STABILITAS ANTOSIANIN HASIL DAN PEMBAHASAN

35 padatan : maltodeksrin yang berbeda yaitu 3 : 15, 3 : 17.5, dan 3 : 20. Penurunan jumlah antosianin paling tinggi terdapat pada sampel bubuk pewarna dengan proporsi total padatan : maltodeksrin 3 : 20 yaitu dari 147 mg menjadi 29.51 mg. Penurunan jumlah antosianin paling rendah terdapat pada sampel bubuk pewarna dengan proporsi total padatan : maltodeksrin 3 : 10 yaitu dari 147 mg menjadi 34.93 mg. Jumlah antosianin pada bubuk pewarna tersebut turun 76.24 dari jumlah antosianin awal dalam ekstrak rosela encer total padatan 3 sebelum evaporasi. Sampel yang mengalami penurunan antosianin paling rendah selama pengeringan dipilih untuk diuji stabilitasnya. Penurunan jumlah antosianin sebelum dan setelah proses produksi dapat dilihat pada Gambar 20. Secara umum, perbedaan penurunan jumlah antosianin bubuk pewarna yang dibuat dengan metode tray drying tidak terlalu jauh dengan pewarna yang dibuat dengan metode spray drying. Hal ini terjadi karena walaupun suhu pengeringan pada tray drying 50 C lebih rendah daripada suhu pengeringan pada spray drying 170 C, ekstrak yang akan dikeringkan dengan tray dryer dievaporasi terlebih dahulu sehingga antosianin didalam ekstrak sudah mengalami degradasi selama evaporasi. Gambar 20. Penurunan jumlah antosianin sebelum dan setelah proses produksi metode tray drying

D. STABILITAS ANTOSIANIN

Uji stabilitas antosianin dilakukan pada bubuk pewarna terpilih, yaitu bubuk pewarna yang mengalami penurunan jumlah antosianin paling rendah selama pengeringan. Bubuk pewarna dengan proporsi total padatan ekstrak terhadap penambahan maltodekstrin 3 : 10 metode spray drying mengalami 20 40 60 80 100 120 140 160 3 : 15 3 : 17.5 3 : 20 147.00 147.00 147.00 34.93 33.79 29.51 Ju m lah ant osi anin m g d al am sam p e l Total padatan ekstrak : Maltodekstrin Sebelum proses evaporasi Setelah proses evaporasi dan pengeringan 36 penurunan paling rendah selama pengeringan dibandingkan bubuk pewarna rosela lainnya yang dibuat dengan metode spray drying lainnya yaitu 69.03 . Bubuk pewarna dengan proporsi total padatan ekstrak terhadap penambahan maltodekstrin 3 : 15 metode tray drying mengalami penurunan paling rendah selama pengeringan dibandingkan bubuk pewarna rosela lainnya yang dibuat dengan metode tray drying lainnya yaitu 76.91 . Dengan demikian, bubuk pewarna dengan proporsi total padatan ekstrak terhadap penambahan maltodekstrin 3 : 10 metode spray drying dan bubuk pewarna dengan proporsi total padatan ekstrak terhadap penambahan maltodekstrin 3 : 15 metode tray drying dipilih untuk diuji stabilitasnya. Karakteristik bubuk pewarna terpilih dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Karakteristik bubuk pewarna yang terpilih untuk diuji stabilitasnya Karakteristik Satuan Bubuk Pewarna Metode SD Metode TD kadar air 2.65 10.31 kadar Abu bk 4.15 2.34 Kelarutan 98.9 99.23 Total Antosianin mgg bk 1.9 0.92 Rendemen 46.13 63.05 Warna L 75.56 59.21 a 27.37 24.89 b 2.3 3.44 C 27.47 25.13 hue 4.80 7.47 warna Merah keunguan Merah keunguan Uji stabilitas dilakukan dengan menyimpan bubuk pewarna pada suhu yang berbeda 35 C, 45 C, dan 50 C. Pada interval waktu tertentu bubuk pewarna tersebut dianalisis total antosianinnya Lampiran 9-16. Semakin lama total antosianin akan semakin menurun. Penurunan total antosianin bubuk pewarna rosela dapat dilihat pada Gambar 21. 37 a c b d Gambar 21. Kurva hubungan total antosianin dengan waktu penyimpanan pada bubuk pewarna rosela pada suhu penyimpanan kontrol atau suhu ruang a, suhu 35 C b, suhu 45 C c, dan suhu 50 C d. Total antosianin semakin lama akan semakin berkurang karena mengalami degradasi. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas antosianin yaitu pH, cahaya, suhu, konsentrasi, oksigen, pelarut, keberadaan enzim, flavonoid dan ion logam Ovando et al., 2009. Tahap pertama dari degradasi antosianin adalah pembukaan cincin heterosiklik dan pembentukan chalcone. Dengan meningkatnya suhu, pembentukan chalcone akan meningkat Jackman dan Smith, 1996. Viguera dan Bridle 1999 mengemukakan bahwa degradasi antosianin akan berlangsung cepat pada suhu yang lebih tinggi. Pada Gambar 21 terlihat bahwa total antosianin pada sampel yang disimpan di suhu 50 C mengalami penurunan yang lebih banyak dari pada sampel yang disimpan pada suhu lainnya. Hal ini terlihat pada kurva yang semakin curam. Penurunan total antosianin pada sampel yang dibuat dengan metode spray 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 10 20 30 40 T ot al A ntos iani n m g g Waktu Penyimpanan Hari 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 5 10 15 20 T o ta l A nto sia nin m g g Waktu Penyimpanan Hari 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 10 20 30 40 T o ta l A nto sia nin m g g Waktu Penyimpanan Hari 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 2 4 6 T o ta l A nto sia nin m g g Waktu Penyimpanan Hari Keterangan: 38 drying yang lebih tinggi dari pada metode tray drying dapat disebabkan oleh proporsi maltodekstrin terhadap antosianin pada metode tray drying lebih tinggi dari pada proporsi maltodekstrin terhadap antosianin pada metode spray drying sehingga antosianin yang terdapat dalam bubuk pewarna metode tray drying lebih terlindungi dari faktor-faktor yang dapat mempercepat degradasi antosianin. Pada umumnya degradasi pigmen akibat perlakuan suhu mengikuti kinetika reaksi ordo satu. Kondisi ini juga ditemui pada pigmen antosianin dalam pulm puree dimana akibat perlakuan suhu yang diberikan, degradasi perubahan warna mengikuti kinetika reaksi ordo satu Ahmed et al., 2004. Plot antara ln C dengan waktu penyimpanan C= total antosianin memberikan garis lurus dengan kemiringan slope = -k, sehingga reaksi termasuk ordo satu Arpah, 2001. Nilai konstanta laju reaksi k setiap suhu berbeda, oleh karena itu nilai k dapat diperoleh dari kemiringan kurva hubungan ln [C] dengan waktu penyimpanan pada setiap suhu penyimpanan yang berbeda. Data kinetika degradasi antosianin pada suhu 35 C, 45 C, dan 50 C dapat dilihat pada Lampiran 17, 18, dan 19. Pada uji stabilitas antosianin, dilakukan analisis total antosianin pada sampel yang disimpan pada suhu yang berbeda dengan waktu penyimpanan yang berbeda pula. Dengan membuat kurva hubungan ln [C] dan waktu penyimpanan, dapat diperoleh nilai k pada suhu tertentu seperti yang dapat dilihat pada Gambar 22, 23, dan 24. Gambar 22. Kurva kinetika bubuk pewarna rosela dengan suhu penyimpanan 35 C. y = -0.0095x + 0.1131 R² = 0.9648 y = -0.0026x - 0.3724 R² = 0.9281 -0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 10 20 30 40 ln [ C] Waktu hari Metode Spray Drying MetodeTray Drying 39 Gambar 23. Kurva kinetika bubuk pewarna rosela dengan suhu penyimpanan 45 C. Gambar 24. Kurva kinetika bubuk pewarna rosela dengan suhu penyimpanan 50 C. Semakin tinggi suhu, semakin banyak antosianin yang terdegradasi. Hal ini dapat dilihat pada nilai k yang merupakan kemiringan dari kurva kinetika orde satu. Melalui kurva tersebut dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu semakin tinggi pula nilai konstanta laju reaksi. Jika suhu dinaikkan, maka jumlah dan energi tumbukan antar molekul bertambah Syukri, 1999. Nilai konstanta laju reaksi antosianin pada bubuk pewarna yang dibuat dengan metode spray drying lebih besar dari pada bubuk pewarna yang dibuat dengan metode tray drying TD. Hal ini dapat menunjukkan bahwa bubuk pewarna yang dibuat dengan metode TD lebih stabil. y = -0.0277x + 0.1445 R² = 0.9633 y = -0.0086x - 0.384 R² = 0.9567 -0.6000 -0.5000 -0.4000 -0.3000 -0.2000 -0.1000 0.0000 0.1000 0.2000 5 10 15 20 ln [ C] Waktu hari Metode Spray Drying metode Tray drying y = -0.1311x + 0.1384 R² = 0.9907 y = -0.0359x - 0.3836 R² = 0.8914 -0.60 -0.50 -0.40 -0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.10 0.20 1 2 3 4 5 6 ln [ C] Waktu hari Metode Spray Drying Metode Tray Drying 40 Istilah waktu paruh half life sering digunakan sebagai indeks atau parameter yang menunjukkan stabilitas suatu senyawa. Semakin tinggi waktu paruh berarti komponen tersebut mempunyai stabilitas yang lebih tinggi pula. Dapat dilihat pada Tabel 6, nilai waktu paruh paling tinggi adalah bubuk pewarna rosela yang yang dibuat dengan metode tray drying dan disimpan pada suhu 35 C yaitu 346 hari. Hal ini berarti, bubuk pewarna rosela yang yang dibuat dengan metode tray drying dan disimpan pada suhu 35 C lebih stabil dibandingkan bubuk pewarna rosela lainnya. Waktu paruh degradasi antosianin pada bubuk pewarna rosela metode tray drying pada suhu 35 C yang diperoleh hampir sama dengan yang dilaporkan oleh Gradinaru et al. 2003 bahwa waktu paruh degradasi antosianin rosela yang dienkapsulasi dengan pululan pada suhu penyimpanan 40 C aw = 0.33 adalah 320.8 hari. Tabel 6. Nilai waktu paruh bubuk pewarna rosela Sampel Konstanta laju reaksi k T 12 hari Suhu penyimpanan °C Metode 35 SD 0.009 75 TD 0.002 353 45 SD 0.027 26 TD 0.008 87 50 SD 0.1311 5 TD 0.035 18 Kontrol suhu ruang SD 0.0048 134 TD 0.0027 260 Energi aktivasi menunjukkan sensitifitas nilai konstanta laju reaksi k terhadap perubahan suhu. Energi aktivasi Ea adalah energi yang diperlukan untuk membuat kompleks teraktivasi Syukri, 1999. Semakin kecil nilai energi aktivasi, maka nilai k semakin sensitif terhadap perubahan suhu. Energi aktivasi diperoleh dari plot kurva hubungan nilai ln k terhadap 1T suhu absolute penyimpanan. Kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 25. 41 Gambar 25 . Kurva hubungan ln k dengan 1T Melalui Gambar 25, dapat dilihat persamaan linear yang menunjukkan nilai slope kemiringan yang merupakan nilai EaR Ea adalah energi aktivasi sedangkan R adalah kontanta gas ideal. Dengan menggunakan persamaan Arhenius dapat diperoleh energi aktivasi degradasi pigmen antosianin pada bubuk pewarna Lampiran 20. Nilai EaR model minuman terbesar terdapat pada bubuk pewarna yang dibuat dengan metode tray drying 18153 sedangkan nilai terendah pada bubuk pewarna rosela yang dibuat dengan metode spray drying 16691 dengan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0.952 dan 0.909. Dengan meningkatnya nilai EaR maka nilai energi aktivasi juga semakin meningkat. Nilai energi aktivasi degradasi pigmen antosianin pada bubuk pewarna dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Energi aktivasi degradasi antosianin pada bubuk pewarna rosela Sampel 1T Slope EaR Ea KJmol Ea Kkalmol Metode Suhu K Spray Drying 308 0.0032 16691 138.77 33.17 318 0.0031 323 0.0031 Tray Drying 308 0.0032 18153 150.92 36.07 318 0.0031 323 0.0031 Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa bubuk pewarna rosela yang dibuat dengan metode tray drying memiliki energi aktivitasi paling tinggi yaitu sebesar 36.07 kkalmol. Energi aktivasi adalah energi minimal yang diperlukan y = -16691x + 49.332 R² = 0.9097 y = -18153x + 52.61 R² = 0.9524 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0.00305 0.0031 0.00315 0.0032 0.00325 0.0033 ln k 1T Metode Spray Drying Metode Tray Drying 42 agar reaksi dapat terjadi. Semakin rendah energi aktivasi reaksi degradasi antosianin menandakan bahwa reaksi degradasi antosianin lebih cepat terjadi. Sebaliknya, semakin tinggi energi aktivasi reaksi degradasi antosianin menandakan antosianin tersebut lebih stabil. Hasil pengujian stabilitas antosianin menunjukkan bahwa bubuk pewarna rosela yang dibuat dengan metode tray drying lebih stabil dibandingkan bubuk pewarna rosela yang dibuat dengan metode spray drying.Antosianin pada model minuman rosela memiliki nilai energy aktivasi 84.98 KJmol, lebih rendah dari pada energy aktivasi antosianin pada bubuk rosela metode tray drying 150.92 KJ mol atau 36.07 Kkal mol. Energi aktivasi ekstrak rosela total padatan 20 memiliki energi aktivasi 31.57 Kkalmol. Energi aktivasi antosianin pada ekstrak rosela tersebut lebih rendah daripada energi aktivasi pada bubuk pewarna. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa proses mikroenkapsulasi dapat meningkatkan stabilitas antosianin pada sediaan pewarna rosela. Antosianin pada model minuman memiliki energi aktivasi Kirca et al. 2007 melaporkan bahwa energi aktivasi Ea degradasi antosianin pada ekstrak black carrot adalah 62.1 sampai 86.2 KJmol, sedangkan Gradinaru et al. 2003 melaporkan bahwa energi aktivasi Ea degradasi antosianin pada ekstrak rosela dengan metanol adalah sebesar 14 Kkalmol. Waktu paruh pada suhu yang lebih rendah dapat juga diprediksi dengan metode Arrhenius. Melalui persamaan garis lurus dari kurva yang menghubungkan ln k dan dan 1T Gambar 23. Dengan mengetahui nilai k pada suhu tertentu, umur simpan dapat diketahui dengan menggunakan persamaan ln aL = -kt +ln aL . Prediksi waktu paruh degradasi antosianin pada produk yang diproduksi dengan metode spray drying pada suhu 15 C, dan 25 C adalah 551 minggu dan 79 minggu, sedangkan waktu paruh degradasi antosianin pada produk yang diproduksi dengan metode tray drying pada suhu 15 C, dan 25 C adalah 3323 minggu dan 400 minggu. Kirca et al. 2007 melaporkan bahwa waktu paruh ekstrak antosianin black carrot total padatan 64 Brix pada suhu 4 C dan 15 C adalah 215 minggu dan 35.9 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ersus dan Yurdagel 2007, Waktu paruh degradasi antosianin pada produk mikroenkapsulasi 43 ekstrak black carrot dengan maltodekstrin pada suhu penyimpanan 4 C dan 25 C adalah 107 minggu dan 43 minggu.

E. PENGUKURAN WARNA DENGAN CHROMAMETER