Strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor

(1)

DI GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

H. ZAKARIA ANSHARI H34086042

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

H. ZAKARIA ANSHARI. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA).

Ikan lele (Clarias sp) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan untuk dikembangkan karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara intensif di perairan darat. Adapun kelebihan ikan lele sebagai komoditas perikanan budidaya diantaranya lele dapat dipijahkan sepanjang tahun, pertumbuhan lele cepat, dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam Salah satu sentra produksi ikan air tawar termasuk ikan lele adalah Kabupaten Bogor. CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya ikan lele khususnya pada bidang pembesaran. Perusahaan yang berlokasi di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh CV Jumbo Bintang Lestari.

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2011 di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dijadikan sebagai studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan penghasil lele terkemuka dan produknya sudah banyak dikenal di Jawa Barat. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan serta pihak pesaing dan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation), analisis IE (Internal-Eksternal), analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) serta QSPM. (Quantitative Strategic Planning Matriks)

Berdasrkan hasil EFE diprelihatkan total bobot skor sebesar 2,048. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Berdasarkan tabel IFE diketahui total bobot skor sebesar 3,694. Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi perusahaan di sel IV yaitu dengan strategi umum Grow and Build (tumbuh dan berkembang). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari Matriks SWOT diperoleh enam strategi yaitu : meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penambahan benih, pengguanaan teknologi tepat guna, memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan


(3)

dinas terkait dengan akses penyediaan input produksi, mempertahankan kualitas produk dan mengusahakan pakan alternatif yang baik, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi tersebut. Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah : meningkatkan produksi produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,608). Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang yaitu a) Budidaya ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. b) Perlunya menggunakan teknologi budidaya yang tepat guna seperti penggunaan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen, pengguanaan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. c) Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya.


(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN

IKAN LELE (Clarias sp) CV JUMBO BINTANG LESTARI

DI GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR

H. ZAKARIA ANSHARI H34086042

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Ikan Lele (Clarias sp) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunung Sindur, Kabupaten

Bogor

Nama : H. Zakaria Anshari

NRP : H34086042

Disetujui, Pembimbing

Ir. Juniar Atmakusuma, MS

NIP. 19530104 197903 2 001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor ” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

H. Zakaria Anshari H34086042


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama H. Zakaria Anshari, lahir di Lhokseumawe, Aceh Utara, NAD pada tanggal 09 November 1985. Anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan (Alm) H. Nyak Cut dan Ibunda Hj. Maryam

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 2 Krunggukueh pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Dewantara. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 1 Dewantara, Aceh Utara sampai dengan kelas satu dan pindah sekolah ke SMA 4 Bogor pada tahun 2003 sampai dengan selesai pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan di Diploma IPB jurusan Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya hingga selesai pada tahun 2008.

Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi umum pada tahun 2008. Selama kuliah di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele CV. Jumbo Bintang Lestari. Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal pembudidaya ikan lele CV. Jumbo Bintang Lestari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam memberi informasi strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele bagi CV. Jumbo Bintang Lestari

Namun demikian, sangat disadarai masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juni 2011


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Kedua orang tua yaitu Ibunda Hj. Maryam serta Ayahanda (Alm) H. Nyak Cut yang telah dengan bersusah payah memberikan segala sesuatunya dalam penulisan skripsi pada khususnya serta pada kehidupan ini pada umumnya, 2. Rasul Muhammad SAW yang telah banyak memberikan suri tauladannya

dalam menyikapi hidup hingga ke jenjang skripsi ini.

3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis skripsi.

4. Rachmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang dengan bimbingan dan arahannya dalam penulisan proposal.

5. Ir. Popong Nurhayati ,MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis atas arahan dan masukannya

6. Amzul Rifin, Ph.D selaku dosen komite pendidikan pada sidang penulis atas arahan dan masukannya.

7. Oky Pratama selaku pembahas pada sidang dan teman bimbingan yang dengan setia menjadi salah satu motivator dalam penyelasaian skripsi ini

8. Dosen-dosen ekstensi Agribisnis yang dengan sabar dan perhatian atas arahan pada kuliah-kuliahnya yang membantu pada proses penulisan skripsi pada tahap selanjutnya.

9. Pihak CV. Jumbo Bintang Lestari yang telah memberi izin penelitian bagi penulis, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, terimakasih atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

10.Keluarga besar yang berada di Aceh yang selalu memberikan dukungan moril yang begitu menyentuh kalbu, khususnya abang-abangku dan kakakku yang tercinta.


(10)

11.Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan V (lima), dan teman-teman sesama sumatera atas semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2011 H. Zakaria Anshari


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………. i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Usaha Ikan Lele ... 8

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 13

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

3.1.1. Manajemen Strategis ... 13

3.1.2. Proses Manajemen Strategi ... 15

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal ... 16

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 19

3.2. Kerangka Operasional ... 22

IV METODE PENELITIAN ... 25

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.4. Metode Analisis Data ... 27

4.4.1. Pengumpulan Data ... 27

4.4.2. Pencocokan Data ... 30

4.4.3. Pengambilan Keputusan ... 33

V KEADAAN UMUM ... 35

5.1. Sejarah dan Pekembangan CV. Jumbo Bintang Lestari….. 35

5.2. Visi dan Misi ... 35

5.3. Struktur Organisasi ... 35

5.4. Sumber Daya Perusahaan . ... 36

5.4.1. Sumber Daya Modal ... 37

5.4.2. Sumber Daya Manusia ... 37

5.4.3. Sumber Daya Fisik ... 38


(12)

VI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

PERUSAHAAN CV. JUMBO BINTANG LESTARI ... 39

6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ... 39

6.1.1. Ekonomi ... 39

6.1.2. Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan ... 40

6.1.3. Politik, Pemerintahan dan Hukum ... 40

6.1.4. Teknologi ... 41

6.1.5. Kompetitif ... 41

6.2. Analisis Lingkungan Internal ... 43

6.2.1. Sumber Daya Manusia ... 43

6.2.2. Produksi dan Operasi ... 44

6.2.3. Pemasaran ... 44

6.2.4. Keuangan ... 45

VII PERUMUSAN STRATEGI USAHA IKAN LELE CV. JUMBO BINTANG LESTARI ... 46

7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal ... 46

7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal ... 50

7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 54

7.4. Analisis Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 55

7.5. Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal) ... 57

7.6. Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) ... 59

7.7. Analisis Matriks QSP (Quantitiative Strategic Planning) . 65 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

8.1. Kesimpulan ... 68

8.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Perkembangan Konsumsi Ikan per kapita Masyarakat Bogor Tahun 2004-2009 ...

Perbandingan Zat Gizi Pada Beberapa Sumber Protein Hewani ...

Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ...……… Data Produksi Ikan lele per hari di CV. Jumbo Bintang Lestari Periode Agustus-November 2010 ...

Fungsi Dasar Manajemen Produksi ...

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ...

Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ...

Matriks QSP (Quantitiative Strategic Planning) …... Hasil Analisis Lingkungan Internal ...

Hasil Analisis Lingkungan Eksternal ...

Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ...

Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 2

3

3

5

19

29

30

34

50

53

55


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Model Komprehensif Manajemen Strategis ...

Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele di CV. Jumbo Bintang Lestari ...………... Matriks IE (Internal-Eksternal) …... Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) ...

Struktur Organisasi CV. Jumbo Bintang Lestari ………… Matriks IE (Internal-Eksternal) Usaha Budidaya Ikan Lele di CV. Jumbo Bintang Lestari ………

Matriks SWOT di CV. Jumbo Bintang Lestari (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) di CV. Jumbo Bintang Lestari ...

16

24

31

33

36

58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kuisoner ...

Analisis Lingkungan Internal Eksternal …………... Data SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) ………... Matriks Berpasangan ...

Tabel IFAS EFAS ...

Matriks IE (Internal-Eksternal) ...

Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) ...

QSPM (Quantitiative Strategic Planning Matrix) ...

73

83

84

85

90

91

92


(16)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan sehingga sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan. Hal ini mengakibatkan laut memiliki potensi yang sangat besar sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat. Berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti udang, tuna, cakalang, ubur-ubur, kepiting, dan ikan hias sangat mudah diperoleh di perairan Indonesia1. Selain di laut, Indonesia juga memiliki kekayaan perikanan di perairan air tawar.

Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang semakin berkembang dan diminati masyarakat sebagai salah satu sumber penghasilan. Subsektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahun, sementara yang sudah dimanfaatkan sebesar 4,4 juta ton per tahun atau sekitar 70 persen dari keseluruhan potensi perikanan tangkap. Sedangkan potensi perikanan budidaya di Indonesia mencapai 15,95 juta hektar. Potensi perikanan budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, potensi budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan budidaya saat ini baru sekitar 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01 persen untuk budidaya laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru mencapai sekitar 1,6 juta ton per tahun. Kegiatan budidaya ikan di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan kondisi perairan di indonesia beriklim tropis2.

Kegiatan budidaya di subsektor perikanan selama ini lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya dengan skala usaha kecil yang umumnya memiliki akses dan pengetahuan yang terbatas terhadap manajemen usaha, pasar, dan permodalan. Jika dilihat dari potensi yang dimilikinya, subsektor perikanan dapat

1

Tribun Timur. 2007. Konsumsi Ikan Menjamin Sehat dan Cerdas. http://www.tribun-timur.com. Diakses pada tanggal 12 November 2010.

2

Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia dan Negara Asia. www.dkp.go.id. Update Data Perikanan. (Diakses pada tanggal 12 November 2010)


(17)

dijadikan salah satu sumber penggerak perekonomian nasional dalam rangka pemerataan pembangunan.

Permintaan terhadap ikan dan produk perikanan lainnya dalam sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama setelah munculnya wabah penyakit sapi gila, flu burung, serta penyakit kuku dan mulut yang menyerang hewan ternak khususnya sapi. Selain itu, saat ini sedang terjadi perubahan kecenderungan konsumsi masyarakat yang semakin menggemari ikan sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap ikan dari tahun 2004 sampai tahun 2009 (Tabel 1).

Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Ikan per Kapita Masyarakat Bogor Tahun 2004-2009.

Tahun Konsumsi

Kilogram per kapita Perubahan (%)

2004 17,30 -

2005 17,73 2,49

2006 18,24 2,88

2007 18,80 3,07

2008 19,18 2,02

2009 19,36 0,91

Rata-rata 18,40 1,90

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat konsumsi ikan per kapita masyarakat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,9 persen per tahun. Hal tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mensosialisasikan program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan)3.

Ikan merupakan salah satu jenis lauk pauk yang dapat dikategorikan makanan empat sehat lima sempurna. Daging ikan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan daging lainnya, seperti daging ayam dan daging

3

Tempo Interaktif. 2009. Penduduk Yogya Kekurangan Ikan Lele. www.tempointeraktif.com. Diakses pada tanggal 12 November 2010.


(18)

sapi. Perbandingan nilai gizi yang terkandung dalam berbagai sumber protein hewani selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Zat Gizi pada Beberapa Sumber Protein Hewani. Unsur

Gizi Lele Mas Kembung Udang Tawes Betok Sapi Ayam

Air

(gram) 75,10 80,00 76,00 78,50 82,00 75,00 66,00 63,30

Protein

(gram) 37,00 16,00 22,00 18,10 9,70 17,50 18,00 18,20

Lemak

(gram) 4,80 2,00 1,00 0,10 5,10 5,00 14,00 25,00

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (2003)

Berdasarkan Tabel 2, ikan lele memiliki kandungan gizi yang paling baik dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Daging ikan lele mengandung protein yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya dan hewan ternak seperti ayam maupun sapi. Protein yang terkandung pada ikan lele sangat baik karena tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Selain itu, protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh (DKP, 2003). Ikan pada umumnya termasuk lele sering disebut juga sebagai makanan yang dapat meningkatkan kecerdasan karena mengandung lemak omega-3 yang berfungsi sebagai asam lemak otak yang terutama berperan dalam proses tumbuh kembang otak janin.

Salah satu sentra produksi ikan air tawar termasuk ikan lele adalah Kabupaten Bogor. Jumlah produksi ikan konsumsi air tawar di Kabupaten Bogor tahun 2008-2009 cenderung meningkat setiap tahun (Tabel 3).

Tabel 3. Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009.

Jenis Ikan

Produksi per Tahun

(Ton) per Tahun

(%)

Produksi per Hari

(Ton) Perubahan

per Hari (%)

2008 2009 2008 2009

Lele 9.744,80 18.315,02 87,95 26,70 50,17 87,90

Mas 8.124,35 3.859,62 -52,49 22.30 10,57 -52,60

Gurame 1.854,82 1.946,43 4,94 5,10 5,33 4,51

Nila 3.494,96 1.842,17 -47,29 9,60 5,04 -47,50

Bawal 904,91 2.026,14 123,91 2,50 5,55 122,00

Patin 571,76 584,84 2,29 1,57 1,60 2,00

Tawes 278,80 75,76 -72,83 0,80 0,20 -75,00

Tambakan 48,50 33,67 -30,58 0,13 0,09 -30,76

Mujair 29,21 31,68 8,46 0,08 0,09 12,50


(19)

Lain-lain 26,95 25,30 -6,14 0,07 0,06 -14,29

Jumlah 25.087,29 28.742,72 14,57 6,26 7,15 14,22

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)

Berdasarkan Tabel 3, tingkat produksi ikan lele tiap tahun di Kabupaten Bogor pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan yang sangat pesat sebesar 87,95 persen dari 9.744,8 ton pada tahun 2008 menjadi 18.315,02 ton pada tahun 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan lele merupakan komoditas perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena berpotensi mendatangkan keuntungan ekonomis jika dikelola dengan baik. Sedangkan untuk keseluruhan produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 14,57 persen dari tahun 2008 sampai tahun 2009.

Ikan lele (Clarias sp) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan untuk dikembangkan karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara intensif di perairan darat. Adapun kelebihan ikan lele sebagai komoditas perikanan budidaya diantaranya lele dapat dipijahkan sepanjang tahun, pertumbuhan lele cepat, dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam (Agriminakultura, 2008).

Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim, mahalnya harga bahan baku, kurangnya modal serta karyawan yang kurang terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga terhadap kelangsungan usaha ikan lele. Usaha pembesaran ikan lele memerlukan langkah-langkah strategis, agar dapat mengembangkan usaha dalam menghadapi kondisi lingkungan, sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi pembudidaya ikan lele di Gunung Sindur khususnya CV. Jumbo Bintang Lestari

Jika faktor-faktor internal maupun eksternal yang menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran ikan lele dapat diketahui dan dikaji, maka akan dengan mudah menentukan strategi yang dapat diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.


(20)

Keanekaragaman jenis ikan memberi peluang besar dalam kegiatan budidaya perikanan air tawar, baik usaha perikanan tangkap maupun perairan umum (waduk, danau, sungai, dan rawa) serta usaha budidaya ikan di kolam, keramba, dan jaring apung. Usaha budidaya ikan telah berkembang menjadi salah satu sumber lapangan kerja, sumber pendapatan, dan sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu usaha budidaya ikan yang saat ini semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas adalah usaha budidaya ikan lele.

CV. Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya ikan lele khususnya pada bidang pembesaran. Perusahaan yang berlokasi di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ini memiliki 100 buah kolam pembesaran dan mampu memproduksi ikan lele sebanyak empat sampai lima ton per hari (Tabel 4).

Tabel 4. Data Produksi Ikan lele per Hari di CV Jumbo Bintang Periode Agustus-November 2010

No Periode Produksi (Kilogram)

1 Agustus 5.571,63

2 September 4.697,05

3 Oktober 4.303,55

4 November 3.802,32

Rata-rata 4.593,64

Sumber: CV Jumbo Bintang (2010)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi lele perusahaan sebesar 4,5 ton per hari. Adapun permintaan terhadap ikan lele di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) sebesar 150 ton per hari4. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan perusahaan baru dapat memenuhi permintaan pasar sebesar 3,33 persen. Jika melihat angka tersebut, seakan perusahaan ini merupakan perusahaan kecil karena baru dapat memenuhi permintaan konsumen sebesar 3,33 persen saja. Namun sebetulnya perusahaan memiliki peluang yang sangat besar untuk terus melakukan ekspansi pasar dengan terus meningkatkan produksi agar pasokan ke pasar terus meningkat. Apabila dibandingkan dengan produksi ikan lele di Bogor per hari

4

Tempo Interaktif. 2009. Bisnis Budidaya Ikan Air Tawar. www.tempointeraktif.com. (Diakses pada tanggal 1Desember 2010.


(21)

pada tahun 2009 yang mencapai 50,17 ton, maka perusahaan memiliki pangsa kurang lebih sebesar 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar ikan lele domestik masih sangat terbuka lebar untuk diambil manfaatnya terutama untuk bisnis pembesaran.

Awalnya perusahaan ini berkonsentrasi pada dua lini usaha yaitu pembenihan dan pembesaran. Namun seiring perkembangan pasar dan kondisi usaha, perusahaan memutuskan untuk fokus kepada usaha pembesaran karena dianggap lebih menguntungkan dibandingkan usaha pembenihan.

Usaha pembesaran lele tidak terlepas dari adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena penyakit.

Meskipun demikian, setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus ditinjau kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada sehingga dapat dirumuskan langkah strategis yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM.

Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari ?

2. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari ?

3. Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi CV. Jumbo Bintang Lestari dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?


(22)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari .

2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari .

3. Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh CV. Jumbo Bintang Lestari .

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi CV. Jumbo Bintang Lestari, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan masukan dalam membuat keputusan usaha ikan lele.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya mengembangkan usaha budidaya ikan lele di Indonesia.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama menuntut lmu di IPB. 4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan

informasi, literatur, dan bahan bagi penelitian selanjutnya.

1.5.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu meliputi gambaran umum perusahaan, analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari CV. Jumbo Bintang Lestari, serta perumusan dan penentuan prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan


(23)

2.1. Usaha Ikan Lele

Bisnis budidaya ikan air tawar memang memiliki cakupan yang sangat luas. Salah satu Ikan budidaya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan jenis ikan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Suryanto (1989) ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Budidaya ikan lele semakin meningkat dengan pesat di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,

b. Harga jual ikan lele cukup tinggi dan stabil,

c. Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, d. Pemasarannya relatif mudah dan

e. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.

Perkembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele ke Indonesia pada tahun 19855. Keunggulan lele antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, budidaya ikan lele relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya gurami. Lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang. Selain rasanya yang gurih juga dapat diubah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Hal ini mengakibatkan permintaan terhadap ikan lele terus mengalami peningkatan6. Bisnis budidaya lele sebenarnya dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan antara lain:

a. Pembenihan

b. Pembesaran dalam beberapa ukuran c. Pembesaran hingga ukuran konsumsi d. Pengolahan

5

Tribun Timur. 2007. Konsumsi Ikan Menjamin Sehat dan Cerdas. http://www.tribun-timur.com. (Diakses pada tanggal 12 November 2010)

6

Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia dan Negara Asia. www.dkp.go.id. Update Data Perikanan. (Diakses pada tanggal 12 November 2010)


(24)

Peluang pasar lele tidak hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar konvensional seperti konsumen rumah tangga, restoran, atau rumah makan yang membutuhkan pasokan lele ukuran konsumsi. Pada umumnya para petani lele membudidayakan lele pada berbagai tingkatan (subsistem) : pembenihan, pendederan, konsumsi dan indukan. Setiap subsistem dalam budidayanya juga memiliki pasar yang membutuhkan pasokan lele dari berbagai jenis ukuran, tergantung pada subsistem usaha budidaya lele yang dijalankan oleh masing-masing pelaku usaha.

Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pembudidayaan lele tidak harus dilakukan secara integrated (terpadu) mulai dari pembenihan, pendederan dan pembesaran dalam satu unit usaha. Namun, bisa dipecah-pecah menjadi beberapa subsistem secara terpisah. Kenyataan inilah yang terjadi di lapangan, saat ini sudah banyak masyarakat yang berbisnis dalam usaha budidaya lele, namun hanya sebagian kecil saja yang membudidayakannya secara integrated di dalam satu unit usaha. Sebagian besar pembudidaya justru hanya membudidayakan lele dalam satu atau dua subsistem saja.

Dengan demikian, peluang usaha budidaya di setiap subsistem sangat terbuka lebar karena semua subsistem ini saling berkaitan satu sama lain. Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa peluang pasar lele tidak hanya ada di dalam negeri. Lele berukuran besar juga berpeluang untuk diekspor ke beberapa negara, sebagaimana yang pernah diminta oleh negara Korea Selatan beberapa waktu lalu. Namun permintaan tersebut belum dapat terpenuhi akibat produksi yang belum kontinu, sehingga peluang tersebut belum dapat termanfaatkan dengan baik.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasibuan (2008), meneliti mengenai analisis formulasi strategi pengembangan bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat. Dengan menggunakan metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation) maka posisi Matriks I-E (Internal-Eksternal) yaitu berada pada kuadran V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi


(25)

penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi, lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal, kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal berupa ancaman seperti kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) dan BBM (Bahan Bakar Minyak), adanya produk substitusi, penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan produksi (TAS : 15,434). 2) merekrut tenaga kerja yang terampil (TAS : 15,295). 3) membuat perencanan produksi (TAS : 14,714). 4) menghasilkan jenis ikan Koi yang variatif (TAS : 12, 851).

Yulianti (2009), meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha pembenihan udang vanamei (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT suri tani pemuka, kabupaten Serang, Banten). Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi intensif dan integratif.

Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan, merupakan perusahaan pembenihan udang vannamei yang sudah bersertifikat, jaringan pemasaran sudah kuat, komunikasi yang baik antara pemilik dan karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis, pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman


(26)

pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberikan oleh pihak pemasok induk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan jumlah petambak udang vanamei di Indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejenis, kenaikan biaya pembenihan, pengemasan dan transportasi, keadaan iklim yang mempengaruhi ketersediaan bahan baku udang vanamei, ancaman produk substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vanamei. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) menjaga stabilitas produksi (TAS : 7,325). 2) meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen (TAS : 7,281). 3) menjaga dan meningkatkan kualitas produk (TAS : 7,247). 4) membudidayakan pakan alami sendiri (TAS : 6,878). 5) meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait (TAS : 6,873). 6) memperluas wilayah pemasaran (TAS : 6,530). 7) mengenalkan produk ke masyarakat luas (TAS : 6,343). 8) menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen (TAS : 6,325).

Ismanto (2009), menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi sebesar 0,115.

Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas,


(27)

pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang adalah kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum optimal.

Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641.

Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku, karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim. Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses jalan dan transportasi. Sedangkan pada penelitian ini akan digunakan analisis penentuan yang sama dengan alat ukur strategi yang sama seperti penelitian terdahulu dan perbedaan terdapat dalam lokasi penelitian.


(28)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian.

3.1.1. Manajemen Strategis

Menurut David (2004), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi.

Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai mempengaruhi aktivitas organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya. Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis.

Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu manfaat finansial dan manfaat non-finansial. Dari sisi finansial, organisasi yang menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.

Sedangkan dari sisi non-finansial, dengan menerapkan manajemen strategis, dapat membantu organisasi meningkatkan kesadaran atas ancaman


(29)

eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan.

Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk menghadapi persaingan. Menurut David (2004), terdapat beberapa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu:

1) Strategi Integrasi

a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer perusahaan.

b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan.

c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan.

2) Strategi Intensif

a) Strategi penetrasi pasar, yaitu perusahaan sebaiknya meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual, biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui usaha pemasaran yang lebih besar.

b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah-daerah baru. Tujuan dari strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar.

c) Strategi pengembangan produk, yaitu strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada sekarang atau mengembangkan produk atau jasa yang baru.


(30)

a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama.

b) Strategi diversifikasi konglomerat, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda

c) Strategi diversifikasi horizontal, yaitu suatu strategi perusahaan menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui penambahan produk atau jasa baru.

4) Strategi Bertahan

a) Strategi penciutan biaya, yaitu perusahaan melakukan pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan.

b) Strategi penciutan usaha, yaitu perusahaan menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana investasi. c) Strategi likuidasi, yaitu perusahaan menjual seluruh aset perusahaan yang

dapat dihitung nilainya. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menutup perusahaan, jika perusahaan sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi keberadaannya.

3.1.2. Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model berikut.


(31)

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis (Sumber : David, 2004)

Menurut David (2004), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

3.1.3. Analisis Lingkungan Internal

Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut David (2004), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis.

Mengemban gkan pernyataan visi dan Misi Menetapka n Sasaran Jangka Panjang Mengukur dan Mengevalua si Kinerja Merumuska n mengevalua si dan Memilih Strategi Implementa si Strategi Isu-Isu Manajemen Melakuka n Audit Internal Melakukan Audit Eksternal Implementas i Strategi Isu-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang,SIM Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi


(32)

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah:

a. Strategi Produk

Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam, jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan yang diberikan.

b. Strategi Harga

Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar perusahaan, disamping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga yaitu: harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, yang merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi. Sedangkan faktor yang tidak langsung mempengaruhi yaitu harga produk sejenis yang dijual pesaing, pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan harga untuk para penyalur dan konsumen.


(33)

c. Strategi Distribusi

Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan dan alat transportasi.

d. Strategi Promosi

Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas.

2. Aspek Keuangan atau Akuntansi

Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden. Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.

3. Aspek Produksi atau Operasi

Manajemen produksi operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksi operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa.


(34)

Tabel 5. Fungsi Dasar Manajemen Produksi

Fungsi Deskripsi

Proses Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik.

Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk organisasi.

Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

Tenaga Kerja

Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial. Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan

jasa yang diproduksi berkualitas tinggi. Sumber: David, 2004

4. Aspek Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat disebut pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.

3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal

Menurut Umar (2008), faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang pada dasarnya terletak di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali perusahaan seperti :

a. Aspek Politik

Menurut Umar (2008), faktor politik terkait dengan arah, kebijakan, dan stabilitas pemerintah. Stabilitas politik yang baik akan sangat mempengaruhi keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.


(35)

Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

c. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan

Menurut David (2004), perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan.

d. Aspek Teknologi

Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan usaha dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.

e. Aspek Persaingan

Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antar perusahaan saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produk-produk pengganti, (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen.

1) Persaingan antar perusahaan saingan

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar sedangkan pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk


(36)

meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik. 2) Potensi masuknya pesaing baru

Sebuah perusahaan yang masuk sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.

3) Potensi pengembangan produk pengganti

Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam industri lain yang memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Ancaman produk subsitusi kuat bila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika barang substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. Ancaman produk pengganti dapat berada pada beberapa situasi harga dari produk pengganti lebih murah, biaya peralihan kepada produk pengganti rendah dan kecondongan pembeli terhadap produk pengganti. Besarnya tekanan persaingan biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk meningkatkan kapasitas produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut.

4) Daya tawar pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan. Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain : jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan, serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.


(37)

5) Daya tawar konsumen

Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini antara lain yaitu pembeli membeli sebagian besar dari produk perusahaan, pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri.

3.2 Kerangka Operasional

CV. Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan penghasil lele, perusahaan yang terletak di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ini telah lama menjalankan usahanya. Akan tetapi, usaha pembesaran ikan lele banyak menghadapi kendala. Sumber-sumber yang menjadi faktor penyebabnya dalam budidaya ikan lele tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan. Selain itu, produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal itu mengakibatkan perusahaan belum dapat memanfaatkan peluang pasar dengan baik sehingga berdampak terhadap pendapatan dan skala usaha, sehingga diperlukan strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat. Perusahaan perlu menjamin adanya peningkatan produksi yang stabil, kualitas lele perlu dipertahankan, dan perlu adanya kontinuitas pasokan lele ke pasar. Agar usaha pembesaran ikan lele yang dikembangkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk dapat diterapkan oleh perusahaan. Perumusan strategi pengembangan usaha ini akan melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal


(38)

dan eksternal yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari tersebut. Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT.

Melalui analisis ini, kekuatan dan kelemahan usaha, serta peluang dan ancaman yang dihadapi usaha tersebut akan dicocokkan satu sama lainnya sehingga akan terbentuk empat tipe strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (SO), strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kekuatan-ancaman (ST), dan strategi kelemahan-ancaman (WT). Keluaran dari alternatif-alternatif strategi tersebut akhirnya akan di analisis kembali melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan alternatif strategi mana yang terbaik yang sebaiknya diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele di perusahaan. QSPM merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan keputusan strategi untuk selanjutnya diambil rekomendasi alternatif strategi (Gambar 2).


(39)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele di CV. Jumbo Bintang Lestari

Budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari

Terjadinya ekses demand ikan lele di pasar akibat kurangnya produksi

Matriks SWOT Analisis Lingkungan Eksternal:

Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya, Demografi dan

Lingkungan Aspek Teknologi Aspek Persaingan Analisis Lingkungan

Internal: Aspek SDM Aspek Pemasaran

Aspek Keuangan/Akuntansi Aspek Produksi/Operasi

Rekomendasi Prioritas Strategi Matriks IE

Matriks IFE

Matriks EFE

Alternatif strategi

Matriks QSPM


(40)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2011 di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dijadikan sebagai studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa CV. Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan penghasil lele terkemuka dan produknya sudah banyak dikenal di Jawa Barat.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden, dalam hal ini pihak internal perusahaan dan dari pesaing serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan strategi selanjutnya yang berisi :

Faktor internal usaha meliputi :

a. Aspek pemasaran yang meliputi variabel produk, harga, tempat, distribusi dan promosi.

b. Aspek keuangan yang meliputi analisis keuangan, kemampuan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.

c. Aspek produksi dan operasi yang meliputi proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja serta mutu.

d. Aspek sumber daya manusia yang meliputi faktor eksternal dalam usaha meliputi keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.


(41)

Faktor eksternal meliputi :

a. Aspek politik seperti undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.

b. Aspek ekonomi seperti siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.

c. Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan seperti perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal .

d. Aspek teknologi seperti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. e. Aspek persaingan seperti kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli,

persaingan industri, adanya produk substitusi dan adanya hambatan masuk. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip. Data yang dapat diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor. Sebagai data penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini.

4.3. Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuisioner kepada para responden yang terdiri dari pihak internal yang meliputi manajemen perusahaan khususnya pada manajemen produksi, dan dari pihak eksternal yaitu pesaing dan dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor, pengambilan sampling ini melalui metode non probability sampling, dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat dan

mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya pembesaran ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari.


(42)

b. Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu pengelola usaha pembesaran ikan lele.

c. Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden.

d. Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan penelitian.

4.4. Metode Analisis Data

Proses penentuan strategi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data atau the input stage, tahap pencocokan atau the matchingstage dan terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau the decision stage. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan alat hitung kalkulator. Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut:

4.4.1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum perusahaan dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele yang di budidayakan oleh perusahaan, faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation), sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE.

Analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan dua matriks yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE).

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:


(43)

1) Menuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. 2) Memberi bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat

penting) untuk masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Memberi peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan, sedangkan bobot adalah berdasarkan industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel.

5) Menjumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat.

Tabel 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor

Internal

Bobot Peringkat Bobot x Rating

Kekuatan 1.

2. ...

Kelemahan 1.

2. ...

Total 1,00


(44)

2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004).

Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dalam matriks EFE adalah sebagai berikut:

1) Membuat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal.

2) Memberikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0.

3) Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut, dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi , sedangkan bobot didasarkan pada industri.

4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang.

5) Menjumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.


(45)

Tabel 7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)

Faktor-faktor Eksternal

Bobot Peringkat Bobot x Rating

Kekuatan 1.

2. ...

Kelemahan 1.

2. ...

Total 1,00

Sumber : David, 2004

4.4.2. Pencocokan Data

Tahap yang kedua adalah pemaduan atau pencocokan dengan memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT.

1. Matriks Internal-Eksternal

Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut strategi tumbuh dan bina. Strategi yang cocok adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal).

2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut strategi pertahankan dan pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini.

3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut strategi panen dan divestasi. Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Eksternal) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 3.


(46)

Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99

Total

N

il

ai

EF

E Y

an

g

D

ib

e

r

i Bob

ot

Tinggi

3,0-4,0 3,0 (I) (II) (III)

Menengah

2,0-2,99 2,0 (IV) (V) (VI)

Rendah

1,0-1,99 1,0 (VII) (VIII) (IX)

Gambar 3. Matriks IE (Internal Eksternal) Sumber : David, 2004

2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT)

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT.

Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan

Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004):

a. Strategi kekuatan-peluang (Strategi SO), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.

b. Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. c. Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang menggunakan

kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung.

d. Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel


(1)

Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Eksternal Kunci Pesaing Pegawai

Disnakan kota bogor

Bobot rata-rata Peluang

A.Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan B.Isu flu burung dan antraks C.minat masyarakat terhadap

ikan lele

D.Kemajuan teknologi E.Ancaman radiasi nuklir di

jepang

0.061 0.057

0.098 0.045

0.053

0.068 0.083

0.083 0.098

0.075

0.064 0.070

0.090 0.071

0.064

Ancaman A.Kondisi jalan

B.Kenaikan harga bahan baku dan input produksi

C.Kenaikan BBM dan TDL D.Peningkatan jumlah

pembudidaya

E.Adanya pengaruh produk subsitusi

F. Hama dan penyakit G.Iklim dan cuaca

0.102

0.102 0.080

0.087

0.095 0.110 0.110

0.060

0.102 0.090

0.083

0.075 0.090 0.087

0.081

0.102 0.085

0.085

0.085 0.100 0.098


(2)

Nilai Rata – Rata Rating Faktor Strategis Eksternal

Faktor Eksternal Kunci Pesaing Pegawai

Disnakan kota bogor

Rating rata-rata Peluang

A.Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan B.Isu flu burung dan antraks C.Minat masyarakat terhadap

ikan lele

D.Kemajuan teknologi E.Ancaman radiasi nuklir di

jepang

3,0 3,0

4,0 4,0

3,0

3,0 3,0

4,0 3,0

3,0

3,0 3,0

4,0 3.5

3,0

Ancaman A. Kondisi jalan

B. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi

C. Kenaikan BBM dan TDL D. Peningkatan jumlah

pembudidaya

E. Adanya pengaruh produk subsitusi

F. Hama dan penyakit G. Iklim dan cuaca

2,0

1,0 1,0

2,0

2,0 1,0 1,0

2,0

1,0 1,0

1,0

2,0 1,0 1,0

2,0

1,0 1,0

1.5

2,0 1,0 1,0


(3)

Lampiran 5. Tabel IFAS EFAS

TABEL IFAS

Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang

Kekuatan

11. Kualitas produk yang dihasilkan 12. Keterdekatan lokasi usaha dengan

input produksi

13. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi

14. Intensitas promosi

15. Kecukupan modal jangka panjang 16. Kemampuan usaha untuk

menghasilkan modal 17. Sarana dan prasarana 18. Proses produksi

19. Pemberian insentif untuk karyawan

20. Ketrampilan karyawan

0.105 0.087 0.077 0.059 0.128 0.119 0.064 0.096 0.119 0.096 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 0.420 0.348 0.231 0.236 0.512 0.476 0.256 0.384 0.357 0.384 Kelemahan

2. Persediaan input produksi 0.045 2 0.090

Total 3.694

TABEL EFAS

Faktor-Faktor Eksternal Utama Rata-rata Nilai tertimbang Bobot Rating

Peluang

6. Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan

7. Isu flu burung dan antraks

8. Minat masyarakat terhadap ikan lele 9. Kemajuan teknologi

10. Ancaman radiasi nuklir di jepang

0.064 0.070 0.090 0.071 0.064 3,0 3,0 4,0 3.5 3,0 0.192 0.210 0.360 0.249 0.192 Ancaman

8. Kondisi Jalan

9. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi

10. Kenaikan BBM dan TDL

11. Peningkatan Jumlah

pembudidaya

12. Adanya pengaruh produk subsitusi

13. Hama dan penyakit 14. Iklim dan cuaca

0.081 0.102 0.085 0.085 0.085 0.100 0.098 2,0 1,0 1,0 1.5 2,0 1,0 1,0 0.162 0.102 0.085 0.128 0.170 0.100 0.098


(4)

Lampiran 6. Matriks IE (Internal Eksternal)

SKOR BOBOT TOTAL IFE

Kuat Sedang Lemah 3,0 - 4,0 2,0 - 2,99 1,0 - 1,99

3,694

4,0 3,0 2,0 1,0

I

Grow and Build

II

Grow and Build

III

Hold and Maintain

IV

Grow and Build

V

Hold and Maintain

VI

Harvest or Divest

VII

Hold and Maintain

VIII

Harvest or Divest

IX

Harvest or Divest S

K O R B O B O T T O T A L E F

Tinggi 3,0 – 4,0

3,0 Sedang 2,0 – 2,99

2,0

2,048

Rendah 1,0 – 1,99


(5)

Lampiran 7. MATRIKS SWOT Internal

Eksternal

KEKUATAN ( Strengths – S) 1. Kualitas produk yang

dihasilkan

2. Kedekatan lokasi usaha dengan input produksi 3. Harga yang diberikan sesuai

dengan kualitas produksi 4. Intensitas promosi 5. Kecukupan modal jangka

panjang

6. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 7. Sarana dan prasarana 8. Proses produksi 9. Pemberian insentif

karyawan

10.Ketrampilan karyawan

KELEMAHAN (Weakness - W)

1. Persediaan input produksi

PELUANG (Opportunities-O)

1. Adanya peraturan

pemerintah tentang usaha perikanan

2. Isu flu burung dan antraks

3. minat masyarakat

terhadap ikan lele 4. Kemajuan teknologi 5. ancaman radiasi nuklir

di jepang

STRATEGI – SO 1. Meningkatkan produksi

dengan menambah area budidaya dan penebaran benih.

(S1,S2,S3,S5,S6,S8,S10,O1, O2,O3,O4,O5)

2. Penggunaan teknologi tepat guna

STRATEGI –WO 1. Memanfaatkan bantuan

pemerintah terkait dengan akses penyediaan input produksi. (W1,O1,O3,O4) 2. Bekerjasama dengan

penyedia input produksi dari luar daerah.

ANCAMAN (Threats-T) 8. Kondisi jalan

9. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 10.Kenaikan BBM dan

TDL

11.Peningkatan jumlah pembudidaya

12.Adanya pengaruh

produk subsitusi 13.Hama dan penyakit 14.Iklim dan cuaca

STRATEGI – ST 1. Mempertahankan kualitas

produk

(S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S 9,S10,T1,T2,T3,T4,T5)

STRATEGI – WT 1. Mengusahakan pakan

alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi tersebut (W1,T1,T2,T3,T4,T5)


(6)

Utama Bobot AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang

Peluang 1 0.063 3 0.189 4 0.252 4 0.252 4 0.252

Peluang 2 0.071 3 0.213 3 0.213 4 0.284 2 0.142

Peluang 3 0.091 4 0.364 4 0.364 4 0.364 4 0.364

Peluang 4 0.072 3 0.216 3 0.216 3 0.216 4 0.288

Peluang 5 0.065 2 0.13 2 0.13 3 0.195 1 0.065

Ancaman

Ancaman 1 0.081 2 0.162 3 0.243 3 0.243 3 0.243

Ancaman 2 0.103 4 0.412 2 0.206 3 0.309 4 0.412

Ancaman 3 0.086 3 0.258 3 0.258 2 0.172 3 0.258

Ancaman 4 0.086 4 0.344 3 0.258 2 0.172 3 0.258

Ancaman 5 0.086 2 0.172 2 0.172 2 0.172 2 0.172

Ancaman 6 0.101 4 0.404 4 0.404 3 0.303 4 0.404

Ancaman 7 0.099 2 0.198 4 0.396 3 0.297 4 0.396

Kekuatan

Kekuatan 1 0.1065 4 0.426 2 0.213 4 0.426 4 0.426

Kekuatan 2 0.0787 3 0.2361 2 0.1574 3 0.2361 4 0.3148

Kekuatan 3 0.0787 4 0.3148 2 0.1574 4 0.3148 3 0.2361

Kekuatan 4 0.0602 3 0.1806 3 0.1806 3 0.1806 3 0.1806

Kekuatan 5 0.125 3 0.375 2 0.25 3 0.375 3 0.375

Kekuatan 6 0.1296 4 0.5184 2 0.2592 4 0.5184 3 0.3888

Kekuatan 7 0.0648 4 0.2592 2 0.1296 4 0.2592 3 0.1944

Kekuatan 8 0.0926 4 0.3704 3 0.2778 4 0.3704 3 0.2778

Kekuatan 9 0.1204 4 0.4816 2 0.2408 3 0.3612 2 0.2408

Kekuatan 10 0.0972 3 0.2916 2 0.1944 4 0.3888 2 0.1944

Kelemahan

Kelemahan 1 0.0463 2 0.0926 3 0.1389 4 0.1852 4 0.1852