Hasil Uji Hipotesis 1 : Kepemilikan manajerial,
104
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian dari Huang Hui dan Jing-Jing Zhou 2008 yang
menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif antara persentase saham yang dimiliki oleh para manajer dengan
biaya kesulitan keuangan atau tidak signifikan. Hal ini mungkin terjadi karena proporsi saham manajer terlalu
kecil. Terdapat hasil penelitian lain yang mendukung dari
hasil penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Safrida Rumondang Parulian 2007. Menyatakan bahwa
kepemilikan saham oleh insider direksi dan komisaris tidak terbukti memiliki hubungan signifikan dengan
terjadinya distress, walaupun arah hubungannya sesuai dengan hipotesis.
Tetapi hasil ini kurang sejalan dengan teori agensi dari Jensen 1993 dalam Masruddin 2007, yang
menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham
dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial, maka semakin baik kinerja perusahaan.
Teori Jensen didasarkan atas asumsi bahwa antara pemilik perusahaan dan manajemen pengelola perusahaan adalah
105
terpisah, sehingga timbul peluang terjadinya konflik antara pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan agency
conflict.
Variabel KI Kepemilikan Institusional berpengaruh
terhadap terjadinya financial distress. Dalam tabel menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0.046
dengan nilai probabilitas sebesar 0.044, nilai ini lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0.05 5 . Dengan
diketahuinya nilai koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar -0.046 maka variabel kepemilikan institusional juga
memiliki hubungan negatif dengan variabel financial distress.
Maka setiap
kenaikan 1
kepemilikan institusional akan menurunkan probabilitas terjadinya
financial distress sebesar 0.046. Artinya peningkatan kepemilikan
institusional dalam
perusahaan akan
mendorong semakin kecilnya potensi financial distress. Hal ini dikarenakan semakin besar kepemilikan institusional
akan semakin besar monitor yang dilakukan terhadap perusahaan yang pada akhirnya akan mampu mendorong
semakin kecilnya potensi financial distress yang mungkin tejadi di dalam persahaan. Hubungan yang bersifat negatif
106
tersebut juga didukung dengan kekuatan hubungan, yang artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel
kepemilikan institusional dengan variabel financial distress yaitu sebesar 0.044 signifikan pada tingkat 5. Dengan
demikian terbukti bahwa secara individu parsial variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap terjadinya
financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh Masruddin 2007, yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap
terjadinya financial
distress. Sebagian besar pemegang saham perusahaan-perusahaan di
Indonesia adalah memakai nama suatu institusi daripada nama pribadi. Kondisi ini akan menyulitkan untuk
mengetahui nama-nama direksi atau komisaris yang mewakili pemegang saham perusahaan.
Tetapi hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Emrinaldi Nur DP 2007 yang menyatakan
bahwa terdapat
hubungan yang
signifikan antara
kepemilikan institusional dengan perusahaan berstatus kesulitan keuangan. Peningkatan kepemilikan institusional
dalam perusahaan akan mendorong semakin kecilnya