Klimatologi, dan Geofisika BMKG sebagai objek penelitian karena telah diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja. Dimana anggaran disusun
berdasarkan program kerja, terdapat kejelasan maksud dan tujuan permintaan dana, dan fokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Berdasarkan
fenomena-fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk menemukan bukti empiris
dalam penelitian berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Satuan Kerja Satker Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG”. 1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Apakah partisipasi penyusunan
anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap kinerja Satuan Kerja Satker pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika BMKG?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui apakah pengaruh partisipasi penyusunan
anggaran dan komitmen organisasi secara simultan maupun parsial terhadap kinerja Satuan Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pemikiran dan dapat mengetahui serta mempelajari masalah-
masalah yang berkaitan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja pemerintah.
2. bagi organisasi sektor publik atau pihak yang terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi Satuan
Kerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG dalam menerapkan kebijakannya sehingga kinerja organisasi publik tersebut
menjadi lebih baik. 3. bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi tambahan dan masukan bagi peneliti yang berminat meneliti permasalahan yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1.
Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai
dari uang publik Mardiasmo, 2004:61. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005, “anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan
pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah yang disusun menurut klasifikasi tertentu
secara sistematis untuk satu periode”. Pada dasarnya anggaran perusahaan dapat dikelompokkan ke
beberapa kelompok anggaran Rudianto, 2006:118, yaitu: a. Anggaran Operasional
Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan dalam suatu periode
tertentu. Yang termasuk dalam anggaran operasional adalah anggran pendapatan, anggaran biaya, dan anggaran laba.
b. Anggaran keuangan Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan dengan rencana
pendukung aktivitas operasi perusahaan. Anggaran ini tidak berkaitan secara langsung dengan aktivitas perusahaan untuk menghasilkan dan
menjual produk perusahaan. Anggaran keuangan mencakup beberapa jenis anggaran yaitu anggaran investasi, anggaran kas dan proyeksi
neraca.
Stoner dan Freeman 2001:570 menyatakan bahwa “Ada dua prosedur yang biasa digunakan dalam menyusun anggaran suatu
organisasi”, yaitu:
a. Top-Down Budgeting Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang ditentukan oleh pimpinan
tertinggi perusahaan dengan sedikit atau bahkan tanpa ada konsultasi dengan manajer tingkat bawah. Dengan menerapkan prosedur ini maka
memberikan keuntungan yaitu mempersingkat waktu penyusunan anggaran. Kelemahan dari prosedur ini adalah tidak diperhitungkannya
kebutuhan tiap-tiap bagian dengan tepat, karena semaunya merupakan keputusan sepihak dari manajer.
b. Bottom-Up Budgeting Yaitu prosedur penyusunan anggaran yang disiapkan oleh pihak yang
akan melaksanakan anggaran tersebut. Prosedur ini memberikan keuntungan, dalam hal anggaran disusun berdasarkan bagian-bagian
yang memang membutuhkan dana atau bagian-bagian yang memberikan penghasilan bagi perusahaan, sehingga alokasi menjadi
akurat, atau dengan kata lain tingkat keakuratan anggaran sangat tinggi.
Secara luas anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian mencakup pengarahanpengaturan orang-orang dalam organisasi atau
perusahaan dan alat perencanaan untuk direalisasikan. Beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik menurut Nordiawan
2006:48 antara lain sebagai berikut : a. Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan ke arah mana kebijakan yang dibuat.
b. Anggaran sebagai alat pengendalian Dengan adanya anggaran organisasi sektor publik dapat menghindari
adanya pengeluaran yang terlalu besar overspending atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya misspending.
c. Anggaran sebagai alat kebijakan Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menetukan arah atas
kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat
atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.
d. Anggaran sebagai alat politik
Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah
dijanjikan.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit
kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh
bagianunit kerja lainnya.
f. Anggaran sebagai alat penilai kinerja Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu
bagianunit kerja telah memenuhi target baik berupa terlaksananya aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.
2.1.2. Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
2.1.2.1. Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran
Menurut Robbins 2002:179 “partisipasi merupakan suatu konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan
sampai tingkat tertentu bersama atasannya”. Partisipasi anggaran merupakan proses dimana individu-individu terlibat langsung di
dalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas
dasar pencapaian target anggaran mereka Brownell dalam Sinaga, 2009.
Anthony dan Govindarajan 2005:93 menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki dua keunggulan yaitu :
a. tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada dibawah pengawasan manajer.
b. penganggaran partisipasi menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat
dengan produk dan pasar.
Disamping keunggulan yang melekat pada partisipasi, tentu saja terdapat keterbatasan. Menurut Hansen dan Mowen 2000:362 ada 3
masalah yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran antara lain :
a. pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah. b. slack anggaran, adalah perbedaan antara jumlah sumber daya yang
sebenarnya diperlukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang diajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk
mengerjakan tugas yang sama.
c. partisipasi semu, yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak.
Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan
persetujuan mereka.
2.1.2.2. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah
Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan inisiatif bagi mereka untuk menyumbangkan ide dan informasi serta
meningkatkan kebersamaan, sehingga kerjasama diantara anggota dalam mencapai tujuan juga akan meningkat. Para bawahan yang merasa
aspirasinya dihargai dan mempunyai pengaruh pada anggaran yang disusun akan lebih mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi moral
untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang ditargetkan dalam anggaran Soepomo, 1998. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang
dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dibandingkan dengan individu yang tidak
dilibatkan dalam penyusunan anggaran.
2.1.3. Komitmen Organisasi
2.1.3.1. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut Robbins, 2008:100. Menurut Luthans 2006:249, komitmen
organisasi adalah “suatu keinginan yang kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan
organisasi, keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi”.
Komitmen sebagai fondasi dasar dalam menjalankan suatu organisasi. Komitmen terwujud dalam bentuk visi dan misi yang
terstruktur dan terukur sehingga dapat diaktualisasikan dalam kinerja organisasi. Tanpa komitmen suatu organisasi tidak dapat berjalan dengan
baik, karena komitmen sebagai tujuan dasar yang memberikan alasan tentang keberadaan suatu organisasi. Komitmen mencerminkan tujuan
jangka panjang agar organisasi memiliki kelangsungan hidup yang jelas termasuk dalam penyusunan anggaran.
2.1.3.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pemerintah
Komitmen organisasi akan tumbuh disebabkan karena karyawan memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan
moral dan pemberian nilai serta pengabdian kepada organisasi. Penelitian
telah menemukan bahwa semakin individu memiliki komitmen terhadap organisasi, semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas
atau pekerjaannya Porter dan Steers dalam Sunjoyo, 2008. Komitmen organisasi yang kuat akan menyebabkan individu berusaha keras
mencapai tujuan organisasi dan kemauan mengerahkan usaha atas nama organisasi guna meningkatkan kinerja manajerial. Artinya dengan
komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi. Sebaliknya, dengan komitmen
organisasi yang rendah akan tercipta perhatian yang rendah pada pencapaian tujuan organisasi dan cenderung berusaha memenuhi
kepentingan pribadi.
2.1.4. Kinerja Satuan Kerja
Satuan Kerja Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut Satker, adalah setiap kantor atau satuan kerja di lingkungan Pemerintah Pusat yang
berkedudukan sebagai Pengguna AnggaranBarang atau Kuasa Pengguna AnggaranBarang PMK No.119PMK.052007. Menurut PP No.8 tahun
2006, yang dimaksud dengan kinerja adalah “keluaranhasil dari kegiatanprogram yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur”. Kumorotomo 2005:103, mengungkapkan kinerja organisasi publik
adalah “hasil akhir output organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggung jawaban, efisien, sesuai dengan kehendak
pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil serta
diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Kinerja diukur secara berkelanjutan sebagai umpan balik sehingga memperbaiki
kualitas pelayanan publik pada pemerintah daerah maupun pusat. Dengan begitu, satuan kerja akan mengetahui prestasinya secara objektif dalam
suatu periode waktu tertentu. Mahsun 2006:198, mengungkapkan bahwa: Pengukuran kinerja pemerintah diarahkan pada masing-masing
satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya. Setiap satuan kerja adalah pusat
pertanggung jawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri. Dengan demikian perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam
untuk diterapkan pada semua satuan kerja yang ada. Namun demikian dalam pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus
tetap dimulai dari pengidentifikasian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah
ditetapkan.
Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk dalam Damanik 2009 dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan fungsi manajemen klasik
yang meliputi delapan dimensi kegiatan yaitu: 1. Kinerja Perencanaan
Menentukan tujuan kebijakan, tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, pemrograman dan lainnya.
2. Kinerja Investigasi Mengumpulkan dan menyiapkan informasi untuk catatan, laporan,
mengukur hasil, menentukan persediaan, dan menganalisis pekerjaan. 3. Kinerja Pengkoordinasian
Tukar menukar informasi dengan bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitakan departemen
lain, hubungan dengan manajer lain.
4. Kinerja Evaluasi Menilai dan mengukur proposal kinerja yang diamati atau dilaporkan,
penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk.
5. Kinerja Pengawasan
Mengarahkan, memimpin, mengembangkan bawahan, membimbing, menjelaskan peraturan kerja kepada bawahan, memberikan tugas, dan
menangani keluhan.
6. Kinerja Pemilihan Staf Mempertahankan angkatan kerja dibagiannya, merekrut, mewawancarai
dan memilih pegawai baru, menempatkan, memutasikan, dan mempromosikan pegawai.
7. Kinerja Negoisasi Melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang
dan jasa, menghubungi pemasuk, serta tawar menawar harga.
8. Kinerja Perwakilan Menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lainperkumpulan
bisnis, pendekatan ke masyarakat dan mempromosikan tujuan umum organisasi.
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian-penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi
terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan Agusti 2012 menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah
dengan desentralisasi dan budaya organisasi sebagai variabel moderating. Hasilnya menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Penelitian Anggraeni 2009 bertujuan untuk mengetahui apakah
partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu. Hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial
variabel partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty 2012 mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparatur
pemerintah daerah dengan budaya organisasi dan komitmen organisasi sebagai moderator. Pengujian dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis
regresi beringkat dengan pendekatan uji interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran
terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Terdapat pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran
dengan kinerja aparat pemerintah daerah Penelitian yang dilakukan oleh Yudha dan Abdul 2013 mengenai
pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial, Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi dalam proses penyusunan anggaran berpengaruh langsung secara positif dan secara statistik signifikan
terhadap kinerja manajerial. Sebagaimana telah disebutkan bahwa penelitian ini hampir serupa dengan
penelitian terdahulu yang walaupun pada penelitian terdahulu variabel-variabel pada penelitian ini dilakukan secara terpisah. Adapun perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah dilihat dari objek penelitiannya. Objek penelitian terdahulu lebih banyak meneliti di Pemerintahan daerah atau SKPD dan
BUMN, sedangkan objek penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND yaitu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Wilayah I yang memiliki Satuan Kerja tersebar di lima provinsi. Oleh karena itu,
akan disajikan temuan-temuan empiris terdahulu dari beberapa penelitian yang berhubungan dengan partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi
pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti
Tahun Penelitian Judul
Penelitian Hasil
Penelitian 1.
Agusti 2012 Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran Terhadap
Kinerja Aparatur Pemerinta Daerah
Dengan Dimoderasi Oleh Variabel
Desentralisasi Dan Budaya Organisasi
Menunjukkan bahwa variabel partisipasi anggaran
berpengaruh terhadap kinerja aparat pemerintah daerah.
2. Anggraeni 2009
Pengaruh Pertisipasi Anggaran dan
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan
Batu Secara parsial variabel
partisipasi anggaran dan komitmen organisasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
SKPD Labuhan Batu.
Secara simultan variabel partisipasi
anggaran dan komitmen organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja SKPD Labuhan Batu.
3. Marisna
2013 Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran dan
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi
Sumatera Utara Secara parsial dan simultan
partisipasi penyusunan anggaran, motivasi dan
komitmen organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja Dinas Kesejahteran dan
Sosial Provinsi Sumatera Utara.
4. Muhlis,
Syarifuddin dan Mediaty 2012
Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran Terhadap Kinerja Aparatur
Terdapat pengaruh yang signifikan partisipasi
penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat
Pemerinta Daerah Dengan Budaya
Organisasi dan Komitmen Organisasi
Sebagai Moderator pemerintah daerah. Terdapat
pengaruh signifikan antara variabel komitmen organisasi
dalam memoderasi partisipasi penyusunan anggaran dengan
kinerja aparat pemerintah daerah
5. Sardjito dan
Osmad 2007
Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran terhadap Kinerja Aparat
Pemerintah Daerah: Budaya dan
Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Moderating Bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara partisipasi penyusunan
anggaran terhadap kinerja dan terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel budaya organisasi dan
komitmen organisasi dalam memoderasi
partisipasi penyusunan anggaran dengan
kinerja manajerial. 6.
Sinaga 2009
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan
Komitmen Organisasi terhadap Kinerja
Manajerial pada PT. Perkebunan
Nusantara III Sei Sikambing Medan
Secara simultan partisipasi anggaran dan komitmen
organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial
pada PT. Perkebunan Nusantara III Sei Sikambing
Medan. Secara parsial partisipasi anggaran tidak
memberikan pengaruh terhadap kinerja manajerial,
secara parsial komitmen organisasi memberikan
pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
7. Yudha dan Abdul
2013 Pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial:
Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi
sebagai Variabel Intervening
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dan
komitmen organisasi berpengaruh langsung secara
positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
Sumber : Hasil pengolahan peneliti, 2014
2.3.Kerangka Konseptual
Partisipasi penyusunan anggaran menggambarkan keterlibatan individu- individu mulai dari tingkat bawah, menengah dan tingkat atas dalam proses
penyusunan anggaran. Keterlibatan ini sangat penting dalam upaya memotivasi mereka guna mencapai tujuan perusahaan. Partisipasi dalam proses penyusunan
anggaran menciptakan terjadinya komunikasi yang baik, interaksi satu sama lain serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan. Dengan
menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para karyawan akan meningkat.
Komitmen organisasi menggambarkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi. Komitmen
organisasi dapat tumbuh dan berkembang karena karyawan memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral, pemberian nilai
serta tekad dari dalam dirinya untuk mengabdi kepada organisasi. Komitmen organisasi yang kuat akan menyebabkan partisipasi mereka dalam penyusunan
anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi. Dalam penelitian ini partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen
organisasi dianggap mampu mempengaruhi kinerja Satker. Agusti 2012, Marisna 2013, Muhlis, Syarifuddin dan Mediaty 2012, Sardjito dan Osmad
2007, dan Yudha dan Abdul 2013 menemukan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Adapun kerangka
konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
�
1
�
3
�
2
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada teori hierarki kebutuhan maslow, manajer yang dilibatkan dalam proses penyusunan anggaran akan merasa dihargai pemikiran
dan pendapatnya sehingga kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi. Lebih lanjut, mereka bisa menerima tujuan anggaran dan tujuan organisasi sehingga akan lebih
termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 1
�
1
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: �
1
: partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhan, ketika seseorang dalam organisasi kebutuhan aktualisasi dirinya terpenuhi maka akan tumbuh perasaan memiliki
terhadap organisasi dan perasaan ini akan menumbuhkan komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja. Yudha dan Abdul 2013 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial. Artinya, semakin tinggi komitmen terhadap organisasi
Partisipasi Penyusunan
Anggaran �
1
Komitmen Organisasi
�
2
Kinerja Satuan Kerja BMKG Y
tempatnya bekerja maka akan semakin baik pula kinerjanya. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 2
�
2
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: �
2
: Komitmen Organisasi berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG. Sinaga 2009 menyimpulkan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen
organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempatnya bekerja akan menyebabkan
partisipasi mereka dalam penyusunan anggaran semakin tinggi sehingga meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis 3
�
3
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
�
3
: Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja Satker BMKG.
2.4. Hipotesis Penelitian