Pengendalian atas Pengelolaan Kas Kurang Memadai
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 2. Piutang Pada Neraca Kabupaten Kudus Belum Disajikan Sebesar Nilai Bersih yang
Dapat Direalisasikan
Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik, Pemerintah Kabupaten Kudus mendapatkan imbalan jasa yang dalam satu tahun anggaran dianggarkan sebagai
pendapatan. Pendapatan ini dikelompokkan sebagai Pendapatan Asli Daerah PAD, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Komponen PAD di antaranya
adalah pendapatan pajak, retribusi, dan lain-lain PAD yang sah yang diharapkan dapat diterima dalam satu tahun anggaran. Apabila dalam satu tahun anggaran pendapatan yang
diharapkan tersebut tidak terealisasi maka akan muncul piutang. Timbulnya piutang di lingkungan pemerintahan ini terjadi karena tungga kan pungutan pendapatan dan
pemberian pinjaman serta transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih. Piutang ini harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan Net
Realizable Value. Alat untuk menyesuaikan adalah dengan melakukan cadanganpenyisihan piutang yang tidak tertagih. Penyisihan piutang diperhitungkan dan
dibukukan dengan periode yang sama saat timbulnya piutang, sehingga dapat menggambarkan nilai yang betul-betul diharapkan dapat ditagih.
Piutang Pemerintah Kabupaten Kudus per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut.
Tabel 3 Saldo Piutang Pemerintah Kabupaten Kudus
dalam rupiah Piutang
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Prosentase
a. Piutang Pajak 588.722.650,00
717.170.000,00 82,09
b. Piutang Retribusi 10.440.000,00
2.284.956.394,00 0,46
Jumlah 599.162.650,00
3.002.126.394,00 19,96
Rincian masing-masing obyek piutang daerah tersebut, dapat disajikan sebagai berikut:
a. Piutang Pajak
Tabel 4 Saldo Piutang Pajak
dalam rupiah
No. Jenis Piutang Pajak
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Prosentase
1 Pajak Hotel
9.160.000,00 32.721.550,00
27,99 2
Pajak Restoran 66.730.000,00
68.409.650,00 97,54
3 Pajak Hiburan
4.087.500,00 16.409.650,00
25,13 4
Pajak Reklame 8.969.950,00
41.136.300,00 21,81
5 Pajak Galian Gol C
336.139.950,00 387.139.950,00
86,83 6
Pajak Parkir 130.680.300,00
152.680.300,00 85,59
7 Pajak Air Tanah
32.954.950,00 18.820.000,00
175,11
Jumlah 588.722.650,00
717.170.000,00 82,09
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
b. Piutang Retribusi
Tabel 5 Saldo Piutang Retribusi
dalam rupiah No.
Jenis Piutang Retribusi 31 Desember 2012
31 Desember 2011 Prosentase
1 Pelayanan Kesehatan RSUD
0,00 2.270.868.394,00
0,00 2
PKD Pemakaian Rumah Dinas 10.440.000,00
10.440.000,00 100,00
3 PKD Pemakaian Tanah Pemda
0,00 3.648.000,00
0,00
Jumlah 10.440.000,00
2.284.956.394,00 0,46
Hasil pemeriksaan dokumen dan wawancara dengan petugas serta pejabat yang berwenang, menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Piutang Pajak telah digolongkan atau dipilah sesuai dengan umur piutang, namun
belum dilakukan penyisihan atas ketidaktertagihannya agar diketahui nilai bersih yang dapat direalisasikan. Rincian piutang pajak berdasarkan umur piutang adalah:
Tabel 6 Rincian Umur Piutang Pajak
dalam rupiah
No. Jenis Pajak
Umur Piutang Pajak Total
1-2 Tahun 1 Tahun
2-3 Tahun 3-4 Tahun
4-5 Tahun 5 Tahun
1 Pajak Hotel
- 300.000,00
3.700.000,00 1.800.000,00
1.500.000,00 1.860.000,00
9.160.000,00 2
Pajak Restoran
- 2.265.000,00
18.860.000,00 18.830.000,00
15.910.000,00 10.865.000,00
66.730.000,00 3
Pajak Hiburan -
1. 556.000,00 946.000,00
925.500,00 650.000,00
10.000,00 4.087.500,00
4 Pajak
Reklame -
3.749.400,00 -
1.634.000,00 146.600,00
3.349.950,00 8.969.950,00
5 Pajak Parkir
- 125.174.100,00
1.795.000,00 1.706.000,00
897.500,00 1.107.700,00
130.680.300,00 6
Pajak Air Tanah
32.231.500,00 723.450,00
- -
- -
32.954.950,00 7
Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan -
336.139.950,00 -
- -
- 336.139.950,00
Total 32.231.500,00
469.907.900,00 25.301.000,00
24.895.500,00 19.104.100,00
17.282.650,00 588.722.650,00
b. Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Tahun Anggaran 2012 mengalami peningkatan dari Rp2.270.868.394,00 menjadi sebesar Rp2.528.089.228,00 atau
meningkat sebesar Rp109.808,68 100,09. RSUD Kabupaten Kudus dinyatakan sebagai Badan Layanan Umum Daerah BLUD berdasarkan Surat Keputusan Bupati
Kudus Nomor 9002082011 tanggal 9 September 2011 tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah BLUD. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, maka Piutang Retribusi
Pelayanan Kesehatan RSUD pada tahun 2012 dimasukkan ke Piutang Lain-lain. Piutang Lain-lain adalah bagian dari Aset Lancar yang seharusnya merupakan
piutang yang ketertagihannya masih lancar. Atas Piutang Retribusi tersebut telah dibuat umur piutang, tetapi belum dicatat sesuai nilai bersih yang dapat
direalisasikan. Rincian Piutang Retribusi, yang terutama berasal dari RSUD Kudus, berdasarkan umur piutang namun belum dilakukan penyisihan atas
ketidaktertagihannya disajikan dalam tabel berikut ini.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 7 Rincian Umur Piutang Retribusi
dalam rupiah
No. Jenis Pajak
Umur Piutang Pajak Total
1-2Tahun 1 Tahun
2-3Tahun 3-4Tahun
4-5Tahun 5Tahun
1 PT Askes
670.917.950,00 -
- -
- -
670.917.950,00 2
Asuransi Jiwa Inhealth
972.600,00 -
- -
- -
972.600,00 3
Jamkesmas 1.200.914.700,00
- -
- -
- 1.200.914.700,00
4 PT Jamsostek
- JKK -
161.450,00 216.600,00
1.910.900,00 2.444.350,00
11.063.500,00 15.796.800,00
- JPK 77.602.150,00
- 3.915.550,00
13.560.800,00 79.049.650,00
15.959.550,00 190.087.700,00
5 PG. Rendeng
18.268.900,00 -
- -
- -
18.268.900,00 6
PT. Hartono Istana
1.359.000,00 -
- -
157.750,00 162.700,00
1.679.450,00 7
PT. Jasa Raharja
7.696.050,00 -
- -
- -
7.696.050,00 8
PT. Dua Kelinci 10.997.950,00
- -
- -
- 10.997.950,00
9 Jasindo Health
Care 4.034.600,00
- -
- -
- 4.034.600,00
10 PT Insan Darma
Nusa -
- -
- -
5.963.870,00 5.963.870,00
11 PT.
Produktif CitraSukses
79.100,00 -
- -
- -
79.100,00 12
Pusaka Raya
Barutama -
- -
- -
77.700,00 77.700,00
13 Pura Barutama
Unit -
- -
- -
191.800,00 191.800,00
14 Pura Kawasan
III -
- -
- -
273.100,00 273.100,00
15 Pura Barutama
Unit Offset 254.500,00
- -
- 219.400,00
- 473.900,00
16 Pura Barutama
Unit -
- -
- -
592.050,00 592.050,00
17 Pura Barutama
Unit TTS 262.650,00
- -
- -
- 262.650,00
18 Pura Barutama
Unit Group 2.427.950,00
- -
- -
- 2.427.950,00
19 Koperasi
Kenanga -
- -
- -
1.391.300,00 1.391.300,00
20 Bengkel Mesin
ADIKA -
83.000,00 -
- -
- 83.000,00
21 Pasien Umum
74.437.950,00 99.605.750,00
61.579.150,00 50.825.228,00
45.157.600,00 63.300.430,00
394.906.108,00
Jumlah 2.070.226.050,00
99.850.200,00 65.711.300,00
66.296.928,00 127.028.750,00
98.976.000,00 2.528.089.228,00
Kondisi tersebut mengakibatkan penyajian piutang tidak bisa disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan net realizable value, karena dalam kebijakan
akuntansi di Pemerintah Kabupaten Kudus belum mengatur penyisihan piutang tidak tertagih yang menjadi unsur pengurang jumlah piutang dalam laporan keuangan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang Akuntansi Piutang
pada: 1 Bab III Piutang Berdasarkan Pungutan Pendapatan NegaraDaerah, Huruf C
Pengukuran, antara lain menyebutkan: a Piutang disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi, berdasarkan surat ketetapan
kurang bayar yang diterbitkan, atau sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan untuk piutang yang tidak diatur dalam undang-undang tersendiri
dan kebijakan penyisihan piutang tak tertagih telah diatur pemerintah;
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
b Untuk dapat diakui sebagai piutang suatu tagihan harus memenuhi kriteria telah diterbitkan surat ketetapan danatau telah diterbitkan surat penagihan dan telah
dilaksanakan penagihan. 2 Bab VII Penghapustagihan Piutang, Huruf A Penyisihan Piutang, antara lain
menyebutkan: a Aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya sama dengan nilai
bersih yang dapat direalisasikan net realizable value; b Penyisihan piutang hendaknya dibuat aturannya terlebih dahulu. Jumlah yang
disisihkan sebagai piutang tak tertagih menjadi unsur pengurang jumlah piutang dalam laporan keuangan, sehingga nilai piutang mencerminkan nilai yang dapat
ditagih. Untuk kelengkapan informasi, jumlah piutang asal nominal, jumlah penyisihan dan dasar penyisihannya seyogyanya dijelaskan dalam CaLK;
c Penentuan besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih harus berdasarkan suatu kebijakan akuntansi yang ditetapkan dalam surat keputusan,
baik untuk Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah; d Dalam menetapkan kebijakan akuntansi penyisihan piutang yang didasarkan
pada umur piutang sebaiknya dibedakan menurut jenis piutang, baik dalam menetapkan umur maupun penentuan besaran yang akan disisihkan.
b. Peraturan Bupati Kudus Nomor 27 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Lampiran Peraturan Bupati Kudus Nomor 29 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Kudus, nomor 9 Kebijakan Akuntansi Aset, huruf c Piutang dan Piutang Lain-lain, poin 14 Kebijakan Akuntansi, pada huruf c Penghapusan
Piutang menyebutkan: 1 Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable
dan kebijakan penyisihan piutang tidak tertagih diatur sesuai dengan tingkat kolektibilitasnya. Penyisihan piutang tak tertagih bukan merupakan penghapusan
piutang; 2 Penentuan kebijakan besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih
disesuaikan dengan kondisi masing-masing SKPD yang ditetapkan dengan surat keputusan Bupati.
Kondisi tersebut di atas mengakibatkan piutang pajak daerah, piutang retribusi daerah dan piutang lain-lain tidak diketahui tingkat ketertagihannya.
Kondisi tersebut di atas disebabkan Bupati Kudus belum mengatur kebijakan akuntansi tentang penyisihan piutang berdasarkan umur piutang untuk menyajikan nilai
piutang bersih yang dapat ditagih. Atas permasalahan tersebut, Kepala DPPKD menyatakan bahwa
akan menindaklanjuti dengan Surat Keputusan Bupati yang menetapkan besarnya prosentase
penyisihan piutang tidak tertagih untuk masing-masing SKPD BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar menerbitkan kebijakan akuntansi
tentang penyisihan piutang berdasarkan umur piutang untuk menyajikan nilai piutang bersih yang dapat ditagih.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH 3. Pengelolaan Dana Bergulir pada Pemerintah Kabupaten Kudus Tidak Sesuai
Ketentuan
Pemerintah Kabupaten Kudus pada Tahun Anggaran 2012 menyajikan saldo Investasi Non Permanen Dana Bergulir sebesar Rp1.543.874.415,00. Dana Bergulir
tersebut dikelola oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Disperinkop UMKM serta Dinas Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Distankanhut dengan rincian pada tabel berikut ini.
Tabel 8 Saldo Investasi Non Permanen per 31 Desember 2012
SKPD
dalam rupiah
Nilai Dana Bergulir per 31 Desember 2012
Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM 938.188.935,00
Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan 605.685.480,00
Total 1.543.874.415,00
Saldo Investasi Non Permanen sebesar Rp1.543.874.415,00 tersebut merupakan nilai investasi non permanen dalam kategori lancar, kurang lancar dan diragukan, belum
termasuk yang macet sebesar Rp1.505.321.008,00. Kondisi serupa pernah diungkapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI
atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2011 Nomor 17BLHPXVIII.SMG052012 tanggal 10 Mei 2012, bahwa Kebijakan Akuntansi
penyajian dana bergulir belum ditetapkan dan terdapat dana bergulir yang macet sebesar Rp1.636.675.832,00. Diungkapkan juga bahwa saldo dana bergulir yang macet tersebut
tidak masuk dalam neraca, tapi diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan pada Investasi Non Permanen.
a. Seperti yang diuraikan dalam LHP BPK tersebut, penentuan kolektibilitas pada
SKPD pengelola dana bergulir adalah sebagai berikut:
1 Pada Bidang UMKM Disperinkop UMKM mengikuti ketentuan kolektibilitas yang
berlaku pada P.D. BPR BKK Kudus sebagai executing chanelling yang mengacu pada Lampiran Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31147KEPDIR tanggal 12
November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif yang antara lain menyebutkan bahwa kemampuan membayar nasabah dikategorikan sebagai berikut:
2 Lancar: apabila pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik dan tidak
ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit;
3 Kurang Lancar: apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga
telah melampaui 90 s.d. 180 hari;
4 Diragukan: apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang
telah melampaui 180 s.d. 270 hari;
b. Macet: apabila terdapat tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui
270 hari. Pada Bidang Perindustrian Disperinkop UMKM, penentuan kolektibilitas dilakukan
oleh Tim Pengelola dan langsung diterapkan pada nasabah dana bergulir. Yaitu dikategorikan macet terhadap dana bergulir sejak tahun 2001 sampai dengan 2008,
atau tahun 2009 namun sudah tidak ada angsuran; dikategorikan diragukan dan
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
kurang lancar terhadap dana bergulir yang masih ada kemungkinan tertagih, termasuk piutang tahun 2007 yang masih ada angsuran.
c. Pada Bidang Koperasi Disperinkop UMKM, Penguatan Modal Kelompok Petani
Kecil dan Sapi Kereman Distankanhut, pengelola belum melaksanakan sesuai kolektibilitas dana bergulir.
Saldo atas dana bergulir yang macet untuk Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp1.505.321.008,00 yang berarti mengalami penurunan sebesar Rp131.354.824,00
dibandingkan saldo dana bergulir macet Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp1.636.675.832,00. Saldo sebesar Rp1.505.321.008,00 tersebut hanya diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan dan tidak masuk dalam akun di Neraca sebagai Investasi Non Permanen maupun Aset Lainnya.
Pemerintah Kabupaten Kudus sejak tahun 2010 sudah tidak menambah perguliran dana, sehingga dana yang masih bergulir pada masyarakat merupakan dana
yang berasal dari APBD Kabupaten Kudus Tahun Anggaran 2003, 2004, 2006 sampai dengan 2009. Untuk menampung pengembalian pokok pinjaman dan bunga dana bergulir
tersebut, SKPD pengelola dana bergulir membuka rekening di Bank Jawa Tengah. Hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa selain tidak dilaporkan sebagai rekening SKPD,
bungajasa dari rekening-rekening tersebut tidak pernah disetor ke kas daerah Kabupaten Kudus. Rekening-rekening tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 9 Rekening Dana Bergulir
dalam rupiah
No Nama Rekening
Nomor Rekening
Saldo per 311212
Jasa Giro - Biaya Adm - Pajak
1 Tim Pengelolaan Dana Bergulir
2024086442 6.098.244
20.627 2
Tim Pokja Pinjaman Dana Bergulir Koperasi 1-024-00357-1
71.922.411 1.697.377
3 Pengelola Dana Bergulir
1-024-00358-7 139.649.843
3.234.603
Jumlah 217.670.498
4.952.607
Untuk dana yang masih tersimpan di rekening tersebut, belum dilakukan penyetoran ke kas daerah karena menunggu kebijakan akuntansi tentang dana bergulir.
Pemerintah Kabupaten Kudus belum melakukan penatausahaan dana bergulir sesuai dengan jatuh temponya aging schedule beserta penyisihannya. Sehingga
penyajian di Neraca untuk Investasi Non Permanen belum berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable Value. Sampai dengan tahun 2012, Pemerintah
Kabupaten Kudus menyajikan saldo dana bergulir berdasarkan jumlah akumulasi dana bergulir dari tahun sebelumnya dikurangi dana bergulir yang telah dikembalikan ke Kas
Daerah pada tahun 2012.
Kondisi tersebut di atas tidak sesuai dengan: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara pada: 1 Pasal 30 ayat 1 yang menyatakan bahwa gubernurbupatiwalikota dapat
memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
lingkungan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
2 Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa gubernurbupatiwalikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening untuk keperluan pelaksanaan pengeluaran di
lingkungan satuan kerja perangkat daerah. b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 59: 1 Ayat 1 yang menyatakan bahwa penerimaan SKPD yang merupakan penerimaan
daerah tidak dapat dipergunakan langsung untuk pengeluaran; 2 Ayat 2 yang menyatakan bahwa komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi
danatau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada bank serta
penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah;
3 Ayat 3 yang menyatakan bahwa semua penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 apabila berbentuk uang harus segera disetor ke kas umum
daerah dan berbentuk barang menjadi milikaset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
paragraf 55 yang menyatakan bahwa Aset Lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek
antara lain deposito berjangka 3 tiga sampai 12 dua belas bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak, retribusi,
denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 dua belas bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan
mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti
komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
d. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 tentang Akuntansi Dana Bergulir pada Bab V Penyajian dan pengungkapan dana bergulir, Huruf A Penyajian
dana bergulir, antara lain menyebutkan secara periodik Kementerian
NegaraLembagaPemerintah Daerah harus melakukan penyesuaian terhadap dana bergulir sehingga nilai dana bergulir yang tercatat di neraca menggambarkan nilai
bersih yang dapat direalisasikan Net Realizable Value. Nilai bersih yang dapat direalisasikan dapat diperoleh jika satker pengelola dana bergulir melakukan
penatausahaan dana bergulir sesuai dengan jatuh temponya aging schedule.
Hal tersebut mengakibatkan: a. Pemerintah Kabupaten Kudus tidak dapat segera memanfaatkan dana sebesar
Rp217.670.498,00 yang merupakan pengembalian pokok dan bungajasa giro sebesar Rp4.950.607,00 yang ada di rekening penampungan dana bergulir;
b. Saldo dana bergulir belum menyajikan estimasi nilai bersih yang dapat direalisasikan.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Hal tersebut disebabkan: a. Bupati Kudus belum mengatur kebijakan akuntansi tentang penyisihan dana bergulir
berdasarkan umurnya untuk menyajikan nilai dana bergulir bersih yang dapat ditagih b. Kepala Disperinkop UMKM dan Kepala Distankanhut tidak segera menyetorkan dana
yang ada di rekening penampungan dana bergulir. Atas permasalahan tersebut, Kepala Disperinkop UMKM menyatakan sependapat
dengan temuan hasil pemeriksaan. Namun Disperinkop UMKM telah menyampaikan laporan bulanan Neraca Pengelolaan Dana Bergulir dan Rekapitulasi Angsuran Dana
Bergulir secara rutin yang disusun Bendahara Tim Pengelola Dana Bergulir dan diketahui oleh Kepala Disperinkop UMKM. Disperinkop UMKM juga telah menyusun Peraturan
Bupati Kudus tentang Pengelolaan Dana Bergulir Koperasi dan UMKM yang terintegrasi.
Sedangkan Kepala Distankanhut menyatakan bahwa: 1 Kepala SKPD akan meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas
penyelenggaraan akuntansi dana bergulir; 2 Saldo investasi non permanen per 31 Desember 2012 di Dinas Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan Kabupaten Kudus menurut temuan BPK Rp605.685.480,00 sedangkan data yang ada sebesar Rp598.074.000,00 dengan rincian dana sapi kereman
Rp537.700.000,00 dan dana Kelompok Petani Kecil KPK sebesar Rp60.374.000,00.
Permasalahan tersebut sudah ditindaklanjuti dengan penyetoran ke Kas Daerah berupa bunga danatau jasa giro dengan Surat Tanda Setoran STS tanggal 22 Mei 2013
sebesar Rp1.697.377,00, STS tanggal 22 Mei 2013 sebesar Rp3.234.603,00, dan STS tanggal 23 Mei 2013 sebesar Rp20.627,00, dengan jumlah total sebesar Rp4.952.607,00.
BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar: a. Menerbitkan kebijakan akuntansi dana bergulir tentang penyisihan dana bergulir
berdasarkan umurnya untuk menyajikan nilai dana bergulir bersih yang dapat ditagih; b. Memerintahkan Kepala Disperinkop UMKM dan Kepala Distankanhut untuk
menetapkan kebijakan atas pengembalian pokok dana bergulir yang masih tersimpan di rekening penampungan.
4. Aset Bongkaran Material Kegiatan Penataan Saluran Drainase dan Trotoar Jalan Tidak Diketahui Keberadaannya
Pada Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2012, Pemerintah Kabupaten Kudus menganggarkan Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Jaringan Air sebesar
Rp17.207.432.000,00 dan merealisasikan sebesar Rp16.396.960.000,00 95,29. Salah satu bentuk realisasi belanja modal pengadaan konstruksi jaringan air adalah kegiatan
penataan saluran drainase dan trotoar jalan di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Cipkataru. Kegiatan tersebut berupa normalisasi dan rehabilitasi saluran drainase serta
penggantian trotoar tepi jalan di kota Kudus. Saluran drainase dinormalisasi atau diganti dengan konstruksi baru, perkerasan trotoar diganti dari paving block atau tegel beton
menjadi keramik, serta penggantian curb stonekanstin. Pekerjaan tersebut terdiri dari sembilan paket pekerjaan dengan rincian paket sebagai berikut.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Tabel 10 Daftar Paket Pekerjaan Penataan Drainase dan Trotoar di Kudus
No Nama Paket
Nilai Kontrak Rp
Penyedia Jasa
Nomor Kontrak CCO
Addendum Volume bongkaran
dalam Kontrak Volume bongkaran
dalam CCO Contract Change Order
Paving m
2
Kanstin m
Paving m
2
Kanstin m
1 Jl. Dr. Lukomono
Hadi - Dr. Ramelan
1.917.146.000 C.V. TM
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LU1 2.29.02.5
6 Agustus 2012 05011PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN.LUC
CO.b12.29.02.5 30 Agustus 2012
2110,05 1549
2175,05 1599
2 Jl. Achmad Yani
1.344.614.000 C.V. AP
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LU1 2.29.02.6
4 September 2012
1686,1 1297
1758,5 1353
3 Jl. Jend.
Sudirman 1.901.464.000
C.V. JU 05011PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN.LU1
2.29.02.7 16 Agustus 2012
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LUC CO.B12.29.02.7
11 September 2012
1775,71 1023,51
1782,84 1027,8
4 Perempatan
Jember ke Timur - Kaligelis
1.898.000.000 C.V. JK
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LU1 2.29.02.4
16 Agustus 2012 tidak
bisa dihitung
601 tidak
bisa dihitung
601
5 Jl. R. Agil
Kusumadya- Section 2
626.100.000 C.V. SBR
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LU1 2.29.02.9
6 Agustus 2012 -
- -
-
6 Kawasan
Simpang Tujuh 1.880.200.000
C.V. TK 05011PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN.LU1
2.29.02.2 6 Agustus 2012
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LUC CO.B12.29.02.2
3 September 2012
tidak bisa
dihitung -
tidak bisa
dihitung -
7 Simpang Tujuh
ke Barat - Kaligelis
2.413.597.000 P.T. GPN
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LU1 2.29.02.3
27 Agustus 2012 Adendum II
17 Desember 2012
tidak bisa
dihitung 1090,25
tidak bisa
dihitung 1082,05
8 Selatan Kudus
Plaza - Tugu A. Yani
418.000.000 C.V. CI
05011PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN.LU1 2.29.02.8
6 Agustus 2012 05011PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN.LUC
CO.B12.29.02.8 3 September
2012 -
tidak bisa
dihitung -
tidak bisa dihitung
9 Jl. R. Agil
Kusumadya Lanjutan TA
2011 2.378.260.000
C.V. SBR 05011PEJABAT
PEMBUAT KOMITMEN.LU1
2.29.02.1 6 Agustus 2012
tidak bisa
dihitung tidak
bisa dihitung
tidak bisa
dihitung tidak bisa
dihitung
JUMLAH 14.777.381.000
5.571,86 6.651,01
5.716,39 6.744,9
Sumber: Dokumen Pengadaan Barang untuk sembilan paket pekerjaan penataan drainase dan trotoar jalan. Jumlah volume material hanya dihitung untuk material paving block dan material kanstin yang terukur
volumenya.
Pada Standar Dokumen Pengadaan untuk masing-masing pekerjaan, terdapat rencana volume pekerjaan yang akan dilaksanakan, yaitu pada bagian bill of quantity
BQ. Volume pekerjaan tersebut diperoleh dari hasil perencanaan oleh konsultan perencana untuk masing-masing paket pekerjaan. Salah satu item pekerjaan yang
disebutkan dalam BQ adalah item pekerjaan bongkaran perkerasan trotoar lama, berupa
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
paving blocktegel dan kanstin lama eksisting. Pada beberapa paket pekerjaan, dokumen perencanaan tidak dapat menyatakan dengan detail jenis material perkerasan trotoar yang
dibongkar beserta volumenya. Hal ini mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam menghitung nilai volume material hasil bongkaran.
Material trotoar lama berupa paving block dan kanstin eksisting dibongkar dari lokasi pekerjaan untuk selanjutnya diserahkan ke Bagian Pengelolaan Aset Daerah PAD
Sekretariat Daerah Setda untuk dikelola. Penyerahan material bongkaran tersebut kepada Bagian PAD Setda dilakukan tanpa pencatatan secara detail dan monitoring
tertulis dari Pejabat Pembuat Komitmen, pengawas pekerjaan maupun konsultan pengawas. Bukti penyerahan material bongkaran kepada Bagian PAD berupa delivery
order DO dari rekanan. DO tersebut menyatakan tanggal pengiriman serta volume pengiriman dalam satuan yang berbeda-beda. Atas ketepatan volume barang terkirim
dengan yang tertera pada DO tidak dilakukan pengujian oleh Bagian PAD Setda. Material bongkaran yang diterima oleh Bagian PAD Setda disimpan di lokasi Gedung Ngasirah,
Kudus.
Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 7 Februari 2013 di lokasi penyimpanan material bongkaran menunjukkan bahwa material yang masih ada di lokasi tersebut hanya
berupa kanstin, tanpa ada material paving block. Kanstin tersebut diletakkan secara tidak beraturan sehingga pihak Bagian PAD Setda kesulitan untuk menghitung jumlah atau
mengukur volumenya. Material bongkaran dikelola oleh Bagian PAD Setda untuk dihibahkan kepada warga masyarakat yang membutuhkan. Proses hibah ini didahului oleh
surat permintaan dari masyarakat kepada Bagian PAD Setda, untuk selanjutnya diterbitkan surat tugas pengambilan barang. Surat tugas tersebut menyebutkan identitas
pengambil, jenis, volume dan lokasi pengambilan barang material.
Berdasarkan berita acara pemeriksaan tanggal 1 Mei 2013, Bagian PAD Setda menyatakan bahwa material tersebut telah habis diberikan kepada masyarakat. Proses
pemberian material tersebut dilakukan dengan mekanisme surat tugas pengambilan barang dan NPHD. Hasil rekapitulasi atas dokumen surat tugas pengambilan barang
tersebut menunjukkan bahwa volume material yang diambil oleh masyarakat adalah sebanyak 1.795 m
2
Jika dibandingkan dengan total volume aset yang dibongkar oleh rekanan berdasarkan CCO terakhir, terdapat selisih sebesar 5.716,39 m
paving dan 3409 buah kanstin. Panjang 1 buah kanstin dihitung maksimum 60 cm atau 0,6 m, sehingga volume kanstin yang diambil masyarakat adalah
sejumlah 3.409 buah x 0,6 m = 2.045,40 m.
2
- 1.795 m
2
= 3.921,39 m
2
Jumlah tersebut belum termasuk volume bongkaran material paving eksisting yang tercampur tegelkeramik, bongkaran material berupa kanstin yang dihitung dalam
satuan lumpsum. Nilai tersebut juga belum termasuk aset yang dinyatakan rusak, namun hingga pemeriksaan ini berakhir, Dinas Cipkataru tidak dapat menyajikan dokumen
teknis yang menyatakan kerusakan aset tersebut. untuk paving block; dan 6.744,90 m - 2.045,40 m = 4.699,50 m untuk kanstin.
Penghapusan atas aset material bongkaran tersebut juga belum dilaksanakan karena usulan penghapusan aset dari Dinas Cipkataru tidak disertai perhitungan volume
dan nilai aset yang akan dihapus. Aset trotoar eksisting tidak secara jelas tercatat dalam neraca barang pemerintah kabupaten Kudus. Dalam neraca barang, aset trotoar dan
drainase tidak secara jelas menyebut lokasi yaitu sebesar total Rp430.014.519,00, sehingga koreksi atau penghapusan tidak bisa dilakukan. Kondisi ini menunjukkan
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
adanya aset berupa material trotoar jalan yang masih dicatat dalam neraca per 31 Desember 2012, namun fisik barangnya sudah tidak ada.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan a. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
NegaraDaerah, pada: 1 Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa barang milik daerah adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah;
2 Pasal 1 ayat 5 yang menyatakan bahwa kuasa pengguna barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh pengguna barang untuk menggunakan
barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya; 3 Pasal 3 ayat 2 yang menyatakan bahwa pengelolaan barang milik negaradaerah
meliputi: c. penggunaan; d. pemanfaatan; e. pengamanan dan pemeliharaan; h. pemindahtanganan; i. penatausahaan; j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian;
4 Pasal 32 ayat 1 yang menyatakan bahwa pengelola barang, pengguna barang danatau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik
negaradaerah yang berada dalam penguasaannya; 5 Pasal 32 ayat 2 yang menyatakan bahwa pengamanan barang milik negaradaerah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Lampiran II.08 PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap, pada:
1 Paragraf 5 yang menyatakan bahwa Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum; 2 Paragraf 16 yang menyatakan bahwa untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu
aset harus berwujud dan memenuhi kriteria: a Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan; d Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan; 3 Paragraf 20 yang menyatakan bahwa pengakuan aset tetap akan sangat andal bila
aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah;
4 Paragraf 76 yang menyatakan bahwa suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada
manfaat ekonomik masa yang akan datang. c. Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang disampaikan dalam surat penawaran masing-
masing penyedia jasa, tentang kewajiban untuk mengamankan dan melaporkan material bongkaran kepada Pejabat Pembuat Komitmen atau Direksi.
Permasalahan tersebut mengakibatkan: a. Pemerintah Daerah Kudus tidak bisa memanfaatkan hasil bongkaran paving block
minimal sejumlah 3.921,39 m
2
b. Nilai Aset Tetap – Jalan, Irigasi, dan Jaringan per 31 Desember 2102 lebih disajikanoverstated berupa aset bongkaran material kegiatan penataan saluran
drainase dan trotoar jalan. dan kanstin minimal sejumlah 4.699,50 m;
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Permasalahan tersebut disebabkan oleh: a. Pejabat Pembuat Komitmen tidak cermat dalam melakukan fungsi monitoring atas
pelaksanaan pekerjaan; b. Pengawas lapangan tidak cermat dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan
pekerjaan, yaitu pada pekerjaan pembongkaran trotoar eksisting; c. Pengurus barang kurang cermat dalam melaksanakan pengelolaan, pencatatan dan
penyajian Aset Tetap di Neraca. Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Cipkataru menyatakan:
a. Dalam Rencana Anggaran Biaya RAB tidak dianggarkan biaya pengamanan paving block dan kanstein ke gudang milik Bagian Aset sehingga tidak mengetahui jumlah
paving block dan kanstein yang diambil oleh masyarakat dan sebagian lainnya ada juga diminta oleh warga melalui pengajuan Surat Permohonan ke Bagian Aset
Sekretariat Daerah Kabupaten Kudus;
b. Atas kelebihan pencatatan aset trotoar yang dalam proses penghapusan akan dilakukan pengurangan nilai aset di Neraca setelah SK penghapusan keluar, nilai penghapusan
aset trotoar akan ditelusuri sesuai nilai yang tercatat di buku inventaris. BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar memerintahkan Kepala Dinas
Cipkataru supaya: a. Memerintahkan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pengawas Lapangan untuk lebih
cermat dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; b. Memerintahkan Pengurus Barang untuk menginventarisasi aset bongkaran material
kegiatan penataan saluran drainase dan trotoar jalan serta mengusulkan penghapusan.
5. Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Aset dengan Pihak Ketiga pada Tiga Pasar, Toserba, dan Ruko Berpotensi Merugikan Pemerintah Kabupaten Kudus
Dalam rangka melaksanakan tugas kewenangannya guna meningkatkan perekonomian masyarakat Pemerintah Kabupaten Kudus telah melakukan perjanjian
kerjasama dengan pihak lain. Kerjasama tersebut adalah kerjasama pembangunan dan perolehan aset bangunan kios, ruko, terminal, maupun bangunan pasar dengan rincian
sebagai berikut: a. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan
P.T. KBBP tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Nomor 6 Tahun 1995 tanggal 4 Desember 1995 dan Addendum Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. KBBP tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Nomor 2 Tahun 1996 tanggal 23 Juli 1996.
Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun.
b. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. PBP tentang PembangunanRenovasi Pasar Bitingan Kabupaten Daerah Tingkat
II Kudus Nomor 2 Tahun 1997 tanggal 23 April 1997. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun.
c. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. AAA tentang PembangunanRenovasi Pasar Jember Kabupaten Daerah Tingkat II
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kudus Nomor 3 Tahun 1997 tanggal 23 April 1997. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun.
d. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. IGPS tentang Pembangunan Toserba Simpang Tujuh dan Pengembangan Bekas
Gedung Bioskop Ramayana Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus Nomor 4 Tahun 1997 tanggal 23 April 1997 dan Addendum Perjanjian antara Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. IGPS tentang Pembangunan Toserba Simpang Tujuh dan Pengembangan Bekas Gedung Bioskop Ramayana Kabupaten Kudus
Nomor 12 A Tahun 2002 tanggal 25 Maret 2002. Jangka waktu kerjasama selama 20 dua puluh tahun.
e. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Kudus dengan P.T. SEM tentang Pembangunan Rumah Toko A. Yani Nomor 54 Tahun 2003 tanggal 12 Desember
2003. Jangka waktu kerjasama selama 30 dua puluh tahun. Hasil pemeriksaan dokumen dan perjanjian kerjasama tersebut terdapat beberapa
hal sebagai berikut: a. Kelima perjanjian tersebut mencantumkan kalimat yang menyatakan bahwa jika
perjanjian telah selesai Pemerintah Kabupaten Kudus berhak memperoleh aset sebagaimana tertuang dalam perjanjian. Namun tidak disebutkan bahwa bangunan
diserahkan dalam kondisi baik. Berdasarkan pengalaman pada waktu penyerahan bangunan Matahari Departemen Store pada bulan Juni 2009, bangunan tersebut
kondisinya kurang baik, yaitu kaca pecah, banyak barang yang sudah tidak dipakai namun masih ada di roof top, escalator rusak, dan fasilitas umum rusak;
b. Pada Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dengan P.T. KBBP, P.T. PBP dan P.T. AAA tentang PembangunanRenovasi Pasar
Kliwon, Pasar Bitingan dan Pasar Jember terdapat perbedaan jangka waktu HGB di atas HPL selama 20 tahun, sedangkan di sertifikat toko, ruko, dan los para pedagang
pada Pasar Kliwon, Bitingan dan Jember jangka waktunya 30 tahun;
c. Sekretariat Daerah telah mengirim surat dengan Nomor 050174701 tanggal 7 Mei 2009 kepada Notaris se-Kabupaten Kudus perihal Persetujuan Menjaminkan Hak
Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan, yang ditembuskan ke Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kudus. Isi surat tersebut menyebutkan bahwa
Pemerintah Kabupaten Kudus tidak keberatan atas permohonan untuk menjaminkan Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan atas P.T. KBBP, P.T. PBP, dan P.T.
AAA dan P.T. SEM dengan ketentuan tidak melampaui jangka waktu Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan tersebut.
Hasil konfirmasi dengan Bagian Pengelolaan Aset Daerah PAD Sekretariat Daerah Setda dan Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Kudus diperoleh
penjelasan bahwa: a. Dengan tidak adanya kalimat yang menyatakan bahwa bangunan pada waktu
diserahkan harus dalam kondisi baik, dikhawatirkan nantinya bangunan tersebut diserahkan dalam kondisi tidak baik atau rusak. Hal ini terjadi pada waktu penyerahan
bangunan “Matahari” pada bulan Juni 2009 dengan kondisi kurang baik yaitu kaca pecah, banyak barang yg sudah tidak dipakai namun masih ada di roof top, escalator
rusak, fasilitas umum rusak;
b. Adanya perbedaan jangka waktu, di mana perjanjian HGB di atas HPL 20 tahun, sedangkan sertifikat toko, ruko, dan los 30 tahun, dapat mengakibatkan Pemerintah
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Kabupaten Kudus tidak dapat menarik retribusi sewa toko, kios dan los, karena para pemilik toko, kios dan los merasa masih memiliki sewa 10 tahun lagi;
c. Setelah dikonfirmasi, BPN Kabupaten Kudus mengakui telah menerbitkan sertifikat HGB di atas HPL selama 30 tahun yang tidak memperhatikan perjanjian kerjasama
antara Pemerintah Kabupaten Kudus dengan Pihak Ketiga Investor selama 20 tahun pada Pasar Kliwon, Pasar Bitingan dan Pasar Jember;
d. Dengan adanya perbedaan jangka waktu, di mana perjanjian HGB di atas HPL 20 tahun, sedangkan sertifikat toko, ruko, dan los 30 tahun tersebut Pemerintah
Kabupaten Kudus dalam hal ini Sekretariat Daerah telah mengirim surat nomor 594.322701 kepada Kepala Dinas Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Disdagsar,
agar dilakukan pembetulan perbedaan jangka waktu tersebut dengan berkoordinasi dengan Instansi Sertifikat dalam hal ini adalah BPN.
Dari permasalahan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa: a. Pemerintah Kabupaten Kudus dapat dirugikan apabila bangunan diserahkan dalam
kondisi tidak baik karena isi perjanjian yang tidak jelas; b. Pemerintah Kabupaten Kudus dapat dirugikan karena tidak dapat menarik sewa kios
apabila perjanjian selama 20 tahun sudah selesai; c. Pemilik Kios, Ruko, dan Los dapat dirugikan jika perjanjian antara Pemerintah
Kabupaten Kudus dengan P.T. KBBP, P.T. PBP, dan P.T. AAA tentang PembangunanRenovasi Pasar Kliwon, Pasar Bitingan dan Pasar Jember telah
berakhir.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan: a. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tanggal 22 Agustus 2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah: 1 Pasal 1 angka 2 yang menyatakan bahwa kerja sama daerah adalah kesepakatan
antara gubernur dengan gubernur, atau gubernur dengan bupatiwalikota, atau antara bupatiwalikota dengan bupatiwalikota yang lain, dan atau gubernur,
bupatiwalikota dengan pihak ketiga, yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban;
2 Pasal 2 yang menyatakan bahwa kerja sama daerah dilakukan dengan prinsip: huruf d, saling menguntungkan, huruf h, persamaan kedudukan, huruf i,
transparansi dan huruf k, kepastian hukum. b. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah, pada Pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap tindakan hukum yang bertujuan untuk pengalihan atau
penyerahan hak atas tanah atau bangunan yang dimilikidikuasai oleh daerah, baik yang telah ada sertifikatnya maupun belum, dapat diproses dengan pertimbangan
menguntungkan daerah yang bersangkutan, dengan cara: 1 pelepasan dengan pembayaran ganti rugi dijual, dan 2 pelepasan dengan tukar menukarruislagtukar
guling.
Hal tersebut mengakibatkan adanya resiko ketidakjelasan pendapatan sewa kios, ruko, dan los, serta kualitas bangunan yang diterima Pemerintah Kabupaten Kudus ketika
berakhirnya masa pelaksanaan perjanjian kerjasama.
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
Hal tersebut disebabkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus kurang cermat dalam melakukan pengawasan atas pelimpahan kios, ruko, dan los dari pihak ketiga ke
pedagang. Atas permasalahan tersebut, Kepala Bagian PAD Setda menyatakan bahwa pada
prinsipnya setuju terhadap hasil temuan tersebut dan menjelaskan bahwa: a.
Bagian PAD dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kudus tanggal 30 Desember 2008, Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2008 Nomor 13, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Kudus Nomor 115;
b. Guna menindaklanjuti ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Pakai Atas Tanah,
pada tanggal 7 Mei 2009 Pemerintah Kabupaten Kudus telah melayangkan surat ke Notaris se-Kabupaten Kudus dengan Nomor 050174701 perihal Persetujuan
Menjaminkan Hak Guna Bangunan di Atas Hak Pengelolaan. Hal ini bertujuan agar pada saat pemegang HGB mengajukan Hak Tanggungan, maka jangka waktu
perjanjian tidak akan terlampaui;
c. Selain hal tersebut sesuai dengan Peraturan Bupati Kudus Nomor 47 Tahun 2009
tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kudus, disebutkan bahwa semua Pasar yang ada di Kabupaten Kudus merupakan
tugas pokok dan fungsi dari Disdagsar;
d. Sehubungan dengan hal tersebut, Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus melayangkan surat kepada Kepala Disdagsar dengan Nomor 594.322701 perihal Sertifikat Pasar
Kliwon, Pasar Bitingan, dan Pasar Jember untuk segera mengajukan pembetulan terhadap perbedaan jangka waktu tersebut;
e. Terhadap penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten
Kudus dalam hal ini Bagian PAD telah berusaha menjembatani untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Pasar yang dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga, hanya
saja sampai saat ini belum ada penyelesaian
f. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Kudus akan segera
melakukan koordinasi dengan Pihak Ketiga Investor PembangunanRenovasi Pasar dengan BPN Kudus guna menyelesaikan masalah tersebut
BPK RI merekomendasikan Bupati Kudus agar memerintahkan Sekretaris Daerah melakukan evaluasi atas Perjanjian Kerjasama dengan P.T. KBBP, P.T. PBP, P.T.
AAA, P.T. IIGPS, dan P.T. SEM, sehingga hak dan kewajiban kedua belah pihak lebih jelas dan kerjasama saling menguntungkan.