Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia

(1)

AFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

TESIS

Oleh

LAMHOT

057017009/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S E K

O L A H P

A S

C

A S A RJA

N A


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN

PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Akuntansi

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAMHOT

057017009/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas terdiri dari: cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability, sedangkan variabel terikat dividend payout ratio (DPR). Jenis penelitian menggunakan Metode Deskriptif yakni riset korelasi (correlation research) dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Ruang lingkup penelitian adalah Manajemen Keuangan, dengan penekanan pada penetapan kebijakan terhadap dividen perusahaan dimana untuk aspek penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan-perusahaan yang go public yang memiliki DPR lebih besar dari 0 (DPR>0). Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dalam menentukan sampel penelitian, digunakan metode purposive sampling atau disebut juga metode judgement sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 25 perusahaan. Data penelitian menggunakan data sekunder dengan skala rasio. Analisis data dilakukan pada taraf signifikan 95%. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan regresi berganda mengingat pengujian variabel independen dilakukan secara simultan, sedangkan pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan uji regresi sederhana mengingat pengujian variabel independen dilakukan secara parsial.

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara simultan cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout

ratio, sedangkan secara parsial tidak berpengaruh signifikan, yang berpengaruh hanya dua

variabel yaitu cash position, dan growth.

Kata Kunci : Cash Position, Growth, Firm Size, Debt To Equity Ratio, Profitability, Dividend Payout Ratio


(4)

ABSTRACT

This research aim is to give an empiric evidence whether cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, and profitability have significant influence to dividend payout ratio partially and simultaneously. There variables are independent and dependendt variables. The independendt variables are cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, and profitability, meanwhile the dependendt variable is dividend payout ratio (DPR). The type of this research is description method which means a correlation research with quantitative approach.

The object of this research is Bursa Efek Indonesia. The boundary is financial management, with the specification is discussing the about the making of company’s dividend roles. The aspect of this research is limited only to all the go public companies which have DPR higher than zero (DPR>0). The population is all the companies witch are listed at Bursa Efek Indonesia. In choosing the sample, this research uses purposive sampling method or olso mentioned as judging sampling method. The samples are 25 companies. This research use the secondary data with ratio scale. The data analisis has 95% significant level of believing. The first hypotesis uses multiple regression analisys method and exemine the independent variables simultaneously and the second hypothesis uses simple regression analisys method and examine the independent variable partially.

The result of this reseach is cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, and profitability have significant influence to dividend payout ratio simultaneously. Partially, cash position, and growth have significant influence to dividend payout ratio.

Keyword : Cash Position, Growth, Firm Size, Debt To Equity Ratio, Profitability, Dividend Payout Ratio


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan Tesis yang berjudul:

“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.


(6)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Lamhot

2. Tempat/Tanggal Lahir : Kecamatan Badar Aceh Tenggara / 21 Agustus 1969 3. Pekerjaan : Pegawai Swasta

4. Agama : Kristen Protestan 5. Orang Tua

a. Ayah : Piter Pasaribu b. Ibu : Roune br Silitonga

6. Alamat : Jl. Bunga Ester IV No. 3 Pasar VI, P. Bulan, Medan 7. Telepon : 08126050174

8. Pendidikan

a. SD : SD Negeri Salang Alas, lulus tahun 1982 b. SMP : SMP Negeri Tanah Merah, lulus tahun 1985 c. SLTA : SMEA Negeri Kutacane, lulus tahun 1988 d. Diploma III : AKP Perbanas, lulus tahun 1992

e. Strata Satu ( S1 ) : Universitas Sisingamangaraja XII Medan, lulus 2002 f. Strata Dua ( S2 ) : Universitas Sumatera Utara Medan, lulus tahun 2009


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... … i

ABSTRACT ... … ii

KATA PENGANTAR ... … iii

RIWAYAT HIDUP ... … v

DAFTAR ISI ... … vi

DAFTAR TABEL ... … ix

DAFTAR GAMBAR ... … x

DAFTAR LAMPIRAN ... … xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Originalitas Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Dividen... 6 2.2 Kebijakan Dividen ... 8

2.3. Teori Kebijakan Dividen ... 10

2.3.1 Teori Tidak Relepan (Irrelevance Theory) ... 11

2.3.2 The Bird in The Hand Theory ... 12

2.3.3 Tax Differential Theory ... 12

2.3.4 Signaling Theory ... 13

2.3.5 The Clientele Effect ... 13

2.3.6 Agency Theory ... 14

2.3.7 Free Cash Flow ... 15

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen ... 17

2.5 Kebijakan Dividen Dalam Praktik ... 23


(8)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28

3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Hipotesis ... 30

BAB IV METODE PENELITIAN ... 31

4.1 Jenis Penelitian ... 31

4.2 Lokasi Penelitian ... 31

4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 32

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5 Definisi Operasional ... 33

4.6 Identivikasi Dan Pengukuran Variabel ... 35

4.7 Metode Analisis Data ... 36

4.7.1 Uji Normalitas ... 36

4.7.2 Uji Multikolinearritas... 37

4.7.3 Uji Heteroskedastisitas... 38

4.7.4 Uji Autokorelasi ... 38

4.8 Metode Pengujian Hipotesis ... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

5.1 Deskripsi Data Penelitian ... 40

5.1.1 Cash Position (X1 5.1.2 Growth (X ) ... 40

2 5.1.3 Firm Size (X ) ... 41

3 5.1.4 Debt to Equity Ratio (X ) ... 41

4 5.1.5 Profitability (X ) ... 42

5 5.1.6 Dividend Payout Ratio (Y) ... 43

) ... 42

5.2 Hasil Pengujian Data ... 43

5.2.1 Uji Normalitas Data ... 43

5.2.2 Pengujian Multikolinearitas ... 45

5.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46

5.2.4 Uji Autokorelasi ... 48

5.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 49


(9)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 53

6.3 Saran ... 54 DAFTARAR PUSTAKA


(10)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA

Nama Mahasiswa : Lamhot Nomor Pokok :

057017009

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak)

Ketua Anggota

(Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)


(11)

Telah diuji pada : Tanggal: 13 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak Anggota : 1. Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak

2. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak 3. Drs. M. Lian Dalimunte, M.Ec.Ac. Ak


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul: “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Go Public di Indonesia”.

Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan Magister Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, juga untuk memberikan bukti empiris apakah cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini, baik secara materi, moril, dan motivasi. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Komisi Pembimbing dalam penyusunan tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari, MSi, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, MSi, Ak, selaku Komisi Pembimbing dalam penyusunan tesis ini


(13)

6. Ayahanda P. Pasaribu (Oppung Yolanda) dan Ibunda R. br Silitonga, Bapak Mertua S. Tarigan dan Ibu Mertua A. br Pinem, serta semua adik-adikku, atas dukungan dan doanya.

7. Teristimewa buat Isteri Nurdiana Br Tarigan, A.Md dan anak-anak tersayang : Yolanda Christy Pasaribu, Petrina Christy Pasaribu, Clarency Christy Pasaribu, atas motivasi, dukungan, serta pengertiannya.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, sehingga tesis ini masih banyak terdapat kelemahan yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini. Atas kritikan, saran, dan masukannya, Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, 13 Maret 2009 Penulis


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Perbedaan Penelitian ini Dengan Penelitian Sebelumnya ... 5

2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu ... 27

4.1 Definisi Operasional Variabel ... 36

5.1 Deskripsi Statistik ... 40

5.2 One Sampel Kolmogorov Smirnov Test ... 44

5.3 Pengujian Multikolinieritas ... 46

5.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Gleser ... 48

5.5 Nilai Durbin Waston ... 49

5.6 Pengujian Goodness of Fit ... 49

5.7 Uji Simultan Terhadap Variabel Y ... 50

5.8 Uji Parsial ... 51


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 3.1

5.1 Grafik Normalitas Data ... 45 Hubungan Variabel Independen dengan dependen ... 28


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Data Cash Position ( X1

2. Data Growth (X

) ...58

2

3. Data Firm Size (X

) ...59

3

4. Data Debt To Equity Ratio (X

) ...60

4

5. Data Profitability (X

) ...61

5

6. Data Dividend Payout Ratio (Y) ...63 ) ...62


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris apakah cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas terdiri dari: cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability, sedangkan variabel terikat dividend payout ratio (DPR). Jenis penelitian menggunakan Metode Deskriptif yakni riset korelasi (correlation research) dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Ruang lingkup penelitian adalah Manajemen Keuangan, dengan penekanan pada penetapan kebijakan terhadap dividen perusahaan dimana untuk aspek penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan-perusahaan yang go public yang memiliki DPR lebih besar dari 0 (DPR>0). Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Dalam menentukan sampel penelitian, digunakan metode purposive sampling atau disebut juga metode judgement sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 25 perusahaan. Data penelitian menggunakan data sekunder dengan skala rasio. Analisis data dilakukan pada taraf signifikan 95%. Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan regresi berganda mengingat pengujian variabel independen dilakukan secara simultan, sedangkan pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan uji regresi sederhana mengingat pengujian variabel independen dilakukan secara parsial.

Hasil penelitian menyatakan bahwa secara simultan cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout

ratio, sedangkan secara parsial tidak berpengaruh signifikan, yang berpengaruh hanya dua

variabel yaitu cash position, dan growth.

Kata Kunci : Cash Position, Growth, Firm Size, Debt To Equity Ratio, Profitability, Dividend Payout Ratio


(18)

ABSTRACT

This research aim is to give an empiric evidence whether cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, and profitability have significant influence to dividend payout ratio partially and simultaneously. There variables are independent and dependendt variables. The independendt variables are cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, and profitability, meanwhile the dependendt variable is dividend payout ratio (DPR). The type of this research is description method which means a correlation research with quantitative approach.

The object of this research is Bursa Efek Indonesia. The boundary is financial management, with the specification is discussing the about the making of company’s dividend roles. The aspect of this research is limited only to all the go public companies which have DPR higher than zero (DPR>0). The population is all the companies witch are listed at Bursa Efek Indonesia. In choosing the sample, this research uses purposive sampling method or olso mentioned as judging sampling method. The samples are 25 companies. This research use the secondary data with ratio scale. The data analisis has 95% significant level of believing. The first hypotesis uses multiple regression analisys method and exemine the independent variables simultaneously and the second hypothesis uses simple regression analisys method and examine the independent variable partially.

The result of this reseach is cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, and profitability have significant influence to dividend payout ratio simultaneously. Partially, cash position, and growth have significant influence to dividend payout ratio.

Keyword : Cash Position, Growth, Firm Size, Debt To Equity Ratio, Profitability, Dividend Payout Ratio


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kebijakan dividen (dividend policy) adalah berhubungan dengan penentuan keputusan apakah laba bersih setelah pajak (profit after tax) yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan (

retearned earning ) guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Laba ditahan

merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada pemegang saham ( Atmaja, 1999).

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan (growth) bagi perusahaan, dan juga dapat membayar dividen secara konsisten kepada pemegang saham, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab apabila menejemen perusahaan memilih untuk membagikan laba bersih setelah pajak sebagai dividen, maka akan mengurangi laba ditahan yang akhirnya mengurangi total sumber dana intern ( internal financing ). Sebaliknya, jika menejemen perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemapuan perusahaan dalam pembentukan dana intern akan semakin besar.

Kebijakan terhadap dividen perusahaan selalu mengakibatkan pertentangan dua pihak yang berkepentingan, yaitu kepentingan para pemegang saham dengan dividennya, dan kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Disamping itu, juga kepentingan kreditur yang dapat mempengaruhi besarnya kas untuk membayar dividen.

Kebutuhan dana bagi perusahaan pada kenyataannya merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan terhadap dividen yang akan diambil. Posisi kas

(cash position) perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan terhadap


(20)

untuk membayar dividen, yang berarti semakin besar dividend payout ratio (DPR). Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan dalam kondisi profitable akan memerlukan dana besar guna membiayai investasinya.

Besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius bagi manajemen perusahaan. Persentase dividen yang dibagikan dari laba setelah pajak kepada pemegang saham sebagai dividen kas (dividend cash) disebut dengan DPR.

Keputusan yang tepat dalam kebijakan dan pembayaran dividen dapat memaksimumkan nilai perusahaan dan nilai para pemegang saham. Nilai perusahaan ditentukan oleh nilai modal sendiri dan nilai hutang. Jika diperhatikan model harga saham, ditunjukkan bahwa pembayaran dividen yang semakin besar cenderung akan meningkatkan harga saham. Dengan meningkatnya harga saham berarti menigkat pula nilai perusahaan. Namun disisi lain, pembayaran dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk berinvestasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan selanjutnya akan menurunkan harga saham. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semakin tinggi DPR yang ditetapkan manajemen perusahaan, berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk diinvestaikan yang bersumber dari laba ditahan sehingga dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, Peneliti ingin mencoba membuktikan secara empiris apakah posisi kas ( cash position), pertumbuhan ( growth ), ukuran perusahaan ( firm size ), rasio utang terhadap ekuitas ( debt to equity ratio ), dan kemampuan memperoleh laba ( profitability ), berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah: ”Apakah cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability baik


(21)

secara simultan (bersama-sama) dan secara parsial (individu) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris apakah cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability baik secara simultan ( bersama-sama ) dan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Para akademisi sebagai bahan masukan terhadap isu-isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang. 2. Para investor dan calon investor, sebagai bahan masukan dalam mempertimbangkan

pembuatan keputusan untuk membeli maupun menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen.

3. Penulis, menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya bidang kebijakan dividen.

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2004).

1.

Adapun perbedaan yang paling prinsip antara penelitian Nasution (2004) tersebut dengan penelitian ini sebagai beriktut:

Periode data. Periode terdahulu periode data hanya 3 (tiga) tahun (1999-2001), sedangkan pada penelitian ini dikembangkan menjadi data 5 tahun (2001-2005).


(22)

2.

3.

Kriteria sample penelitian. Peneliti terdahulu menggunakan sampel peusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang bergerak dibidang Manufaktur, sedangkan dalam penelitian ini yang menjadi sampel perusahaan adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang secara konsisten membayar deviden dalam kurun waktu 2001-2005.

Variabel Penelitian. Dalam penelitian terdahulu variabel holding dimasukkan dalam variable penelitian, sedangkan dalam penelitian ini tidak dimasukkan, karena variable tersebut tidak fokus dalam pengaruhnya terhadap DPR.

Secara singkat perbedaan penelitian sebelumnya (Nasution, 2004) dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian ini Dengan Penelitian Nasution

NO KETERANGAN PENELITI SEBELUMNYA PENELITI SEKARANG

1 Periode data Tiga tahun Lima tahun

2 Tahun data yang digunakan 1999 s.d 2001 2001 s.d 2005

3

Perusahaan yang terdaftar di

BEI bidang manufaktur Sampel yang digunakan

Perusahaan yang terdaftar di


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Dividen

Dividen adalah bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001) Besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham tergantung pada jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Dividen biasanya dibagikan dalam bentuk uang tunai. Selain dalam bentuk uang tunai, dividen juga dapat dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas, dan saham baru.

Menurut Baridwan (1996: 237-238) jenis-jenis dividen dapat dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu:

1. Dividen berbentuk uang tunai yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai yang besarnya dihitung berdasarkan tariff per lembar saham dikalikan dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.

2. Dividen likuidasi yaitu dividen yang dibagikan merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang akan menghentikan aktivitasnya. 3. Dividen berbentuk aktiva yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. 4. Dividen saham (stock Dividend) yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk lembar saham

yang berarti menambah jumlah lembar saham tanpa ada mengeluarkan saham baru, sehingga lembarsahamnya bertambah tetapi harga perolehannya tetap.

Jogiyanto (1998) menyatakan bahwa pembayaran dividen dapat dikelompokkan kedalam tiga kemungkinan yaitu pembayaran dividen tidak teratur, dividen konstan tidak tumbuh, dan pertumbuhan dividen yang konstan. Pembayaran dividen tidak teratur merupakan dividen dimana tiap-tiap periode tidak mempunyai pola yang jelas bahkan untuk periode-periode tertentu tidak membayar dividen sama sekali, karena perusahaan rugi atau kesulitan likuiditas.


(24)

Dividen konstan tidak bertumbuh merupakan pembayaran dividen dari periode keperiode relative konstan. Perusahaan umumnya tidak melakukan pemotongan atau pengurangan dividen, sekalipun perusahaan mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini dilakukan perusahaan untuk menjaga kesan para pemegang saham atas stabilitas likuiditas perusahaan. Pertumbuhan dividen yang konstan merupakan dividen yang tumbuh secara konstan yang umumnya ditunjukan dengan pertumbuhan.

Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari earnings after tax (EAT) dilakukan sampai cadangan minimum dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru.

2.2Kebijakan Dividen

Kebijakan manajemen terhadap dividen tidak terlepas dari kebijakan manajemen terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan. Manajemen mempunyai dua pilihan terhadap laba bersih yang diperoleh yaitu: Dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, atau Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. Pada umumnya sebagian laba bersih tersebut terlebih dahulu dibagikan dalam bentuk dividen, sisanya diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan. Keputusan manajemen untuk menentukan berapa besarnya laba bersih yang dibagikan sebagai dividen disebut dengan kebijakan dividen (dividend policy).


(25)

perusahaan (manajemen). Dari sudut pandang investor, tujuan mereka membeli saham (melakukan investasi di saham) adalah untuk mengendalikan perusahaan atau untuk memperoleh keuntungan jangka panjang m a u p u n j a n g k a p e n d e k . B a g i i n v e s t o r y a n g t i d a k b e r m a k s u d u n t u k mengendalikan perusahaan, maka tujuan mereka lebih difokuskan pada keuntungan jangka pendek yaitu mendapatkan imbalan jasa atas investasinya berupa dividen kas, karena tujuan jangka panjang berupa capital gain, masih bersifat spekulatif.

Dari sudut pandang perusahaan, masalah pembayaran dividen kas merupakan suatu kebijakan yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena ini akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan lainnya seperti kebijakan terhadap investasi, pembiayaan, dan lain sebagainya. Jika perusahaan membayar dividen terla1u besar, maka hal ini akan mengurangi sumber pembiayaan dari dalam perusahaan untuk melakukan investasi. Disamping itu, pembayaran dividen yang terlalu besar merupakan suatu tanda bahwa perusahaan itu dalam keadaan

Kebijakan terhadap dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Model dasar harga saham memperlihatkan bahwa jika perusahaan bersangkutan me njala nkan kebijakan untuk me mba gika n di viden kas , hal ini a ka n meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dalam peningkatan harga saham. Namun, jika dividen kas meningkat, maka akan semakin sedikit dana yang tersedia untuk melakukan investasi kembali, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan untuk masa mendatang akan rendah dan hal ini akan menekan harga saham. Pembagian dividen perusahaan kepada pemegang saham menyebabkan posisi kas suatu perusahaan semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan berubahnya struktur modal perusahaan yaitu debt to equity ratio (DER) akan semakin besar. Dampak yang

tidak akan berkembang di masa yang akan datang karena pembayaran dividen akan mengurangi kesempatan perusahaan melakukan investasi.


(26)

ditimbulkannya adalah para pelaku pasar akan berfikir secara negatif terhadap perusahaan.

Campbell dan Beranek (1995) dalam Heart dan Rimbey (1993) menyatakan bahwa akibat adanya pembagian dividen kas kepada pemegang saham adalah akan menyebabkan harga saham akan jatuh setelah hari pembayaran dividen (ex dividend day). Kebijakan terhadap dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan (growth) perusahaan di masa datang.

Jensen (1986) dalam Smith & Watts (1992) mengemukakan bahwa semakin besar jumlah investasi dalam satu periode tertentu, semakin kecil dividen yang diberikan, karena perusahaan yang tumbuh diidentifikasi sebagai perusahaan yang free cash flow-nya rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis packing order (Myers & Majluf 1984, dalam Hartono 1999) bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan membayar dividen relatif kecil dalam rangka memiliki dana internal yang lebih banyak untuk membiayai proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh, peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk karena diduga perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Hartono 1999).

2.3 Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori kebijakan dividen yang dikemukakan oleh para ahli. Teori tersebut adalah sebagai berikut:

2.3.1 Teori Tidak Relepan (Irrelevance Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1961) dalam Sartono (2001) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tetapi


(27)

ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak dan resiko bisnis, dengan demikian kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan dipersoalkan. Teori ini didukung oleh Brigham dan Houston (1998) yang mengatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

Modigliani dan Miller (MM) mengemukakan pendapat ini dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah sempurna. b. Tidak ada biaya emisi saham baru.

c. Tidak ada pajak penghasilan

d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.

Beberapa ahli menentang pendapat Modigliani dan Miller, dengan alasan asumsi-asumsi yang dikemukakan Modigliani dan Miller sangat lemah. Karena pada praktiknya pasar modal sempurna sulit ditemui, biaya emisi saham baru pasti ada, pajak pasti ada, kebijakan perusahaan pasti berubah-ubah, (Atmaja, 1999).

2.3.2 The Bird in The Hand Theory

Teori ini dicetuskan oleh Gordon dan Lintner yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR rendah, karena investor lebih suka menerima dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield, (Sjahrial, 2008). Satu burung di tangan (dividen saat ini) lebih berharga daripada seribu burung di udara (capital gains di masa yang akan datang). Dengan kata lain, investor lebih menyukai keuntungan dalam bentuk dividen daripada keuntungan yang diharapkan dari kenaikan nilai modal. Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan. Modigliani dan Miller menggunakan istilah


(28)

The Bird i The Hand Fallacy. Alasan MM, dividen yang diterima oleh investor pada akhirnya akan diinvestasikan kembali pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.

2.3.3 Tax Differential Theory

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (Brigham dan Houston, 1998:573) dalam Rizki (2006) yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen

dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda

pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, dan capital gains yield rendah dari pada saham yang dividend yield rendah, dan capital gainsyield tinggi.

2.3.4 Signaling Theory

Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun, (Sjahrial, 2008:313). Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyuka dividen daripada capital gains. Menurut MM dalam Brigham dan Houston (1998) mengatakan bahwa suatu kenaikan dividen lebih besar dari yang sebelumnya merupakan suatu sinyal kepada investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, penurunan dividen atau kenaikan dividen dibawah kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa yang akan datang.

2.3.5 The Clientele Effect


(29)

akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (1998:573) mengatakan bahwa ada kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis investor yang menyukai kebijakan dividen yang didesain oleh perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu DPR yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang pada saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih yang diperoleh. Jika ada perbedaan pajak bagi individu misalnya orang yang lanjut usia pajak lebih ringan, maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membayar dividen kecil, sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relative rendah justru menyuakai dividen yang tinggi.

2.3.6 Agency Theory

Teori keagenan membahas hubungan antara pemberi kerja (principal) dan penerima amanah (agen/manajemen) untuk melaksanakan pekerjaan. Kedua belah pihak diikat oleh kontrak yang menyatakan hak dan kewajibanya masing-masing. Prinsipal menyediakan pasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, sedangkan manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola yang diamanahkan prinsipal kepadanya. Atas kepemilikannya kepada perusahaan, prinsipal akan memperoleh hasil berupa pembagian laba dalam bentuk dividen, sedangkan agen akan memperoleh kompensasi dalam bentuk gaji, bonus, insentif, dan kompensasi lainya.

Teori keagenan Jansen dan Meckling (1976) menyebutkan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (agency problem). Penyebab konflik antara manejer dengan pemegang saham dipicu oleh aktivitas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pencairan dana (financing decision) dan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Cara untuk mengatasi agency


(30)

problem dan mengurangi munculnya agency cost yaitu dengan meningkatkan DPR.

2.3.7 Free Cash Flow

Dalam Signaling Theory , dividen digunakan sebagai sinyal positif bagi kemampuan manejer untuk mengelola perusahaan. Untuk membayar dividen diperlukan free cash flow yang banyak. Hanya perusahaan yang memiliki free cash flow yang baik yang mampu membayar dividen secara kontiniu, (Asnawi dan Wijaya, 2005:49). Sedangkan menurut Penman (2004:113) menyatakan bahwa free cash flow merupakan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi yang menjadikan kas untuk investasi berkurang. Apabila free cash flow suatu perusahaan besar, maka DPRnya juga tinggi.

Ada dua teori yang saling bertentangan mengenai kebijakan terhadap dividen yang seharusnya dianut oleh perusahaan. Teori itu adalah teori dari Miller dan Modigliani yang menyatakan bahwa kebijakan terhadap dividen tidak relevan. Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tetapi ditentukan oleh laba bersih dan tingkat resiko perusahaan. Di lain pihak, Gordon dan Lintner mengemukakan teori bird in the hand yang menyatakan bahwa dividen akan kecil risikonya jika dibandingkan dengan kenaikan nilai modal dan oleh karena itu, biaya ekuitas perusahaan akan naik apabila dividen dikurangi. Sehingga suatu perusahaan dapat menetapkan suatu rasio pembagian dividen yang tinggi dan menawarkan hasil dividen yang tinggi guna meminimumkan biaya modalnya. Di sisi lain, pembagian dividen merupakan suatu pertanda bagi investor. Kenaikan dividen yang sangat besar menandakan bahwa manajemen merasa optimis, sedangkan penurunan dividen menunjukkan bahwa manajemen pesimis atas masa depan perusahaan. Kebijakan terhadap dividen perusahaan akan menarik minat dari kalangan investor tertentu yang sepaham dengan kebijakan terhadap dividen perusahaan.


(31)

Dari teori kebijakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) pendapat yang muncul mengenai kebijakan terhadap dividen, yaitu :

1. Dividen Tidak Mempengaruhi Harga Saham. Teori ini berdasarkan pandangan bahwa kebijakan terhadap dividen tidak akan berpengaruh baik terhadap rencana investasi atau struktur modal maupun terhadap aliran kas di masa yang akan datang. Berdasarkan pandangan ini, efisiensi pasar modal menjadi kritis dan pajak diabaikan. Argumen yang menyokong suatu hipotesis yaitu jika manajemen dapat meningkatkan nilai pasar dari saham perusahaan dengan mengubah kebijakan terhadap dividennya, kenapa itu tidak dilakukan? Jawabannya adalah karena kebijakan terhadap dividen tidak berarti. Tetapi jika unsur pajak dimasukkan dalam pembahasan, maka pembahasan akan menuju ke hipotesis yang kedua

2.

3.

Dividen Akan Menurunkan Harga Saham. Jika tarif pajak investor atas dividen lebih besar dari capital gain, maka investor akan berusaha untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka untuk memaksimumkan after tax return mereka. Sudah tentu, berdasarkan alasan ini, jika tarif pajak atas capital gain melebihi tarif dividen, maka akan terjadi kebalikannya.

Dividen Akan Menaikkan Harga Saham (Signalling Theory). Pendapatan dari dividen merupakan hal yang sangat diharapkan oleh investor. Dengan asumsi seperti ini, keputusan manajemen untuk menaikkan dividen merupakan suatu t a n d a b a h w a p e r u s a h a a n t e r s e b u t m e m p u n y a i k e m a m p u a n u n t u k menghasilkan laba di masa yang akan datang. Hal ini akhinya akan mendorong harga saham menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, dividen yang rendah merupakan suatu tanda yang kurang baik dan akhirnya akan menurunkan harga saham.


(32)

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebijakan terhadap dividen yaitu set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set / IOS), dana yang tersedia (available fund), serta preferensi para pemegang saham untuk pendapatan saat ini jika dibandingkan dengan masa mendatang. Masing-masing faktor diduga akan mempengaruhi kebijakan terhadap dividen perusahaan. Disamping itu, faktorfaktor tersebut diduga saling berinteraksi dalam mempengaruhi kebijakan pem berian dividen.

Faktor lain yang turut mempengaruhi kebijakan terhadap dividen adalah kebiasaan yang berlaku di negara tempat perusahaan berada. Pada prinsipnya, dividen adalah pembayaran yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham sehubungan dengan laba yang diperoleh perusahaan dan laba adalah mutlak milik pemegang saham. Bukti empiris menunjukkan bahwa pada umumnya perusahaan di Amerika Serikat cenderung memberikan dividen yang tetap jumlahnya atau meningkat secara konstan dari waktu kewaktu, (Atmaja, 1999:289)

Yudiyantho, S.A (1996) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan terhadap dividen menjadi dua bagian yaitu faktor-faktor yang mendukung investor lebih mengharapkan dividen daripada capital gain dan faktor-faktor gang menjadi kendala perusahaan dalam

Tidak sama halnya dengan di Indonesia, praktek pembagian laba dilakukan tidak hanya kepada pemegang saham, tetapi juga kepada para karyawan baik dalam bentuk bonus/gratifikasi/rewards/tantiem sehingga pembagian laba tidak hanya dalam bentuk dividen. Di sisi lain, selama ini dividen dapat berupa kas atau dalam bentuk aktiva. Namun dalam prakteknya, ada dividen dalam bentuk saham yakni pemegang saham mendapat dividen berupa tambahan lembaran saham sehingga ada kerancuan dalam perlakuan dividen di Indonesia. Namun dalam penelitian ini, akan dibahas dividen yang berupa pembagian laba berupa kas ataupun dalam bentuk aktiva lainnya kepada pemegang saham.


(33)

mebagikan dividen. Faktorfaktor yang mendorong investor mengharapkan dividen daripada caiptal gain adalah :

1. Pen

2.

gurangan ketidakpastian. Pendapatan yang didapat dari capital gain mengandung tingkat ketidakpastian yang tinggi lebih daripada pembagian keuntungan yang ada saat ini.

3.

Indikasi kekuatan perusahaan (indication of strength). Pengumuman dan pembayaran dividen mengandung informasi yang menyatakan bahwa perusahaan pada saat ini benar-benar sehat.

4. Aspek hukum. Peraturan BEI menyatakan bahwa apabila emiten selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak membayarkan dividen, maka otomatis perusahaan akan dikeluarkan dari bursa. Ini mendorong perusahaan untuk membayarkan dividennya. Namun peraturan tersebut berlaku sebelum krisis ekonomi. Sejak krisis ekonomi terjadi, sejak tahun 1999, aturan tersebut dicabut mengingat hampir seluruh emiten ambruk dihantam krisis.

Kebutuhan akan pendapatan saat ini (need for current income). Sebagian pemegang saham pada umumnya mensyaratkan pendapatan dari investasi yang ditanamkan bagi pemenuhan kebutuhannya. Dengan demikian, tentunya is akan menghindari penjualan saham hanya untuk mendapatkan capital gain. Investor semacam ini akan lebih mengharapkan dividen karena tidak mempengaruhi persentase kepemilikannya.

Kendala-kendala yang dihadapi perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham adalah sebagai berikut:


(34)

1.

2.

Kas yang tidak mencukupi. Dana perusahaan yang likuid harus dikaitkan dengan hutang-hutang dan persediaan. Jika tidak, maka perusahaan akan mengalami kesulitan pada saat perjanjian telah ditetapkan.

3.

Hambatan kontrak. Karena kesulitan likuiditas atau pembiayaan, kreditur mungkin mensyaratkan pembatasan pembayaran dividen sehubungan dengan perjanjian hutang yang telah dibuat. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan akan menyetujui kontrak pembatasan dividen untuk menahan labanya agar dapat meningkatkan modal peusahaan guna menurunkan rasio hutang terhadap modalnya (DER) dan agar dapat meningkatkan likuiditas perusahaan dalam pembayaran bunga yang telah ditetapkan.

Guntur Thant (1995) menyajikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dividen dengan mengacu pada berbagai penulis diantaranya Levy dan Samat (1990) serta Van Horne (1986) yang meliputi :

Aspek legal. Pembayaran dividen dapat dikaitkan dengan persyaratan tertentu, misalnya batasan laba ditahan yang harus dipenuhi sebelum melakukan pembayaran dividen, agar perusahaan tidak menyesatkan investor karena kandungan informasi yang dikandung oleh dividen akan memberikan tanda bagi para investor yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan transaksi jual-beli saham.

1. Peraturan atau Perundangan. Ada tiga hal yang ditekankan sehubungan dengan pembayaran dividen :

a.

b.

Peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa dividen dibayarkan dari laba bersih saat ini atau tahun lalu.

c. Peraturan kepailitan menyatakan bahwa pada saat pailit, perusahaan dilarang Larangan pengurangan modal yang menekankan bahwa dividen tidak boleh dibayar dengan modal untuk melindungi para kreditur.


(35)

membayar dividen untuk melindungi keditur. Dengan membayar dividen pada kondisi pailit, berarti dividen yang dibayarkan diambil dari milik kreditur.

2. Posisi Likuiditas. Jika laba ditahan telah diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan perusahaan, laba ditahan tersebut tidak lagi berupa kas. Hal ini menunjukkan posisi likuiditas perusahaan rendah dan ada kemungkinan perusahaan tidak mampu membayarkan dividennya.

3.

4.

Kebutuhan Dana untuk Melunaskan Hutang. Perlu penyisihan laba sebelum hutang jatuh tempo agar keuntungan perusahaan pada periode jatuh tempo hutang tidak dibebani pembayaran seluruh hutang.

5. Tingkat Ekspansi Perusahaan. Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Untuk itu, peusahaan cenderung membiayai dengan sumber intern yaitu dengan jalan memperbesar laba yang ditahan sehingga dividen yang dibayarkan menjadi lebih kecil.

Larangan Dalam Perjanjian Hutang. Dalam perjanjian hutang, ada larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pihak kreditur sehubungan dengan dana yang dipinj amkan.

6. Tingkat Keuntungan. Pengertian tingkat keuntungan disini adalah tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan. Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya dalam perusahaan yang bersangkutan.

7. Stabilitas Perusahaan. Perusahaan yang telah mapan dan labanya stabil akan mampu mengestimasi besarnya laba di tahun-tahun mendatang sehingga berani menetapkan dividend payout ratio yang relatif tinggi karena tingkat kepastian untuk memperoleh laba yang diharapkan tinggi.


(36)

8.

9.

Kemampuan Memasuki Pasar Modal. Perusahaan yang sehat dan posisi likuiditas, rentabilitas, serta solvabilitasnya baik, akan mampu mencari dana untuk tujuan ekspansi melalui pasar modal sehingga akan semakin besar dividen yang dibayarkan.

Perilaku Kelompok Pengendali Perusahaan. Kekuawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam mengendalikan perusahaan, cenderung mendorong perusahaan untuk memperbesar laba yang ditahan. Laba ditahan tersebut digunakan untuk keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividen.

10. Posisi Pemegang Saham sebagai Wajib Pajak. Pada umumnya, mereka yang memegang sebagian besar saham tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan pembayar pajak yang tinggi. Karena kendali perusahaan dipegang oleh kelompok ini, maka perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang rendah dengan tujuan untuk menghindarkan kelompok tersebut dari pajak penghasilan tinggi.

11. Pajak atas Keuntungan yang Salah Diakumulasikan. Untuk mencegah perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak pribadi yang tinggi, dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan yang diakumulasikan secara tidak benar.

12. Tingkat Inflasi. Kecenderungan kenaikan harga tennasuk harga aktiva tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap yang aus karena proses produksi. Karena itu, perusahaan akan memperbesar porsi laba ditahan yang berarti porsi untuk dividen berkurang.

2.5 Kebijakan Dividen Dalam Praktik

Pada praktiknya perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini disebabkan oleh asumsi bahwa investor


(37)

melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan dividen, dan investor cenderung lebih menyukai dividen yang tidak berfluktuasi (dividen yang stabil). Menjaga kestabilan dividen, tidak berarti menjaga dividend payout ratio tetap stabil, karena jumlah nominal dividen juga tergantung pada penghasilan bersih perusahaan. Jika laba bersih perusahaan berfluktuasi dari waktu ke waktu, maka pembayaran dividen juga akan berfluktuasi. Pada umumnya perusahaan akan menaikan dividen hingga suatu tingkat dimana mereka yakin dapat mempertahankannya dimasa yang akan datang. Artinya dalam kondisi yang terburuk sekalipun, perusahaan masih tetap

mempertahankan dividennya.

Selain cara tersebut di atas, dalam praktiknya ada juga perusahaan menggunakan model residual dividend dalam kebijakan pembagian dividennya. Dalam model ini, kebijakan

pembagian dividen ditentukan dengan 4 (empat) pertimbangan, (Atmaja, 1999: 290) yaitu: 1. Mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan.

2. Mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.

3. Memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin.

4. Membayar dividen hanya jika ada sisa laba.

Model residual dividend ini berkembang karena perusahaan lebih senang menggunakan laba ditahan daripada menerbitkan saham baru untuk memenuhi kebutuhan modal sendiri. Hal ini disebabkan karena menerbitkan saham baru menimbulkan biaya emisi saham, dan investor beranggapan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham baru dianggap perusahaan yang kesulitan keuangan, sehingga menyebabkan penurunan harga saham.


(38)

2.6 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Hasil penelitian Smith & Watts (1992) menunjukkan hasil secara umum seluruh rasio dalam model pengujian hubungan Investment Opportunity Set (IOS) dengan kebijaksanaan dividen memiliki koefisien yang signifikan walaupun dengan tingkat signifikasi yang berbeda-beda. Penelitian Smith & Watts menggunakan indikator

dividene per share to prise ratio (dividend yields), hasil penelitiannya mendukung

hipotesis kontrak yang mengatakan bahwa perusahaan yang tumbuh cenderung membagikan dividen lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh.

Penelitian serupa dilakukan oleh Gaver & Gaver (1993) yang menggunakan dividend payout dan dividend yields sebagai indikator kebijaksanaan dividen perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dividend yields memiliki hubungan yang negative dengan IOS, namun hubungan IOS dengan dividend payout ratio tidak signifikan.

Penelitian yang sama sebelumnya dilakukan oleh Sutrisno (2001). Faktor-faktor yang diteliti adalah: posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap modal, profitabilitas, holding dan dividend payout ratio. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai faktor yang signifikan terhadap dividend

payout ratio. Dari keenam variable yang diduga mempengaruhi DPR, hanya kelompok assets

saja yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kelompok earnings kurang berpengaruh signifikan. Secara umum, variabel independen posisi kas (cash position) dan debt to equity ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan variabel yang lainnya tidak cukup signifikan. Secara parsial, posisi kas berhubungan secara positif signifikan terhadap DPR. Variabel ini mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap DPR dibandingkan dengan variabel lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi posisi kas suatu perusahaan akan semakin tinggi pula kemampuannya untuk membayarkan


(39)

dividen. Variabel debt to equity ratio (DER) secara parsial juga berhubungan secara negatif signifikan terhadap DPR. Variabel ini juga mempunyai pengaruh dominan terhadap DPR setelah posisi kas perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Nasution (2004) terhadap 37 perusahaan yang terdaftar di BEJ yang bergerak dibidang manufaktur, mengatakan bahwa secara simultan Cash Position,

Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, dan Profitability tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap DPR, sedangkan secara parsial hanya DER yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.

Secara ringkas rangkuman penelitian terdahulu yang membahas tetang kebijakan dividen dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Model

Analisis Hasil Penelitian

Smith & Watts Invesment Opportunity

Set (IOS) Regresi

IOS berpengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen

Gaver & Gaver

Invesment Opportunity

Set (IOS) Regresi

Sutrisno

Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa

dividend yields memiliki

hubungan yang negative dengan IOS, namun hubungan IOS dengan dividend payout ratio tidak signifikan

Posisikas, potensi Pertumbuhan, ukuran perusahaan, rasio hutang terhadap modal,

profitability, holding

Regresi

Tidak semua faktor yang diteliti mempunyai faktor yang signifikan terhadap dividend payout ratio. Dari keenam variable yang diduga mempengaruhi DPR, hanya kelompok assets saja yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kelompok earnings kurang berpengaruh signifikan.


(40)

Nasution

Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio, dan Profitability

Regresi

Secara simultan Cash Position, Growth, Firm Size, Debt to Equity Ratio,

dan Profitability tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap DPR,

sedangkan secara parsial hanya DER yang berpengaruh secara signifikan terhadap DPR.


(41)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1Kerangka Konsep

Secara ringkas hubungan variabel independen dengan variabel dependen dapat digambarkan dalam kerangka konseptual berikut ini:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 3.1 Hubungan Variabel Independen dengan dependen

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dilihat bahwa ada keterkaitan atau hubungan antara cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability terhadap dividend payout ratio, baik secara silmutan maupun secara parsial.

1.

Hubungan variabel independen dan dependen tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:

Posisi Kas (Cash Position)

Dividen merupakan arus kas (cash out flow) yang dibayarkan kepada pemegang saham. Oleh karena itu semakin kuat posisi kas suatu perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan membayar dividen, berarti DPR juga semakin tinggi, demikian sebaliknya,

Cash position ( X1)

Growth ( X2 )

firm size ( X3 )

Debt to equity ratio ( X4 )

Profitability ( X5 )


(42)

semakin lemah posisi kas suatu perusahaan, maka DPRnya juga semakin kecil. 2. Tingkat Pertumbuhan (growth)

3.

Perusahaan yang tingkat pertumbuhannya semakin tinggi, maka jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai pertumbuhan tersebut semakin besar. Untuk membiayai pertumbuhan tersebut biasanya perusahaan lebih menyukai dana yang berasal dari laba ditahan dari pada sumber lain, dengan demikian jumlah dana yang digunakan untuk membayar dividen semakin kecil, sehingga DPR semakin kecil.

Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan pendekatan total aktiva. Perusahaan besar dinilai mempunyai kebijakan yang sangat ketat dalam pembayaran dividen. Disamping itu, perusahaan akan mempertahankan kebesarannya dengan menjaga agar tidak terjadi penurunan nilai saham di pasar modal yang umumnya dapat ditempuh dengan cara membayar dividen. Dengan demikian semakin besar ukuran perusahaan ( total aktiva), semakin besar DPRnya.

4. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt To Equity Ratio)

5.

Rasio ini merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER), maka kemapuan perusahaan untuk membayar dividen semakin kecil, sehingga DPR semakin kecil. Hal ini disebabkan karena sebagian modal sendiri digunakan untuk membayar utang. Demikian sebaliknya, semakin rendah DER, semakin tinggi DPRnya.

Kemampuan Memperoleh Laba (Profitability)

Semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka semakin tinggi juga kemampuan perusahaan membayar dividen, sehingga DPR semakin tinggi juga,


(43)

demikian sebaliknya, semakin rendah tingkat kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka semakin rendah juga kemampuan perusahaan membayar dividen, sehingga DPR semakin rendah.

3.2Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.


(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif yakni riset korelasi (correlation research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Travers (1978) dalam Umar (1998:22) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Penelitian ini akan mengidentifikasi bagaimana variable independent (cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability) mempengaruhi vaiabel dependen (dividend payout ratio).

4.2Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia. Penentuan lokasi ini didasarkan dengan asumsi bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan yang selalu konsisten membayar dividen kepada pemegang saham.

Ruang lingkup penelitian ini adalah Manajemen Keuangan dengan penekanan pada penetapan kebijakan terhadap dividen perusahaan dimana untuk aspek penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan-perusahaan yang go public yang memiliki DPR lebih besar dari 0 ( DPR>0

4.3Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam menentukan sampel penelitian, maka metode yang digunakan adalah metode purposive sampling atau disebut juga metode judgement sampling. Dalam metode ini, penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan ( persyaratan-persyaratan ) tertentu


(45)

dengan cara demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau perusahaan yang disampel itu yang mencerminkan populasinya. Persyaratan perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yakni 2001 sampai dengan 2005

2. Perusahaan tersebut telah menerbitkan laporan keuangan tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.

3. Perusahaan yang memiliki dividend payout ratio yang lebih besar dari 0 ( nol ) dan membayar dividen secara konsisten selama 5 tahun berturut-turut ( 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005 )

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan 2005, diperoleh perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian ini sebanyak 25 (dua puluh lima) perusahaan.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen yaitu dengan mengolah isi laporaan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan penelitan ini.

4.5 Definisi Operasional

Definisi, logika, dan asumsi ataupun pembatasan pada masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:


(46)

1. Dividen Payout Ratio ( DPR ) adalah merupakan rasio yang menunjukkan besarnya tingkat pembayaran dividen atas perolehan laba perusahaan. Besarnya DPR sangat tergantung dari berbagai hal baik keuangan maupun non keuangan, baik intern perusahaan maupun ektern perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini dinilai memiliki pengaruh dalam kebijakan terhadap dividen.

2. Cash Position ( posisi kas ) adalah merupakan tingkat yang menunjukkan besarnya saldo kas pada akhir periode pembukuan terhadap besarnya laba bersih yang diperoleh pada periode tersebut. Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat suatu keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, diasumsikan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga DPRnya juga semakin tinggi, demikian sebaliknya.

3. Growth ( pertumbuhan ) adalah suatu besaran yang menunjukkan peningkatan

pertumbuhan. Pertumbuhan dibatasi dengan pengukuran penigkatan penjualan dari satu periode ke periode berikutnya. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi dalam rangka menjaga atau mempertahankan pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana dimasa yang akan datang, diasumsikan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Oleh karena itu, pertumbuhan menjadi faktor penting dalam kebijakan terhadap dividen.

4. Firm Size ( ukuran perusahaan ). Ukuran suatu perusahaan dapat diukur dengan

pendekatan total aktiva. Perusahaan besar dinilai memiliki kebijakan yang sangat ketat dalam pembayaran dividen dan diasumsikan semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar DPR mengingat bonafiditas perusahaan dapat diukur melalui besarnya aktiva


(47)

perusahaan. Disamping itu, perusahaan besar akan mempertahankan kebesaranya dengan menjaga agar tidak terjadi penurunan nailai saham di pasar modal yang umumnya dapat ditempuh dengan pembayar dividen.

5. Debt to Equity Ratio ( rasio utang terhadap ekuitas ) adalah merupakan kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Dalam penelitian ini diaumsikan bahwa penurunan DER disebabkan oleh penurunan laba perusahaan yang pada gilirannya dapat mengakibatkan cash in flow sehinga kemampuan pembayaran kewajiban maupun dividen akan meningkat. Turunnya DER akan meningkatkan kepentingan pemilik dalam modal perusahaan. Dengan demikian, DER dinilai mempunyai hubungan yang negatif dengan dividen. Semakin rendah DER, semakin tinggi Dividend Payout Ratio.

6. Profitability ( kemampuan memperoleh laba ) adalah merupakan tingkat keuntungan

bersih dalam mendaya gunakan aktivanya. Dividen dibayarkan dengan mengacu pada laba bersih yang diperoleh perusahaan. Oleh karenanya, dividen akan dibagikan jika perusahaan memperleh laba. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, dapat dimaknai dengan semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

4.6 Identivikasi dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variabel tak bebas). Independent variable (variabel bebas) adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan variabel dependen dan mempunyai hubungan positif atau negatif. Independent variable (variabel bebas) dalalam penelitian ini yaitu cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability. Sedangkan vaiabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah divident payout ratio.


(48)

Pengukuran dari masing-masing variabel dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Yang Diukur

Instrumen Indikator Skala

Sumber Data

Dividend Payout Ratio ( Y)

Penggunaan

Dokumen LabaPerSaham Saham Per Dividen

Rasio Sekunder

Cash Position (X1

Penggunaan Dokumen

) LabaSetelahPajak

Tahun Akhir Kas Saldo

Rasio Sekunder

Growth (X2

Penggunaan Dokumen

) Perubahan penjualan Rasio Sekunder

Firm Size (X3

Penggunaan Dokumen

) Total Aktiva Rasio Sekunder

Debt To Equity Ratio (X4

Penggunaan Dokumen

) TotalEkuitas

g Hu

Total tan

Rasio Sekunder

Profitability (X5

Penggunaan Dokumen ) Aktiva Total Pajak Setelah Laba

Rasio Sekunder

4.7 Metode Analisis Data

Pengujian data dilakukan dengan asumsi klasik yang meliputi: 4.7.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng ( bell shaped ). Jika data berdistribusi normal, maka pengujian data dilakukan dengan statistika parametric, sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian data dilakukan dengan statistika non parametric. Untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melalui:


(49)

4.7.1.1 Uji Kolmogorov Smirnov

Dalam Uji Kolmogorov Smirnov, apabila nilai Kolmogorov – Smirnov Test tingkat angka signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal, tetapi apabila tingkat angka signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

4.7.1.2 Grafik P-P Plot

Berdasarkan Grafik P-P Plot, apabila dalam gambar grafik terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya, berarti data terdistribusi secara normal.

4.7.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah diantara variabel independen ada yang saling berkorelasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas antar variable independen, maka dilakukan dengan cara melihat nilai:

a. Variance Inflation Factor (VIF). Menurut Santoso (2002), pada umumnya jika VIF lebih

besar dari 10 (>10), maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya, tetapi apabila VIF lebih kecil dari dari 10 (<10), berarti tidak terjadi multikolinearitas.

b. Tolerance. Apabila nilai tolerance dibawah 0,1 berarti tidak ada korelasi antar variabel independent, hal ini berarti tidak terjadi multikolinearitas.

4.7.3 Uji Heteroskedastisitas

Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidak-samaan varian dari residual dalam rangkain suatu pengamatan ke pengamatan yang


(50)

lain. Jika varian dari residual dalam rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, disebut terjadi homoskedastisitas. Jika dari residual dalam rangkaian suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda, maka disebut terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Grafik Scatterplot dan Uji Glejser. Dengan grafik scatterplot, analisis data sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola yang teratur maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual dengan varabel

indevendennya. Jika nilai t hitung signifikan pada taraf alpa <5%, berarti terjadi heteroskedastisitas, tetapi jika nilai t hitung signifikan pada taraf alpa >5%, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.7.4 Uji Autokorelasi

Tujuan pengujian ini adalah untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengguna pada priode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Suatu model regresi bebas dari autokorelasi berdasarkan hasil pengolahan data, nilai Durbin-Watson (DW) diantara -2 dan 2.

4.8 Metode Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan regresi berganda mengingat pengujian variabel independen dilakukan secara simultan, dengan rumus sebagai berikut:


(51)

Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan uji regresi sederhana mengingat pengujian variabel independen dilakukan secara parsial, dengan rumus:

Y=a + bX

Untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, pengujian dapat dilakukan dengan goodness of fit. Dalam penelitian ini, variabel penelitian lebih dari dua variabel, maka kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square. Untuk menguji apakah parameter koefesien Adjusted R Square signifikan atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik metode Fisher (uji F) dengan tingkat kenyakinan (confident level) sebesar 95%. Kriteria pengujian yang digunakan adalah:

1. Ho diterima jika Fhitung ≤ F

2. Ho ditolak jika F

tabel


(52)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Data Penelitian

Statistik deskriptif untuk setiap variabel independen yang dianalisis disajikan pada tabel 5.1. variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 (lima) variabel yaitu: cash position(X1), growth (X2), firm size (X3), debt to equity ratio (X4), dan profitability (X5

Tabel 5.1 Deskripsi Statistik

).

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CP_X1 120 .02 24.24 2.2512 2.96047

Growth_X2 120 -.99 1.17 .1669 .22486

Firm_Size_X3 120 100099 2.E7 3.06E6 5035577.656

DER_X4 120 .01 10.93 1.3170 1.86578

Profitability_X5 120 .01 .89 .1129 .11493

DPR_Y 120 0.19 397.18 39.5990 53.06785

Valid N (listwise) 120

Sumber : Hasil Olah Data SPSS.

5.1.1 Cash Position (X1)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata rasio cash position perusahaan sebesar 2,2512 atau 22,51%, sedangkan rasio minimum dan maksimum cash position masing-masing sebesar 2% dan 242,2%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata posisi kas perusahaan masih lemah, sehingga tingkat kemampuan perusahaan membayar dividen juga masih kecil.

5.1.2 Growth (X2

Tingkat pertumbuhan perusahaan yang paling rendah –99%, yang paling tertinggi sebesar 117%, dan rata-rata sebesar 16,69%. Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata perusahaan tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekpansi dalam rangka menjaga atau


(53)

mempertahankan pertumbuhan tersebut semakin besar juga yaitu rata-rata 16,69% pertahun. Untuk membiayai pertumbuhan tersebut biasanya perusahaan lebih menyukai dana yang berasal dari laba ditahan dari pada sumber lain, sehingga dana yang digunakan untuk membayar dividen yang berasal dari laba semakin kecil, sehingga DPR semakin kecil. Dengan demikian semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen.

5.1.3 Firm Size (X3

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan pendekatan total aktiva. Dari 25 sampel perusahaan yang diteliti nilai total aktiva yang paling rendah adalah sebesar Rp.100.099.000.000,00, dan nilai maksimum total aktiva Rp. 22.128.851.000.000,00 sedangkan rata-rata total aktiva perusahaan sebesar Rp.3.060.000.000.000,00. Diasumsikan semakin besar ukuran perusahaan semakin besar DPR, karena bonafiditas perusahaan dapat diukur dari besarnya aktiva perusahaan. Perusahaan besar akan selalu membayar dividen untuk mempertahankan kebesarannya, dan menjaga agar tidak terjadi penurunan nilai saham di pasar modal .

)

5.1.4 Debt to Equity Ratio (X4

Debt to Equity Ratio ( rasio utang terhadap ekuitas ) adalah merupakan kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. )

Semakin tinggi

Debt to Equity Ratio (DER), maka kemapuan perusahaan untuk membayar dividen semakin

kecil, sehingga DPR semakin kecil. Hal ini disebabkan karena sebagian modal sendiri digunakan untuk membayar utang. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai DER perusahaan sangat rendah yakni rata-rata 13,17%, sedangkan nilai DER minimum 1% dan maksimum 109,30%. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan mampu membayar utangnya


(54)

sebesar 13,17% yang berasal dari modal sendiri, sedangkan sisanya dapat digunakan untuk membayar dividen. DER dinilai mempunyai hubungan yang negatif dengan dividen. Semakin rendah DER, semakin tinggi Dividend Payout Ratio.

5.1.5 Profitability (X5

Profitability ( kemampuan memperoleh laba ) adalah merupakan tingkat keuntungan

bersih yang diperoleh perusahaan dalam mendaya gunakan aktivanya. Dividen dibayarkan dengan mengacu pada laba bersih yang diperoleh perusahaan. Tabel 4.1 menggambarkan bahwa rata-rata tingkat kemampuan perusahaan memperoleh laba sebesar 11,29%, sedangkan tingkat yang paling kecil 1%, dan yang paling besar 89%. Hal ini menggambarkan bahwa rata-rata tingkat kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktiva untuk memperoleh laba masih rendah., sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen juga rendah.

)

5.1.6 Dividend Payout Ratio

Dividen Payout Ratio ( DPR ) adalah merupakan rasio yang menunjukkan besarnya

tingkat pembayaran dividen atas perolehan laba perusahaan. Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata DPR perusahaan sebesar 39,60%, sedangkan DPR yang paling rendah 0,19%, dan yang paling tertinggi 397,18%. Besarnya DPR sangat tergantung dari berbagai hal, baik keuangan maupun non keuangan, baik intern perusahaan maupun ektern perusahaan.

5.2. Hasil Pengujian Data

Hasil pengujian terhadap data yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi klasik yang merupakan dasar dalam model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:


(55)

5.2.1 Ujia Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak, dideteksi melalui Uji Kolmogorov Smirnov dan tampilan Grafik yaitu :

5.2.1.1 Uji Kolmogorov Smirnov

Untuk melihat apakah suatu data berdistribusi normal, maka dilakukan secara statistik dengan Uji Kolmogorov Smirnov. DalamUji Kolmogorov Smirnov, apabila nilai Kolmogorov – Smirnov Test tingkat angka signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal, tetapi apabila tingkat angka signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov dengan pengolahan data SPSS, dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut :

Tabel 5.2 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Absut_1

N 52

Normal Parametersa Mean 2.5402

Std. Deviation 1.40066

Most Extreme Differences Absolute .078

Positive .078

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .560

Asymp. Sig. (2-tailed) .913

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Hasil olah data SPSS

Berdasarkan hasil pengujian nilai Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 0,560 dengan tingkat signifikansi 0,913 (> 0,05) hal ini berarti data terdistribusi secara normal.

5.2.1.2 Grafik P-P Plot

Berdasarkan Grafik P-P Plot, apabila dalam gambar grafik terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya, berarti


(56)

data terdistribusi secara normal. Hasil uji Grafik P-P Plot dapat dilihat seperti gambar 5.1 berikut ini:

Gambar 5.1 : Grafik Normalitas Data

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa terdapat titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal tersebut, hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal.

5.2.2 Pengujian Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas. Cara mendeteksinya adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), dan Tolerance. Menurut Santoso (2002), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel independen lainnya, tetapi apabila VIF lebih kecil dari 10, berarti tidak terjadi multikolinearitas.

Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang dimiliki, diperoleh nilai Tolerance dan VIF seperti pada tabel 5.3 berikut ini:


(57)

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant)

CP_X1 .906 1.104

Growth_X2 .933 1.072

Firm_Size_X3 .752 1.329

DER_X4 .723 1.383

Profitability_X5 .913 1.095

Dependent Variabel : Return_Y Sumber : Output SPSS

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk setiap variabel independent <10 (lebih kecil dari sepuluh), dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 (nol koma satu), hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara grafik Scatterplot. Apabila dalam grafik Scatterplot terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, tetapi apabila titik yang ada membentuk pola yang teratur, nerarti telah terjadi heteroskedastisitas.

Hasil pengolahan grafik Scatterplot dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut :


(58)

Sumber : Output SPSS

Gambar 5.2 grafik Scatterplot

Dari grafik Scatterplot tersebut di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y, hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

Selain grafik Scatterplot, untuk menguji heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independennya. Jika nilai t signifikan pada taraf alpa <5%, berarti terjadi heteroskedastisitas, tetapi jika nilai t hitung signifikan pada taraf alpa >5%, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi Adapun hasil pengujian Uji Glejser terdapat pada tabel 5.4 berikut :

Tabel 5.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


(1)

hipotesis berada diluar daerah penerimaan H0.Hal ini berarti bahwa cash position, growth, firm

size, debt to equity ratio, dan profitability secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.

5.4Pembahasan

Dari hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa secara simultan cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio, hasil ini mendukung hipotesis penelitian. Tetapi signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen rendah hanya

Secara parsial

21,2% sisanya sebesar 78,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini.

cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio, hasil ini tidak mendukung hipotesis penelitian, karena dari hasil pengujian yang dilakukan hanya variabel cash position (X1), dan growth (X2) tingkat signifikansi dibawah 0.05. yaitu masing-masing 0,002 dan 0,000 sedangkan varibel independen lainya: firm size (X3), debt to equity ratio (X4), dan profitability (X5) tingkat signifikasinya di atas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang paling dominan diperhatikan oleh para pimpinan perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividennya adalah cash position, dan growth.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara simultan variabel independent: cash position, growth, firm size, debt to equity ratio, dan profitability mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen: dividend payout ratio. Hasil penelitian ini kontradiksi dengan hasil penelitian Nasution (2004) yang mengatakan bahwa cash position (X1), growth (X2), firm size (X3), debt to equity ratio (X4), dan profitability (X5

2.

) tidak berpengaruh signifikan terhadap didident payout ratio (Y).

Secara parsial hanya cash position, dan growth mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan firm size, debt to equity ratio, dan profitability tidak berpengaruh. Sedangkan hasil penelitian Nasution (2004) secara parsial yang berpengaruh signifikan hanya variabel DER.

6.2Keterbatasan Penelitian

1.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjadikan penelitian ini lebih baik dan sempurna, namun dibeberapa sisi masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Selain kekurangan dan keterbatasan pengetahuan, waktu, dan biaya yang dimiliki penulis, penelitian ini juga mempunyai kelemahan dan keterbatasan antara lain:

Penelitian ini belum memasukkan semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Selain faktor-faktor yang menjadi variabel bebas dalam penelitian


(3)

ini, juga terdapat faktor lain diantaranya:

2. Periode data penelitian masih terlalu singkat.

Return on Invesment (ROI), Return on Equity, Current Ratio, dan lain sebagainya.

6.3

Dari kesimpulan dan keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini, Penulis memberikan saran sebagai berikut:

Saran

1. Bagi peneliti berikutnya yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebiajakan dividen, agar memasukkan Return on Invesment (ROI), Return on Equity, dan lainya sebagai variabel independen.

2. Variabel-variabel independen yang tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio dalam penelitian ini, disarankan tidak dimasukkan lagi sebagai variabel independen pada penelitian selanjutnya.

3. Periode data penelitian selanjutnya, disarankan periodenya lebih panjang lagi untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal.

4. Bagi para investor dan calon investor yang mengharapkan dividen sebagai tujuan investasinya, dapat mempertimbangkan cash position, dan growth suatu perusahaan sebagai salah satu faktor dalam mengambil keputusan investasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert, The Intelligent Guide To Indonesian Capital Market, Edisi Pertama, Mediasoft Indonesia, 1997

Asnawi, Said Kelana, dan Candra Wijaya, Riset Keuangan Pengujian-pengujian Empiris, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Atmaja, Lukas Setia, Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1999.

Brigham, F. Eugene and Joel F. Houston, Fundamentals of Financial Management, Eight Edition, The Dryden Press, Harcourt Brace College Publishers, New York, 1998.

Campbell, JA and Beranek W, Stock Price Behavior on Ex-Dividend Dates, Journal of Finance, 10:425-429, 1995

Dermawan Sjahrial, Manajemen Keuangan, Edisi Dua, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008. Gordon, Myron J. Optimal Investment and Financing Policy, Journal of Finance, May 1963. Hartono, Sugianto. An Agency Cost Explanation for Dividend Payment, Working Papers,

UGM, 1999.

Hasanul Aswadi Nasution, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Publik di Indonesia, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004.

Heart, Douglas dan Rimbey, James N. Quarterly Journal of Business and Economics, January 1993.

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 1998.

Husnan, Suad. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang, Edisi Ketiga, Yogyakarta, BPFE UGM, 1995.


(5)

Indonesian Capital Market Directory, Bursa Efek Jakarta, Edisi 2003 Indonesian Capital Market Directory, Bursa Efek Jakarta, Edisi 2006

Irianto, Guntur. Mengistimasi Target Dividend Payout Ratio dan Speed of Adjustment di Indonesia, Tesis Program Pascasarjana UI, Jakarta, 1995.

Jogiyanto, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta, 1998.

Kartadinata, Abas. Pembelanjaan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1990. Kompas, Harian, 20 Mei 2003.

Levy, H. dan Sarnat, M. Capital Investment and Financial Decision, Fourth Edition, Prentice Hall, New York, 1990.

Lintner, John. Dividend, Earning, Leverage, Stock Price, and the Supply of Capital to Corporation, Review of Economics and Statistics, August 1962.

Manson, Robert D. dan Lind, A. Douglas, Teknik Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi Kesembilan, PT Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 1996.

Masidonda, Jaelani La, Maski, Ghozali, dan Idrus, M. S. Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Pendanaan dan Pengaruhnya bersama Beban bunga, Return on Assets terhadap Rentabilitas Modal Sendiri, TEMA I, Januari 2001.

Martin, John D. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kelima, Jilid Satu, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999.

Mayangsari, Sekar. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendanaan, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Januari 2001.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.

Penman, H. Stephen, Financial Statement Analysis Security Valuation, Second Edition, Mc Graw Hill, New York.

Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, BPFE UGM, Yogyakarta, 1995.

Sartono, R. Agus, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, BPFE UGM, Yogyakarta, 2001.


(6)

Sekaran, Uma. Research Methods fin- Business, Third Edition, John-Wiley & Sons, Inc., New York, 2000.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Ketiga, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.

Sidik, Abdullah dan Riyanto, Bambang. Perkembangan Rentabilitas Modal Sendiri beserta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, BPPS-UGM 2, Januari 1989.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2002.

Smith and Watt. The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend and Compensation Policy, Journal of Financial Economics, 1992.

Sulistianingsih, Henny. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sumber Pendanaan, Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, Januari 2001.

Sutrisno. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia, TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001.

Van Horne, James C. Financial Management and Policy, Sevent Edition, Prentice Hall, New York, 1986.

Yudiyantho, Steven Agustino. Analisa Perilaku Dividen terhadap Sekuritas, Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta, 1996.

Weston, J. Fred dad Brigham, Eugene F. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1993.

Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi Tujuh, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Yogyakarta, 1992.