Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara seputar penerjemahan, maka secara tak langsung kita akan menyentuh persoalan bahasa. Dalam konteks penerjemahan di sini adalah bahasa Arab. Sebagaimana yang kita maklum, bahasa Arab memiliki peranan yang amat besar dalam proses peradaban dan kebudayaan. Saat ini, bahasa Arab sudah resmi menjadi bahasa kedua internasional dan merupakan salah satu dari kurang lebih 3500 bahasa di dunia dan satu di antara enam bahasa resmi internasional selain Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, Cina, dan Arab. 1 Pada pertengahan abad ke-19, bahasa ini telah memasuki fase baru dalam perkembangannya. Ada berbagai hal yang menunjukkan bahwa bahasa Arab telah memainkan perannya sebagai pembawa ide-ide modern dan teknologi. Bahasa Arab berada pada pengaruh tetap kebudayaan. Sebagai hasil kontak yang tetap ini, bahasa ini telah meminjam beberapa kata atau menyerap istilah, ide, dan konsep dari bahasa lain. Akademi-akademi di Kairo, Damaskus, Baghdad, dan Amman aktif menstandarisasikan bahasa Arab dan memasukkan istilah-istilah asing dan konsep baru ke dalam bahasa Arab arabisasi atau lebih dikenal dengan konsep tarib. Karenanya, proses arabisasi atau memungut bahasa asing dengan perubahan seperlunya untuk disesuaikan dengan pola morfologi dan fonologi 1 Penjelasan dalam M. H Bakalla, Judul Asli: Arabic Culture Through Its Language, and Literature, alih bahasa oleh Team Penerbit dengan judul Pengantar Penelitian Studi Bahasa Arab, Jakarta: PT. Hardjuna Dwitunggal, 1990, cet ke-1, h. 7-8. 2 bahasa Arab bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, ada sejumlah buku yang ditulis lebih dari 1000 tahun yang lalu di mana isinya adalah kata pinjaman dari bahasa Parsi dan bahasa lainnya, misalnya kata pinjaman hatif yang berangsur-angsur berubah untuk menggantikan kata telephone. 2 Menerjemah bukanlah semata-mata kegiatan dalam mentransfer maksud meaning atau masalah pengalihan bahasa linguistic transfer dari sebuah naskah asal ke dalam bahasa penerima, melainkan juga harus memecahkan persoalan mengenai padanan equivalence dan perbedaaan kultural antar dua bahasa yang melatarinya. Penerjemahan merupakan sebuah kerja yang amat kompleks, seperti pengalihan lintas budaya crosscultural transfer dan konteks situasi context of situation. 3 Di samping itu, tak kalah urgennya juga permasalahan untuk siapa dan untuk apa kita menerjemahkan. Sebelum menerjemahkan sebuah teks, seorang penerjemah harus mengetahui untuk siapa audience design dan untuk tujuan apa needs analysis dia menerjemahkan. Proses ini merupakan salah satu proses yang tidak dapat diabaikan dalam menerjemahkan karena merupakan proses awal dalam menetukan metode penerjemahan yang akan dan harus digunakan. Hoed mengutip pernyataan Basnett dan Lefevere bahwa apa pun tujuannya, setiap reproduksi terjemahan selalu dibayangi oleh ideologi tertentu. Ideologi dalam penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang betul-salah dan baik-buruk dalam penerjemahan, yakni terjemahan seperti apa yang terbaik 2 Ibid, h. 16. 3 Halliday, M A K dan Raquaiya Hasan, Language, Context, and Text: Aspects of Language in a Social-Semiotic Perspective. Victoria: Deakin University Press, 1986, h. 5-6. 3 bagi masyarakat pembaca BSa atau terjemahan seperti apa yang cocok dan disukai masyarakat tersebut. Menurut Venuti 1995, seperti yang dikutip Benny Hoed, terjemahan yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan kebudayaan atau cita rasa masyarakat pembaca. Pesan message tersebut harus dikemas dan disampaikan penerjemah dengan bahasa yang sesuai dengan norma serta budaya pembaca bahasa sasaran. Inilah yang dinamakan teori domestication. Adapula penikmat buku terjemahan di dalam suatu masyarakat yang menginginkan budaya culture yang terkandung dalam Bsu tetap dipertahankan, tidak dialihbahasakan. Kemudian teori ini lebih dikenal dengan foreignization. 4 Berangkat dari problem inilah, Penulis tertarik sekali mengkaji lebih dalam tentang sejauh mana posisi dan signifikansi domestikasi dan foreignisasi dalam warna-warni dunia penerjemahan. Hal ini cukup beralasan, mengingat tingkat kesulitan dan suasana budaya yang menghiasi teks sumber yang memiliki style Arab hampir mustahil sama persis hingga dapat dialihkan secara sempurna. Oleh karena itu, setiap pengalihbahasa harus membangun orientasi kerja terjemahan yang makna oriented agar enak dikunyah oleh publik. Adapun judul penelitian yang akan Penulis teliti ini bertemakan, Analisis Sosio-Kultural atas Teks Terjemahan: Telaah Domestication dan Foreignization terhadap Buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris. 5 4 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2006, cet ke-1, h. 83. 5 Salah satu alasan primer Penulis mengangkat tema buku ini ialah buku tersebut best seller dan telah mengalami cetak ulang sampai cetakan ke-15 tahun 2002. Buku yang bercorak 4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1 Pembatasan masalah