggal 22 Mei 2013 sebesar Rp3.234.603,00, dan STS tanggal 23 Mei 2013 sebesar Rp20.627,00, dengan jumlah total sebesar Rp4.952.607,00. BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar: a. Menerbitkan kebijakan akuntansi dana bergulir tentang penyisihan dana bergulir berdasarkan umurnya untuk menyajikan nilai dana bergulir bersih yang dapat ditagih; b. Memerintahkan Kepala Disperinkop UMKM dan Kepala Distankanhut untuk menetapkan kebijakan atas pengembalian pokok dana bergulir yang masih tersimpan di rekening penampungan. 4. Aset Bongkaran Material Kegiatan Penataan Saluran Drainase dan Trotoar Jalan Tidak Diketahui Keberadaannya Pada Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2012, Pemerintah Kabupaten Kudus menganggarkan Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air sebesar Rp17.207.432.000,00 dan merealisasikan sebesar Rp16.396.960.000,00 95,29. Salah satu bentuk realisasi belanja modal pengadaan konstruksi jaringan air adalah kegiatan penataan saluran drainase dan trotoar jalan di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Cipkataru. Kegiatan tersebut berupa normalisasi dan rehabilitasi saluran drainase serta penggantian trotoar tepi jalan di kota Kudus. Saluran drainase dinormalisasi atau diganti dengan konstruksi baru, perkerasan trotoar diganti dari paving block atau tegel beton menjadi keramik, serta penggantian curb stonekanstin. Pekerjaan tersebut terdiri dari sembilan paket pekerjaan dengan rincian paket sebagai berikut. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Tabel 10 Daftar Paket Pekerjaan Penataan Drainase dan Trotoar di Kudus No Nama Paket Nilai Kontrak Rp Penyedia Jasa Nomor Kontrak CCO Addendum Volume bongkaran dalam Kontrak Volume bongkaran dalam CCO Contract Change Order Paving m 2 Kanstin m Paving m 2 Kanstin m 1 Jl. Dr. Lukomono Hadi - Dr. Ramelan 1.917.146.000 C.V. TM 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.5 6 Agustus 2012 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LUC CO.b12.29.02.5 30 Agustus 2012 2110,05 1549 2175,05 1599 2 Jl. Achmad Yani 1.344.614.000 C.V. AP 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.6 4 September 2012 1686,1 1297 1758,5 1353 3 Jl. Jend. Sudirman 1.901.464.000 C.V. JU 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.7 16 Agustus 2012 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LUC CO.B12.29.02.7 11 September 2012 1775,71 1023,51 1782,84 1027,8 4 Perempatan Jember ke Timur - Kaligelis 1.898.000.000 C.V. JK 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.4 16 Agustus 2012 tidak bisa dihitung 601 tidak bisa dihitung 601 5 Jl. R. Agil Kusumadya- Section 2 626.100.000 C.V. SBR 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.9 6 Agustus 2012 - - - - 6 Kawasan Simpang Tujuh 1.880.200.000 C.V. TK 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.2 6 Agustus 2012 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LUC CO.B12.29.02.2 3 September 2012 tidak bisa dihitung - tidak bisa dihitung - 7 Simpang Tujuh ke Barat - Kaligelis 2.413.597.000 P.T. GPN 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.3 27 Agustus 2012 Adendum II 17 Desember 2012 tidak bisa dihitung 1090,25 tidak bisa dihitung 1082,05 8 Selatan Kudus Plaza - Tugu A. Yani 418.000.000 C.V. CI 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.8 6 Agustus 2012 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LUC CO.B12.29.02.8 3 September 2012 - tidak bisa dihitung - tidak bisa dihitung 9 Jl. R. Agil Kusumadya Lanjutan TA 2011 2.378.260.000 C.V. SBR 05011PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN.LU1 2.29.02.1 6 Agustus 2012 tidak bisa dihitung tidak bisa dihitung tidak bisa dihitung tidak bisa dihitung JUMLAH 14.777.381.000 5.571,86 6.651,01 5.716,39 6.744,9 Sumber: Dokumen Pengadaan Barang untuk sembilan paket pekerjaan penataan drainase dan trotoar jalan. Jumlah volume material hanya dihitung untuk material paving block dan material kanstin yang terukur volumenya. Pada Standar Dokumen Pengadaan untuk masing-masing pekerjaan, terdapat rencana volume pekerjaan yang akan dilaksanakan, yaitu pada bagian bill of quantity BQ. Volume pekerjaan tersebut diperoleh dari hasil perencanaan oleh konsultan perencana untuk masing-masing paket pekerjaan. Salah satu item pekerjaan yang disebutkan dalam BQ adalah item pekerjaan bongkaran perkerasan trotoar lama, berupa BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH paving blocktegel dan kanstin lama eksisting. Pada beberapa paket pekerjaan, dokumen perencanaan tidak dapat menyatakan dengan detail jenis material perkerasan trotoar yang dibongkar beserta volumenya. Hal ini mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam menghitung nilai volume material hasil bongkaran. Material trotoar lama berupa paving block dan kanstin eksisting dibongkar dari lokasi pekerjaan untuk selanjutnya diserahkan ke Bagian Pengelolaan Aset Daerah PAD Sekretariat Daerah Setda untuk dikelola. Penyerahan material bongkaran tersebut kepada Bagian PAD Setda dilakukan tanpa pencatatan secara detail dan monitoring tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen, pengawas pekerjaan maupun konsultan pengawas. Bukti penyerahan material bongkaran kepada Bagian PAD berupa delivery order DO dari rekanan. DO tersebut menyatakan tanggal pengiriman serta volume pengiriman dalam satuan yang berbeda-beda. Atas ketepatan volume barang terkirim dengan yang tertera pada DO tidak dilakukan pengujian oleh Bagian PAD Setda. Material bongkaran yang diterima oleh Bagian PAD Setda disimpan di lokasi Gedung Ngasirah, Kudus. Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 7 Februari 2013 di lokasi penyimpanan material bongkaran menunjukkan bahwa material yang masih ada di lokasi tersebut hanya berupa kanstin, tanpa ada material paving block. Kanstin tersebut diletakkan secara tidak beraturan sehingga pihak Bagian PAD Setda kesulitan untuk menghitung jumlah atau mengukur volumenya. Material bongkaran dikelola oleh Bagian PAD Setda untuk dihibahkan kepada warga masyarakat yang membutuhkan. Proses hibah ini didahului oleh surat permintaan dari masyarakat kepada Bagian PAD Setda, untuk selanjutnya diterbitkan surat tugas pengambilan barang. Surat tugas tersebut menyebutkan identitas pengambil, jenis, volume dan lokasi pengambilan barang material. Berdasarkan berita acara pemeriksaan tanggal 1 Mei 2013, Bagian PAD Setda menyatakan bahwa material tersebut telah habis diberikan kepada masyarakat. Proses pemberian material tersebut dilakukan dengan mekanisme surat tugas pengambilan barang dan NPHD. Hasil rekapitulasi atas dokumen surat tugas pengambilan barang tersebut menunjukkan bahwa volume material yang diambil oleh masyarakat adalah sebanyak 1.795 m 2 Jika dibandingkan dengan total volume aset yang dibongkar oleh rekanan berdasarkan CCO terakhir, terdapat selisih sebesar 5.716,39 m paving dan 3409 buah kanstin. Panjang 1 buah kanstin dihitung maksimum 60 cm atau 0,6 m, sehingga volume kanstin yang diambil masyarakat adalah sejumlah 3.409 buah x 0,6 m = 2.045,40 m. 2 - 1.795 m 2 = 3.921,39 m 2 Jumlah tersebut belum termasuk volume bongkaran material paving eksisting yang tercampur tegelkeramik, bongkaran material berupa kanstin yang dihitung dalam satuan lumpsum. Nilai tersebut juga belum termasuk aset yang dinyatakan rusak, namun hingga pemeriksaan ini berakhir, Dinas Cipkataru tidak dapat menyajikan dokumen teknis yang menyatakan kerusakan aset tersebut. untuk paving block; dan 6.744,90 m - 2.045,40 m = 4.699,50 m untuk kanstin. Penghapusan atas aset material bongkaran tersebut juga belum dilaksanakan karena usulan penghapusan aset dari Dinas Cipkataru tidak disertai perhitungan volume dan nilai aset yang akan dihapus. Aset trotoar eksisting tidak secara jelas tercatat dalam neraca barang pemerintah kabupaten Kudus. Dalam neraca barang, aset trotoar dan drainase tidak secara jelas menyebut lokasi yaitu sebesar total Rp430.014.519,00, sehingga koreksi atau penghapusan tidak bisa dilakukan. Kondisi ini menunjukkan BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH adanya aset berupa material trotoar jalan yang masih dicatat dalam neraca per 31 Desember 2012, namun fisik barangnya sudah tidak ada. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik NegaraDaerah, pada: 1 Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah; 2 Pasal 1 ayat 5 yang menyatakan bahwa kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya; 3 Pasal 3 ayat 2 yang menyatakan bahwa pengelolaan barang milik negaradaerah meliputi: c. penggunaan; d. pemanfaatan; e. pengamanan dan pemeliharaan; h. pemindahtanganan; i. penatausahaan; j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian; 4 Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengelola barang, pengguna barang danatau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negaradaerah yang berada dalam penguasaannya; 5 Pasal 32 ayat 2 yang menyatakan bahwa pengamanan barang milik negaradaerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum. b. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Lampiran II.08 PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap, pada: 1 Paragraf 5 yang menyatakan bahwa Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum; 2 Paragraf 16 yang menyatakan bahwa untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: a Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan; d Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan; 3 Paragraf 20 yang menyatakan bahwa pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah; 4 Paragraf 76 yang menyatakan bahwa suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomik masa yang akan datang. c. Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang disampaikan dalam surat penawaran masing- masing penyedia jasa, tentang kewajiban untuk mengamankan dan melaporkan material bongkaran kepada Pejabat Pembuat Komitmen atau Direksi. Permasalahan tersebut mengakibatkan: a. Pemerintah Daerah Kudus tidak bisa memanfaatkan hasil bongkaran paving block minimal sejumlah 3.921,39 m 2 b. Nilai Aset Tetap – Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2102 lebih disajikanoverstated berupa aset bongkaran material kegiatan penataan saluran drainase dan trotoar jalan. dan kanstin minimal sejumlah 4.699,50 m; BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Permasalahan tersebut disebabkan oleh: a. Pejabat Pembuat Komitmen tidak cermat dalam melakukan fungsi monitoring atas pelaksanaan pekerjaan; b. Pengawas lapangan tidak cermat dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan pekerjaan, yaitu pada pekerjaan pembongkaran trotoar eksisting; c. Pengurus barang kurang cermat dalam melaksanakan pengelolaan, pencatatan dan penyajian Aset Tetap di Neraca. Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Cipkataru menyatakan: a. Dalam Rencana Anggaran Biaya RAB tidak dianggarkan biaya pengamanan paving block dan kanstein ke gudang milik Bagian Aset sehingga tidak mengetahui jumlah paving block dan kanstein yang diambil oleh masyarakat dan sebagian lainnya ada juga diminta oleh warga melalui pengajuan Surat Permohonan ke Bagian Aset Sekretariat Daerah Kabupaten Kudus; b. Atas kelebihan pencatatan aset trotoar yang dalam proses penghapusan akan dilakukan pengurangan nilai aset di Neraca setelah SK penghapusan keluar, nilai penghapusan aset trotoar akan ditelusuri sesuai nilai yang tercatat di buku inventaris. BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar memerintahkan Kepala Dinas Cipkataru supaya: a. Memerintahkan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pengawas Lapangan untuk lebih cermat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. Memerintahkan Pengurus Barang untuk menginventarisasi aset bongkaran material kegiatan penataan saluran drainase dan trotoar jalan serta mengusulkan penghapusan. 5. Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Aset dengan Pihak Ketiga pada Tiga Pasar, Toserba, dan Ruko Berpotensi Merugikan Pemerintah Kabupaten Kudus Dalam rangka melaksanakan tugas kewenangannya guna meningkatkan perekonomian masyarakat Pemerintah Kabupaten Kudus telah melakukan perjanjian kerjasama dengan pihak lain. Kerjasama tersebut adalah kerjasama pembangunan dan perolehan aset bangunan kios, ruko, terminal, maupun bangunan pasar dengan rincian sebagai berikut: a. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. KBBP tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Nomor 6 Tahun 1995 tanggal 4 Desember 1995 dan Addendum Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. KBBP tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Nomor 2 Tahun 1996 tanggal 23 Juli 1996. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun. b. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. PBP tentang PembangunanRenovasi Pasar Bitingan Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus Nomor 2 Tahun 1997 tanggal 23 April 1997. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun. c. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. AAA tentang PembangunanRenovasi Pasar Jember Kabupaten Daerah Tingkat II BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Kudus Nomor 3 Tahun 1997 tanggal 23 April 1997. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun. d. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. IGPS tentang Pembangunan Toserba Simpang Tujuh dan Pengembangan Bekas Gedung Bioskop Ramayana Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus Nomor 4 Tahun 1997 tanggal 23 April 1997 dan Addendum Perjanjian antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. IGPS tentang Pembangunan Toserba Simpang Tujuh dan Pengembangan Bekas Gedung Bioskop Ramayana Kabupaten Kudus Nomor 12 A Tahun 2002 tanggal 25 Maret 2002. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun. e. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Kudus dengan P.T. SEM tentang Pembangunan Rumah Toko A. Yani Nomor 54 Tahun 2003 tanggal 12 Desember 2003. Jangka waktu kerjasama selama 30 dua puluh tahun. Hasil pemeriksaan dokumen dan perjanjian kerjasama tersebut terdapat beberapa hal sebagai berikut: a. Kelima perjanjian tersebut mencantumkan kalimat yang menyatakan bahwa jika perjanjian telah selesai Pemerintah Kabupaten Kudus berhak memperoleh aset sebagaimana tertuang dalam perjanjian. Namun tidak disebutkan bahwa bangunan diserahkan dalam kondisi baik. Berdasarkan pengalaman pada waktu penyerahan bangunan Matahari Departemen Store pada bulan Juni 2009, bangunan tersebut kondisinya kurang baik, yaitu kaca pecah, banyak barang yang sudah tidak dipakai namun masih ada di roof top, escalator rusak, dan fasilitas umum rusak; b. Pada Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. KBBP, P.T. PBP dan P.T. AAA tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Pasar Bitingan dan Pasar Jember terdapat perbedaan jangka waktu HGB di atas HPL selama 20 tahun, sedangkan di sertifikat toko, ruko, dan los para pedagang pada Pasar Kliwon, Bitingan dan Jember jangka waktunya 30 tahun; c. Sekretariat Daerah telah mengirim surat dengan Nomor 050174701 tanggal 7 Mei 2009 kepada Notaris se-Kabupaten Kudus perihal Persetujuan Menjaminkan Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan, yang ditembuskan ke Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kudus. Isi surat tersebut menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kudus tidak keberatan atas permohonan untuk menjaminkan Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan atas P.T. KBBP, P.T. PBP, dan P.T. AAA dan P.T. SEM dengan ketentuan tidak melampaui jangka waktu Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan tersebut. Hasil konfirmasi dengan Bagian Pengelolaan Aset Daerah PAD Sekretariat Daerah Setda dan Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Kudus diperoleh penjelasan bahwa: a. Dengan tidak adanya kalimat yang menyatakan bahwa bangunan pada waktu diserahkan harus dalam kondisi baik, dikhawatirkan nantinya bangunan tersebut diserahkan dalam kondisi tidak baik atau rusak. Hal ini terjadi pada waktu penyerahan bangunan “Matahari” pada bulan Juni 2009 dengan kondisi kurang baik yaitu kaca pecah, banyak barang yg sudah tidak dipakai namun masih ada di roof top, escalator rusak, fasilitas umum rusak; b. Adanya perbedaan jangka waktu, di mana perjanjian HGB di atas HPL 20 tahun, sedangkan sertifikat toko, ruko, dan los 30 tahun, dapat mengakibatkan Pemerintah BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Kabupaten Kudus tidak dapat menarik retribusi sewa toko, kios dan los, karena para pemilik toko, kios dan los merasa masih memiliki sewa 10 tahun lagi; c. Setelah dikonfirmasi, BPN Kabupaten Kudus mengakui telah menerbitkan sertifikat HGB di atas HPL selama 30 tahun yang tidak memperhatikan perjanjian kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Kudus dengan Pihak Ketiga Investor selama 20 tahun pada Pasar Kliwon, Pasar Bitingan dan Pasar Jember; d. Dengan adanya perbedaan jangka waktu, di mana perjanjian HGB di atas HPL 20 tahun, sedangkan sertifikat toko, ruko, dan los 30 tahun tersebut Pemerintah Kabupaten Kudus dalam hal ini Sekretariat Daerah telah mengirim surat nomor 594.322701 kepada Kepala Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Disdagsar, agar dilakukan pembetulan perbedaan jangka waktu tersebut dengan berkoordinasi dengan Instansi Sertifikat dalam hal ini adalah BPN. Dari permasalahan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Pemerintah Kabupaten Kudus dapat dirugikan apabila bangunan diserahkan dalam kondisi tidak baik karena isi perjanjian yang tidak jelas; b. Pemerintah Kabupaten Kudus dapat dirugikan karena tidak dapat menarik sewa kios apabila perjanjian selama 20 tahun sudah selesai; c. Pemilik Kios, Ruko, dan Los dapat dirugikan jika perjanjian antara Pemerintah Kabupaten Kudus dengan P.T. KBBP, P.T. PBP, dan P.T. AAA tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Pasar Bitingan dan Pasar Jember telah berakhir. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tanggal 22 Agustus 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah: 1 Pasal 1 angka 2 yang menyatakan bahwa kerja sama daerah adalah kesepakatan antara gubernur dengan gubernur, atau gubernur dengan bupatiwalikota, atau antara bupatiwalikota dengan bupatiwalikota yang lain, dan atau gubernur, bupatiwalikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban; 2 Pasal 2 yang menyatakan bahwa kerja sama daerah dilakukan dengan prinsip: huruf d, saling menguntungkan, huruf h, persamaan kedudukan, huruf i, transparansi dan huruf k, kepastian hukum. b. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, pada Pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap tindakan hukum yang bertujuan untuk pengalihan atau penyerahan hak atas tanah atau bangunan yang dimilikidikuasai oleh daerah, baik yang telah ada sertifikatnya maupun belum, dapat diproses dengan pertimbangan menguntungkan daerah yang bersangkutan, dengan cara: 1 pelepasan dengan pembayaran ganti rugi dijual, dan 2 pelepasan dengan tukar menukarruislagtukar guling. Hal tersebut mengakibatkan adanya resiko ketidakjelasan pendapatan sewa kios, ruko, dan los, serta kualitas bangunan yang diterima Pemerintah Kabupaten Kudus ketika berakhirnya masa pelaksanaan perjanjian kerjasama. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Hal tersebut disebabkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus kurang cermat dalam melakukan pengawasan atas pelimpahan kios, ruko, dan los dari pihak ketiga ke pedagang. Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian PAD Setda menyatakan bahwa pada prinsipnya setuju terhadap hasil temuan tersebut dan menjelaskan bahwa: a. Bagian PAD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kudus tanggal 30 Desember 2008, Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 115; b. Guna menindaklanjuti ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Pakai Atas Tanah, pada tanggal 7 Mei 2009 Pemerintah Kabupaten Kudus telah melayangkan surat ke Notaris se-Kabupaten Kudus dengan Nomor 050174701 perihal Persetujuan Menjaminkan Hak Guna Bangunan di Atas Hak Pengelolaan. Hal ini bertujuan agar pada saat pemegang HGB mengajukan Hak Tanggungan, maka jangka waktu perjanjian tidak akan terlampaui; c. Selain hal tersebut sesuai dengan Peraturan Bupati Kudus Nomor 47 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus, disebutkan bahwa semua Pasar yang ada di Kabupaten Kudus merupakan tugas pokok dan fungsi dari Disdagsar; d. Sehubungan dengan hal tersebut, Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus melayangkan surat kepada Kepala Disdagsar dengan Nomor 594.322701 perihal Sertifikat Pasar Kliwon, Pasar Bitingan, dan Pasar Jember untuk segera mengajukan pembetulan terhadap perbedaan jangka waktu tersebut; e. Terhadap penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kudus dalam hal ini Bagian PAD telah berusaha menjembatani untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Pasar yang dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga, hanya saja sampai saat ini belum ada penyelesaian f. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus akan segera melakukan koordinasi dengan Pihak Ketiga Investor PembangunanRenovasi Pasar dengan BPN Kudus guna menyelesaikan masalah tersebut BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar memerintahkan Sekretaris Daerah melakukan evaluasi atas Perjanjian Kerjasama dengan P.T. KBBP, P.T. PBP, P.T. AAA, P.T. IIGPS, dan P.T. SEM, sehingga hak dan kewajiban kedua belah pihak lebih jelas dan kerjasama saling menguntungkan.

6. Pengelolaan Pajak Hotel Pemerintah Kabupaten Kudus Kurang Memadai

Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Kudus di antaranya diperoleh dari Pajak Hotel. Mulai tahun 2012 Pajak Hotel termasuk jenis pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak Self Assessment, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Pemerintah Kabupaten Kudus pada tahun 2012 menganggarkan Pajak Hotel sebesar Rp601.636.000,00 dengan realisasi sebesar Rp660.251.800,00 atau 109,74 dari anggaran. Untuk realisasi Pajak Hotel tahun 2011 sebesar Rp465.431.850,00 atau ada kenaikan sebesar Rp194.819.950,00, dengan rincian sebagai berikut. Tabel 11 Daftar Realisasi Pajak Hotel dalam Rupiah No. Jenis Pajak Hotel 2012 Prosentase 2011 Anggaran Realisasi Realisasi 1. Hotel Bintang Satu 418.000.000,00 489.883.500,00 117,20 288.991.600,00 2. Hotel Melati Satu 163.708.000,00 149.097.500,00 91,08 155.958.850,00 3. LosmenPenginapan PesanggrahanHotel 16.779.000,00 17.420.900,00 103,83 16.831.400,00 4. Wisma Pariwisata 3.149.000,00 3.849.900,00 122,26 3.650.000,00 Jumlah 601.636.000,00 660.251.800,00 109,74 465.431.850,00 Jumlah wajib pajak hotel pada Pemerintah Kabupaten Kudus sebanyak 25 hotel. Mekanisme yang dilakukan dalam pemungutan pajak hotel adalah: wajib pajak diminta untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah SPTPD sesuai dengan omzetnota hotel per bulan. SPTPD harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya. Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan dasar pengenaan pajak yaitu jumlah pembayaran subyek pajak kepada hotel dikalikan tarif pajak yang telah ditetapkan yaitu 10. Selanjutnya SPTPD dan omzetnota hotel diserahkan ke DPPKD, dalam hal ini Bendahara Penerimaan, yang akan diverifikasi oleh Bagian Pendataan dan Pendaftaran untuk dilakukan perhitungan kembali apakah pihak hotel benar dalam menghitung pajak hotelnya. Wajib pajak membayar pajak terutangnya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah SSPD. Wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung sendiri besarnya pajak yang harus dibayar kemudian menyetorkan pajaknya sendiri di bank yang telah ditunjuk. Hasil pemeriksaan terhadap dokumen dan wawancara dengan Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah DPPKD, diketahui beberapa hal sebagai berikut. a. Terdapat empat hotel yaitu Hotel Poroliman, Hotel Kudus Indah, Hotel Star, dan Hotel Karima, yang pajak hotelnya setiap bulan tetapsama nilainya seperti tahun 2011 yang dipungut berdasarkan penetapan Bupati Official Assessment, karena merasa hotelnya kecil dan omzetnya sedikit. b. Terdapat empat hotelwismalosmen yang belum menyerahkan SPTPD dan membayar pajak hotelnya yaitu Hotel Surya Kencana selama tahun 2012, Hotel Nuansa Asri selama empat bulan September, Oktober, November, dan Desember 2012, Hotel Metro dan Mahkota Hotel selama dua bulan November dan Desember 2012. DPPKD dalam hal Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan telah melakukan penagihan melalui surat kepada pimpinan hotel sampai tiga kali tetapi tidak ada jawaban. Dari permasalahan tersebut di atas mengakibatkan realisasi pendapatan pajak hotel belum mencerminkan nilai pendapatan pajak yang seharusnya diterima dan Pemerintah Kabupaten Kudus kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang seharusnya menjadi haknya dari pajak hotel yang belum terbayar. BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pada pasal 16 ayat 2 yang menyatakan bahwa semua penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas NegaraDaerah pada waktunya dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Daerah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah khususnya pada pasal 58 ayat 2 yang menyatakan bahwa SKPD yang mempunyai tugas memungut danatau menerima danatau kegiatannya berdampak pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut. c. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak, pada: 1 Pasal 2 a Ayat 1 yang menyatakan bahwa Pajak terdiri atas huruf b. Pajak kabupatenkota; b Ayat 3 yang menyatakan bahwa Jenis Pajak KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b terdiri atas: a. Pajak Hotel, b. Pajak Restoran, c. Pajak Hiburan, d. Pajak Reklame, e. PPJ, f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, g. Pajak Parkir, h. PAT, i. Pajak Sarang Burung Walet, j. PBB Perdesaan dan Perkotaan dan BPHTB; 2 Pasal 4 yang menyatakan bahwa jenis pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2 huruf c, huruf e dan ayat 3 huruf a, huruf b, hurufc, huruf e, huruf f, huruf g, huruf i, huruf k, dibayar sendiri oleh wajib pajak. d. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pajak Hotel, pada: 1 Pasal 5 yang menyatakan bahwa dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar subjek pajak pada hotel; 2 Pasal 6 yang menyatakan bahwa tarif pajak ditetapkan sebesar 10 sepuluh persen; 3 Pasal 7 yang menyatakan bahwa besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan dasar pengenaan sebagaimana dalam pasal 5 dengan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 6; 4 Pasal 9 yang menyatakan bahwa masa pajak adalah jangka waktu satu bulan kalender yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang. Hal tersebut mengakibatkan: a. Realisasi pendapatan pajak hotel belum mencerminkan nilai pendapatan pajak yang seharusnya diterima; b. Pemerintah Kabupaten Kudus kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang seharusnya menjadi haknya dari pajak hotel yang belum terbayar. Hal tersebut disebabkan Kepala Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan pada DPPKD kurang optimal dalam melakukan pengendalian dan pengawasan penerimaan dari pajak hotel. Atas permasalahan tersebut, Kepala DPPKD menyatakan bahwa guna meningkatkan kesadaran dan ketaatan wajib pajak telah dilakukan: BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH a. Sosialisasipenyuluhan Pajak Hotel yang telah dilakukan pada tanggal 19 September 2012 dan 21 November 2012, dimana yang bersangkutan juga hadir namun belum dapat meningkatkan kesadarannya b. Penyampaian Formulir Surat Pemberitahuan Pajak daerah SPTPD pada setiap awal bulan berikutnya telah disampaikan kepada wajib pajak namun wajib pajak yang bersangkutan tidak mengembalikan formulir SPTPD tersebut. BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar memerintahkan Kepala DPPKD supaya meningkatkan pengendalian dan pengawasan penerimaan dari pajak hotel agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7. Pemungutan dan Penetapan Pajak Air Tanah Kabupaten Kudus Tidak Sesuai Peraturan Daerah

Dalam rangka mewujudkan pemanfaatan air yang berkelanjutan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat perlu adanya pengelolaan air tanah secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan pasal 28 Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 tahun 2010, Bupati Kudus menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 18 tahun 2012 tentang Ijin Air Tanah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah tidak lagi dikelola oleh Pemerintah Provinsi, akan tetapi dikelola sendiri oleh Pemerintah KabupatenKota. Pada Kabupaten Kudus mulai Tahun 2010 pengelolaan Pajak Air Tanah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah DPPKD Kabupaten Kudus dan diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah. Obyek Pajak Air Tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah NPA yang dinyatakan dalam rupiah. Besarnya NPA ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20 dua puluh persen dari NPA. Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sesuai dengan dasar pengenaan pajak. Pajak Air Tanah merupakan Jenis Pajak yang dipungut berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD atau official assessment. Pemerintah Kabupaten Kudus juga belum mempunyai peraturan yang mengatur tentang harga dasar air. Pemerintah Kabupaten Kudus pada Tahun Anggaran 2012 menganggarkan penerimaan Pajak Air Tanah sebesar Rp840.415.000,00 dengan realisasi sebesar Rp957.370.965,00 atau 113,92 dari anggaran. Sedangkan realisasi Pajak Air Tanah Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp710.275.300,00 atau ada kenaikan sebesar Rp274.095.665,00 74,19 dari realisasi penerimaan Pajak Air Tanah Tahun Anggaran 2011. Subyek Pajak Air Tanah Kabupaten Kudus adalah sebanyak 102 Wajib Pajak yang jumlah sumurnya sebanyak 230 sumur. Data tersebut diperoleh dari unit pelaksana teknis Dinas Pendapatan dan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Unit Pelayanan Pendapatan dan Pemberdayaan Aset Daerah UP3AD Kabupaten Kudus pada saat penyerahan pengelolaan Pajak Air Tanah ke Pemerintah Kabupaten Kudus. Penyerahan pengelolaan Pajak Air Tanah ke Pemerintah Kabupaten Kudus dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Obyek Air Bawah Tanah ABT UP3AD BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Kabupaten Kudus Nomor 69I2011 antara Kepala UP3AD Kabupaten Kudus dengan Kepala Seksi Pendapatan Lain-lain DPPKD Kabupaten Kudus, yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Januari 2011. Dalam berita acara tersebut, Kepala UP3AD Kabupaten Kudus menyerahkan data Obyek Wajib Pajak Air Bawah Tanah dari Wilayah Kerja UP3AD Kabupaten Kudus sebanyak 230 Obyek Wajib Pajak kepada Kepala Seksi Pendapatan Lain-lain DPPKD Kabupaten Kudus. Dalam Peraturan Bupati Kudus Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ijin Air Tanah, Pasal 6, ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang atau badan yang akan melakukan kegiatan pemakaian air tanah dan pengusahaan air tanah di Kabupaten Kudus wajib memiliki ijin dari Bupati; dan pada ayat 2 disebutkan bahwa ijin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterbitkan oleh Bupati dengan ketentuan. Dalam pengajuan ijin atau perpanjangan air tanah, pemohon berkonsultasi dengan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM pada Dinas Bina Marga, Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral BPESDM khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan persyaratan. Apabila persyaratan telah terpenuhi, maka berkas permohonan diajukan kepada Bupati, selanjutnya ke BPESDM untuk dimintakan rekomendasi teknis kepada Dinas BPESDM. Jika rekomendasi dari Dinas BPESDM sudah diterima, segera diajukan konsep ijin air tanah baru maupun perpanjangan kepada Bupati untuk ditandatangani. Hasil pemeriksaan terhadap dokumen dan wawancara dengan Staf Seksi Pendataan dan Pendaftaran pada Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan DPPKD dan Kepala Bidang ESDM pada Dinas BPESDM, diketahui beberapa hal sebagai berikut. Rincian dapat dilihat pada Lampiran 14. a. Terdapat Obyek Pajak Air Tanah yang masih aktif dibayarkan Pajak Air Tanahnya tetapi telah habis ijin air tanahnya mulai tahun 2011 sampai dengan 2012 dan telah diajukan perpanjangan ijin sebanyak 50 Obyek Pajak, tetapi sampai dengan saat pemeriksaan perpanjangan ijinnya masih dalam proses; b. Terdapat Obyek Pajak Air Tanah yang sudah berijin, dengan rincian dapat dilihat pada Lampiran 17, namun terdapat beberapa permasalahan, antara lain: 1 Obyek Pajak yang aktif dibayarkan Pajak Air Tanahnya dan menggunakan meter air sebanyak 25 Obyek Pajak; 2 Obyek Pajak yang aktif dibayarkan Pajak Air Tanahnya tetapi tidak menggunakan meter air sebanyak 157 Objek Pajak; c. Terdapat Obyek Pajak Air Tanah yang belum diajukan ijin air tanahnya dan terdapat beberapa permasalahan, antara lain: 1 Obyek Pajak yang aktif dibayarkan Pajak Air Tanahnya dan menggunakan meter air sebanyak satu Obyek Pajak; 2 Obyek Pajak yang aktif dibayarkan Pajak Air Tanahnya tetapi tidak menggunakan meter air sebanyak 48 Obyek Pajak. Rincian dapat dilihat pada Lampiran 15. d. Terdapat Obyek Pajak Air Tanah yang tidak berijin dan tidak dibayarkan Pajak Air Tanahnya sebanyak 16 Obyek Pajak. Rincian dapat dilihat pada Lampiran 16. Untuk Obyek Pajak Air Tanah yang menggunakan meter air, Nilai Perolehan Air Tanah atau volume pemakaian air tanahnya dihitung dari selisih pembacaan meter air bulan lalu dengan pembacaan meter air bulan berjalan. Besarnya pajak terutang dihitung dengan mengalikan dasar pengenaan pajak dengan tarif pajak yang ditetapkan sebesar 20. Sedangkan Obyek Pajak Air Tanah yang belum menggunakan meter air, Nilai Perolehan Air Tanah atau volume pemakaian tanahnya tetap setiap bulan berdasarkan BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH Berita Acara Pelimpahan dari UP3AD, sehingga volume pemakaian air tanahnya tetap setiap bulannya. Untuk besarnya pajak terutang dihitung dengan mengalikan dasar pengenaan pajak dengan tarif pajak yang ditetapkan sebesar 20. DPPKD Kabupaten Kudus dalam hal ini Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan melalui surat nomor 005177213.02 tanggal 21 November 2012 mengundang seluruh Wajib Pajak Air Tanah dan pemakai air tanah untuk menghadiri sosialisasi tentang perlunya ijin dan membayar pajak air tanah. Dalam acara tersebut, Kepala Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan menyampaikan definisi pajak air tanah, obyek pajak, dasar hukum, dasar pengenaan pajak, masa pajak, penetapan pajak, pemungutan pajak, dan sanksi. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah pada: 1 Pasal 69 ayat 1 yang menyatakan bahwa dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan Air Tanah; 2 Pasal 69 ayat 2 yang menyatakan bahwa Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut: a Jenis sumber air; b Lokasi sumber air; c Tujuan pengambilan danatau pemanfaatan air; d Volume air yang diambil danatau dimanfaatkan; e Kualitas air; f Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengembalian danatau pemanfatan air; 3 Pasal 70 ayat 1 yang menyatakan bahwa Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 20; 4 Pasal 70 ayat 2 yang menyatakan bahwa Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tanggal 18 Oktober 2012 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa: 1 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; 2 Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya; c. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah, Bab III Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Penghitungan Pajak, pada: 1 Pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Air NPA; 2 Pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa NPA sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan mempertimbangkan faktor- faktor sebagai berikut: BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH a Jenis sumber air; b Lokasi sumber air; c Tujuan pengambilan danatau pemanfaatan air; d Volume air yang diambil danatau dimanfaatkan; e Kualitas air; f Tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan danatau pemanfaatan air; g Musim pengambilan air dan; h Luas areal tempat pengambilan air; 3 Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan bahwa Harga Dasar Air ditetapkan secara periodik oleh Bupati dengan memperhatikan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat 2; 4 Pasal 5 ayat 4 yang menyatakan bahwa cara menghitung NPA sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah dengan mengalikan volume air yang diambil dengan harga dasar air; 5 Pasal 5 ayat 5 yang menyatakan bahwa ketentuan mengenai Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut oleh Bupati; 6 Pasal 6 yang menyatakan bahwa tarif pajak ditetapkan sebesar 20 dua puluh persen; d. Peraturan Bupati Kudus Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ijin Air Tanah, pada: 1 Pasal 6 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang atau badan yang akan melakukan kegiatan pemakaian air tanah dan pengusahaan air tanah di Kabupaten Kudus wajib memiliki ijin dari Bupati; 2 Pasal 6 ayat 2 yang menyatakan bahwa ijin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterbitkan oleh Bupati dengan ketentuan: a Pada setiap CAT lintas kabupaten setelah memperoleh rekomendasi teknis yang berisi persetujuan dari Gubernur atau; b Pada setiap CAT dalam wilayah kabupaten setelah memperoleh rekomendasi teknis yang berisi persetujuan dari Kepala Dinas BPESDM; 3 Pasal 6 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap satu Ijin Air Tanah diberikan hanya untuk satu titik sumur produksi. Kondisi tersebut mengakibatkan: a. Data Wajib Pajak Air Tanah tidak dapat diketahui secara pasti; b. Penerimaan Pajak Air Tanah dari pemakai air tanah yang tidak mempunyai meter air kurang mencerminkan realisasinya atau tidak dapat diyakini karena tidak diikuti dengan perhitungan yang senyatanya; c. Kekurangan potensi pendapatan Pajak Air Tanah yang berasal dari pemakai air tanah yang tidak berijin serta tidak membayar. Kondisi tersebut disebabkan: a. Kepala DPPKD dan Kepala Dinas BPESDM kurang melakukan koordinasi mengenai pengelolaan database wajib pajak; b. Bupati belum menetapkan Peraturan Bupati yang mengatur Nilai Perolehan Air Tanah; c. Standar Operasional Prosedur yang mengatur pengelolaan pajak air bawah tanah belum ada.