menghadapi risiko dalam memproduksi ikan lele konsumsi karena fluktuasi nilai SR tersebut akan berimplikasi terhadap penerimaan perusahaan.
Usaha pada sektor agribisnis terutama perikanan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi pada proses produksinya karena memiliki sifat yang sangat
tergantung pada kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan atau diduga sebelumnya. Selain itu, produk perikanan merupakan produk hidup yang bersifat
mudah rusak perishable. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk dapat meminimalisasi risiko yang dapat mengganggu proses produksi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana tingkat risiko produksi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo di
CV Jumbo Bintang Lestari? 2.
Sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari pada usaha pembesaran ikan lele dumbo?
3. Bagaimana strategi untuk mengatasi risiko produksi ikan lele dumbo di CV
Jumbo Bintang Lestari?
1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh CV Jumbo Bintang Lestari.
2. Menganalisis sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha
pembesaran ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari 3.
Menganalisis strategi yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi ikan lele dumbo di CV Jumbo Bintang Lestari.
1. 4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Sebagai masukan bagi tempat usaha budidaya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam meminimalisasi risiko yang dihadapi.
2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.
3. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakterisktik Ikan Lele
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang digemari oleh masyarakat. Ikan lele merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat
tebar tinggi dalam lahan terbatas pada kawasan marginal dan hemat air. Menurut Suyanto 2007, badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di bawah
depresed. Mulut berada di ujungterminal dengan empat pasang sungut. Sirip ekor membundar, tidak bergabung dengan sirip anal dan mempunyai senjata yang
berbisa yaitu berupa sepasang patil yang berada di sebelah depan sirip dada. Selain itu, ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang memungkinkan
pengambilan oksigen dari udara di luar air yang disebut dengan arborescen organ. Menurut Mahyuddin 2008, berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya,
ikan lele diklasifikasikan ke dalam famili Clariidae, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala pipih dan alat pernapasan tambahan. Adapun
sistematika dan klasifikasinya adalah sebagai berikut : Filum
: Chordata Kelas
: Pisces Subkelas
: Telestoi Ordo
: Ostariophysi Subordo
: Siluroidae Famili
: Clariidae Genus
: Clarias Species
: Clarias sp Menurut Mahyuddin 2008, ikan lele banyak ditemukan di perairan tawar,
dataran rendah sampai sedikit payau. Di alam, lele hidup di sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat seperti danau, waduk, telaga, rawa,
serta genangan air tawar lainnya misalnya kolam. Ikan lele cenderung toleran atau tahan terhadap kondisi lingkungan yang kualitas airnya jelek. Dalam kolam
pemeliharaan dengan kepadatan tinggi dan kandungan oksigen yang minimpun ikan lele masih dapat bertahan hidup.
Ikan lele cenderung aktif pada malam hari, oleh sebab itu ikan ini disebut sebagai binatang nokturnal. Namun pada kolam pemeliharaan, terutama budidaya
secara intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi atau siang hari. Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam. Menurut
Mahyuddin 2008, berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora pemakan daging. Selain itu, lele memiliki sifat
kanibalisme yaitu suka memangsa jenisnya sendiri. Oleh sebab itu pemberian pakan harus dilakukan tepat pada waktunya.
Pakan merupakan komponen penting dalam menunjang pertumbuhan lele. Umumnya pakan yang digunakan dalam pembesaran ikan lele yaitu pakan buatan
pelet. Kandungan nutrisi dalam pakan buatan pun perlu diperhatikan agar sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan ikan lele. Kandungan nutrisi pakan yang sesuai
bagi pertumbuhan ikan lele dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
. Kandungan Nutrisi Pakan Ikan Lele Komposisi Nutrisi
Nilai Nutrisi Protein
Min 30 Lemak
4-16 Karbohidrat
15-20 Mineral
Min 0,5-0,8 Sumber : Mahyuddin 2008
Air merupakan media tempat hidup dalam budidaya ikan. Kondisi air harus disesuaikan dengan kebutuhan optimal bagi pertumbuhan ikan yang
dipelihara. Keberhasilan budidaya ikan banyak ditentukan oleh keadaan kualitas dan kuantitas air. Parameter kualitas air yang optimal bagi budidaya lele dapat
dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9
. Kualitas Air yang Memenuhi Persyaratan untuk Budidaya Lele Parameter
Nilai Parameter Suhu
25-30
o
C pH
6,5-8,5 Oksigen terlarut O
2
3 mgl Amonia total
Max 1 mgl total amonia Kekeruhan
Max 50 NTU Karbondioksida Co
2
Max 11 mgl Nitrit
Min 0,1 mgl Alkalinitas
Min 20 mgl Kesadahan total
Min 20 mgl Sumber : Mahyuddin 2008
Jenis ikan lele yang banyak dibudidayakan dan dijumpai dipasaran adalah lele dumbo Clarias gariepinus. Sementara itu, lele lokal Clarias batracus
sudah jarang ditemukan karena pertumbuhannya yang relatif lembat dibandingkan dengan lele dumbo. Perbandingan tingkat pertumbuhan lele dumbo dan lele lokal
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Lele Dumbo dan Lele Lokal Uraian
Tingkat Pertumbuhan gramekor Lele Dumbo
Lele Lokal Umur 2 hari
1,2 - 3 0,2 – 2
Umur 5 minggu 10 – 15
1 – 1,5 Umur 3 bulan
200 – 300 40 – 50
Sumber : Mahyuddin 2008
2.2 Penelitian Terdahulu