DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

1. Sejarah Singkat SMP YMJ Ciputat Permintaan masyarakat yang cukup banyak untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah yang mudah dijangkau baik dari aspek biaya maupun letak sekolah tanpa mengurangi kualitas pendidikan , membuat pengurus Yayasan Miftahul Jannah bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat wilayah kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, pada tahun 1999 merintis berdirinya Sekolah Menengah Pertama Yayasan Miftahul Jannah atau disingkat SMP YMJ. SMP YMJ merupakan salah satu pendidikan formal dari pengembangan Yayasan Miftahul Jannah yang telah memulai kegiatan belajar mengajar sejak tahun ajaran 1999 – 2000 hingga sekarang dengan makna keunggulan: a. Kemampuan membaca Al-Qur’an dan pengamalan ibadah sehingga mampu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. b. Kemampuan berbahasa Inggris secara aktif sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, atau pun sebagai 38 bekal menghadapi persaingan globalisasi dalam segala aspek kehidupan. c. Keterampilan mengoperasikan komputer sesuai dengan tuntutan masa kini. Dalam perjalanannya, pada tahun 2004 SMP YMJ merubah status dari “diakui” menjadi “terakreditasi A”. 2. Visi SMP YMJ Visi merupakan suatu keadaan yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang. Di lingkungan sekolah, visi ditetapkan oleh pimpinan lembaga tersebut dalam hal ini adalah kepala sekolah, meski dalam praktik pada umumnya penetapan visi dilakukan secara bersama-sama oleh guru, kepala sekoalah serta pimpinan lain sekolah tersebut. Menurut Nurbaini Amien, visi sekolah diharapkan memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Visi mampu merangsang kreatifitas dan bermakna secara fisik- psikologis bagi kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan komite sekolah, b. Visi dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan komite sekolah, c. Visi mampu mereduksi sikap egoistik-individual atau egoistik-unit ke format berfikir kolegialitas, komprehensif dan bekerja sama dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang lain, d. Visi dapat merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam aneka perbedaan pada diri kepala sekolah, guru, staff tata usaha dan anggota komite sekolah, sekaligus menghargai perbedaan dan menjadikan perbedaan itu potensi untuk maju secara sinergis. 1 SMP YMJ sebagai lembaga pendidikan formal di lingkungan Diknas Kota Tangerang Selatan memiliki visi sebagai berikut: “Terwujudnya lulusan yang unggul dalam Iptek berlandaskan Imtaq”. Keunggulan tersebut dijabarkan dalam indikator sebagai berikut: a. Unggul dalam perolehan nilai ujian nasional b. Unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan teknologi 1 Nurbani Amien, Kedisiplinan Guru dan Penggunaan pendekatan Student Center Studi analisi-korelatif MTSN Ciwaringin, Tesis Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, 2008, hlm.92, t.d. c. Unggul dalam keterampilan berkomunikasi Bahasa Inggris dan bahasa lainnya d. Unggul dalam keterampilan komputer dan mengetik e. Unggul dalam pengamalan imtaq dan berakhlak mulia Visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan serta memperhatikan potensi terkini sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. Visi tersebut juga telah memenuhi kriteria visi sekolah sebagaimana disebutkan di atas, karena visi tersebut dirumuskan secara sederhana, terfokus, mudah difahami maknanya serta dapat dilaksanakan secara realistis. 3. Misi SMP YMJ Misi merupakan langkah-langkah kegiatan strategis untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan visi di atas, sekolah menentukan langkah-langkah strategis sebagai berikut: a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif untuk peningkatan perolehan nilai ujian nasional b. Meningkatkan pembelajaran untuk semua mata pelajaran sekolah c. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan berkomunikasi Bahasa Inggris dan bahasa asing lainnnya d. Meningkatkan pembelajaran keterampilan komputer dan mengetik e. Menumbuhkan semangat pengalaman imtaq dan berakhlak mulia 4. Sarana dan Prasarana Peran sarana dan prasarana dalam sebuah lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal maupun non formal sangatlah penting guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri. Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan pokok dalam proses pendidikan. Ketersediaannya merupakan salah satu yang utama setelah siswa dan guru. Semakin baik sarana dan prasara yang ada di suatu lembaga pendidikan maka akan semakin baik pula menunjang kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP YMJ adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana 2 No. Jenis Jumlah Keterangan 1. Ruang Kelas 6 Baik 2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik 3. Ruang Guru 1 Baik 4. Ruang TU 1 Baik 5. Ruang Perpustakaan 1 Baik 6. Lab. Komputer 1 Baik 7. Lab. Bahasa 1 Baik 8. Mushala 1 Baik 9. Lapangan Olahraga 1 Baik 10. Ruang OSIS 1 Baik 11. Toilet Guru 1 Baik 12. Toilet siswa 2 Baik 13. Kantin 1 Baik 14. Komputer Pegawai 2 Baik Pentium 4 15. Internet 1 Baik Speedy Melihat tabel di atas, nampak bahwa ketersediaan sarana dan prasarana di SMP YMJ sudah cukup baik menunjang kegiatan pembelajaran. Namun, yang jadi permasalahan adalah letak sekolah yang berada di tengah permukiman warga. Sekolah terbagi menjadi dua gedung terpisah. Gedung A terdiri dari ruang kelas, ruang kepsek, ruang guru, ruang TU, lab. Komputer, lab. Bahasa perpustakaan dan toilet. Sedangkan gedung B terdiri dari ruang kelas dan toilet. Letak gedung B terpisah tidak terlalu jauh tetapi terhalang oleh beberapa rumah warga. 2 Slamet Riyanto, Arsip Data Sarana dan Prasarana SMP YMJ, Ciputat: 1 November 2010 Kondisi seperti ini, membuat siswa yang belajar di gedung A maupun gedung B kurang kondusif karena kurang mendapatkan pengawasan. Lalulintas warga sekitar tentunya mengganggu konsentrasi belajar siswa. Selain itu, karena lemahnya pengawasan banyak siswa yang keluar kelas saat jam pelajaran berlangsung. Letak gedung B yang agak berjauhan dan terhalang oleh rumah- rumah warga membuat siswa yang belajar di sana kurang mendapat pengawasan secara langsung dari guru atau karyawan sekolah, sehingga kemungkinan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner seperti bolos, datang sekolah telat dan lain sebagainya, menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan siswa yang belajar di gedung A. Walaupun sudah ditempatkan seorang karyawan di sana, tetapi kurang efektif karena karyawan bukan merupakan seseorang yang disegani oleh siswa. 5. Keadaan Guru di SMP YMJ Guru merupakan salah stau komponen penting dalam proses pendidikan. Secanggih apapun teknologinya, peranan guru akan sulit tergantikan oleh apapun juga. Mengingat begitu pentingnya peranan guru di sekolah, maka guru setidaknya harus memenuhi empat kompetensi utama sebagaimana dijelaskan dalam UU no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Keempat kompetensi tersebut yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Komposisi guru pada SMP YMJ terdiri dari 9 orang Guru Tetap Yayasan GTY dan 9 orang Guru Tidak Tetap GTT. Total jumlah guru 18 orang, Dilihat dari segi jumlah, guru pada SMP YMJ dirasa sudah cukup, mengingat hanya terdapat 6 rombongan belajar sementara jumlah guru ada 18 orang, terdiri 1 orang berpendidikan S.2, 10 orang S.1, 4 orang D.3, 1 orag PGSLTA, dan 2 orang belum lulus S.1. Tetapi, secara profesional terdapat 7 orang guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik 4 orang D.3, 1 orang PGSLTA, dan 2 orang belum lulus S.1. Padahal, secara jelas pada Permendiknas no. 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijelaskan bahwa guru harus memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV atau S.1. Terdapat 9 orang guru pengajar di SMP YMJ yang berstatus guru tetap yayasan GTY dan sisanya merupakan guru tidak tetap GTT. Besarnya jumlah GTT menyebabkan guru-guru tersebut tidak bisa mengajar secara full di SMP YMJ karena guru-guru tersebut juga mengajar di sekolah lain. Akibatnya, konsentrasi mengajar terbagi ke beberapa sekolah. Padahal, seharusnya seorang guru fokus mengajar hanya di satu sekolah. Jika seorang guru mengajar di beberapa sekolah yang berbeda maka akan berdampak buruk pada kualitas pengajaran karena secara otomatis konsentrasi mengajarnya akan terpecah. Sementara itu, terdapat 4 orang guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Guru-guru tersebut adalah guru Bahasa Inggris, guru Geografi, guru Seni Musik dan guru PKn. Data guru SMP YMJ tahun ajaran 2010 – 1011 lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Data Guru SMP YMJ Tahun 2010 3 No. Nama LP TTL Pendidikan Jabatan Status 1. Drs. Trisno Yulianto L Wonogiri, 2 Juli 1965 S.1 P. Seni Budaya UNS, 1990 Kepsek. Guru Seni Budaya Lukis GTY PNS 2. Marno Hadianto, BSc. L Kuningan, 25 Mei 1965 D.3 Ekonomi W. Kepsek Guru Geografi GTY 3. H. Sukri Hadi, BSc. L Jakarta, 28 April 1950 D3 PAI IAIN Jakarta, 1975 Guru PKn GTT 4. HJ. Oon R.J. M.Ag. P Jakarta, 27 Gustus 1968 S.2 PAI IIQ, 1995 Guru PAI GTY PNS 3 Slamet Riyanto, Arsip Data Guru SMP YMJ, Ciputat: 1 November 2010 5. Udin Nurdin L Kuningan, 26 Februari 1967 D.3 PJKR IKIP Jakarta, 1990 Guru Olahraga GTY PNS 6. Lela Nurlaela, SE P Jakarta, 17 September 1971 S.1 Ekonomi AAI, 1995 Guru Pembukuan GTY 7. Ida Nadya M, S.Kom P Tangerang, 23 Maret 1975 S.1 U. Ilmu Komputer Gunadarma , 1999 Guru Komputer internet GTY 8. Syarif Mukhsin, SE. L Cirebon, 7 Juli 1967 S.1 Ekonomi STIE AD, 2000 Guru Ekonomi GTY 9. Jamroni, S.Ag. L Cirebon, 8 November 1976 S.1 PAI UIN Jakarta, 2000 W. Kepsek Kesiswaan, Guru PAI PKn GTY 10. Pranowo L Cilacap, 25 Mei 1951 PGSLTA Guru Matematika GTY 11. Nurchasanah , S.Pd P Pemalang, 12 September 1980 S.1 P.IPA Biologi UIN JKT, 2005 Guru Biologi GTT 12. M.Z. Dhofier L Cirebon, 5 Agustus 1985 S.1 P.MTK UIN JKT Belum Lulus Guru Matematika GTT 13. Yanti Damayanti, S.Pd. P Cirebon, 2 Agustus 1985 S.1 P.IPA Fisika UIN JKT, 2007 Guru Fisika GTT 14. Rina Guswanti, S.Pd. L Jakarta, 17 September 1971 S.1 P. B.Indonesia UHAMKA Guru B. Indonesia GTT 15. Agus Haryanto, S.Pd. L Palembang, 31 Agustus 1971 D.3 Ekonomi UNINDRA Guru Seni Budaya musik GTT 16. Sainah, SE P Tangerang, S.1 Guru GTT 3 april 1976 Ekonomi STIE AD Ekonomi 17. Suryani, S.Pd P Jakarta, 10 Desember 1978 S.1 P.B.Prancis UNJ, 2004 Guru B. Inggris GTT 18. Misbadhuddi n L Cirebon, 15 Maret 1986 S.1 PBI UIN JKT Belum Lulus Guru B. Inggris GTT 6. Profil Siswa Dari segi kuantitas, total jumlah siswa SMP YMJ yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2010–2011 adalah 253 orang, terdiri dari kelas VII satu rombongan belajar, kelas VIII dua rombongan belajar dan kelas IX tiga rombongan belajar. Data lebih lengkap mengenai jumlah siswa SMP YMJ Ciputat dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Data Jumlah Siswa SMP YMJ Ciputat Tahun 2010 4 Kelas Jumlah Siswa Sub Total A B C VII L = 27 P = 22 - - 49 VIII L = 24 P = 20 L = 20 P = 20 - 84 IX L = 27 P = 16 L = 26 P = 15 L = 17 P = 19 120 Jumlah Total 253 Dari segi latar belakang ekonomi keluarga, berdasarkan data yang dihimpun dari sekolah, 100 siswa berasal dari keluarga ekonomi bawah dengan rata-rata penghasilan keluarga dibawah Rp.500.000,-bulan. 4 Slamet Riyanto, Arsip Data Jumlah Siswa SMP YMJ, Ciputat: 1 November 2010 “Semua siswa yang sekolah di sini berasal dari keluarga kalangan ekonomi bawah dengan rata-rata penghasilan sekitar RP.500.000,- per bulan” 5 , papar kepala TU SMP YMJ. Keadaan seperti ini jelas memberikan dampak tersendiri bagi sekolah maupun bagi siswa. Dampak yang terasa oleh sekolah adalah tunggakan keuangan siswa. “Setiap bulan, sekitar 70 siswa menunggak uang SPP” 6 , lanjut kepala TU SMP YMJ. Padahal jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah setingkat lainnya yang berada di daerah ciputat bisa dibilang uang SPP di SMP YMJ relatif lebih murah yaitu sebesar Rp.110,000,-bulan. Belum lagi jika ditambah uang tahunan, maka jumlah tunggakan siswa akan semakin besar lagi. Mengingat SMP YMJ merupakan sekolah swasta yang tidak memiliki donatur tetap secara otomatis hanya mengandalkan pungutan dari siswa serta bantuan pemerintah untuk menutupi biaya operasional sekolah. Berdasarkan itu pula dibuat kebijakan jika siswa yang masih menunggak keuangan sekolah maka tidak boleh mengikuti ujian MID maupun UAS. Dampak dari kebijakan ini terasa ketika menjelang pelaksanaan ujian, sekolah direpotkan oleh orang tuawali siswa yang memohon keringanan agar anaknya bisa mengikuti ujian. Sementara itu, dampak bagi siswa adalah kurang tersedianya fasilitas belajar seperti buku-buku pelajaran. Siswa hanya manggunakan LKS sebagai sarana penunjang belajar. Sementara untuk penguasaan materi, siswa mengandalkan catatan dan penjelasan dari guru. Keadaan ekonomi keluarga yang demikian, memberikan dampak secara psikologis terhadap siswa. Siswa cenderung susah diatur, keras kepala serta mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Belum lagi jika siswa berasal dari keluarga brokenhome, maka perilaku siswa semakin sulit dikontrol. Hal tersebut tampak pada perilaku siswa di sekolah. Perilaku bolos, datang telat, tidak mengerjakan tugas dari guru, 5 Slamet Riyanto, Wawancara dengan Kepala TU SMP YMJ, Ciputat: 1 November 2010 6 Slamet Riyanto, Wawancara dengan…, Ciputat: 1 November 2010 menggunakan kata-kata kotor dalam berbicara, merupakan susuatu yang sepertinya lumrah terjadi. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus terjadi, bukan tidak mungkin maka akan semakin menambah citra negatif sekolah. Untuk itu diperlukan keseriusan dari berbagai pihak yang terkait agar masalah perilaku negatif siswa bisa dirubah menjadi lebih tertib dan teratur, menuju terwujudnya pendidikan yang berkualitas sesuai dengan harapan masyarakat. 7. Tata Tertib Sekolah Tata tertib yang ada dan berlaku di SMP YMJ Ciputat secara umum sama dengan tata tertib di sekolah-sekolah lain. Fungsi tata tertib adalah sebagai alat untuk mengatur tingkah laku siswa di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar agar mereka dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Berikut adalah tata tertib siswa SMP YMJ Ciputat: 7 a. Waktu jam belajar berlaku: Senin s.d. Sabtu : Jam 07.00 – 12.30 Khusus hari Jum’at : Jam 07.00 – 11.50 b. Siswa yang terlambat datang ke sekolah dapat masuk kelas, setelah mendapat izin dari guru piket atau petugas tata usaha. c. Siswa yang berhalangan hadir karena sakit, izin, atau hal lainnya harus memberi kabar tertulis atau lisan dari orang tuawali, kepada wali kelas atau guru piket. d. Siswa yang terlambat masuk kelas berturut-turut sebanyak 3 tiga kali dengan alasan apapun akan mendapatkan surat peringatan berupa pemanggilan orang tuawali. e. Setiap siswa harus: 1 Hadir di sekolah 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. 2 Memakai seragam dengan ketentuan sebagai berikut: 7 Slamet Riyanto, Arsip Tata Tertib Siswa SMP YMJ, Ciputat: 1 November 2010 Senin-Rabu : Baju putih, celana panjang biru laki-laki dan rok panjang biru perempuan Kamis : Baju batik, bawahan biru Jum’at : Baju koko putih laki-laki dan baju muslim putih perempuan, bawahan biru Sabtu : Seragam pramuka Sepatu : Warna hitam 3 Bersikap sopan, santun, jujur, menghormati guru, karyawan, sesama teman, orang tua dan masyarakat. 4 Senantiasa menjaga nama baik sekolah di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. 5 Seanantiasa menyelesaikan masalah secara musyawarah dan tidak mengundang serta melibatkan pihak luar. 6 Seanantiasa memelihara 5 K Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, dan Kekeluargaan, 7 Senantiasa mengamalkan 5 T Tertib waktu,Tertib administrasi, Tertib belajar, Tertib mengajar dan Tertib lingkungan. 8 Melunasi keuangan bulanan SPP selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. 9 Melunasi keuangan lainnya sebagaimana waktu yang sudah ditentukan. f. Setiap siswa dilarang: 1 Membawa, mengkonsumsi, atau memperjual belikan obat terlarang, minuman keras danatau rokok di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. 2 Membawa senjata tajamtumpul, senjata api di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tanpa seizing yang berwenang. 3 Membawa, menyimpan, membaca, ataupun menonton film, kaset, gambar, kartu dan media lainnya yang tidak sesuai dengan norma agama dan moral pancasila. 4 Memakai asesoris apapun yang semestinya tidak dipakai oleh seorang pelajar. 5 Membubuhkan tempelan atau tulisan apapun pada seragam sekolah selain yang telah ditentukan oleh sekolah. 6 Berambut gondrong serta memakai asesoris wanita seperti gelang, kalung, giwang, atau tindik hidung untuk laki-laki. 7 Memakai make-up serta perhiasan yang berlebihan bagi perempuan. 8 Meninggalkan sekolahkelas ketika jam pelajaran sedang berlangsung tanpa seizin guru, petugas TU, atau kepala sekolah. 9 Mambawa HP tanpa seizin orang tua dan sekolah. 10 Tawuran, baku hantam baik secara perorangan maupun kelompok dengan pihak manapun. 11 Membentuk organisasi selain OSIS atau kegiatan lainnya tanpa seizin Kepala sekolah. g. Setiap bentuk pelanggaran terhadap poin-poin di atas, akan dikenakan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika dilihat poin demi poin tata tertib di atas, tampak sudah sangat jelas mengatur perilaku setiap siswanya. Permasalahannya terletak pada penegakan aturan itu sendiri. Sekolah seperti kurang tegas dalam menegakan tata tertib, bahkan tampak seperti kewalahan dalam mengendalikan perilaku siswanya. Hal-hal seperti datang telat ke kelas, bolos sekolah, meninggalkan kelas saat jam pelajaran, sudah menjadi sesuatu yang biasa dan kurang mendapat perhatian dari pihak sekolah. Pemberian sanksi berupa pemanggilan siswa dan orang tua siswa jarang dilakukan. Kalaupun ada, tidak memberikan manfaat yang berarti karena tidak memberikan efek jera bagi siswa. Cukup memprihatinkan memang, guru BK yang seharusnya cekatan menangani setiap siswa yang bermasalah justru tidak terlihat kerjanya. Guru-guru pun relatif bersifat cuek kurang memperingatkan misalkan ketika mendapati siswa yang berkeliaran saat jam pelajaran. Hal ini bisa jadi disebabkan karena, rendahnya tanggung jawab guru, staf, maupun orang tua siswa terhadap tugas dan fungsinya untuk mendidik siswa, letak sekolah yang berada di tengah permukiman warga, perilaku siswa yang memang sulit untuk dikendalikan ataupun hal lainnya, tetapi karena bukan bidang bahasan dalam penelitian ini maka tidak akan dibahas lebih lanjut. Mengingat masalah ini begitu penting, maka diperlukan kesadaran dan keterlibatan dari berbagai pihak, bukan hanya guru, kepala sekolah, dan siswa tetapi juga peranan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah sangat penting. Di sekolah, tata tertib diterapkan setegas-tegasnya, di rumah orang tua mengawasi dan selalu mengingatkan anaknya untuk disiplin, serta masyarakat lingkungan sekolah juga ikut mengawasi dengan cara melaporkan kepada pihak sekolah jika mendapati siswa yang berprilaku tidak sesuai dengan tata-tertib.

B. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN