DETERMINAN KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TESIS

Disusun untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : NIK AMAH

S.4309019

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu amalan, maka bersungguh-sungguhlah

dalam mengerjakan amalan lainnya.

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

.

(Q S Ala m Na syra h: 6-8)

My Life for My Love

My Love is Allah n’ All People whom Love me

(Nik Am a h)


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Determinan Kebijakan Dividen

Perusahaan Go Public Di Indonesia” dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini

disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Menyadari dalam penyusunan tesis ini penulis tidak dapat terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Prof. Dr. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta;

3. Dr. Wisnu Utoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Dr. Bandi, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Magister Akuntansi;

5. Drs. Muhammad Agung Prabowo M.Si., Ph.D., Ak., selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta;

6. Dr. Payamta, M.Si., Ak, CPA., selaku Dosen Pembimbing I, atas segala informasi, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini;


(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii Surakarta atas ilmu yang telah diberikan;

9. Ibu dan Bapak tercinta atas motivasi, doa dan dukungannya;

10.Semua kakak (mas Anto, mb. Anik, mb. Rum, mas Rus, mb. Lis, mas Arif) dan keponakanku (Julham, Rifda, Akem, Abel) tersayang yang selalu memberikan semangat, doa dan keceriaan;

11.Bapak Sigit, atas segala bantuan, cinta dan kasih sayang yang diberikan; 12.Teman-teman Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Angkatan VIII, IX, dan X atas semua kerjasamanya;

13.Rekan kerja di IKIP PGRI Madiun atas semua motivasi dan dukungannya; 14.Teman-teman di kos Mama, kos Catleya, MP3, kontrakan Sigma atas semua

kerja sama dan dukungannya.

Peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan tesis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu akuntansi.

Surakarta, Juni 2011 Peneliti


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 11

A. Investasi Saham ... 11

B. Kebijakan Dividen ... 14


(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

A. Metode Penelitian ... 36

1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 37

B. Definisi Operasional Variabel ... 37

C. Analisis Data ... 40

1. Uji Asumsi Klasik ... 40

a. Normalitas Data... 40

b. Multikolinieritas ... 40

c. Autokorelasi ... 41

d. Heteroskedastisitas ... 41

2. Pengujian Hipotesis... 42

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Pengumpulan Data ... 44

B. Statistik Deskriptif ... 45

C. Uji Asumsi Klasik ... 47

D. Uji Hipotesis... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Implikasi ... 57


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x LAMPIRAN


(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

1 Hasil Pengambilan Sampel ... 44

2 Statistik Deskriptif ... 45

3 Uji Normalitas Data ... 48

4 Uji Multikolinieritas ... 48

5 Uji Autokorelasi ... 49

6 Koefisien Determinasi... 51

7 Nilai F ... 51


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

1 Kerangka Berpikir ... 21 2 Uji Heteroskedastisitas ... 50


(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

1 Data Penelitian ... 67

2 Statistik Deskriptif ... 76

3 Uji Normalitas Data ... 77

4 Uji Regresi ... 78


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NIK AMAH S.4309019

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan go public di Indonesia tahun 2006 sampai dengan tahun 2008.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel diambil dengan menggunakan metoda purposive sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan regresi berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa: profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen perusahaan; dan masing-masing variabel independen tersebut berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Kata kunci : profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko perusahaan, ukuran perusahaan, kebijakan dividen.


(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NIK AMAH S.4309019

This research tests the effect of profitability, liquidity, investment opportunity, risk, and firm’s size on dividend policy of go public company in Indonesian over the period 2006-2008.

Population of this research is all of public companies that listed at Indonesian Stock Exchange. Sampling method uses purposive sampling method. Hypothesis test uses multiple regression analysis.

The results of this research show that: profitability, liquidity, investment opportunity, risk, and firm’s size simultaneously affect on dividend policy; and each of independent variables partially affects on dividend policy.

Keyword : profitability, liquidity, investment opportunity, risk, firm’s size, dividend policy.


(16)

commit to user

DETERMINAN KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

GO PUBLIC

DI INDONESIA

TESIS

Disusun untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : NIK AMAH

S.4309019

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat memberikan kemakmuran bagi para pemegang saham (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Manajer bertugas membuat berbagai kebijakan keuangan yang berkaitan dengan aktivitas operasional perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Salah satu kebijakan tersebut adalah kebijakan dividen perusahaan.

Ahmed dan Javid (2009) menyebutkan bahwa perilaku kebijakan dividen perusahaan merupakan isu yang mengundang perdebatan dalam literatur keuangan dan cukup mendapatkan perhatian pada negara berkembang dan emerging markets. Juhmani (2009) menjelaskan bahwa kebijakan dividen merupakan kebijakan keuangan penting yang perlu mendapat perhatian, tidak hanya dari sisi perusahaan, tetapi juga pemegang saham, karyawan dan regulator.

Manajer memiliki kepentingan yang berbeda dengan shareholder. Di satu sisi, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi hutang dengan maksud bahwa pengurangan hutang akan mengurangi cash outflow

berupa interest expense atau meningkatkan investasi yang dapat memberikan pengembalian berupa cash inflow bagi perusahaan (Suharli, 2007). Di sisi lain,


(18)

commit to user

karena ingin menikmati hasil investasi pada saham perusahaan (Suharli, 2007). Perbedaaan kepentingan inilah yang dianggap sebagai konflik keagenan dalam teori agensi (Jensen dan Meckling, 1976).

Perusahaan mengeluarkan biaya untuk mengatasi konflik keagenan yang disebut dengan biaya keagenan (agency cost) yang meliputi pengeluaran

monitoring, pengeluaran bonding, dan residual loss (Jensen dan Meckling, 1976). Mekanisme pengawasan shareholder terhadap manajemen diterapkan untuk meminimalkan biaya keagenan (agency cost) ini. Mekanisme pengawasan tersebut adalah kebijakan dividen. Shareholder menjaga agar manajemen tidak terlalu banyak memegang kas karena akan menstimulus manajemen untuk menikmati kas tersebut demi kepentingannya sendiri (Suharli, 2007). Di pihak lain, manajemen mempertahankan kebijakan pembayaran dividen, sekurang-kurangnya pembagian dividen saham (stock dividend) untuk menjaga kestabilan harga saham (Suharli, 2007).

Beberapa teori mengenai kebijakan dividen dapat menjelaskan determinan kebijakan dividen. Teori tersebut antara lain adalah signaling theory, bird in the hand theory, dan the residual theory of dividends.Signaling theory menyatakan bahwa kebijakan dividen memberikan sinyal mengenai efisiensi dan prospek perusahaan yang meliputi profitabilitas dan likuiditas perusahaan (Alli; Khan; dan Ramirez, 1993).

The residual theory of dividends menyatakan bahwa perusahaan akan membayarkan dividen hanya ketika menhghasilkan keuntungan yang tidak digunakan untuk berinvestasi (Brigham; Gapenski; dan Daves, 1998).


(19)

commit to user

Kebijakan dividen merupakan residual dari aus kas bebas. Perusahaan dengan kesempatan investasi tinggi akan membayarkan dividen yang rendah (Ahmed dan Javid, 2009). Bird in the hand theory menyebutkan bahwa return saham yang disyaratkan oleh investor meningkat jika pembagian dividen dikurangi. Penganut bird in the hand theory memandang bahwa dividen tinggi adalah yang terbaik, karena investor menyukai kepastian pengembalian investasinya dan mengantisipasi risiko ketidakpastian tentang kebangkrutan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan pengaruh positif antara risiko dan dividen perusahaan.

Juhmani (2009) menjelaskan bahwa kebijakan dividen pada satu sisi dapat meningkatkan nilai perusahaan, namun pada sisi lain kebijakan dividen dapat berdampak pada tidak tersedianya pendanaan internal yang menyebabkan perusahaan bergantung pada pendanaan eksternal dan dapat mengganggu proses ekspansi perusahaan. Dividen adalah peningkatan kesejahteraan bagi pemegang saham, namun apabila dividen terlalu besar dapat menyebabkan perusahaan tidak memiliki dana untuk melakukan re-investasi di masa depan. Kebijakan dividen dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut bisa bervariasi dari satu negara dengan negara lain.

Beberapa penelitian telah mencoba meneliti tentang determinan kebijakan dividen dengan tujuan memberikan penjelasan tentang beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Suharli dan Oktorina (2005) menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen, dengan


(20)

commit to user

menggunakan tiga variabel yaitu profitabilitas (ROI), likuiditas (CR), dan hutang (DER). Suharli dan Oktorina (2005) menyimpulkan bahwa tingkat profitabilitas dan likuiditas mempunyai hubungan positif dengan kebijakan dividen, sedangkan tingkat leverage mempunyai hubungan negatif dengan kebijakan dividen.

Penelitian oleh Jum’ah dan Carlos (2008) memberikan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tunai adalah profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi dan ekspansi, persepsi investor, risiko perusahaan dan ukuran perusahaan. Anil dan Kapoor (2008) meneliti pengaruh faktor current and anticipated earnings, liquidity, corporate tax, risk

(beta), growth opportunities terhadap kebijakan dividen, dan menyimpulkan hanya liquidity (likuiditas) dan risk (risiko) yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Suharli dan Oktorina (2005). Peneliti menambahkan dua variabel yaitu kesempatan investasi dan ukuran perusahaan dengan mengacu pada penelitian Juma’h dan Carlos (2008). Peneliti juga mengacu pada pernyataan Alli et al. (1993) bahwa dividen memberikan sinyal informasi kepada para investor mengenai efisiensi perusahaan termasuk profitabilitas, likuiditas dan kesempatan investasi. Kesempatan investasi menandakan bahwa perusahaan sedang tumbuh. Kesempatan investasi yang diwujudkan perusahaan dengan penambahan aktiva tetap kemudian akan terakumulasi dalam total aktiva dimana total aktiva tersebut menunjukkan ukuran perusahaan. Pemikiran ini menjadi dasar


(21)

commit to user

peneliti memasukkan ukuran perusahaan sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini.

Motivasi peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai determinan kebijakan dividen yang bermanfaat bagi investor dan perusahaan. Investor dapat mempertimbangkan aspek profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko, dan ukuran perusahaan ketika akan melakukan keputusan investasi karena aspek tersebut berdampak pada dividen yang diterima. Pada sisi lain, perusahaan dapat memberikan sinyal positif melalui kebijakan dividen kepada investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Peneliti menilai perlu melakukan penelitian kembali tentang determinan kebijakan dividen di Indonesia karena adanya perbedaan hasil penelitian. Beberapa penelitian tersebut antara lain Ahmed dan Javid (2009) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen, namun Anil dan Kapoor (2008) tidak menemukan hubungan antara profitabilitas dan kebijakan dividen perusahaan.

Juhmani (2009) menyatakan bahwa penelitian tentang kebijakan dividen antar negara dapat memberikan hasil yang berbeda tergantung kondisi negara tersebut. Afza dan Mirza (2010) menyebutkan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Di sisi lain, Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa investor menyukai dividen sehingga terkadang mengabaikan kesempatan investasi yang ditandai dengan tingkat pertumbuhan dan lebih menyukai jika arus kas yang ada dibagikan dalam bentuk dividen. Aspek likuiditas juga menarik untuk diteliti karena


(22)

commit to user

Juma’h dan Carlos (2008) menemukan hubungan positif antara likuiditas dan dividen, namun apabila likuiditas ditujukan untuk aktivitas investasi di masa depan atau ditahan dalam bentuk kas atau ditujukan untuk membayar hutang, maka pengaruh antara likuiditas dan dividen bisa negatif.

Risiko perusahaan juga merupakan variabel yang perlu diteliti kembali sebagai faktor penentu kebijakan dividen. Kapoor, Anil, dan Misra (2010) menyebutkan bahwa risiko perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Di sisi lain, risiko yang tinggi juga dapat menyebabkan investor meminta perusahaan meningkatkan return mereka karena adanya risiko yang semakin besar.

Faktor ukuran perusahaan juga perlu diteliti kembali sebagai salah satu determinan kebijakan dividen perusahaan. Osman dan Mohammed (2010) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan akan berdampak positif terhadap pembayaran dividen tetapi menurut Jensen dan Meckling (1976) apabila investor berorientasi jangka panjang, maka perusahaan hendaknya membagi dividen dalam jumlah kecil agar pertumbuhan perusahaan semakin tinggi, perusahaan beroperasi lebih stabil dan memiliki prospek keuntungan yang baik di masa depan.

Perbedaan antara hasil penelitian dengan fenomena yang ada juga menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian kembali mengenai kebijakan dividen di Indonesia. Dalam prakteknya, perusahaan cenderung membayarkan dividen relatif stabil, tanpa melihat peningkatan atau penurunan laba. Kemungkinan penyebabnya adalah bahwa dividen mempunyai


(23)

commit to user

kandungan informasi, dimana peningkatan atau penurunan pembayaran dividen sering ditafsirkan sebagai keyakinan manajemen akan prospek perusahaan. Peningkatan pembayaran dividen ditafsirkan sebagai harapan manajemen akan meningkatnya kinerja perusahaan di masa datang. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen ditafsirkan akan memburuknya kondisi perusahaan di masa datang (Husnan, 2000).

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang disampaikan di atas, peneliti mengambil judul “DETERMINAN KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan hasil penelitian tentang kebijakan dividen antar negara (Juhmani, 2009). Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang determinan kebijakan dividen pada perusahaan go public di Indonesia. Kemampuan perusahaan membayarkan dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Perusahaan dengan tingkat keuntungan (profitabilitas) serta cash flow tinggi cenderung memiliki masalah keagenan, oleh karena itu perusahaan membayarkan dividen yang tinggi pula untuk mengurangi masalah keagenan dan mengurangi free cash flow (Sawicki, 2002).

Perusahaan yang likuid adalah perusahaan yang mampu dengan segera membayar kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas atau cash flow position


(24)

commit to user

(1993) pembayaran dividen tergantung pada cash flow yang lebih merefleksikan kemampuan perusahaan untuk membayara dividen.

Perusahaan dengan kesempatan investasi yang tinggi akan merasa perlu untuk menjaga pembayaran dividen minimum untuk menghindari

external financing costs, dan untuk memenuhi kebutuhan investasinya (Rozeff, 1982; Holder, Langrehr, dan Hexter, 1998). Menurut Masulis dan Trueman (1986) perusahaan yang memiliki banyak kesempatan menguntungkan lebih memilih untuk tidak membayarkan dividen dan melakukan penggunaan retained earnings (laba ditahan) untuk mencukupi kebutuhan investasi. Pernyataan Rozeff (1982), Holder et al. (1998), serta Masulis dan Trueman (1986) ini sesuai dengan the residual theory of dividends yang menyebutkan bahwa perusahaan akan membagikan dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan yang tidak digunakan untuk berinvestasi.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bird in the hand theory

memandang bahwa dividen tinggi adalah yang terbaik, karena investor lebih suka kepastian tentang pengembalian investasinya serta mengantisipasi risiko ketidakpastian tentang kebangkrutan perusahaan. Dividen adalah tingkat pengembalian yang pasti bagi investor sehingga ketika risiko perusahaan meningkat maka investor dapat meminta perusahaan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Hal ini berarti bahwa hubungan antara risiko perusahaan dengan kebijakan dividen adalah positif.


(25)

commit to user

Ukuran perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Juhmani, 2009). Semakin besar ukuran dan profitable suatu perusahaan maka akan semakin besar pula dividen yang dibayarkan.

Sesuai dengan pemaparan latar belakang permasalahan yang ada, pertanyaan penelitian dapat dirumuskan berikut ini.

1. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan?

2. Apakah likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan?

3. Apakah kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan?

4. Apakah risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan?

5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Menguji tentang pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen perusahaan.

2. Menguji tentang pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen perusahaan.


(26)

commit to user

3. Menguji tentang pengaruh kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen perusahaan.

4. Menguji tentang pengaruh risiko perusahaan terhadap kebijakan dividen perusahaan.

5. Menguji tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

1. Investor

Investor dapat menggunakan sinyal yang diberikan perusahaan berkaitan dengan kebijakan dividen untuk mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang dalam pengambilan keputusan investasi.

2. Perusahaan

Perusahaan dapat memberikan sinyal positif atau informasi melalui kebijakan dividen kepada para investor dan menjadi masukan untuk pengambilan keputusan bagi perusahaan.

3. Akademisi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan atau informasi dan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya tentang kebijakan dividen.


(27)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi Saham

Tandelilin (2001) menjelaskan investasi sebagai suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah dana keuntungan di masa yang akan datang. Jogiyanto (2000) mengartikan investasi sebagai penundaan-penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Keputusan untuk melaksanakan investasi tersebut didasarkan pada tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko, serta hubungan antara return dan risiko.

Investasi yang paling banyak dikenal masyarakat adalah investasi dalam bentuk saham. Menurut Tandelilin (2001) saham merupakan surat bukti kepemilikan atas asset perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Investor dengan kepemilikan saham suatu perusahaan memiliki hak atas pendapatan dan kekayaan perusahaan tersebut setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.

Sampai saat ini ada dua jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal yaitu saham biasa dan saham preferen. Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Saham preferen (preferred stock) merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara saham biasa dengan saham obligasi.


(28)

commit to user

1. Saham Biasa (Common Stock)

Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan dan hak preemptive

(Jogiyanto, 2000).

a. Hak kontrol, yaitu pemegang jenis saham ini berhak memilih dewan direksi. Ini berarti pemegang saham mempunyai mempunyai hak untuk mengontrol siapa yang akan memimpin perusahaannya.

b. Hak menerima pembagian keuntungan, yaitu hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian keuntungan perusahaan.

c. Hak preemptive, yaitu hak untuk mendapatkan presentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen adalah saham yang diperjualbelikan dengan memberikan suku bunga yang tetap kepada investor. Karakteristik dari saham preferen adalah memiliki hak preferen terhadap dividen dan hak preferen pada waktu likuidasi (Jogiyanto, 2000).

a. Hak preferen terhadap dividen, yaitu hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.

b. Hak preferen pada waktu likuidasi, yaitu hak pemegang saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham biasa pada saat terjadinya


(29)

commit to user

likuidasi. Besarnya hak atas aktiva pada saat likuidasi adalah sebesar nilai nominal saham preferennya termasuk semua dividen yang belum dibayar jika bersifat kumulatif.

Untuk menarik minat investor terhadap saham preferen dan untuk memberikan beberapa alternatif yang menguntungkan baik bagi investor atau bagi perusahaan yang mengeluarkan saham preferen, maka beberapa saham preferen telah dibentuk sebagai berikut ini.

a. Convertible Preferred Stock

Untuk menarik minat investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambah bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Saham preferen yang dapat dikonversikan ke saham biasa seperti ini disebut dengan convertible preferred stock.

b. Callable Preferred Stock

Callable preferred stock adalah saham preferen yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali (menebus) saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya.

c. Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock

Saham preferen semacam ini tidak membayar dividen secara tetap. Tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill.


(30)

commit to user

B. Kebijakan Dividen

Menurut Baridwan (2004) pembagian dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham. Dividen yang diterima oleh pemegang saham jumlahnya tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki. Suharli (2007) mengartikan pembagian dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Terkait dengan dividen terdapat tiga tanggal penting yaitu pengumuman, pencatatan, dan pembayaran atau pembagian. Pada umumnya dividen tunai lebih menarik daripada dividen saham. Dalam PSAK No. 23, Ikatan Akuntan Indonesia (2004) merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu.

Menurut Tandelilin (2001) terdapat beberapa bentuk dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham.

1. Dividen Kas (Cash Dividends)

Dividen kas adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai (kas). Dividen kas merupakan bentuk yang paling umum yang dibagikan oleh perusahaan. Apabila perusahaan memutuskan akan membagikan dividen dalam bentuk dividen kas maka perusahaan harus mempertimbangkan apakah jumlah uang kas yang ada dalam perusahaan mencukupi untuk pembagian dividen tersebut atau tidak.


(31)

commit to user

2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividends)

Selain dalam bentuk kas, dividen dapat pula dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas disebut property dividends. Aktiva lain yang dibagikan bisa berbentuk surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan, barang dagangan, dan aktiva-aktiva lainnya.

3. Dividen Utang (Scrip Dividends)

Kadang-kadang saldo kas yang ada dalam perusahaan tidak mencukupi untuk pembagian dividen, sedangkan laba yang tidak dibagi saldonya mencukupi untuk pembagian dividen tersebut. Jika terjadi demikian, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividends, yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang. 4. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan pengembalian modal. Biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk periode tersebut. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.

5. Dividen Saham (Stock Dividends)

Dividen saham adalah dividen yang dibagi dalam bentuk saham. Dalam hal ini para pemegang saham akan diberikan tambahan saham tanpa harus membayar. Banyaknya saham yang diberikan adalah sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.


(32)

commit to user

Besarnya dividen tergantung kebijakan dividen masing-masing perusahaan (Suharli, 2007). Menurut Baridwan (2004) kebijakan pembayaran dividen (dividend policy) merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang dihasilkan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditanam perusahaan.

Sartono (1996) mengemukakan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan untuk pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

Ada berbagai macam kebijakan dividen menurut Riyanto (2001) yaitu sebagai berikut ini.

1. Kebijakan Dividen Per Saham yang Stabil

Kebijakan ini maksudnya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap sampai jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi.

2. Kebijakan Dividen dengan Penetapan payout ratio yang Konstan

Kebijakan ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar setiap tahunnya berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya, besarnya dividen yang dibagikan ditetapkan dengan persentase tertentu.

3. Kebijakan Dividen dengan Penetapan Jumlah Dividen Minimal dan Ditambah Jumlah Ekstra

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah per lembar saham setiap tahunnya. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk.


(33)

commit to user

Tetapi kalau keadaan perusahaan baik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambah dengan dividen ekstra.

4. Kebijakan Dividen yang Fleksibel

Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout yang fleksibel. Besar dividend payout setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa teori mengenai kebijakan dividen telah dikembangkan oleh para pakar di bidang akuntansi dan manajemen keuangan. Untuk itu penilitian mencoba memaparkan beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini

1. The Residual Theory of Dividends

Brigham et al. (1998) menyatakan teori ini memandang bahwa perusahaan akan membayarkan dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan (gains) yang tidak digunakan untuk berinvestasi. Perusahaan dengan kesempatan investasi tinggi menandakan perusahaan tersebut sedang tumbuh. Perusahaan yang sedang tumbuh membutuhkan dana yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Kebutuhan dana ini dapat diatasi dengan dua alternatif sumber dana yaitu sumber intern atau ekstern. Jika perusahaan yang sedang tumbuh memilih untuk memenuhi kebutuhan dana dari sumber intern yaitu dengan menahan laba yang diperolehnya (tidak dibagikan sebagai dividen), maka kebijakan dividen menjadi rendah.


(34)

commit to user

2. Bird in the Hand Theory

Brigham et al. (1998) menyebutkan teori yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner ini berpendapat bahwa return saham yang disyaratkan oleh investor meningkat jika pembagian dividen dikurangi. Hal itu terjadi karena investor merasa lebih yakin terhadap penerimaan pembayaran dividen dari pada capital gain yang akan dihasilkan dari laba ditahan (Brigham et al., 1998). Mereka menyatakan bahwa investor menilai komponen hasil dividen lebih kecil risikonya daripada capital gain yang dihasilkan dari laba ditahan. Penerimaan hasil dividen ini lebih pasti sebagaimana burung di tangan daripada mengharap

capital gain dari laba ditahan sebagaimana mengharap burung terbang. 3. Signaling Theory

Signaling theory ini menyatakan bahwa kebijakan dividen memberikan sinyal mengenai efisiensi dan prospek perusahaan. Signaling theory memandang kenaikan dividen merupakan suatu sinyal bagi investor mengenai peningkatan efisiensi dan prospek perusahaan. Sebaliknya penurunan dividen diyakini oleh investor sebagai sinyal prospek perusahaan menurun atau perusahaan mungkin akan mengalami kerugian di waktu mendatang (Brigham et al., 1998).

C. Kerangka Berpikir

Peneliti mengacu pada ketiga teori yang dijelaskan di atas dalam melaksanakan penelitian ini. Variabel independen yang diuji dalam penelitian ini meliputi profitabilitas,likuiditas, kesempatan investasi, risiko dan ukuran perusahaan. Peneliti menguji variabel profitabilitas, likuiditas, dan


(35)

commit to user

kesempatan investasi dengan mengacu signaling theory serta pernyataan Alli

et al. (1993) bahwa pembayaran dividen kas memberikan sinyal informasi kepada investor mengenai efisiensi perusahaan yang meliputi profitabilitas, likuiditas, dan kesempatan investasi perusahaan.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Suharli dan Oktorina, 2005). Berkaitan dengan profitabilitas perusahaan, signaling theory menyatakan bahwa kebijakan dividen yang tinggi merupakan sinyal meningkatnya profitabilitas perusahaan (Ismiyanti dan Hanafi, 2003). Pihak manajemen akan membayar dividen untuk memberi sinyal kepada investor mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian, perusahaan dengan profitabilitas tinggi membayarkan dividen yang tinggi pula (Suharli, 2007).

Menurut Suharli dan Oktorina (2005) likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Signaling theory menyebutkan bahwa kebijakan dividen juga memberikan sinyal mengenai likuiditas perusahaan. Perusahaan yang likuid tidak perlu menahan laba untuk membayar kewajibannya jangka pendeknya, sedangkan perusahaan yang kurang atau tidak likuid merasa perlu menahan laba untuk membayar kewajiban jangka pendeknya sehingga akan mempengaruhi kebijakan dividennya (Brigham et al., 1998). Suharli dan Oktorina (2005) menyimpulkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi memungkinkan pembayaran dividen tinggi pula.


(36)

commit to user

Pemilihan variabel kesempatan investasi berdasarkan pada the residual theory of dividends yang menyatakan bahwa perusahaan akan membayarkan dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan yang tidak digunakan untuk berinvestasi (Brigham et al., 1998). Perusahaan dengan kesempatan investasi tinggi akan lebih memilih arus kas dalam perusahaan untuk membiayai investasinya daripada membagikannya dalam bentuk dividen. Perusahaan dengan kesempatan investasi tinggi membayarkan dividen lebih rendah (Ahmed dan Javid, 2009).

Variabel independen berikutnya adalah risiko. Peneliti memilih risiko sebagai salah satu variabel independen dengan mengacu pada bird in the hand theory yang memandang bahwa dividen tinggi adalah yang terbaik. Investor lebih menyukai kepastian pengembalian investasinya serta mengantisipasi risiko ketidakpastian kebangkrutan perusahaan. Teori tersebut juga memandang bahwa semakin tinggi risiko maka semakin tinggi dividen yang disyaratkan investor kepada perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006) .

Pemilihan variabel ukuran perusahaan berdasarkan pemikiran bahwa kesempatan investasi yang diwujudkan perusahaan dengan penambahan aktiva tetap kemudian akan terakumulasi dalam total aktiva. Total aktiva tersebut dapat digunakan untuk mengetahui ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan maka investor tidak dapat secara efektif mengamati kinerja perusahaan sehingga menyebabkan tingginya masalah keagenan. Oleh karena itu, investor meminta pembayaran dividen tinggi sebagai fungsi pengawasan secara tidak langsung. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi dividen yang dibayarkan (Sawicki, 2002). Mengacu pada


(37)

commit to user

penjelasan teori di atas, maka kerangka pemikiran dari penelitian adalah berikut ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Variabel indenpeden : profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko, ukuran perusahaan

Variabel dependen : kebijakan dividen perusahaan

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

1. Profitabilitas dan Kebijakan Dividen

Signaling theory menyatakan bahwa kebijakan dividen memberikan sinyal mengenai efisiensi dan prospek perusahaan. Signaling theory memandang dividen tinggi merupakan sinyal meningkatnya

Profitabilitas (Pofit)

Likuiditas (Lik) Kesempatan Investasi (KI)

Risiko (Risk) Ukuran Perusahaan (Size)

Kebijakan Dividen Ha1 (+)

Ha2 (+)

Ha3 (-)

Ha4 (+)


(38)

commit to user

profitabilitas perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Suharli dan Oktorina, 2005). Pihak manajemen akan membayar dividen untuk memberi sinyal kepada investor mengenai keberhasilan perusahaan membukukan profit (laba). Selama dividen yang dibagikan diambil dari alokasi laba perusahaan, semakin tinggi laba maka semakin tinggi pula kebijakan dividen (Osman dan Mohammed, 2010).

Penelitian oleh Ahmed dan Javid (2009) mengkonfirmasi bukti empiris bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Ahmed dan Javid (2009) menyebutkan bahwa semakin besar profitabilitas perusahaan, maka semakin stabil laba yang dihasilkan dan semakin besar arus kas yang dimiliki. Hal ini berdampak pada perusahaan yang cenderung membayar dividen dalam jumlah yang besar untuk menarik investor agar berinvestasi pada perusahaan tersebut. Penemuan tersebut juga didukung oleh Cheng, Gay Fung, dan Leung (2008) yang menyatakan bahwa pembayaran dividen kas adalah sebuah sinyal yang baik bagi pasar tentang profitabilitas perusahaan di masa depan. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Dividen yang tinggi merupakan sinyal akan meningkatnya profitabilitas perusahaan di masa depan (Ismiyanti dan Hanafi, 2003). Manajemen memberikan sinyal positif melalui pembagian dividen, sehingga investor mengetahui bahwa terdapat peluang investasi di masa depan yang menjanjikan bagi nilai perusahaan. Peningkatan pembayaran dividen akan direspon oleh pasar yang menyebabkan peningkatan nilai


(39)

commit to user

perusahaan. Perusahaan yang membayar dividen dianggap lebih profitable

dan memiliki prospek yang baik di masa depan.

Juhmani (2009) menyatakan bahwa beberapa riset menunjukkan kecenderungan pembayaran dividen akan meningkat ketika laba perusahaan mengalami peningkatan. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal dengan cara membayar dividen dengan tujuan menunjukkan kepada para investor bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa depan.

Menurut Levy dan Sarnat (1990) besarnya dividen tergantung pada besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan kebijakan dividen atau keputusan mengenai besarnya bagian keuntungan yang akan dibagikan pada pemegang saham dan bagian yang akan ditahan oleh perusahaan sebagai retained earnings. Kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan.

Sawicki (2002) menyatakan perusahaan yang memiliki profitabilitas dan cash flow yang tinggi akan cenderung memiliki masalah keagenan yang tinggi pula jika cash disalahgunakan. Oleh karena itu, perusahaan membayarkan dividen tinggi untuk mengurangi free cash flow

dan masalah keagenan. Jika perusahaan membayarkan dividen, maka hal ini akan memberikan sinyal positif bagi shareholders, namun sebaliknya jika perusahaan tidak membayarkan dividen maka akan memberikan sinyal negatif bagi sharehoders.

Suharli (2007) menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen tunai secara positif. Suharli (2007) menggunakan dua


(40)

commit to user

rasio yaitu ROI dan ROE dalam penelitiannya untuk memproksikan profitabilitas perusahaan. Berbanding terbalik dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, menurut Anil dan Kapoor (2008) tidak terdapat hubungan antara profitabilitas dengan dividend payout ratio.

Berdasarkan penjelasan teori dapat disimpulkan bahwa pembayaran dividen perusahaan merupakan fungsi dari keuntungan. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan mampu untuk membayarkan dividen yang tinggi pula. Berdasarkan analisis dan temuan yag ada hipotesis alternatif pertama yang diajukan dalam penelitian adalah berikut ini.

Ha1: profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

perusahaan.

2. Likuditas dan Kebijakan Dividen

Menurut Brigham et al. (1998) signaling theory mengungkapkan bahwa pembayaran dividen kas juga berperan memberikan sinyal informasi kepada investor mengenai likuiditas perusahaan. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya (Suharli dan Oktorina, 2005). Perusahaan yang likuid tidak perlu menahan laba yang diperoleh untuk membayar kewajibannya, namun justru membagikan dividen untuk mengurangi masalah keagenan dan penyalahgunaan cash. Perusahaan yang kurang atau tidak likuid perlu menahan laba yang diperoleh untuk


(41)

commit to user

membayar kewajiban jangka pendeknya, sehingga akan berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan bersangkutan.

Afza dan Mirza (2010) memberikan bukti empiris bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Afza dan Mirza (2010) menyatakan perusahaan dengan likuiditas tinggi memiliki cash flow yang tinggi pula. Oleh karena itu perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung membayarkan dividen yang tinggi.

Holder et al. (1998) menyatakan pentingnya likuiditas perusahaan terhadap kebijakan dividen dan menemukan pengaruh positif likuiditas terhadap kebijakan dividen. Banyak perusahaan yang mengumumkan dividen namun tidak memiliki cukup kas untuk membayarnya (Kapoor et al., 2010). Hal ini memunculkan pemikiran bahwa aspek likuiditas merupakan faktor yang penting dalam pembayaran dividen. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka akan semakin besar dividen yang dibayarkan. Dalam penelitian ini likuiditas diproksikan dengan current ratio.

Wann dan Long (2009) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Likuiditas perusahaan menunjukkan ketersediaan kas dalam perusahaan yang dapat menjelaskan perubahan rasio dividen perusahaan dan profitabilitas perusahaan di masa depan. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan memiliki rasio pembayaran dividen yang tinggi pula. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan


(42)

commit to user

dividen perusahaan. Pengaruh positif likuiditas terhadap kebijakan dividen juga dibuktikan oleh Anil dan Kapoor (2008), Juma’h dan Carlos (2008), Lintner (1956), serta Sawicki (2002).

Kesimpulan dari penjelasan teori di atas bahwa kebijakan dividen juga memberikan sinyal mengenai likuiditas perusahaan. Likuiditas perusahaan yang tinggi sama artinya memiliki kondisi cash flow yang tinggi pula. Oleh karena itu perusahaan dengan likuiditas tinggi akan membayarkan dividen yang tinggi. Berdasarkan analisis dan temuan di atas, hipotesis alternatif kedua yang diajukan dalam penelitian adalah berikut ini.

Ha2: likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

perusahaan.

3. Kesempatan Investasi dan Kebijakan Dividen

Selain profitabilitas dan likuiditas, kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. The residual theory of dividends oleh Brigham et al. (1998) menyatakan bahwa perusahaan akan membayarkan dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan (gains) yang tidak digunakan untuk berinvestasi. Perusahaan akan merasa perlu menjaga pembayaran dividen minimum ketika mempunyai kesempatan investasi untuk menghindari external financing costs. Perusahaan yang sedang tumbuh membutuhkan dana yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Kebutuhan dana ini dapat diatasi dengan dua alternatif sumber dana yaitu sumber intern atau ekstern.


(43)

commit to user

Jika perusahaan yang sedang tumbuh memilih untuk memenuhi kebutuhan dana dari sumber intern yaitu dengan menahan laba yang diperolehnya (tidak dibagikan sebagai dividen), maka kebijakan dividen mungkin akan terpengaruh.

Wijaya, Bandi, dan Anas (2010) menyatakan bahwa para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di sisi lain, perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang saham.

Afza dan Mirza (2010) memberikan bukti empiris bahwa hubungan antara kesempatan investasi dengan dividen adalah negatif. Afza dan Mirza (2010) menyebutkan perusahaan akan membayar dividen jika telah memastikan perusahaan telah melakukan kebijakan investasi pada level yang cukup. Ketersediaan dana dalam perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk melakukan investasi. Tujuannya agar investasi tersebut dapat memberikan keuantungan bagi perusahaan di masa depan dan dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dalam jangka pendek, kas bebas yang digunakan untuk melakukan investasi akan menyebabkan jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pada saat ini menjadi menurun.

Ahmed dan Javid (2009) mendukung hasil penelitian Afza dan Mirza (2010). Menurut Ahmed dan Javid (2009) kebijakan dividen merupakan residual dari penggunaan arus kas bebas perusahaan. Terlebih


(44)

commit to user

dahulu arus kas bebas akan digunakan untuk melakukan investasi. Apabila sisa arus kas bebas positif maka perusahaan membagikan dividen berupa kas namun, apabila arus kas bebas negatif maka perusahaan membagi dividen dalam bentuk saham.

Menurut Atmini (2004) salah satu masalah antara manajer dan pemegang saham yaitu pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi, sementara manajer sebaliknya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung untuk membayar dividen lebih besar agar dapat mengalihkan sumber dana perusahaan agar tidak ditanamkan dalam proyek dengan net present value

yang negatif. Hal ini juga memperkecil biaya keagenan yang berkaitan dengan aliran kas bebas. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi membayar dividen lebih kecil karena akan diinvestasikan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.

Jensen dan Meckling (1976) menegaskan bahwa pada keadaan-keadaan tertentu dimana perusahaan memiliki kesempatan investasi lebih banyak dan ketersediaan cash flow yang terbatas, maka shareholder akan meningkatkan toleransi terhadap dividend payout ratio yang rendah. Mereka menemukan hubungan negatif antara dividend payout dengan kesempatan investasi. Hasil penelitian Rozeff (1982) juga menunjukkan hubungan negatif signifikan antara pertumbuhan penjualan (proksi kesempatan investasi) dengan dividend payout.

Masulis dan Trueman (1986) dengan mengembangkan model penelitian Rozzef (1982) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki


(45)

commit to user

banyak kesempatan menguntungkan akan lebih memilih untuk tidak membayarkan dividen dan melakukan penggunaan retained earnings (laba ditahan).

Osman dan Mohammed (2010) menyatakan bahwa perusahaan selalu berusaha mengembangkan aktivitas operasionalnya. Perusahaan membutuhkan dana untuk dapat tumbuh dan berkembang. Kesempatan investasi yang tinggi menunjukkan perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga kesempatan investasi perusahaan berbanding terbalik dengan kebijakan dividen perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan menggunakan dana yang ada dalam perusahaan untuk melakukan investasi daripada dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.

Suharli (2007) mengidentifikasikan bahwa perusahaan dengan kesempatan investasi tinggi menggunakan dana yang seharusnya dibagikan kepada pemegang saham untuk mengatasi underinvestment, sedangkan perusahaan dengan kesempatan investasi rendah membagikan dividen lebih tinggi untuk mengatasi masalah overinvestment. Pernyataan Suharli (2007) tersebut didukung oleh Sawicki (2002) dengan memberikan bukti yang signifikan bahwa expected growth dan historical growth

(proksi kesempatan investasi) berhubungan negatif dengan dividend payout. Kontra dengan penelitian-penelitian sebelumnya, Anil dan Kapoor (2008) mengungkapkan hubungan yang tidak signifikan antara sales growth dan MTBV ratio (proksi kesempatan investasi) dengan kebijakan dividen.


(46)

commit to user

Kesimpulan dari penjelasan teori di atas bahwa kebijakan dividen merupakan residual dari penggunaan arus kas bebas. Perusahaan yang memiliki kesempatan investasi tinggi akan menggunakan arus kas (cash flow) yang ada dalam perusahaan untuk membiayai investasi terlebih dulu. Hal tersebut menyebabkan pengaruh negatif kesempatan investasi dengan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan analisis dan hasil penelitian yang ada, maka hipotesis alternatif ketiga yang diajukan dalam penelitian adalah berikut ini.

Ha3: kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

perusahaan.

4. Risiko Perusahaan dan Kebijakan Dividen

Risiko adalah ketidakpastian pengembalian dihubungkan dengan asset tertentu (Pruit dan Gitman, 1991). Berkaitan dengan risiko ini, bird in the hand theory menyebutkan bahwa return saham yang disyaratkan investor meningkat ketika pembagian dividen dikurangi. Hal itu terjadi karena investor lebih yakin terhadap penerimaan pembayaran dividen daripada penerimaan capital gain yang dihasilkan dari laba ditahan (Brigham et al., 1998). Penganut bird in the hand theory memandang bahwa dividen tinggi adalah yang terbaik, karena investor lebih suka kepastian tentang pengembalian investasinya serta mengantisipasi risiko ketidakpastian kebangkrutan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976).

Risiko dalam penelitian ini diproksikan dengan leverage. Perusahaan dengan leverage tinggi memiliki risiko yang tinggi terkait


(47)

commit to user

dengan risiko kegagalan hutang yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Beberapa jenis investor tidak menyukai risiko (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Dividen adalah tingkat pengembalian yang pasti bagi investor sehingga ketika risiko perusahaan meningkat maka investor dapat meminta perusahaan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Wahyudi dan Pawestri (2006) mengkonfirmasi bukti empiris bahwa risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) ini mendukung penelitian Jensen dan Meckling (1976).

Selain penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006) serta Jensen dan Meckling (1976) yang mendukung bird in the hand theory, juga terdapat penelitian yang kontra dengan bird in the hand theory. Afza dan Mirza (2010) menyebutkan bahwa leverage yang besar adalah risiko yang besar bagi perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan dengan leverage yang tinggi akan membayar dividen pada level yang rendah. Perusahaan berusaha menjaga keseimbangan penggunaan kas perusahaan antara pembayaran hutang dan dividen. Pembayaran hutang akan menyebabkan jumlah arus kas bebas berkurang dalam perusahaan sehingga kas yang tersedia untuk membayar dividen manjadi semakin kecil. Menurut Afza dan Mirza (2010) hubungan antara leverage dan kebijakan dividen adalah negatif.

Almilia dan Sifa (2006) menyatakan bahwa dua bentuk hubungan keagenan yang terpengaruh oleh kebijakan deviden adalah hubungan pemegang saham-kreditur dan hubungan manajer-pemegang saham.


(48)

commit to user

Pemegang saham menginginkan dividen sebesar mungkin, sementara kreditur menginginkan jaminan keamanan atas pengembalian pinjaman yang diberikannya termasuk ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Pembayaran dividen yang terlalu besar akan menyebabkan jumlah kas yang tersedia dalam perusahaan menjadi berkurang. Hal itu menyebabkan kreditur menekan perusahaan agar tidak membayar dividen terlalu besar dengan tujuan kreditur memperoleh keamanan atas pengembalian pinjaman yang ada di dalam perusahaan.

Anil dan Kapoor (2008) mengungkapkan bahwa perusahaan dengan tingkat risiko yang tinggi (memiliki laba yang volatile) membayarkan dividen yang rendah jika dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba yang stabil. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari pemotongan dividen ketika laba sedang turun.

Cheng et al. (2008) menyatakan bahwa leverage merupakan proksi dari risiko perusahaan. Semakin besar leverage berarti akan semakin besar kemungkinan kebangkrutan perusahaan karena risiko kegagalan yang besar dalam membayar hutang. Penggunaan kas dalam perusahaan harus lebih dikendalikan antara melakukan investasi, membayar hutang dan membayar dividen. Semakin besar leverage perusahaan maka semakin besar risiko perusahaan, perusahaan mengantisipasi risiko tersebut dengan membayar dividen pada tingkat yang rendah. Pengaruh negatif risiko terhadap kebijakan dividen juga dibuktikan oleh Juma’h dan Carlos (2008), Kapoor et al. (2010), Osman dan Mohammed (2010), serta Sawicki (2002).


(49)

commit to user

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan risiko tinggi memiliki kemungkinan kebangkrutan yang besar. Ditinjau dari sudut investor, dividen yang disyaratkan investor kepada perusahaan menjadi tinggi ketika perusahaan memiliki risiko tinggi. Investor menyukai dividen tinggi karena dividen adalah tingkat pengembalian yang pasti serta mengantisipasi risiko kebangkrutan perusahaan. Mengacu pada analisis tersebut, maka hipotesis alternatif keempat yang diajukan dalam penelitian adalah berikut ini.

Ha4: risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen

perusahaan.

5. Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen

Ukuran perusahaan merupakan faktor potensial yang dapat berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan Osman dan Mohammed, 2010). Jika ukuran perusahaan meningkat maka pemegang saham tidak dapat secara efektif mengamati kinerja perusahaan yang disebabkan tingginya masalah keagenan. Hal ini akan menyebabkan pemegang saham meminta pembayaran dividen yang tinggi sebagai fungsi pengawasan secara tidak langsung (Sawicki, 2002).

Afza dan Mirza (2010) mengkonfirmasi bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berbanding lurus dengan kebijakan dividen. Afza dan Mirza (2010) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen di Negara Pakistan. Perusahaan yang besar cenderung memiliki pertumbuhan


(50)

commit to user

yang tinggi, memiliki akses yang baik ke sumber modal dan aktivitas operasi yang stabil. Perusahaan dengan ukuran yang besar lebih aman untuk berinvestasi karena lebih kuat apabila dihadapkan pada financial constraint.

Ahmed dan Javid (2009) menyebutkan bahwa pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen adalah positif. Perusahaan dengan aktiva yang besar akan lebih terdiversifikasi, memiliki kekuatan untuk mengakses sumber pendanaan dan jauh dari risiko kebangkrutan. Juhmani (2009) menyatakan bahwa secara teoritis, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula jumlah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan.

Kapoor et al. (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang besar memiliki akses yang lebih baik terutama dalam pendaan eksternal dan ketika akan mengeluarkan hutang. Perusahaan dengan ukuran yang besar cenderung memiliki aktivitas operasional yang beragam, aliran kas yang lebih teratur dan laba yang tidak terlalu berfluktuasi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil penelitian Kapoor et al. (2010) juga didukung oleh Musa dan Fodio (2009) serta Osman dan Mohammed (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari teori di atas adalah semakin besar ukuran perusahaan maka investor semakin tidak dapat mengamati kinerja perusahaan secara efektif. Hal tersebut menimbulkan masalah keagenan yang tinggi. Oleh karena itu, investor meminta pembayaran


(51)

commit to user

dividen yang tinggi sebagai fungsi pengawasan tidak langsung. Berdasarkan analisis dan temuan di atas, hipotesis alternatif kelima yang diajukan dalam penelitian adalah berikut ini.

Ha5: ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen


(52)

commit to user

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan 2008. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purposive sampling, artinya bahwa populasi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai dengan yang dikehendaki peneliti. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel adalah sebagai berikut: a. Sampel adalah semua perusahaan yang telah terdaftar pada BEI (non-keuangan) dan membagikan dividen sejak tahun 2006 sampai dengan 2008.

b. Perusahaan sampel telah menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah dan tidak de-listing selama 2006-2008.

c. Perusahaan sampel menerbitkan laporan tahunan yang diaudit yang berakhir pada tanggal 31 Desember. Ini bertujuan untuk menghindari adanya pengaruh waktu parsial dalam pengukuran variabel.

d. Perusahaan sampel tidak menunjukkan saldo total ekuitas yang negatif atau mengalami kerugian selama tahun 2006 sampai tahun 2008,


(53)

commit to user

karena saldo laba dan ekuitas yang negatif sebagai penyebut tidak bermakna dalam penghitungan rasio keuangan.

e. Sampel adalah perusahaan yang memenuhi seluruh kualifikasi di atas dan data dapat diperoleh dari sumber data yang telah ditentukan.

Peneliti mengambil data penelitian mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 dengan alasan bahwa pada tahun-tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia stabil bahkan relatif meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya (Hascaryo, 2008). Hal itu ditandai dengan meningkatnya IHSG perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 mencapai 55,29% dibanding tahun 2005 (Wibisono, 2006).

2. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersumber dari data base BEI yang tersedia secara online pada situs http://www.idx.co.id, dan dari laporan keuangan auditan tahun 2006-2008. Jenis data yang dikumpulkan adalah data nama perusahaan yang membagikan dividen dan data yang terdapat dalam laporan keuangan auditan.

B. Definisi Operasional Variabel

Penelitian menggunakan satu variabel dependen, lima variabel independen yang dapat diuraikan berikut ini.


(54)

commit to user

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yaitu keputusan untuk menentukan besarnya bagian pendapatan (earning) yang dihasilkan kepada para pemegang saham dan bagian yang akan ditanam perusahaan (Baridwan, 2004). Kebijakan dividen diproksikan dengan dividend payout ratio dengan mengacu penelitian Afza dan Mirza (2010) serta Juhmani (2009), yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

DPOUT = saham lembar per laba saham lembar per dividen

Data untuk menghitung dividend payout ratio perusahaan sampel tahun 2006-2008 tersedia pada laporan keuangan auditan. 2. Variabel Independen

a. Profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Suharli dan Oktorina, 2005). Profitabilitas diproksikan dengan return on assets

(ROA) mengacu pada penelitian Ahmed dan Javid (2009) serta Kapoor et al. (2010), yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini.

ROA = aktiva Total pajak setelah bersih Laba

b. Likuiditas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam mendanai operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya(Suharli dan Oktorina, 2005). Likuiditas diproksikan dengan current ratio (CR) mengacu pada penelitian


(55)

commit to user

Afza dan Mirza (2010) yang nilainya diperoleh dari rumus berikut ini. CR = lancar Hutang lancar Aktiva

c. Kesempatan investasi dapat didefinisikan sebagai perubahan investasi perusahaan dalam satu tahun, diproksikan dengan asset growth mengacu pada penelitian Anil dan Kapoor (2008), dengan rumus berikut ini.

GROW = aktiva total 1 tahun t tetap aktiva tahun t tetap aktiva

d. Risiko perusahaan dapat didefinisikan sebagai kemungkinan perusahan untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan aktivitas operasinya (Ahmed dan Javid, 2009). Risiko diproksikan dengan leverage dengan mengacu pada penelitian Ahmed dan Javid (2009), Cheng et al. (2008), serta Osman dan Mohammed (2010) yang nilainya diperoleh dengan rumus berikut ini.

LEV =

aktiva total

hutang total

e. Ukuran perusahaan dapat didefinisikan besarnya perusahaan menurut total aktiva yang dimiliki (Afza dan Mirza, 2010). Diukur dengan menggunakan total aktiva mengacu pada penelitian Cheng


(56)

commit to user

C. Analisis Data

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan analisis regresi berganda. Sebelum diuji dengan menggunakan regresi berganda, dipersyaratkan bahwa data penelitian memenuhi kualitas data yaitu berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terdapat heteroskedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 2001).

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui bahwa data telah memenuhi kualitas data, diperlukan uji asumsi klasik berikut ini.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Semirnov

untuk menguji normalitas data. Kriteria pengujiannya adalah apabila angka signifikansi (sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal, apabila angka signifikansi (sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. b. Multikolinieritas

Ghozali (2005) menyatakan multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi antara variabel independen. Uji multikolinieritas dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan tolerance value dan varians inflating factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel


(57)

commit to user

independen lainnya. Apabila nilai tolerance di atas 0,10 dan VIF dibawah 10 menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas.

c. Autokorelasi

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah sebuah pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson. Cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan kriteria bilamana D-W hitung mendekati + 2 maka dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi.

d. Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji Scatterplot. Jika ada pola seperti titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola teratur yang terbentuk dan


(58)

titik-commit to user

titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilaksanakan dengan menggunakan regresi berganda. Secara sistematis model yang dikembangkan dalam penelitian adalah berikut ini.

KDiv = α + b1(Profit) + b2(Lik) + b3(KI)+ b4(Risk) + b5(Size) + е

Keterangan:

KDiv = kebijakan dividen,

α = konstanta,

b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi masing-masing variabel independen,

Profit = profitabilitas, Lik = likuiditas,

KI = kesempatan investasi, Risk = risiko perusahaan, Size = ukuran perusahaan,

e = error term.

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda untuk variabel independen terhadap


(59)

commit to user

variabel dependennya. Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai

adjusted R2.

b. Pengujian Simultan (Nilai-F)

Uji simultan dengan F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value

lebih kecil dari level of significant yang ditentukan. Level of significant yang digunakan adalah 0,05. Ho diterima apabila F signifikan > a, sebaliknya Ho ditolak apabila F signifikan < a.

c. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Nilai-t)

Pengujian selanjutnya yaitu pengujian terhadap koefisien regresi dengan menggunakan uji t. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel lainnya konstan. Jika p-value < 0,05 berarti variabel tersebut signifikan pada taraf 5% dan berarti variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho diterima apabila t signifikan > a,

sebaliknya Ho ditolak apabila t signifikan < a.

Keseluruhan analisis dan pengujian statistik dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS 15 for windows.


(60)

commit to user

44

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan mengetahui beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasar kepada kriteria yang telah ditentukan pada bab sebelumnya, diperoleh sampel dengan rincian berikut ini.

Tabel 1

Hasil Pengambilan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah

Perusahaan sampel tahun 2006 61

Perusahaan sampel tahun 2007 50

Perusahaan sampel tahun 2008 45

Jumlah observasi selama tahun 2006-2008 156

Data outlier 27

Jumlah sampel 129

Sumber: Hasil Pengumpulan Data

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 sebanyak 156 perusahaan. Kemudian peneliti melakukan uji outlier dengan pendekatan nilai Z. Outlier merupakan data-data yang bersifat ekstrim dimana data berada diluar rentang normal (Ghozali, 2005). Data yang outlier umumnya nilai Z berada di antara rentang: a) -3 sampai


(61)

commit to user

dengan +3, b) -2,56 sampai dengan +2,56, c) -1,96 sampai dengan +1,96. Penelitian ini menggunakan rentang nilai Z antara -3 sampai dengan +3. Menurut Ghozali (2005) data dengan nilai Z mendekati -3 atau +3 dianggap

outlier, sehingga harus dikeluarkan dari analisis. Hasil uji outlier

menunjukkan terdapat 27 data yang outlier, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi 129 perusahaan.

B. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan pengujian statistik yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum data penelitian. Pengujian statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Berikut hasil uji statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian.

Tabel 2 Statistik Deskriptif

N Minimu

m Maksimum Rata-rata

Standar Deviasi

Profit 129 0,47 36,79 8,14 6,41

Lik 129 0,51 10,54 2,53 2,06

KI 129 -6,74 3,10 0,01 0,72

Risk 129 0,02 0,88 0,44 0,19

Size 129 7.409 82.058.760 5.551.145,03 12.079.758,10

KDiv 129 0,01 138 25,19 20,24


(62)

commit to user

Keterangan:

Profit = profitabilitas, Lik = likuiditas,

KI = kesempatan investasi perusahaan, Risk = Risiko

Size = ukuran perusahaan, dan

KDiv = Kebijakan dividen perusahaan.

Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel profitabilitas memiliki nilai minimum sebesar 0,47 yaitu PT. Lamicitra Nusantara Tbk dan nilai maksimum 36,79 yaitu PT. Unilever Indonesia. Nilai rata-rata profitabilitas sebesar 8,14 dengan standar deviasi sebesar 6,41 menunjukkan bahwa data profitabilitas kurang bervariasi dan kurang tersebar dari rata-ratanya.

Variabel likuiditas perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 0,51 yaitu PT. Excelcomindo Pratama dan nilai maksimum 10,54 yaitu PT. Intan Wijaya Internasional. Nilai rata-rata likuiditas perusahaan sebesar 2,53 dengan standar deviasi sebesar 2,06 menunjukkan bahwa data likuiditas bervariasi dan lebih menyebar.

Variabel kesempatan investasi perusahaan memiliki nilai minimum sebesar -6,74 yaitu PT. Gajah Tunggal dan nilai maksimum 3,10 yaitu PT. Aqua Golden Mississipi. Nilai rata-rata kesempatan investasi perusahaan sebesar 0,01 dengan standar deviasi sebesar 0,72 menunjukkan adanya selisih yang terlalu besar antara nilai minimum dengan nilai maksimum.

Variabel risiko memiliki nilai minimum sebesar 0,02 yaitu PT, Inti Agri Resources Tbk dan nilai maksimum 0,88 yaitu PT. Tembaga Semanan. Nilai rata-rata risiko sebesar 0,44 dengan standar deviasi sebesar 0,19


(63)

commit to user

menunjukkan bahwa data risiko kurang bervariasi dan kurang tersebar dari rata-ratanya.

Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 7.409 (dalam jutaan rupiah) yaitu PT. Metro Data Elektronik dan nilai maksimum 82.058.760 (dalam jutaan rupiah) yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 5.551.145 (dalam jutaan rupiah) dengan standar deviasi sebesar 12.079.758 (dalam jutaan) menunjukkan selisih yang terlalu besar antara nilai minimum dengan nilai maksimum. Standar deviasi yang besar tersebut mengindikasikan data variabel ukuran perusahaan sangat bervariasi.

Variabel kebijakan dividen memiliki nilai minimum sebesar 0,01 yaitu PT. Sinar Mas Agro Resources dan nilai maksimum 138 yaitu PT. Godyear Indonesia Tbk. Nilai rata-rata kebijakan dividen sebesar 25,18 dengan standar deviasi sebesar 20,24 menunjukkan bahwa data kebijakan dividen kurang bervariasi dan kurang tersebar dari rata-ratanya.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian telah terdistribusi dengan normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa pendekatan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov dapat digunakan untuk menguji normalitas data. Hasil uji normalitas tersaji pada tabel berikut ini.


(64)

commit to user

Tabel 3

Uji Normalitas Data

N

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Kriteria Keterangan

129 0,713 0,690 > 0,05 Normal

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil uji normalitas data dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan bahwa nilai p sebesar 0,690. Nilai tersebut lebih besar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi dengan normal.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik mengharapkan korelasi yang rendah antar variabel independen. Keberadaan multikolinieritas dideteksi dengan varians inflating factor (VIF) dan

tolerance (Ghozali, 2005). Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini.

Tabel 4

Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Profit 0,855 1,170 Tidak terdapat multikolinieritas Lik 0,532 1,881 Tidak terdapat multikolinieritas KI 0,954 1,048 Tidak terdapat multikolinieritas Risk 0,485 2,061 Tidak terdapat multikolinieritas Size 0,930 1,076 Tidak terdapat multikolinieritas Sumber: Hasil Pengolahan Data


(65)

commit to user

Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa variabel dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai VIF di bawah 10, sehingga disimpulkan bahwa dalam model tidak terjadi multikolinieritas.

3. Uji Autokorelasi

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji autokorelasi adalah sebuah pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah menggunakan kriteria bahwa jika nilai D-W hitung mendekati +2 maka dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5 Uji Autokorelasi

D-W Hitung Kriteria Keterangan

2,268 Mendekati + 2 Tidak terdapat autokorelasi Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukkan nilai D-W hitung sebesar 2,268. Hasil tersebut mendekati nilai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi.


(1)

commit to user

Nilai F regresi bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Hasil uji nilai F menunjukkan nilai F sebesar 11,43 dengan nilai p sebesar 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

3. Nilai t

Hasil uji nilai t statistik tersaji pada tabel berikut ini.

Tabel 8 Nilai t Regresi

Variabel Koefisien

Regresi

Standar Error

Koefisien

Korelasi t hitung Nilai p

Kostanta -2,478 7,881 -0,314 0,754

Profit 0,936 0,254 0,296 3,680 0,000

Lik 2,431 1,001 0,248 2,429 0,017

KI -13,71 2,132 -0,491 -6,435 0,000

Risk 27,97 11,20 0,267 2,498 0,014

Size 2,60E-007 0,000 0,155 2,004 0,047

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hipotesis alternatif 1 bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil uji regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,936 dengan nilai p sebesar 0,000. Uji regresi memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hipotesis alternatif 1 didukung. Koefisien regresi memberikan nilai positif yang berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi


(2)

commit to user

pula kebijakan dividen. Hasil penelitian ini mendukung signaling theory yang menyatakan bahwa kebijakan dividen memberikan sinyal informasi mengenai profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Juhmani (2009) yang menemukan bahwa perusahaan memiliki

kecenderungan untuk meningkatkan pembayaran dividen ketika

perusahaan mengalami peningkatan profitabilitas.

Hipotesis alternatif 2 bertujuan untuk menguji pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil uji regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar sebesar 2,431 dengan nilai p sebesar 0,017. Uji regresi memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hipotesis alternatif 2 didukung. Koefisien regresi memberikan nilai positif yang berarti semakin tinggi likuiditas perusahaan akan semakin tinggi pula kebijakan dividen. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya oleh Wann dan Long (2009) yang menemukan bahwa perusahaan likuiditas perusahaan berbanding lurus dengan kebijakan dividen perusahaan.

Hipotesis alternatif 3 bertujuan untuk menguji pengaruh kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil uji regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar sebesar -13,71 dengan nilai p sebesar 0,000. Uji regresi memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesempatan investasi perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hipotesis alternatif 3 didukung.


(3)

commit to user

Koefisien regresi memberikan nilai negatif yang berarti semakin tinggi kesempatan investasi perusahaan akan semakin rendah kebijakan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung the residual theory of

dividends serta hasil penelitian Ahmed dan Javid (2009) yang menemukan

bahwa kesempatan investasi akan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Perusahaan dengan kesempatan investasi tinggi yang ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi, membutuhkan dana yang besar untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan sumber dana intern maka jumlah dividen yang dibayarkan akan cenderung menurun.

Hipotesis alternatif 4 bertujuan untuk menguji pengaruh risiko perusahaan yang dalam penelitian ini diproksikan dengan leverage terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil uji regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 27,97 dengan nilai p sebesar 0,014. Uji regresi memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hipotesis alternatif 4 didukung. Koefisien regresi memberikan nilai positif yang berarti semakin tinggi risiko perusahaan akan semakin tinggi pula kebijakan dividen. Hasil penelitian ini mendukung bird in the hand theory, dimana dividen tinggi adalah yang terbaik, karena investor lebih suka kepastian tentang return investasinya serta mengantisipasi risiko ketidakpastian tentang kebangkrutan perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Jensen dan Meckling (1976) serta Wahyudi dan


(4)

commit to user

Pawestri (2006) yang menyebutkan bahwa peningkatan risiko perusahaan akan menyebabkan investor meningkatkan tingkat pengembalian yang diinginkan sehingga risiko berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Hipotesis alternatif 5 bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil uji regresi menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,60E-007 (0,000000259) dengan nilai p sebesar 0,047. Uji regresi memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hipotesis alternatif 5 didukung. Koefisien regresi memberikan nilai positif yang berarti semakin besar ukuran perusahaan akan semakin tinggi pula kebijakan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Musa dan Fodio (2009) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berbanding lurus dengan kebijakan dividen perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan akan semakin besar pula kebijakan dividen perusahaan.


(5)

commit to user

56

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kebijakan dividen pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai dengan 2008. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut ini.

1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Juhmani (2009).

2. Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Wann dan Long (2009). 3. Kesempatan investasi perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan

dividen perusahaan. Hasil ini mendukung residual theory of dividends serta hasil penelitian Ahmed dan Javid (2009).

4. Risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil ini mendukung bird in the hand theory serta hasil penelitian Wahyudi dan Pawestri (2006), namun menolak hasil penelitian Cheng et al. (2009) yang menemukan hubungan negatif antara risiko dengan kebijakan dividen.

5. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Musa dan Fodio (2009).


(6)

commit to user

B. Implikasi

1. Hasil penelitian ini menunjukkan profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan. Investor hendaknya memperhatikan beberapa aspek di atas ketika akan melakukan keputusan investasi pada sebuah perusahaan karena berdampak pada dividen yang akan diterima.

2. Manajer perusahaan hendaknya mempertimbangkan komposisi yang tepat

antara alokasi investasi dengan kebijakan dividen.

C. Keterbatasan

1. Peneliti hanya menguji lima variabel: profitabilitas, likuiditas, kesempatan investasi, risiko dan ukuran perusahaan, sehingga ada kemungkinan terdapat variabel lain di luar model penelitian yang juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2. Periode penelitian ini relatif pendek yaitu dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Periode penelitian yang pendek ini dikhawatirkan akan menimbulkan bias data penelitian.

D. Saran

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan seperti corporate

governance.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian untuk menghindari kemungkinan bias data penelitian.