IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PD. Galuh Sari merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Amir dan Istrinya yang bernama Ibu Maemunah pada tahun 2001 yang berlokasi di Jl.
Panaragan Kidul No.03 Rt.0205 Bogor Tengah. Awalnya usaha ini masih tergolong kecil yang bergerak dalam usaha makanan kecil seperti kue pancong
dan dorayaki. Namun semenjak tahun 2001, usaha yang ditekuni oleh Pak Amir dan ibu Maemunah semakin berkembang dan juga Pak Amir telah
memperkerjakan beberapa karyawan untuk membantu proses produksi. Dalam menjalankan usahanya banyak kendala yang dialami oleh Pak
Amir. Permasalahan yang dialami oleh PD. Galuh Sari adalah pada saat usahanya berada di puncak banyak pesaing yang membuka usaha yang bergerak di bidang
yang sama, sehingga menurunkan jumlah permintaan pasar.
4.2 Tujuan Perusahaan
Tujuan awal PD. Galuh Sari adalah untuk mengisi waktu luang Ibu Maemunah.yang seorang ibu rumah tangga, dan juga keinginan Ibu Maemunah
untuk menjadi seorang wirausaha. Seiring dengan berkembangnya usaha yang mereka tekuni, akhirnya PD. Galuh Sari bertujuan untuk membuka lapangan
pekerjann. Saat ini PD. Galuh Sari memiliki 18 karyawan tetap, termasuk Pak Amir
dan Ibu maemunah. PD. Galuh Sari tidak memiliki struktur organisasi yang formal sehingga struktur organisasi masih tergolong kecil yaitu proses produksi
dan penjualannya diawasi langsung oleh Pak Amir dan Ibu Maemunah.
4.3 Kegiatan Perusahaan 4.3.1 Kegiatan Produksi
PD. Galuh Sari merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar yang digunakan untuk roti bakar. PD. Galuh Sari rutin memproduksi rata-rata 12 bal
satu bal sama dengan 25 kg roti tiap harinya. Untuk menunjang proses produksi dibutuhkan beberapa peralatan penting seperti mesin pengaduk mixer,
timbangan, pemotong, meja pemotong, cetakan loyang, oven, dan rak pendingin.
Bahan yang digunakan dalam produksi roti tawar adalah terigu, gula, pengembang, air, mentega, pelembut dan garam. Proses produksi roti tersebut
terdiri dari beberapa tahapan. Tahap pertama produksi adalah pengadukan seluruh bahan. Selanjutnya adonan ditimbang sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
Tahap ketiga adonan dimasukkan ke dalam loyangcetakan yang telah diolesi terlebih dahulu. Tahap selanjutnya adonan yang telah di masukkan ke dalam
loyangcetakan ditutup dan di diamkan agar mengembang. Setelah mengembang adonan dimasukan ke dalam oven untuk proses pemanggangan selama 17 menit.
Roti yang sudah matang di keluarkan dari loyangcetakan, kemudian di simpan dalam wadah dan disusun di rak pendinginan. Setelah roti dingin, tahap terakhir
adalah proses pengemasan. Untuk lebih jelasnya proses produksi roti tawar dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
Gambar 6. Alur Proses Produksi Proses
pencampuran atau pengadukan
semua bahan
Pembagian adonan dan
ditimbang
Pencetakan
F
ermentasi
Pembakaran
Pendinginan
Pengemasan
Penyimpanan Fermentasi
4.3.2 Kegiatan Pemasaran
Pemasaran PD. Galuh Sari awalnya dilakukan dengan cara promosi dari mulut ke mulut. Kini PD. Galuh Sari hanya melakukan kegiatan penjualan di
pabrik saja dan dengan mengantarkan pesanan kepada pedagang. Selain itu, ada distributor langsung yang rutin membeli roti di perusahaan ini. Kegiatan
pemasaran dilakukan di beberapa tempat seperti Leuwiliang, Cilebut, Rangkas bitung, Merdeka, Pasar Anyar, dan lain-lain. Kemgiatan pemasarannya pun tidak
hanya dilakukan di Bogor saja, tetapi juga dilakukan hingga Jakarta seperti Manggarai, Senen, Cempaka Putih, Karang Anyar, Mangga dua dan Pademangan.
4.4 Karakteristik Responden
Responden terdiri dari produsen roti tawar dan konsumen akhir. Produsen yang menjadi responden yakni pengusaha roti tawar. Sedangkan konsumen yang
menjadi responden terdiri dari 30 orang.
4.4.1 Produsen
Pengusaha roti tawar PD. Galuh Sari bernama Bapak Amir yang berlokasi di Jl. Panaragan Kidul No.03 Rt.0205 Bogor Tengah. Responden melakukan
penilaian terhadap roti tawar secara teknik dan finansial.
4.4.2 Konsumen Akhir
Konsumen akhir terdiri dari 30 orang yaitu 18 orang wanita dan 12 orang pria. Responden melakukan penilaian terhadap roti tawar yang telah diolah lebih
lanjut menjadi roti bakar. Sebaran responden roti bakar dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Responden Roti Bakar
Setelah pengolahan data konsumen akhir, dapat diketahui bahwa frekuensi responden dalam mengkonsumsi roti bakar 1x seminggu ada 14 orang, 11 orang
mengkonsumsi roti bakar 2x seminggu dan 5 orang mengkonsumsi roti bakar 3x seminggu. Sedangkan mengenai waktu mengkonsumsi roti bakar di pagi hari
sebanyak 14 orang, siang hari sebanyak 4 orang, sore hari 8 orang dan malam hari sebanyak 4 orang. Diketahui pula bahwa 13,33 persen responden pernah
mendengar MOCAF namun 86,67 persennya mengaku belum pernah mendengar
n Menyukai roti bakar
Ya 30
100 Tidak
Frekuensi mengkonsumsi roti bakar dalam satu minggu 1
14 46,67
2 11
36,67 3
5 16,67
4 5
Usia tahun 16 - 21
14 46,67
22 - 27 10
33,33 28 - 33
1 3,33
33 5
16,67 Jenis kelamin
Wanita 18
60 Pria
12 40
Waktu mengkonsumsi roti Pagi
14 46,67
Siang 4
13,33 Sore
8 26,67
Malam 4
13,33 Pernah mendengar MOCAF
Ya 4
13,33 Tidak
26 86,67
Tertarik untuk mengkonsumsi roti bakar yang menggunakan bahan baku kombinasi terigu dengan
MOCAF
Ya 12
40 Tidak
18 60
Jumlah responden Identitas Responden
MOCAF. Sebanyak 12 orang responden 40 persen tertarik untuk mengkonsumsi roti tawar yang menggunakan bahan baku campuran MOCAF
dengan terigu, sedangkan 18 orang responden 60 persen tidak tertarik untuk mengkonsumsinya.
4.5 Analisis Teknis dan finansial 4.5.1 Penerimaan Teknis
Percobaan dilakukan dengan bantuan 5 pekerja sesuai pembagian kerjanya. Satu pekerja bertanggung jawab dalam proses pengadukan dan
pembuatan adonan. Satu pekerja membagi adonan sementara pekerja yang lain mencetak adonan. Secara teknis proses produksi roti tawar tersebut tidak memiliki
tingkat dan jenis kesulitan untuk tiap campuran MOCAF. Semua jenis roti yang diproduksi diberi perlakuan sama melalui proses produksi dan waktu yang sama.
Perbedaan masing-masing percobaan adalah dalam hal persentase penggunaan jumlah tepung terigu dan MOCAF, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Waktu dan Tingkat Kesulitan pada Proses Produksi Roti Tawar
Hasil wawancara yang diperoleh, produsen roti tawar mengaku tertarik untuk menggunakan tepung MOCAF yang belum dijual di pasar tradisional.
Produsen kurang sesuai dengan harga MOCAF yang lebih mahal dari harga
Waktu Kesulitan
Waktu Kesulitan
1 Pencampuran atau
Pengadukan 15 menit
15 menit 2
Pembagian dan Penimbangan
Adonan 20 menit
20 menit Sama, tidak terdapat
kesulitan 3
Pencetakan 10 menit
10 menit 4
Fermentasi 60 menit
60 menit 5
Pembakaran 17 menit
17 menit 6
Pendinginan 20 menit
20 menit
Waktu Kesulitan
Waktu Kesulitan
1 Pencampuran atau
Pengadukan 15 menit
15 menit 2
Pembagian dan Penimbangan
Adonan 20 menit
Sama, tidak terdapat kesulitan
20 menit Sama, tidak terdapat
kesulitan 3
Pencetakan 10 menit
10 menit 4
Fermentasi 60 menit
60 menit 5
Pembakaran 17 menit
17 menit 6
Pendinginan 20 menit
20 menit
Ket : Pembakaran pada suhu 220⁰C Hasil
Deskripsi : Kurang
lembut dan kenyal.
Deskripsi : Agak putih
kurang mengemban
g, rapuh, kurang
lembut dan kurang
kenyal. No.
Tahapan Roti Tawar dengan Bahan Baku
80 Terigu dan 20 MOCAF 70 Terigu dan 30 MOCAF
Deskripsi : warnanya
putih kecoklat-
coklatan, kenyal,
lembut, dan
empuk. Deskripsi :
hampir sama seperti
roti pembanding
. Tidak ada perbedaan
yang signifikan.
Hasil 100 Tepung Terigu
90 Tepung Terigu dan 10 MOCAF Roti Tawar dengan Bahan Baku
Tahapan No.
tepung terigu yang biasa digunakan, serta kualitas roti yang dihasilkan dengan kombinasi MOCAF tidak sebagus roti dengan 100 persen terigu.
4.5.2 Analisis Benefit Cost Ratio
Penggunaan campuaran MOCAf pada produksi roti tawar menyebabkan perubahan biaya yang dikeluarkan untuk beberapa bahan yang digunakan.
Perubahan pada bahan baku tepung terigu dan MOCAf menyebabkan perubahan pada biaya produksi roti tawar. Hasil perhitungan benefit cost pada roti tawar
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Benefit Cost Ratio Roti Tawar
Jenis Biaya Terigu
100 MOCAF
Terigu 90 MOCAF
10 Terigu 80
MOCAF 20
Terigu 70 MOCAF
30
Bahan Baku: Tepung Terigu
1kg=Rp. 6.200 MOCAF
1kg=Rp. 8.000 Air
Mentega Gula
Pengembang Pelembut
Garam Rp. 31.000
Rp. 0
Rp. 474 Rp. 3.600
Rp. 2.160 Rp. 3.600
Rp. 1.200 Rp. 100
Rp. 27.900
Rp. 4.000
Rp. 474 Rp. 3.600
Rp. 2.160 Rp. 3.600
Rp. 1.200 Rp. 100
Rp. 24.800
Rp. 8.000
Rp. 474 Rp. 3.600
Rp. 2.160 Rp. 3.600
Rp. 1.200 Rp. 100
Rp. 21.700
Rp. 12.000
Rp. 474 Rp. 3.600
Rp. 2.160 Rp. 3.600
Rp. 1.200 Rp. 100
Upah tenaga kerja Rp. 15.000 Rp. 15.000 Rp. 15.000 Rp. 15.000
Gas + Listrik Rp. 4.575 Rp. 4.575 Rp. 4.575 Rp. 4.575
Total biaya Rp. 61.709 Rp. 62.609 Rp. 63.509 Rp. 64.409
Harga jual roti tawar Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 2.500
Total perolehan = harga jual perbuah x
30 buah Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000 Rp. 75.000
Lanjutan Tabel 8.
Biaya produksi roti tawar per buah
Rp.2.056,97 Rp.2.086,97 Rp.2.116,97 Rp.2.146,97 Marjin
Rp. 443,03 Rp. 413,03 Rp. 383,03 Rp. 353,03 Benefit Cost = Total
perolehan total
biaya 1,2154
1,1979 1,1809
1,1644
Kombinasi MOCAF terhadap roti tawar menyebabkan perubahan rincian biaya pada sebagian bahan baku roti tawar. Perubahan biaya terjadi pada bahan
baku tepung terigu dan MOCAF, sementara biaya pada bahan baku yang lainnya tidak berubah. Semakin tinggi kandungan MOCAF, maka semakin tinggi pula
biaya penggunaan MOCAF dan biaya penggunaan tepung terigu semakin menurun.
Setelah dilakukan perhitungan nilai Benefit Cost Ratio maka dapat diketahui bahwa nilai BC roti 1 sebesar 1.1979, BC roti 2 sebesar 1,1809 dan
BC roti 3 sebesar 1,1644. Karena nilai BC roti 1, roti 2, dan roti 3 lebih kecil dari BC roti pembanding, maka usaha belum dapat dipilih untuk dijalankan.
Sebagai perbandingan, dilakukan simulasi perhitungan biaya produksi dan analisis Benefit Cost Ratio
untuk pengguna jenis tepung terigu lain. Terigu yang digunakan untuk simulasi adalah terigu dengan harga yang lebih mahal, seperti
terigu Segitiga Biru dan Kunci Biru. Apabila menggunakan terigu Segitiga Biru dengan harga pasar Rp.
8.750kg, maka penggunaan kombinasi MOCAF dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan marjin. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio
diketahui bahwa penggunaan MOCAF meningkatkan nilai Ratio BC, sehingga dapat dikatakan bahwa kombinasi MOCAF secara finansial dapat dipilih untuk
membuat roti tawar, dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Segitiga Biru
Satuan Terigu
100 Terigu
90, MOCAF
10 Terigu
80, MOCAF
20 Terigu
70, MOCAF
30 Total Biaya Produksi
Rp5kg 74.459
74.084 73.709
73.334 Biaya Produksi
Rpbuah 2481,96
2469,46 2456,96
2444,46 Marjin
Rpkg 18,04
30,54 43,04
55,54 Benefit Cost
1,0073 1,0124
1,0175 1,0227
Apabila menggunakan terigu Kunci Biru dengan harga Rp. 8.150kg, maka penggunaan kombinasi 10 persen MOCAF dapat menurunkan biaya produksi dan
meningkatkan marjin. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio diketahui bahwa penggunaan kombinasi MOCAF dan terigu Kunci Biru meningkatkan nilai
Benefit Cost , sehingga secara finansial kombinasi MOCAF dapat dipilih untuk
membuat roti tawar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisis Benefit Cost Ratio pengguna terigu Kunci Biru
Satuan Terigu
100 Terigu
90, MOCAF
10 Terigu
80, MOCAF
20 Terigu
70, MOCAF
30 Total Biaya Produksi
Rp5kg 71.459
71.384 71.309
71.234 Biaya Produksi
Rpbuah 2381,97
2379,47 2376,97
2374,47 Marjin
Rpkg 118,03
120,53 123,03
125,53 Benefit Cost
1,0496 1,0507
1,0518 1,0529
Perbandingan biaya produksi roti tawar dengan penggunaan dua jenis terigu digambarkan pada grafik. Untuk lebih jelasnya, perbandingan biaya
produksi roti tawar dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Perbandingan Biaya Produksi Roti Tawar Per Buah
Setelah dilakukan perhitungan biaya produksi dan analisis BC ratio diperoleh bahwa apabila menggunakan tepung terigu yang lebih mahal, yaitu
tepung terigu Segitiga Biru dan Kunci Biru dan dikombinasikan dengan tepung MOCAF seharga Rp. 8000kg, maka dapat menurunkan biaya produksi dan
meningkatkan nilai BC ratio.
4.6 Preferensi Konsumen
Setelah dilakukan penilaian konsumen terhadap rasa, aroma, kekenyalan, kelembutan dan warna pada tiap jenis roti selanjutnya dianalisis melalui preferensi
konsumen. Data yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen akhir roti tawar diperoleh dari 30 responden. Setiap responden melakukan penilaian
setelah mencicipi tiga jenis roti bakar yaitu roti 1 bahan baku 90 persen terigu dan 10 persen
MOCAF, roti 2 bahan baku 80 persen terigu dan 20 persen MOCAF, dan roti 3 bahan baku 70 persen terigu dan 30 persen MOCAF. Data yang diperoleh dari
konsumen akhir diolah dengan metode kruskal Wallis menggunakan bantuan SPSS 16.
Preferensi konsumen dianalisis dengan menggunakan bantuan metode Kruskal Wallis terhadap lima atribut pada roti tawar yaitu warna Y1, aroma
Y2, kelembutan roti Y3, kekenyalan roti Y4, dan rasa Y5. Berdasarkan
2000,00 2100,00
2200,00 2300,00
2400,00 2500,00
Roti Pembanding
Roti 1Terigu 90, MOCAF
10 Roti 2Terigu
80, MOCAF 20
Roti 3 Terigu 70, MOCAF
30
B ia
y a
P rod
uk si
bu a
h R
p
Jenis Roti
Segitiga Biru Kunci Biru
Terigu yang digunakan oleh perusahaan
hasil analisis diketahui bahwa atribut yang mempunyai pengaruh nyata pada roti tawar adalah atribut kelembutan roti dan atribut kekenyalan roti. Atribut
kelembutan roti memiliki nilai signifikasi 0, 003 kurang dari 0,05, sehingga perlu dilakukan uju lanjut. Sedangkan atribut kekenyalan roti memiliki nilai
signifikan 0,002 kurang dari 0,05. Hasil test statistic terhadap roti bakar dapat dilihat pada Tabel 11 lampiran 7
Tabel 11. Test Statistic terhadap Roti Bakar
Warna aroma
kelembutan roti
kekenyalan roti Rasa
Chi-Square 3.994
1.032 11.612
12.620 3.219
Df 2
2 2
2 2
Asymp. Sig. .136
.597 .003
.002 .200
Setelah dilakukan uji lanjut terhadap kelembutan roti dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa kelembutan roti 3 berbeda nyata dengan
kelembutan roti 1, sedangkan kelembutan roti 2 menurut responden memiliki tekstur yang sama dengan roti 1 maupun roti 3. Sedangkan uji lanjut terhadap
kekenyalan roti diperoleh bahwa Kekenyalan roti 3 berbeda nyata dengan kekenyalan roti 2 dan roti 1, sedangkan kekenyalan roti 2 tidak berbeda nyata
dengan kekenyalan roti 1. Lihat pada lampiran 8. Hasil uji lanjut terhadap kelembutan roti dapat dilihat pada Tabel 12 dan hasil uji lanjut terhadap
kekenyalan roti dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 12. Hasil Uji Lanjut Terhadap Kelembutan Roti Bakar
Roti Superscript
N Mean
Rank Roti 3
Roti 2 Roti 1
kelembutan roti
Roti 3 A
30 34.87
Roti 2 AB
30 45.93
11.067 Roti 1
B 30
55.70 20.833
9.767 Dari hasil uji lanjut, dapat disimpulkan bahwa kelembutan roti 3 berbeda
nyata dengan kelembutan roti 1, sedangkan kelembutan roti 2 menurut responden memiliki tekstur yang sama dengan roti 1 maupun roti 3.
Tabel 13. Hasil Uji Lanjut Terhadap Kekenyalan Roti Bakar
Roti N
Mean Rank
Roti 3 Roti 2
Roti 1 kekenyalan
roti Roti 3
A 30
34.65 Roti 2
Ab 30
45.70 11.050
Roti 1 B
30 56.15
21.500 10.450
Dari hasil uji lanjut, dapat disimpulkan bahwa kekenyalan roti 3 berbeda nyata dengan kekenyalan roti 2 dan roti 1, sedangkan kekenyalan roti 2 tidak
berbeda nyata dengan kekenyalan roti 1. Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini dapat direkapitulasi seperti
pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Penelitian
No. Analisis
Hasil Penelitian
1. Teknis
Tidak terdapat kesulitan dalam proses produksi roti tawar
yang menggunakan kombinasi MOCAF.
2. Finansial Benefit Cost
Ratio Dalam penelitian ini penggunaan kombinasi
MOCAF untuk membuat roti tawar pada PD. Galuh Sari belum dapat digunakan karena
dapat menaikkan biaya produksi. Hal ini disebabkan karena harga tepung terigu yang
digunakan lebih murah dibandingkan harga MOCAF.
MOCAF berpotensi menjadi bahan baku campuran atau pengganti apabila harga terigu
yang digunakan lebih tinggi dari harga tepung MOCAF. Hal ini terbukti dari hasil
perhitungan simulasi terhadap dua jenis tepung terigu yang memiliki harga lebih tinggi
dibandingkan tepung MOCAF yaitu tepung terigu Segitiga Biru dan tepung terigu Kunci
Biru.
Lanjutan Tabel 14.
3. Preferensi Konsumen
Responden tidak dapat membedakan warna, aroma, dan rasa pada penggunaan kombinasi
MOCAF 10 persen dan tepung terigu 90 persen.
Perbedaan dirasakan ketika kombinasi MOCAF 20 persen dan kombinasi MOCAF
30 persen terhadap atribut kelembutan dan kekenyalan.
4.7 Implikasi Manajerial