5.2 Strukur Organisasi CV Jumbo Bintang Lestari
Struktur organisasi di CV Jumbo Bintang Lestari terdiri dari pemilik, kepala produksi, kepala manjemen, kepala pemasaran, dan administrasi. Adapun susunan
organisasi CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 . Struktur Organisasi CV Jumbo Bintang Lestari
Jumlah karyawan di CV Jumbo Bintang Lestari adalah 50 orang, dimana 14 orang merupakan pekerja harian borongan dan 36 merupakan karyawan tetap.
Pekerja harian merupakan karyawan yang dipekerjakan ketika perusahaan akan melakukan panen ikan dengan upah sebesar Rp 150 per kilogram ikan yang
dipanen per grup, dimana satu grup terdiri dari 7orang. Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah bekerja di CV Jumbo Bintang Lestari secara
tetap dengan gaji berkisar antara Rp 800.000 – Rp 2.000.000 per bulan per orang.
5.3 Lokasi dan Fasilitas
CV Jumbo Bintang Lestari berada di Jl. Pahlawan Gg. Masjid Desa Cibinong Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor. Luas lahan yang dimiliki
yaitu kurang lebih 4 Ha, dimana 3 Ha merupakan areal produksi dan sisanya merupakan bangunan kantor, rumah jaga, dan gudang. CV Jumbo Bintang Lestari
memiliki 65 kolam dengan ukuran kolam 8 x 10 m
2
. Kolam yang dimiliki merupakan kolam tanah yaitu kolam yang terbuat dari tanah baik pinggiran
maupun dasar kolam. Pada pinggir kolam diberikan karung-karung yang berisi pasir yang berfungsi sebagai tanggul agar tanah tidak longsor.
Kendaraan operasional yang dimiliki oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu 3 unit yang terdiri dari dua unit mobil pickup dan satu unit mobil truk. Bangunan
kantor bersatu dengan tempat pengumpulan ikan yang akan dipanen. Di lokasi itu pula terdapat rumah jaga, musholla, dan kamar mandi untuk karyawan yang
berjaga.
5.4 Kegiatan Produksi Ikan Lele Dumbo 5.4.1 Persiapan Kolam
Sebelum benih ikan lele ditebar, hal yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan kolam. Persiapan kolam diawali dengan pengangkatan lumpur
sekaligus penjemuran dasar kolam. Hal ini dilakukan untuk membuang gas-gas beracun seperti amoniak yang dihasilkan dari sisa-sisa pakan dan kotoran pada
produksi sebelumnya yang menumpuk di dasar kolam. Keesokan harinya kolam ditabur dengan menggunakan kapur dolomit dosis 10 kilogram per kolam.
kegiatan pengapuran dilakukan dengan tujuan untuk menaika pH tanah, membunuh hama, parasit, dan penyakit ikan. Setelah kapur ditebar maka tanah
dicangkul agar kapur dapat masuk ke dalam lapisan tanah dasar. Setelah dilakukan pengapuran maka tahap selanjutnya yaitu pemupukan.
Pemupukan berfungsi untuk menyediakan media tumbuh pakan alami dan unsur hara bagi plankton yang menjadi pakan bagi ikan lele. Pupuk yang biasa
digunakan oleh CV Jumbo Bintang Lestari terdiri dari 5 merek yaitu Super Aci, Vidagro, Kombivil, Urea, dan TSP. Masing-masing memiliki dosis yang berbeda-
beda. Pupuk Super Aci digunakan dengan dosis 50 gram per kolam, Vidagro 3 kilogram per kolam, kombivil 200 gram per kolam, Urea 2 kilogram per kolam,
dan TSP 1 kilogram per kolam. Pengisian air dilakukan setelah pemupukan selesai. Air diisi hingga
ketinggian minimal 75 sentimeter dan ditambah hingga ketinggian 1 meter setelah ikan berumur 2 minggu. Setelah itu ketinggian air tetap satu meter hingga
menjelang panen. Tahap selanjutnya yaitu pemberian probiotik. Tujuan dari pemberian probiotik yaitu untuk menumbuhkan bakteri yang dapat melawan virus
maupun bakteri lain yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan tindakan pencegahan. Probiotik yang biasanya digunakan oleh CV Jumbo Bintang Lestari
terdapat tiga merek yaitu Tiger Bac, Bioret, dan Aho. Dosis yag digunakan untuk
probiotik merek Tiger Back yaitu 30 gram per kolam , sedangkan untuk merek bioret dan Aho masing-masing yaitu 1 liter per kolam dan 200 gram per kolam.
setelah diberikan probiotik maka kolam telah siap untuk ditebar benih ikan lele.
5.4.2 Penebaran Benih
Benih yang ditebar berasal dari petani sekitar Kabupaten Bogor terutama daerah Parung dan Indramayu. Ukuran rata-rata benih yang ditebar yaitu 13-14
sentimeter. Padat tebar ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu 266 ekor per m
2
. Penebaran benih biasanya dilakukan pada sore hari. Hal tersebut agar benih yang akan ditebar tidak mengalami stres.
Sebelum benih ditebar di kolam terlebih dahulu benih dicuci dengan menggunakan el baju untuk menghilangkan bakteri dan parasit yang ada di tubuh
ikan. Dosis yang digunakan yaitu 8 gram per liter air. Benih didiamkan selama kurang lebih 10-15 menit kemudian ditebar ke dalam kolam.
5.4.3 Pengelolaan Pakan
Pakan yang digunakan yaitu pakan buatan pelet dengan merek JBL dengan ukuran 2 milimeter mulai dari awal tebar hingga panen. Komposisi pakan
telah ditentukan dari pabrik pakan yang bekerjasama dengan CV Jumbo Bintang Lestari. Adapun kandungan nutrisi pakan buatan yang digunakan di CV Jumbo
Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 . Kandungan Nutrisi Pakan Buatan pelet di CV Jumbo Bintang Lestari
Komposisi Nutrisi Nilai Nutrisi
Protein 28
Air Max 12
Lemak Min 5
Serat Kasar Max 6
Kadar Abu Max 8
Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari 2010 Pada satu minggu pertama ikan dipuasakan terlebih dahulu dan hanya
mengandalkan dari pakan alami yang terdapat pada kolam, hal tersebut dilakukan untuk proses adaptasi ikan terhadap lingungan barunya. Setelah itu pakan
diberikan dengan teknik disebar dan secara ad libitum sampai kenyang. Pakan yang dihabiskan untuk 10.000 ekor ikan hingga panen yaitu minimal sembilan
kwintal dengan kisaran nilai FCR Feed Convertion Rate yaitu antara 0,9-2,3. Feed Convertion Rate adalah suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan yang dibudidayakan. Nilai FCR 0,9 artinya yaitu untuk menghasilkan satu kilogram
daging ikan yang dibudidayakan maka dibutuhkan 0,9 kilogram pakan. Semakin besar nilai FCR maka semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu kilogram daging ikan budidaya. Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. Selain pakan buatan pellet, ikan lele diberikan pakan tambahan yaitu berupa limbah telur. Pemberian pakan
tambahan ini dilakukan satu minggu sekali sebanyak satu hingga tiga kwintal telur per kolam. Pakan tambahan ini berasal dari daerah Bandung dan Sukabumi
dengan harga per kwintalnya yaitu Rp 130.000. Kondisi limbah telur yang dikirim ke CV Jumbo Bintang Lestari sudah dalam bentuk telur masak direbus. Limbah
telur tersebut kemudian dihancurkan terlebih dahulu agar memudahkan ikan dalam mengkonsumsinya. Selanjutnya limbah telur yang telah dihancurkan
tersebut disebarkan ke dalam kolam budidaya.
5.4.4 Pengelolaan Kualitas Air
Air yang digunakan di CV Jumbo Bintang Lestari merupakan air tadah hujan. Selain itu, CV Jumbo Bintang Lestari pun memiliki sumur bor yang
berjumlah lima unit yang tersebar di beberapa titik di sekitar kolam budidaya. Apabila musim hujan maka air yang digunakan berasal dari air hujan, namun bila
musim kemarau maka digunakan air yang berasal dari sumur bor. Kualitas air dijaga melalui pemberian probiotik untuk menguraikan sisa pakan maupun bakteri
yang dapat menimbulkan penyakit pada ikan budidaya. Suhu rata-rata pada kolam budidaya yaitu berkisar antara 25 – 30
o
C dengan kisaran pH 6 – 7.
5.4.5 Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering ditemukan di sekitar areal budidaya yaitu burung bangau dan belut. Burung bangau merupakan hama predator yang sering
memangsa ikan lele, sedangkan belut merupakan hama pengganggu dalam kolam karena sering melubangi kolam sehingga mengalami kebocoran. Penanggulangan
yang selama ini dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan cara memburu hewan- hewan tersebut dan memasang alat perangkap.
Penyakit yang sering menyerang ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu penyakit white spot bintik putih dan penyakit kuning. Penyakit bintik putih
disebabkan oleh protozoa yaitu Ichthyopthyrius lutifiliis dengan ciri-ciri pada permukaan tubuh dan insang ikan muncul bintik-bintik putih. Penyakit kuning
biasanya disebabkan karena kesalahan nutrisi atau pakan yang diberikan. Penyakit ini ditandai dengan perubahan warna pada tubuh ikan yang menjadi kekuningan
dan diikuti dengan kematian. Cara penanganan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan pemberian beberapa obat-obatan. Obat-obatan yang biasanya digunakan
oleh JBL yaitu endrosol, roxine, dan aerobacter. Dosis yang digunakan yaitu satu gram per satu kilogram pakan.
5.4.6 Panen
Pemanenan dilakukan setelah dua hingga tiga bulan masa pemeliharaan. Proses pemanenan biasanya dimulai pada pagi hari dan diawali dengan menjaring
ikan kemudian ditampung di dalam happa. Kemudian air kolam dibuang atau disedot dengan menggunakan pompa untuk mempercepat penyusutan air dalam
kolam. Ikan-ikan yang telah ditampung dihappa kemudian diangkut menuju tempat pengumpulan dan penyortiran. Setelah itu ikan disortir berdasarkan
ukurannya. Ukuran panen yang digunakan oleh CV Jumbo Bintang Lestari yaitu ukuran daging rata-rata 100 gramekor, ukuran BS rata-rata 200 gramekor, dan
ukuran sortilan rata-rata 60 gramekor. Setelah ikan disortir selanjutnya ditimbang dan dimasukkan ke dalam drum atau gentong plastik sebagai wadah untuk
pengangkutan. Maksimal berat total ikan dalam wadah tersebut yaitu satu kwintal.
5.4.7 Pemasaran
Hasil produksi dipasarkan ke daerah Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Distribusi dilakukan secara langsung oleh CV Jumbo Bintang Lestari ke
tempat konsumen, namun ada pula konsumen yang datang sendiri ke tempat budidaya. Harga ikan yang dijual rata-rata yaitu Rp 10.200 per kilogram.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo
Pada kegiatan usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari, terdapat beberapa risiko produksi yang dapat menghambat jalannya usaha
pembesaran ini. Langkah awal dalam menganalisis risiko produksi adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi. Sumber-sumber risiko produksi
yang terdapat di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Sumber-sumber Risiko Produksi di CV Jumbo Bintang Lestari No.
Sumber Risiko Probabilitas
Dampak Rp 1
Kualitas dan pasokan benih 30
40.000.000 2
Mortalitas 25
10.000.000 3
Kualitas pakan 10
30.000.000 4
Penyakit 10
25.000.000 5
Sumber Daya Manusia 30
10.000.000 Rata-rata
21 23.000.000
Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari 2010, diolah 1
Kualitas dan Pasokan Benih Variabel penting dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo yaitu benih.
Kualitas benih yang baik akan dapat meningkatkan produksi ikan yang dilakukan pada usaha pembesaran dan turut berimplikasi terhadap pendapatan yang diterima
oleh perusahaan. Kualitas benih yang baik dapat dilihat dari ciri-ciri fisiknya morfologi yaitu memiliki warna yang cerah, ukurannya seragam, tidak cacat,
dan bebas dari penyakit. Disamping itu benih yang dipilih sebaiknya yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat.
Benih yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari adalah berasal dari petani pembenihan ikan lele yang
berada di sekitar tempat budidaya seperti daerah Parung, Ciseeng dan Legok Henang. Selain itu, benih pun didatangkan dari luar Bogor yaitu dari Indramayu.
Kualitas benih yang berasal dari petani sekitar budidaya kurang terjaga dengan baik karena teknologi budidaya yang diterapkan masih sederhana. Beberapa kali
ditemukan benih yang cacat, berpenyakit, dan ukurannya kurang seragam. Manajemen yang diterapkan pun masih tradisional baik dari segi manajemen
induk, manajemen pakan, maupun manajemen air. Manajemen induk yang dilakukan di tempat asal benih tidak dikelola
dengan baik sehingga menyebabkan pasokan benih bagi usaha pembesaran menjadi terhambat. Hal tersebut dikarenakan jadwal penyuntikan ikan untuk
menghasilkan benih ikan tidak dilakukan secara tepat sehingga menyebabkan terjadinya kekosongan telur pada bulan-bulan tertentu yang akan berimplikasi
terhadap keterlambatan pengiriman benih ke tempat pembesaran, dalam hal ini CV Jumbo Bintang Lestari.
Para pemasok benih yang pada umumnya adalah petani belum memiliki pola produksi dan cenderung masih menggunakan sistem budidaya yang
tradisional sehingga pasokan benih mengalami keterlambatan pengiriman. Keterlambatan pengiriman benih ini akan menyebabkan kerugian bagi CV Jumbo
Bintang Lestari karena masa panen pun akan mengalami keterlambatan sehingga dapat mengecewakan konsumen atau pelanggan perusahaan.
Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan, persentase kemungkinan terjadinya risiko produksi yang bersumber dari kualitas dan pasokan benih yaitu
sebesar 30 persen dengan dampak kerugian yang dapat ditimbulkannya yaitu sebesar Rp 40.000.000,00. Dampak kerugian yang dialami tersebut menurut pihak
perusahaan tidak seluruhnya dalam bentuk tunai melainkan bisa berupa perputaran omset yang lambat akibat terjadinya keterlambatan panen. Selain itu, bisa berupa
berpindahnya konsumen untuk membeli hasil panen dari CV Jumbo Bintang Lestari ke perusahaan lain karena saat terjadi permintaan, pihak perusahaan tidak
bisa memenuhinya karena tidak ada panen saat itu atau mengalami keterlambatan panen dari jadwal akibat pasokan benih yang terlambat saat pengiriman.
2 Mortalitas
Derajat kematian ikan atau mortality rate MR merupakan gambaran tingkat kematian ikan yang dipelihara. Dalam penelitian ini, nilai MR diperoleh dari 100
persen dikurangi dengan derajat kelangsungan hidup atau survival rate SR ikan lele yang diproduksi oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Semakin tinggi nilai MR
yang diperoleh maka derajat kelangsungan hidup ikan lele akan semakin rendah dan produksi yang dihasilkan pun akan semakin rendah.
Toleransi maksimal nilai MR yang ditetapkan di CV Jumbo Bintang Lestari yaitu sebesar 25 persen. Penentuan MR yang diterapkan di perusahaan ini
didasarkan pada kondisi lapangan yaitu saat dilakukan penebaran benih ikan mengalami stres karena jarak pengangkutan yang jauh, adanya hama dan penyakit
yang menyerang, manajemen pemeliharaan serta kondisi keseragaman benih yang tidak seragam memungkinkan terjadinya persaingan makanan dan tempat atau
bahkan terjadi kanibalisme. Rata-rata derajat kematian mortality rate ikan lele dumbo yang terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun 2008-2010 dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 . Rata-Rata Derajat Kematian Mortality Rate Ikan Lele Dumbo di CV
Jumbo Bintang Lestari Tahun 2008-2010 Bulan
Mortality Rate 2008
2009 2010
Januari -
33,46 39,77
Februari -
26,03 29,54
Maret 34,30
26,69 16,71
April 37,43
27,80 23,02
Mei 33,95
28,07 20,32
Juni 36,12
18,90 29,50
Juli 30,19
22,00 21,80
Agustus 31,94
19,37 16,27
September -
- 29,67
Oktober 29,63
29,13 37,67
Nopember 30,70
13,78 44,67
Desember 27,10
18,33 -
Keterangan : tidak ada produksi
Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari 2010, diolah Di CV Jumbo Bintang Lestari mortalitas terjadi pada awal budidaya ikan
lele yaitu saat benih ditebar ke dalam kolam sampai satu minggu masa pemeliharaan. Ketika awal tebar benih banyak mengalami kematian karena
mengalami stres yang disebabkan oleh jarak pengangkutan dan teknik pengangkutan benih yang kurang baik. Benih yang didatangkan dari Indramayu
cenderung mengalami stres yang lebih tinggi ketika ditebar sehingga tingkat kematiannya pun lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jarak pengangkutan yang
cukup jauh sehingga benih mengalami stres selama perjalanan. Berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan, contoh kasus yang pernah terjadi di CV
Jumbo Bintang Lestari yaitu tingkat mortalitas ketika penebaran benih hingga 30 persen. Namun, secara keseluruhan proses produksi dari awal tebar hingga panen
rata-rata tingkat mortalitas ikan yang dipelihara yaitu 26,98 persen. Angka ini diperoleh dari rata-rata tingkat mortalitas ikan lele dumbo yang terjadi pada tahun
2008-2010. Kondisi yang terjadi di CV Jumbo Bintang Lestari rata-rata tingkat
mortalitas mortality rate sebesar 26,98 persen dan hal ini lebih tinggi dari target toleransi yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 25 persen sehingga bisa
menimbulkan kerugian. Menurut pihak CV Jumbo Bintang Lestari, kemungkinan terjadinya risiko produksi yang disebabkan oleh mortalitas ini yaitu sebesar 25
persen dan dampak kerugian yang ditimbulkannya sebesar Rp 10.000.000,00. 3
Kualitas Pakan Pakan merupakan komponen pengeluaran terbesar dalam usaha pembesaran
ikan lele dumbo secara intensif karena pakan ini bisa mencapai 80 persen dari biaya produksi. Oleh karena itu, pakan yang digunakan harus diperhitungkan
mutunya dengan komposisi nutrisi dan jumlah pemakaiannya yang tepat agar mencapai efisiensi yang optimal bagi pertumbuhan lele. Pakan yang digunakan
mengandalkan pakan buatan berupa pellet. Di CV Jumbo Bintang Lestari pakan yang digunakan merupakan pakan merek sendiri yaitu JBL yang diproduksi oleh
PT Grobest Indomakmur sehingga komposisi nutrisi pakan telah ditetapkan oleh pabrik pakan tersebut.
Kualitas pakan yang baik akan mempercepat pertumbuhan ikan yang dipelihara. Indikator kualitas pakan yang baik dapat dilihat dari nilai FCR Feed
Conversion Rate. Nilai FCR menggambarkan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan yang diproduksi.
Semakin tinggi nilai FCR maka akan semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk dapat menghasilkan satu kilogram daging ikan kultur.
Pakan yang digunakan harus mempunyai nilai konversi rendah yaitu sama atau kurang dari satu. Sedangkan jika nilai konversi pakannya tinggi, maka
kualitas pakannya kurang baik atau jumlah pakan yang diberikan tidak efektif untuk pertumbuhan bobot ikan. Nilai FCR selama tahun 2010 Di CV Jumbo
Bintang Lestari nilai FCR tidak selalu tetap fluktuasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 . Nilai FCR Feed Conversion Rate di CV Jumbo Bintang Lestari Pada
Tahun 2010 Bulan
Total Pakan kg FCR
Januari 2.475
2,30 Februari
3.308 2,10
Maret 1.825
0,90 April
3.111 1,80
Mei 3.747
2,00 Juni
2.636 1,70
Juli 2.939
1,50 Keterangan :
Data terakhir yang tersedia di lapangan saat penelitian Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari 2010
Nilai FCR diperoleh dari pembagian antara total jumlah pakan yang dihabiskan dengan total berat ikan lele panen yang dikurangi dengan total berat
ikan lele yang ditebar. Berdasarkan tabel dari dilihat bahwa kisaran FCR yaitu 0,90 sampai dengan 2,30. Adapun standar FCR yang digunakan di CV Jumbo
Bintang Lestari yaitu 1. Artinya, untuk menghasilkan satu kilogram daging ikan kultur maka pakan yang dibutuhkan adalah sebanyak 1 kilogram sehingga dapat
dikatakan kualitas pakan telah sesuai dengan harapan perusahaan. Nilai FCR paling tinggi yaitu pada bulan Januari sebesar 2,3 sehingga rasio jumlah pakan
yang dibutuhkan pun lebih besar. Nilai FCR yang melebihi nilai standar yang terjadi di CV Jumbo Bintang
Lestari ini bisa diakibatkan karena manajemen penyimpanan pakan yang kurang terkontrol dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi ruang penyimpanan
pakan yang tidak memiliki ventilasi sehingga ruangan menjadi lembab. Kelembaban pakan tersebut akan menyebabkan pertumbuhan jamur pada bahan
pakan lele tersebut. Selain itu susunan pakan pun tidak menggunakan alas sehingga dapat menyebabkan kualitas pakan menurun.
Tingkat kemungkinan terjadinya risiko produksi yang disebabkan karena kualitas pakan menurut perusahaan yaitu sebesar 10 persen dengan dampak
kerugian yang dapat ditimbulkannya yaitu sebesar Rp 30.000.000,00. Walaupun persentase kemungkinan terjadinya risiko akibat dari kualitas pakan ini hanya
sebesar 10 persen, tetapi mengakibatkan dampak yang cukup besar. Hal ini dikarenakan pakan tersebut merupakan komponen yang penting dalam kegiatan
produksi, selain merupakan faktor utama pendukung pertumbuhan ikan lele, pakan ini juga merupakan salah satu faktor produksi yang banyak membutuhkan
biaya produksi. 4
Penyakit Penyakit yang sering menyerang ikan lele dumbodi CV Jumbo Bintang
Lestari yaitu penyakit bintik putih white spot, penyakit sirip merah, dan penyakit kuning. Penyakit bintik putih disebabkan karena kuaitas air yang kurang
mendukung, suhu air yang dingin serta kepadatan ikan yang tinggi. Ciri-ciri ikan yang terinfeksi penyakit ini yaitu timbulnya bintik-bintik putih pada permukaan
tubuh dan insang ikan, warna tubuh pucat, ikan sering berkumpul di pintu masuk air, dan terlihat megap-megap. Pada kondisi demikian tingkat kematian ikan akan
tinggi karena mengalami gangguan penyerapan oksigen. Penularan penyakit ini dapat dikategorikan cukup cepat karena menular melalui air dan kontak langsung
dengan ikan yang terinfeksi. Penyakit sirip merah disebabkan oleh virus Channel Catfish Virus CCV dengan ciri-ciri ikan berenang berputar-putar, sering
menggantung secara vertial di permukaan air, lemah, dan timbulnya pendarahan pada sirip dan perut.
Adanya penyakit yang sering menyerang ikan lele ini menyebabkan fluktuasi derajat kelangsungan hidup atau survival rate SR selama tahun 2008-
2010. Rata-rata derajat kelangsungan hidup ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari selama tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tingkat kelangsungan hidup tertinggi adalah 86,22 persen yaitu pada Bulan November 2009, sedangkan tingkat kelangsungan hidup terendah adalah 62,57
persen yaitu pada Bulan April 2008. Persentase kemungkinan terjadinya risiko yang disebabkan oleh penyakit yaitu sebesar 10 persen dengan dampak kerugian
yang ditimbulkannya sebesar Rp 25.000.000,00. Persentase kemungkinan terjadinya risiko akibat penyakit ini walaupun
hanya 10 persen kemungkinannya namun berdampak cukup besar. Hal ini dikarenakan faktor penyakit merupakan salah satu faktor penentu terhadap hasil
panen. Jika banyak ikan yang terserang penyakit maka akan menurunkan hasil panen karena penyakit yang menyerang ini apabila dibiarkan akan menimbulkan
kematian terhadap ikan. Penyakit
yang menyerang
ikan ini
akan timbul
jika terjadi
ketidakseimbangan antara kondisi ikan, lingkungan dan patogen. Ikan yang kondisi tubuhnya buruk kemungkinan besar akan terserang penyakit. Namun jika
kondisi tubuh ikan baik, maka sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi ikan yang buruk ini bisa disebabkan oleh perubahan lingkungan secara
mendadak atau karena kondisi fisik ikan yang luka atau terjadi pendarahan pada tubuh ikan.
5 Cuaca
Faktor cuaca merupakan faktor yang cukup berpengaruh dan merupakan salah satu sumber risiko produksi pada pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo
Bintang Lestari. Kondisi cuaca ini akan sangat berpengaruh terhadap suhu air yang merupakan media utama ikan untuk melangsungkan hidupnya. Suhu air
yang cocok untuk budidaya ikan lele ini adalah sekitar 27
o
C. Jika suhu air terlalu dingin maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan lele. Sedangkan jika terjadi
suhu yang terlalu panas lele mudah stres yang bisa mengakibatkan kematian terutama saat terjadinya fluktuasi cuaca secara ekstrim.
Fluktuasi cuaca yang tinggi dapat menyebabkan penurunan dan kenaikan suhu air secara ekstrim, sehingga ikan menjadi stres dan penyakit mudah
menyerang. Apabila terjadi musim pancaroba dengan curah hujan dan panas yang tinggi maka ikan lele mudah stres karena kesulitan menyesuaikan dengan
perubahan suhu yang ekstrim dan tiba-tiba dalam waktu yang singkat. Akibatnya, ikan menjadi kurang nafsu makan dan cenderung berkumpul di dasar kolam.Di
CV Jumbo Bintang Lestari pengukuran suhu dan pH air dilakukan ketika musim hujan dan pancaroba tiba. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan
thermometer, sedangkan pH air dengan menggunakan pH meter. Pengukuran suhu dan pH air pada kolam budidaya di CV Jumbo Bintang Lestari dapat dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15 . Pengukuran Suhu dan pH Air di CV Jumbo Bintang Lestari Tahun
2009-2010 Bulan
Suhu
o
C pH
Minggu 1 Minggu 3
Minggu 1 Minggu 3
Oktober 2009 25
28 6,5
6,5 Januari 2010
26 30
6,5 7,0
Februari 2010 25
29 6,0
6,5 Sumber : CV Jumbo Bintang Lestari 2010
Pengukuran suhu dan pH yang dilakukan adalah pada bulan Oktober 2009, Januari 2010, dan Februari 2010. Hal tersebut karena pada bulan-bulan tersebut
merupakan musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi yang terjadi di lokasi budidaya. Berdasarkan hasil pengukuran suhu yang diperoleh, perubahan
suhu yang terjadi yaitu antara 3
o
sampai 4
o
C. Perubahan suhu yang demikian ekstrim akan mempengaruhi kondisi ikan yang dibudidayakan sehingga dapat
menyebabkan kematian. Akan tetapi keadaan cuaca ini tidak bisa dihindari karena merupakan faktor alam namun dapat diminimalisir dengan penangan manajemen
yang tepat. 6
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi
di perusahaan, karena sumber daya manusia ini dapat menentukan jalan atau tidaknya proses produksi. Sumber daya manusia yang berkualitas dan ditunjang
dengan manjemen yang baik maka perusahaan bisa meraih keberhasilan. Sebaliknya jika sumber daya manusia tersebut kurang atau bahkan tidak
berkualitas maka akan menimbulkan risiko dengan dampak perusahaan akan mengalami kerugian.
Sumber risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia yang ada di CV Jumbo Bintang Lestari ini erat kaitannya dengan kinerja karyawan. Karyawan
yang bekerja di CV Jumbo Bintang Lestari sebagian besar berasal dari penduduk sekitar tempat budidaya. Rata-rata tingkat pendidikan karyawan bagian produksi
adalah lulusan SD. Kelalaian yang sering dilakukan oleh bagian produksi yaitu keterlambatan dalam pemberian pakan. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki
sifat kanibalisme sehingga apabila telat dalam pemberian pakan maka ikan lele akan memangsa sesamanya. Selain itu, pada beberapa kejadian pernah ditemukan
tindakan pencurian ikan baik yang dilakukan oleh karyawan perusahaan maupun oleh orang dari luar perusahaan. Pencurian ikan ini dilakukan tidak sekaligus pada
satu waktu tetapi pada beberapa waktu dengan perkiraan jumlah yang diambil sedikit demi sedikit, dengan probabilitas sebesar 30 persen dan dampak kerugian
yang ditimbulkannya yaitu sebesar Rp 10.000.000,00.
6.2 Penanganan Risiko Produksi CV Jumbo Bintang Lestari