motivasi, usia, jenis kelamin, pengalaman, serta kapasitas mental. Faktor eksternal, meliputi lingkungan keluarga seperti suasana rumah
serta motivasi belajar yang diberikan keluarga, lingkungan sekolah meliputi suasana belajar di kelas, guru, kurikulum dan ketersediaan
berbagai fasilitas belajar, lingkungan masyarakat meliputi suasana lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan lain sebagainya.
2. Disiplin Belajar Siswa
Ketika mendengar kata disiplin, yang terlintas dalam pikiran adalah adanya hukuman. Namun, perlu diketahui bahwa disiplin bukanlah
hukuman, karena hukuman merupakan salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Disiplin dalam arti sempit dapat diartikan dengan
kepatuhan secara ketat pada peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang sudah disetujui bersama. Sedangkan dalam arti luas dapat dikatakan
sebagai kumpulan dari berbagai jenis disiplin yang ada yang secara idiil mendasarkan diri pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
14
Pada era sekarang maupun masa depan, disiplin merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan tujuan dalam organisasi
apapun juga. Karena tanpa disiplin, organisasi akan mengalami kehancuran. Dalam Gerakan Disiplin Nasional GDN, disiplin diartikan
sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan
ikhlas lahir dan batin, sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
15
Begitu pentingnya disiplin membuat organisasi yang sangat besar yaitu pemerintah membentuk GDN
sebagaimana disebutkan di atas yang ditujukan untuk seluruh lapisan masyarakat agar bisa menegakan disiplin.
14
Made Supartha, dkk., Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota Denpasar, Bali: DEPDIKBUD, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai
Tradisional, Proyek Penelitian Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Bali, 1996, hlm.69, t.d.
15
Sekretaris Negara, Gerakan Disiplin Nasional GDN; Menyongsong Era Keterbukaan Tahun 2020, Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 1996, hlm.130
Wardiman Djojonegoro
mengemukakan bahwa
“disiplin merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
“disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, boleh dilakukan, dan yang tidak sepatutnya
dilakukan”. Pada tingkat individu, disiplin mempunyai tiga aspek, yaitu:
pertama pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma yang
menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, kriteria atau standar
yang merupakan syarat untuk mencapai kesuksesan. Kedua, sikap mental
yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. Ketiga,
perilaku yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk mentaati
segala hal secara cermat dan tertib.
16
Sedangkan menurut Arikunto, di dalam pembicaraan disiplin dikenal
dua istilah
yang pengertiannya
hampir sama
tetapi pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan
ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin
atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah
sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang menjadi siasat atau disiplin. Orang yang dalam mengikuti peraturan masih
didasarkan atas rasa takut karena ada orang lain atau juga karena didesak oleh kepentingan pribadi yang lain, belum dapat dikatakan disiplin
17
.
16
Wardiman Djojonegoro, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka, 1997, hlm. 20-21
17
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990, hal.114
Sementara itu Lindgren sebagaimana dikutip oleh Amir Achsin, mengemukakan bahwa disiplin memiliki tiga arti utama, yaitu: hukuman
sebagai sanksi karena seseorang telah melanggar aturan atau tata tertib, pengawasan dengan memaksa anak untuk berbuat secara teratur sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan, dan latihan untuk membenarkan dan menguatkan tingkah laku yang baik.
18
Dari berbagai pengertian tentang disiplin diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu sikap yang secara sadar
mematuhi berbagai peraturan atau norma yang ada, yang telah disepakati sebelumnya. Disiplin akan terbentuk pada diri seseorang apabila secara
sadar ia mematuhi peraturan atau tata tertib yang ada. Bukan karena adanya rasa ingin dihormati, mendapat pujian atau hal lainnya.
Disiplin lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang dalam suatu sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat,
sementara nilai budaya masyarakat tersebut tercipta dari sistem norma yang dianut warganya. Dengan demikian, disiplin dibentuk oleh dua unsur
utama yaitu 1 norma dan sikap yang ada pada diri manusia dan 2 nilai budaya yang ada dalam masyarakat.
19
Norma dan sikap merupakan unsur yang ada dan hidup dalam jiwa seseorang yang menentukan corak reaksi
terhadap lingkungannya. Sedangkan nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi tindakan
warga masyarakat. Mengingat begitu banyaknya lingkup disiplin, banyak para ahli
yang mencoba mengelompokannya. Sesuai dengan peringkat manusia individu, kelompok, masyarakat dan bangsa, Wardiman menggolongkan
disiplin kedalam tiga kategori yaitu:
20
18
Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar-Mengajar, Ujung Pandang: IKIP Ujung Pangdang Press, 1990, cet.2 hlm.61
19
Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional..., hlm. 21
20
Wardiman, “Pembudayaan Disiplin Nasional”, dalam Lemhannas. Disiplin Nasional..., hlm. 22
a Disiplin pribadi sebagai perwujudan pribadi yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.
b Disiplin kelompok sebagai perwujudan dari sikap taat patuh terhadap aturan dan norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang
kehidupan manusia. c Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap patuh
yang ditunjukan oleh warga Negara terhadap aturan-aturan atau nilai yang berlaku secara nasional.
Berdasarkan sumber pembuatnya, disiplin dibedakan atas empat jenis yaitu:
21
a Disiplin buatan guru; dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang baik demi berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif
serta tertib dan teratur. b Disiplin buatan kelompok; peraturan-peraturannya dibuat oleh dan
hanya berlaku untuk kelompok tersebut. Misalkan disiplin yang dibuat dalam kelompok belajar.
c Disiplin yang dibuat diri sendiri; bertujuan sebagai pedoman tindakan diri. Semakin matang tingkat berfikir seseorang maka maka akan
dibarengi dengan rasa tanggung jawab untuk ikut mengembangkan kelompok dan pada akhirnya mengembangkan masayaratnya. Agar
bisa sampai ke situ, maka harus dimulai dengan mendisiplinkan diri sendiri. Misalkan dengan membiasakan diri mempelajari materi
sebelum materi tersebut diajarkan, menanyakan materi yang belum dimengerti pada guru, tidak menyontek saat ujian dan lain sebagainya.
d Disiplin karena tugas; setiap tugas memiliki tingkat disiplin tersendiri yang mengharuskan dipatuhi oleh orang yang menjalankan tugas
tersebut. Misalkan perbedaan antara tugas guru dan siswa. Sedangkan berdasarkan tempatnya, disiplin mencakup tiga lingkup,
yaitu: a perilaku kedisiplinan di dalam kelas, b perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan c perilaku kedisiplinan di rumah
22
.
21
Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan …, cet.2, hlm.62-66
Tingkat disiplin siswa akhir-akhir ini nampaknya sudah sangat menghawatirkan. Perilaku negatif seperti merokok, membolos, tawuran
merupakan beberapa contoh tindakan indisipliner yang sering dilakukan siswa. Masalah ini membutuhkan penanganan serius karena jika tidak
maka akan menghambat proses pembelajaran siswa yang bersangkutan. Kondisi tersebut menuntut guru untuk bersikap disiplin, arif dan
berwibawa dalam segala tindakan dan perilakunya, serta senantiasa mendisiplinkan peserta didik agar dapat mendongkrak kualitas
pembelajaran. Reisman dan Payne sebagaimana dikutif oleh E. Mulyasa
mengemukakan strategi umum mendisiplinkan peserta didik sebagai berikut:
a Konsep diri; strategi ini menyarankan kepada guru untuk menumbuhkan konsep diri siswanya dengan cara bersikap
empatik, menerima hangat dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikiran dan perasaannya dalam
memecahkan masalah.
b Keterampilan berkomunikasi; guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan,
dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik. c Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru harus mampu
menjelaskan akibat-akibat yang logis dan alami atas perilaku salah yang telah dilakukannya, sehingga bisa membimbing siswa
mengendalikan prilakunya sesuai dengan aturan. d Klarifikasi nilai; strategi ini dilakukan untuk membatu siswa
dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e Analisis transaksional; menuntut guru untuk bersikap lebih dewasa dalam menghadapi siswa yang bermasalah.
f Terapi realitas; guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di sekolah dan melibatkan peserta didik
secara optimal dalam pembelajran. g Disiplin yang terintegrasi; guru harus mampu mengendalikan,
mengembangkan dan mempertahankan peraturan dan tata tertib sekolah.
h Modifikasi perilaku; guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yang dapat memodifikasi perilaku
peserta didik.
22
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran..., hal.137
i Tantangan bagi disiplin; guru harus cekatan, terorganisasi, dan tegas dalam mengendalikan disiplin siswa.
23
Sedikit berbeda dengan Reisman dan Payne, Amir Achsin mempunyai pendapat tersendiri tentang teknik mendisiplinkan siswa yaitu
sebagai berikut:
24
a Teknik pengaturan arena kelas; terdiri dua bagian, 1 teknik yang
digunakan untuk mengatur kelas tradisional, yaitu dengan cara
mengatur posisi tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa mempengaruhi perhatian, tingkah laku dan motivasi siswa terhadap
pelajaran. Ada siswa yang senag duduk di depan, ada juga yang tidak, ada yang senang jika duduk paling belakang, samping kiri, kanan atau
di tengah. Jika terlalu lama duduk di tempat yang sama juga akan menimbulkan kejenuhan. Untuk itu guru harus memperhatikan tempat
duduk siswanya agar jangan sampai menurunkan perhatian serta motivasinya untuk belajar. Kedua adalah mengatur struktur atau
susunan kelas secara keseluruhan, kelas yang tersusun rapi, indah dan bersih akan menimbulkan perhatian dan motivasi serta tingkah
laku yang lebih positif daripada kelas yang kotor serta tidak teratur
letaknya. 2 Teknik pengaturan arena kelas utuk metode tertentu,
pengaturan tempat duduk untuk metode belajar diskusi, debat, roll- playing atau small group work misalkan akan membutuhkan
pengaturan tempat duduk yang berbeda. b Teknik pengurangan kecemasan siswa; kecemasan yang berlebihan
pada siswa misalkan memandang UN sebagai sesuatu yang sangat menakutkan, justru akan membuat siswa kehilangan gairah untuk
belajar. Untuk itu kelebihan kecemasan itu harus dikurangi dengan cara: mengadakan pertemuan terbuka antara siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru untuk membicarakan berbagai masalah
23
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, cet.IV, hlm. 124-125
24
Amir Achsin, Pengelolaan Kelas dan …, cet.2, hlm. 76-83
belajar yang dialami, mengubah posisi tempat duduk, serta menggunakan variasi metode belajar yang lebih menarik dan
menyenangkan. c Meningkatkan kecemasan siswa; ada kecemasan-kecemasan minimal
yang perlu dimiliki oleh siswa, misalkan takut jika bolos sekolah, takut jika mendapat nilai kecil dalam ujian dan sebagainya, tetapi jika
terlalu sedikit maka siswa akan kehilangan gairah untuk belajar karena dia sama sekali tidak memiliki motivasi untuk belajar. Tugas guru
adalah menjaga agar tingkat kecemasan itu secara positif berada pada tingkat yang cukup memadai untuk menstimulasi kegiatan belajar dan
mendisiplinkan diri. Pendapat Reisman dan Payne serta Amir Achsim sebagaimana
dijelaskan di atas, menunjukan bahwa peran guru sangat penting untuk membentuk disiplin pada diri siswa. Secara aktif guru harus mampu
ngendalikan kelas sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah agar tercipta suasana belajar yang kondusif sehingga membantu setiap siswa
untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Suasana sekolah yang aman, tertib dan disiplin tentunya menjadi
idaman setiap sekolah. Karena salah satu kualitas sekolah dapat dilihat dari standar disiplin yang diterapkannya. Berkenaan dengan hal itu, Wayson
dan teman-temannya meneliti sejumlah sekolah dan menemukan ciri-ciri sekolah yang memiliki disiplin baik, sebagaimana dikutip oleh Agus
Suryawan sebagi berikut: a Lingkungan sekolah kondusif untuk bekerja secara disiplin seperti
pengajaran berjalan secara efektif, program yang saling menunjang antara satu dengan yang lainnya, program
terkoordinasi dengan baik dan lain sebagainya. b Sebagian besar guru memandang sekolah sebagai tempat untuk
bekerja dan untuk mendapatkan pengalaman yang sukses dalam mengerjakan sesuatu.
c Dalam memperbaiki disiplin, sekolah memusatkan diri pada mencari sebab-sebabnya bukan pada gejalanya.
d Program sekolah menekankan perilaku positif serta usaha preventif, bukan menitik beratkan pada hukuman.
e Menyesuaikan tindakan dengan kebutuhan sekolah dan memberi kesempatan melakukan sesuatu dengan gaya tersendiri.
f Mengadakan kerja sama yang kuat dengan para orang tua murid dan masyarakat setempat.
g Bersedia menerima kritik dan penilaian secara luas dari berbagai pihak.
25
Setelah dikemukakan banyak pendapat tentang disiplin, dari mulai pengertian hingga kriteria sekolah yang memiliki disiplin yang baik
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka sampailah pada kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan disiplin belajar adalah kesadaran yang
timbul dari dalam diri siswa untuk belajar, yaitu dengan mematuhi semua tata tertib yang berlaku di sekolah maupun di rumah.
Guru mempunyai peranan penting dalam mendisiplinkan siswa. Guru dituntut untuk lebih sabar, cekatan dan tegas dalam mengendalikan
disiplin siswa. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, mengetahui karakteristik setiap siswa,
menguasai berbagai metode pengajaran yang aktif dan menyenangkan, serta keterampilan mengendalikan kelas misalkan dengan menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan yang memotivasi setiap siswa agar secara aktif mau belajar.
Disiplin dikelompokan kedalam beberapa bagian. Berdasarkan peringkat manusia yang melaksanakannya, disiplin dibagi atas disiplin
pribadi, disiplin kelompok dan disiplin nasional. Berdsarkan sumber pembuatnya, disiplin dibedakan atas disiplin buatan guru, disiplin
kelompok, disiplin buatan diri sendiri dan disiplin karena tugas. Berdasarkan tempatnya, disiplin dibedakan atas, disiplin di kelas, disiplin
di luar kelas lingkungan sekolah dan disiplin di rumah.
25
Agus Suryawan, Hubungan Motivasi dan Disiplin Belajar Murid dengan Prestasi Belajar Murid SMU di Kodya Bekasi, Tesis Program Pasca Sarjana UI, Jakarta:
perpustakaan Universitas Indonesia, 1998, hlm.64-65, t.d.
Pengelompokan disiplin yang terakhir inilah berdasarkan tempatnya yang akan dijadikan indikator kedisiplinan belajar siswa siswa.
Siswa dikatakan mempunyai disiplin belajar yang baik apabila ia telah disiplin dalam belajar di kelas, di luar kelas lingkungan sekolah dan
disiplin dalam belajar di rumah.
2. KERANGKA BERPIKIR