Prestasi Belajar Siswa DESKRIPSI TEORITIS

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIS

1. Prestasi Belajar Siswa

a. Pengertian Prestasi Belajar Dalam banyak hal, manusia selalu dituntut untuk dapat berprestasi. Berprestasi dalam pelajaran di sekolah, berprestasi dalam kegiatan ekstra kurikuler, berprestasi dalam berbagai ajang perlombaan, atau pun berprestasi dalam bidang pekerjaan. Seseorang akan mendapatkan label berprestasi ketika ia menjadi yang terbaik. Seorang siswa misalkan, dikatakan berprestasi ketika selalu mendapat nilai A dalam ujian, menjadi juara kelas, mendapatkan medali olimpiade dan lain sebagainya. Merujuk pada uraian di atas, berarti prestasi hanya bisa dicapai oleh siswa yang selalu mendapat nilai A dalam ujian, menjadi juara kelas, atau hanya oleh siswa yang berhasil mendapatkan medali olimpiade. Jika memang benar begitu adanya, berarti prestasi hanya bisa dicapai oleh sebagian kecil siswa. Contoh-contoh tersebut di atas merupakan hasil yang bisa diperoleh sisiwa setelah melalui suatu proses yang dinamakan belajar. 7 Seorang siswa bisa menjadi juara kelas atau menjuarai olimpiade mata pelajaran karena ia berhasil dalam belajar. Oleh karena itu, agar dapat berprestasi manusia perlu belajar. Allah SWT berfirman dalam QS. an-Nahl ayat 78 yaitu sebagai berikut : ฀                  Artinya : “Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, sedangkan kamu tidak mengetahui satu apapun, dan dia berikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Berdasarkan ayat tersebut diketahui bahwa tidak ada satu pengetahuan pun yang dimiliki manusia pada saat dia lahir. Untuk itu, manusia perlu belajar agar memiliki ilmu. Belajar tidak pernah terlepas dari kehidupan sehari-hari. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam tingkah laku. 1 Dalam menjalani kehidupan, dengan segala cara manusia pasti akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui usaha- usaha itulah, manusia akan mendapatkan berbagai pengetahuan dan kecakapan baru. Proses ini secara tidak langsung dinamakan belajar, yaitu belajar dari pengalaman. Slameto mendefinisikan belajar sebagai “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memeperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” 2 . 1 Daryanto, Belajar dan Mengajar, Bandung: Yrama Widya, 2010, Cet.I, hlm.2 2 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Memepengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 cet.IV, hlm.2 Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai “tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. 3 Sementara itu, W.S. Winkel merumuskan pengertian belajar sebagai “suatu aktifitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. 4 Sejalan dengan tiga pendapat tersebut, Witherington sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih mengungkapkan bahwa “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan” 5 . Dari beberapa pendapat tentang belajar di atas, diketahui terdapat satu kesamaan bahwa suatu proses belajar menghasilkan perubahan baik berupa perubahan pengetahuan, perubahan kemampuan maupun perubahan perilaku pada diri yang bersangkutan. Namun, perlu diketahui bahwa tidak setiap perubahan diakibatkan dari suatu proses belajar, melainkan ada perubahan- perubahan tertentu yang diakibatkan oleh lain hal, sebagaimana yang diungkapkan oleh Winkel. Perubahan-perubahan tersebut adalah: 1 Perubahan akibat kelelahan fisik. Seorang atlit lari marathon misalkan, kecepatan larinya akan jauh berkurang ketika setelah melakukan lari marathon, ia kembali berlari. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999 cet.1, hlm.64 4 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo,1996, cet.IV, hlm.53 5 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidiakan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, hlm.155 2 Perubahan akibat menggunakan obat. Misalnya, orang yang menginjeksi tubuhnya dengan obat bius akan mengalami perubahan pada alam pikiran dan perasaannya. 3 Perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik. Misalnya, anak yang menderita hidrosefalus akan mengalami perubahan penambahan ukuran besar kepala. 4 Perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Misalkan, perubahan bentuk badan, berat, tinggi dan lain sebagainya. 6 Dengan berpegang pada beberapa rumusan belajar di atas, maka jelaslah bahwa berbagai kasus perubahan tersebut bukan kasus gejala belajar. Dalam pikiran mungkin muncul pertanyaan, perubahan seperti apa yang termasuk ke dalam gejala belajar? Selanjutnya, Daryanto mencoba menjelaskan berbagai bentuk perubahan yang termasuk ke dalam gejala belajar sebagai berikut: 7 1 Perubahan terjadi secara sadar. Berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari adanya perubahan pada dirinya, misalkan dengan merasakan bertambahnya pengetahuan atau kecakapan. 2 Perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Seseorang yang belajar menulis misalkan, dari tidak dapat menulis kemudian dia akan dapat menulis. Secara bertahap kemampuannya akan bertambah sehingga kemampuan menulisnya menjadi sempurna. 3 Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif. Dengan belajar seseorang senantiasa akan merubah dirinya menjadi yang lebih baik. Semakin banyak ia belajar maka akan semakin baik 6 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran…, Cet.IV, hlm.53-54 7 Daryanto, Belajar dan Mengajar…, Cet.I, hlm.2-4 perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif maksudnya adalah bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada usaha yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan. 4 Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Misalkan seorang anak yang belajar bersepeda sampai lancar kemudian untuk waktu yang lama ia tidak bersepeda lagi. Ketika setelah dewasa mencoba lagi bersepeda, ia tidak akan lupa sama sekali bagaimana cara menyeimbangkan tubuhnya di sepeda. 5 Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6 Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa dengan belajar, maka seseorang akan mengalami perubahan dalam dirinya. Namun, tidak semua perubahan diakibatkan dari proses belajar, melainkan pada hal- hal tertentu perubahan diakibatkan oleh hal lain, seperti; perubahan yang diakibatkan dari kelelahan fisik, perubahan yang diakibatkan dari penggunaan obat, perubahan akibat penyakit parah atau trauma fisik, serta perubahan akibat pertumbuhan jasmaniah. Perubahan yang tergolong ke dalam aktifitas belajar yaitu; perubahan terjadi secara sadar , perubahan dalam belajar bersifat cotinue dan fungsional , perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif , perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara , perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah , perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku baik yang berkaitan dengan aspek kognitif, apektif maupun psikomotorik, dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu sebagai berikut: 8 1 Faktor endogen dalam diri anak a Faktor fisiologis; meliputi faktor kesehatan fisik pada umumnya dan kesehatan indera pada khususnya. Sehat indera artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan sebagainya. Secara singkat, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh kesehatan fisiknya. b Faktor psikologis; keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh suasana psikologis pelajar. Di anatara faktor psikologis yang memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar antara lain adanya: - Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu, - Sifat yang kreatif, inovatif dan akseleratif sifat perubahan dan maju, - Motivasi untuk mendapatkan simpati dan penghargaan baik dari sekolah, guru dan orang tua, - Sifat kompetitif persaingan sehat antara pribadi dalam meraih prestasi belajar, - Suasana tenang, senang dan rasa aman apabila menguasai pelajaran secara baik dan berprestasi tinggi. 2 Faktor eksogen luar diri anak a Faktor instrumental; merupakan faktor lingkungan yang diciptakan oleh manusia. Termasuk kedalamnya adalah pendidik itu sendiri, kurikulum, program, serta alat 8 Darsono, dkk, Materi Pokok Landasan Kependidikan, Jakarta: Universitas Terbuka, 2000, hal.48-49 perpustakaan, laboratorium, sarana dan prasarana, dan tata tertib. b Faktor lingkungan; meliputi lingkungan sosial dan lingkungan alamiah. Jika kita perhatikan poin-poin yang secara psikologis mempengaruhi keberhasilan belajar, terlihat bahwa yang dimaksud belajar tersebut adalah belajar dalam situasi formal di sekolah. Walaupun dalam kenyataannya kita mengenal tri pusat pendidikan yakni pendidikan di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun dari ketiga tersebut yang paling menonjol peranannya adalah sekolah formal. Jadi, secara tidak sadar jika kita membicarakan belajar maka pikiran kita akan langsung tergiring pada situasi belajar di sekolah formal. Sejalan dengan Darsono, Nana Syaodih juga mengelompokan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang ke dalam dua kelompok besar yaitu faktor dalam diri individu, dan faktor lingkungan. Faktor dalam diri inividu meliputi faktor jasmaniah termasuk ke dalam faktor ini yaitu: kesehatan badan serta kondisi kesehatan panca indera dan faktor psikis atau rohaniah termasuk ke dalam faktor ini yaitu kondisi kesehatan psikis, kemampuan- kemampuan intelektual, soaial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari indifidu. Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. 9 Sementara itu Wasty Soemanto mengemukakan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor-faktor stimuli belajar, faktor-faktor metode belajar serta faktor-faktor individual. Stimuli belajar merupakan segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat atau ringannya 9 Nana Syaodih, Landasan Psikologi…, hlm.162-165. tugas, serta suasana lingkungan eksternal cuaca, waktu, kondisi tempat, penerangan dan sebagainya. Ke-dua adalah faktor-faktor metode belajar. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa, sehingga akan menentukan berhasil atau tidaknya siswa menguasai materi pelajaran. Terakhir adalah faktor-faktor individual. Faktor ini meliputi hal-hal berikut yaitu: kematangan, usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi. 10 Jika kita cermati bersama, dari ketiga pendapat tersebut sebenarnya terdapat kesamaan. Walaupun pada pendapat yang ke-tiga ada sedikit perbedaan dimana ia mengelompokannya kedalam tiga faktor, namun pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: 1 Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis, motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental. 2 Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa agar dapat berprestasi, siswa harus belajar. Karena, dengan belajar seorang siswa akan mendapatkan berbagai macam perubahan. Perubahan tersebut, yaitu: pertama aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan. Kedua, aspek afektif meliputi perubahan-perubahan dalam segi aspek mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik, meliputi perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik seperti penguasaan keterampilan 10 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm.113- 121 baru. Namun, harus diketahui bahwa tidak semua perubahan itu diakibatkan dari hasil belajar. Perubahan akibat proses belajar terjadi secara sadar, terarah, bersifat continue dan menetap, serta meliputi seluruh aspek tingkah laku. Setiap perubahan yang diperoleh dari proses belajar dapat diukur ketercapaiannya. Inilah yang kita kenal dengan ”prestasi”. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Prestasi mengandung pengertian “hasil yang diperoleh dengan kerja keras yang dilakukan oleh seseorang”. 11 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata prestasi mempunyai arti ”hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. 12 Menurut Nana Sudjana, ”prestasi hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” 13 . Dengan demikian, prestasi merupakan hasil atau kemampuan- kemampuan yang diperoleh seseorang setelah ia melakukan atau mengerjakan sesuatu. Prestasi belajar seorang siswa biasa diketahui setelah dilakukan tes hasil belajar. Hasil tes tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. Besar kecilnya skor yang diperoleh peserta didik menunjukan besar kecilnya hasil usaha yang dilakukan peserta didik tersebut, sehingga dari prestasi itu dapat dilihat kesungguhan siswa dalam belajar. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil berupa penguasaan pengetahuan dan atau keterampilan tertentu, yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar. Sebagaimana diungkapkan di atas, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal, meliputi kesehatan fisik dan psikologis, 11 Djalinus Syah, dkk, Kamus Pelajar: Kata Serapan Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1993, cet. I, h.168 12 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, edisi III, hlm.895 13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, cet.X, hlm.22 motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental. Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya.

2. Disiplin Belajar Siswa