Hasil Uji Hipotesis Kedua : Kepemilikan manajerial,

106 tersebut juga didukung dengan kekuatan hubungan, yang artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel kepemilikan institusional dengan variabel financial distress yaitu sebesar 0.044 signifikan pada tingkat 5. Dengan demikian terbukti bahwa secara individu parsial variabel kepemilikan institusional berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Masruddin 2007, yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Sebagian besar pemegang saham perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah memakai nama suatu institusi daripada nama pribadi. Kondisi ini akan menyulitkan untuk mengetahui nama-nama direksi atau komisaris yang mewakili pemegang saham perusahaan. Tetapi hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Emrinaldi Nur DP 2007 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepemilikan institusional dengan perusahaan berstatus kesulitan keuangan. Peningkatan kepemilikan institusional dalam perusahaan akan mendorong semakin kecilnya 107 potensi terjadinya financial distress. Hal ini dikarenakan semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar monitor yang dilakukan terhadap perusahaan yang pada akhirnya akan mampu mendorong semakin kecilnya potensi financial distress yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki oleh institusi. Institusi itu sendiri meliputi pemerintah, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, hal ini dapat membuktikan bahwa peran dari instutusi-intitusi tersebut besar terhadap perusahaan. Sehingga institusi-institusi tersebut secara otomatis memiliki kontrol yang besar terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perusahaanpun akan lebih baik lagi dalam hal meningkatkan kinerja perusahaan guna untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya dan meningkatkan kepercayaan para pemegang saham. 108  Variabel STK pemegang saham terbesar kedua menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.078 dengan probabilitas sebesar 0.030 di bawah atau lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 5 persen. Dengan demikian terbukti bahwa variabel pemegang saham terbesar kedua berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian dari Masruddin 2007 yang menyatakan bahwa variabel pemegang saham terbesar kedua tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Tetapi hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Tsun- Siou Lee 2004, yang menyatakan bahwa peran pemegang saham terbesar kedua dalam mengontrol kebijakan yang diambil oleh pemegang saham terbesar akan mengurangi peluang pengambilan keputusan yang cenderung menguntungkan pemilik saham terbesar. Di samping itu menurut Classen, Djankov Lang 2000 dalam Masruddin 2007, menyatakan bahwa untuk perusahaan keluarga ada kecenderungan bahwa pemegang saham terbesar kedua, masih ada hubungan keluarga atau masih dari kelompok usaha yang sama sehingga hak suara yang 109 dimiliki cenderung mendukung keputusan pemegang saham mayoritas.  Variabel UDW ukuran dewan direksi menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.750 dengan probabilitas sebesar 0.451 lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0.05 5. Hal ini mengandung arti bahwa secara individu parsial, terbukti bahwa variabel ukuran dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian Masruddin 2007, yang menyatakan bahwa variabel ukuran dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya financial distress. Hal ini tidak konsisten pula dengan penelitian Deni darmawati 2004 dalam Masruddin 2007 yang menjelaskan bahwa jumlah dewan direksi yang sesuai dengan besarnya perusahaan akan lebih efektif dalam monitoring kinerja perusahaan dan terciptanya network dengan pihak luar perusahaan. 110 Tetapi Eisenberg et al. 1998 dalam Khaira Amalia Fachrudin 2008:41 menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran dewan dan kinerja prusahaan, dengan menggunakan sampel di Finlandia. Dewan direksi menentukan kebijakan perusahaan. Dewan komisaris memonitor penerapan kebijakan tersebut. Wardhani 2006 menuliskan bahwa jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang resources dependence Alexander, Fernel, Halporn, 1993; Goodstein, Gautarn, Boeker, 1994; Mintzberg, 1983. Maksud dari pandangan resources dependence adalah bahwa perusahaan akan tergantung dengan dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik. Kerugian dewan yang besar adalah meningkatnya permasalahan dalam hal komunikasi dan koordinasi serta turunnya kemampuan dewan untuk mengendalikan manajemen, sehingga menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan antara manajemen dan kontrol Jensen, 1993; Yermack, 1996 dalam Khaira Amalia Fchrudin, 2008:41. 111 Hasil statistik pada pengamatan tahun 2002 yang dilakukan oleh Khairan Amalia Fachrudin 2008 menunjukkan semakin banyak direktur semakin besar kemungkinan perusahaan untuk tidak kesulitan keuangan. Teori resources dependence mengatakan bahwa perusahaan tergantung pada dewannya untuk mengelola sumber daya secara lebih baik.  Variabel KP kepemilikan publik menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.048 dengan probabilitas sebesar 0.085 lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 0.05 5. Hal ini dapat diartikan bahwa secara individu parsial terbukti bahwa variabel kepemilikan publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruddin 2007, yang menyatakan bahwa variabel kepemilikan publik berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Masyarakat atau publik dalam hal ini dapat berupa pribadi atau suatu institusi. Keberadaanya menuntut untuk diberikannya informasi kinerja perusahaan yang jujur, jelas 112 dan tepat waktu. Penerapan corporate governance yang baik, akan banyak mempengaruhi tinggi rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan manajemen dalam mengelola modal yang ditanamkan ke perusahaan tersebut. Dengan demikian tanggung jawab perusahaan dalam menerapkan corporate governance yang baik akan lebih besar, dimana hal tersebut sebagai bagian dari aspek transparansi dalam mekanisme corporate governance.  Variabel PP partisipasi pendiri menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 0.849 dengan probabilitas sebesar 0.094 lebih besar dari nilai signifikansi 0.05 5. Hal ini mengandung arti bahwa secara individu parsial terbukti bahwa variabel partisipasi pendiri tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini tidak sebanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masruddin 2007, yang menyatakan bahwa variabel partisipasi pendiri berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Tetapi hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tsun-Siou Lee dan Yin Hua Yeh 2004 yang menjelaskan bahwa semakin besar campur tangan pihak pendiri dan 113 keluarga dalam menjalankan bisnis perusahaan, maka tingkat kemandirian manajemen dalam mengelola perusahaan akan cenderung rendah karena adanya campur tangan dari pihak pendiri perusahaan, sehingga penerapan prinsip-prinsip transparancy, accountability dan responsibility akan cenderung lemah yang berarti lemahnya penerapan corporate governance. Yeh, Lee, dan Woidtke 2001 melaporkan perusahaan keluarga yang memiliki tingkat control tinggi akan memiliki kualitas kinerja keuangan yang rendah, dibandingkan perusahaan keluarga yang memiliki tingkat kontrol yang rendah dan telah dimiliki secara luas oleh publik. Lebih lanjut, mereka menemukan bahwa nilai perusahaan lebih tinggi ketika pengendali perusahaan menempatkan wakilnya dalam jajaran manajemen dan jumlahnya hanya minoritas saja dalam Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008:39. 114  Varaibel PK penyebaran kepemilikan menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -1.255 dengan probabilitas sebesar 0.018 lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 5. Hal ini dapat mengandung arti bahwa secara individu parsial terbukti bahwa variabel penyebaran kepemilikan berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Masruddin 2007, yang menyatakan bahwa variabel penyebaran kepemilikan tidak berpengaruh terhadap terjadinya financial distress. Sebabnya adalah perusahaan dengan struktur kepemilikan saham yang menyebar banyak pemilik dengan kepemilikan yang kecil menyebabkan pengendalian pemegang saham terhadap manajemen cenderung lemah, karena tidak adanya pemegang saham mayoritas dan meratanya hak suara dari masing-masing pemegang saham. Pemegang saham tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengendalikan manajemen sehingga manajemen mempunyai derajat discreation yang tinggi yang memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri Tri gunarsih, 2003. Tetapi ada penelitian lain yang mendapati bahwa dengan kepemilikan saham yang 115 menyebar, maka tidak ada pemegang saham yang terlalu dominan, dengan demikian kebijakan-kebijakan perusahaan akan banyak ditentukan oleh rapat umum pemegang saham RUPS yang dihadiri oleh perwakilan dari semua pemegang saham. Sebuah riset yang dilakukan oleh ekonom Bank Dunia pada tahun 1998 juga mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 1993 sampai tahun 1997, lebih dari 60 persen saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ hanya dikuasai oleh sepuluh keluarga terkaya di Indonesia. Dengan kepemilikan perusahaan Indonesia yang demikian kerap terjadi sengketa kepentingan antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Sengketa kepentingan pada perusahaan publik di Indonesia disebabkan pemegang saham mayoritas umumnya memiliki kontrol yang sangat besar terhadap perusahaan tersebut. Pemegang saham mayoritas ini umumnya pemegang saham awal keluarga di mana perusahaan publik di Indonesia pada mulanya merupakan perusahaan keluarga. Walaupun perusahaan telah menjadi perusahaan publik, kepemilikan keluarga masih sangat besar dibandingkan jumlah saham yang 116 dilepas ke publik dalam Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008:56 Forum For Corporate Governance in Indonesia 2002 mengatakan bahwa pemegang saham mayoritas ini kerap memanfaatkan kekuatannya pada perusahaan publik untuk kepentingannya yang sebenarnya merugikan pemegang saham minoritas. Hal-hal seperti inilah yang menjadi penyebab sengketa antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Belajar dari perilaku usaha di Indonesia selama kurun waktu yang sangat panjang telah tercemar dengan berbagai tindakan, kegiatan, dan modus usaha usaha yang tidak sehat, karena pola dan kepemilikan usaha yang hanya terkonsentrasi pada segelintir kelompok dan secara sistematis menerapkan strategi usahanya dengan bertumpu pada praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN dalam Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008:57 117 Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Variabel Independen Unstandardized Coefficients β Sig Parsial Uji Wald Sig Simultan Uji G Interpretasi Constant -25.484 0.000 KM -0.024 0.373 Tidak signifikan KI -0.046 0.044 Signifikan STK 0.078 0.030 Signifikan UDW 0.750 0.451 Tidak signifikan KP 0.048 0.085 Tidak Signifikan PP 0.849 0.094 Tidak signifikan PK -1.255 0.018 Signifikan Cox Snell R Square Nagelkerke R Square =0.310 =0.462 Sumber data : data sekunder yang diolah Keterangan : Signifikansi pada level 5 118

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh corporate governance terhadap financial distress pada perusahaan go publik non sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan sampel sebanyak 41 perusahaan pada delapan periode tahun 2001, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 sehingga didapatkan jumlah sampel n sebanyak 41 x 5 = 205 sampel. Dari hasil penelitian data dan pembahasan yang dilakukan, dengan menggunakan regresi logistik maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Obyek penelitian terdiri dari 205 sampel dengan periode pengamatan selama 5 tahun, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2 yang menunjukkan bahwa sebanyak 10 perusahaan mengalami financial distress dan 31 perusahaan sehat. 2. Secara simultan atau bersama-sama variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, ukuran dewan direksi, kepemilikan publik, partisipasi pendiri dan penyebaran kepemilikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap finacial distress. Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikansi untuk model regresi logistik ini adalah 0.000. angka signifikansi ini lebih kecil dari nilai signifikansi 0.05 sehingga H1 diterima atau variabel-variabel 119 bebas dalam model regresi logistik ini secara simultan atau bersama- sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat financial distress. 3. Secara parsial atau individu kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua, dan penyebaran kepemilikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikannya sebesar 0.044, 0.030 dan 0.018. Angka signifikansi ini lebih kecil dari 0.05. Sehingga H2 diterima atau variabel-variabel bebas yaitu kepemilikan institusional, pemegang saham terbesar kedua dan penyebaran kepemilikan dalam model regresi logistik ini secara parsial atau individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat financial distress.

B. Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhi financial distress perusahaan seperti komite audit dan komisaris independen. 2. Memperluas penelitian dengan menambah sampel penelitian dari seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia sehingga hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasi dan akan lebih menggambarkan kondisi sesungguhnya selama jangka panjang. 120 DAFTAR PUSTAKA Almilia, Luciana Spica, “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. XII No. 1, STIE Perbanas Surabaya, Maret 2006. _____________________, Dan Emanuel Kristijadi, “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia JAAI, Vol. 7 No. 2, STIE Perbanas Surabaya, Desember 2003. _____________________, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 1, STIE Perbanas Surabaya, Januari, 2004. ____________________, Dan Lailul L. Sifa, “Reaksi Pasar Publikasi Corporate Governance Perception Index Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi, IX Padang, 2006. Amrullah, Khania Vissiani, “Prediksi Financial Distress Perusahaan Studi Empirik Pada Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2008”. Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Atikhasari, Vinanta. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”, Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti Jakarta, 2010. Asri, Dyah Permata Budi. “Pelaksanaan Good Corporate Governance GCG dalm Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas”, Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta. Effendi. M. Arief, “The Power of Corporate Governance: Teori dan Imlementasi”. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Fachrudin, Khaira Amalia, “Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal”, USU Press, Medan, 2008 Ghazali, Imam, “Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. 121 Habibie, M.Z., “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”, Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Trisakti Jakarta, 2010. Handayani, Dwi R. dan Bambang Hadinugroho, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Deviden Studi Kasus Pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEJ Tahun 2001-2005”, Fokus Manajerial, Vol. 7 No. 1, Jurusan Ekonomi fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 2009. Harahap, Sofyan Syarif, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, Edisi 1, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Hui, Huang dan Jing-Jing Zhou, “Relationship between Corporate Governance and Financial Distress: An Empirical Study of Distressed Companies in China”, Internaational Journal of Management, Desember 2008. Iqbal, Syaiful dan Nurul Fachriyah, “Corporate Governance Sebagai Alat Praktik Manajemen Laba Earnings Management”. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang, 2007. Jogiyanto.2004.”Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- pengalaman”.BPFE-Yogyakarta. Kaihatu, Thomas S, “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol.8 No.1, Maret. Universitas Kristen Petra Suarbaya, 2006. Komite Kebijakan Corporate Governance, “Pedoman Good Corporate Governance Indonesia”. Jakarta: KNKG, 2006. Madura, Jeff, “Introduction To Business Pengantar Bisnis”, Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba Emapt, 2007. Masruddin, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Financial Distress Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEJ”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. XI, No. 2, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Tadulako Palu, Mei 2007. Musdholifah, “Analisis Hubungan Financial Distress, Rasio BVMV, dan Pendapatan Saham pada Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 4 No. 2, Agustus 2006. 122 Nawari, “Analisis Regresi dengan MS Excel 2007 dan SPSS 17”, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010. Nur, Emrinaldi DP, “Analisis Pengaruh Praktek Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance Terhadap Kesulitan Keuangan Perusahaan Financial Distress: Suatu Kajian Empiris”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 9, No.1, April 2007. Parulian, Safrida Rumondang, “Hubungan Struktur Kepemilikan, Komisaris Independe dan Kondisi Financial Distress Perusahaan Publik”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 1 Nomor 3, Desember 2007. Rodoni, Ahmad dan Rahman Muslim, “Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go-Public Menggunakan Analisis Multinomial Logit”, Etikonomi, Vol. 8 No. 2, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2009. ______________, dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”. Edisi pertama. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2010. Sayidah, Nur, “Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia JAAI, Vol. 11 No. 1, Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Juni 2007. Septiana, Riska. “Pengaruh Corporate Governance dan Perumbuhan Terhadap Peringkat Obligasi”, Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Sugiono. Arief, “Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan”, Jakarta; PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2009. Suhendah, Rousilita, “Implementasi Konsep Good Corporate Governance di PT. Astra International Tbk dan Bank central Asia dalam Rangka Meningkatkan Kinerja dan Kepercayaan Masyarakat”, Jurnal Manajemen, Vol. 7 No. 1, Universitas Tarumanegara Jakarta, Februari 2003. Surya, Indra dan Ivan Yustiviandana, “Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”. Edisi 1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

2 38 113

Pengaruh Mekanisme, Corporate Governance, Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan (Pada Perusahaan di Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012)

2 6 143

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Pada Perusahaan Go Publik Yang Terdaftar di BEI).

0 0 10

Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan dan Current Ratio sebagai Variabel Kontrol

0 0 12

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL KONTROL

0 0 12

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL

0 1 12

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL KONTROL

0 0 12

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN DAN UMUR PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL

0 0 12

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL KONTROL (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 0 122

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2014-2016

1 0 32