Hubungan motivasi belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus pada Siswa SMK Putra Tama Bantul Tahun Ajaran 2014/2015
Feviriani Tristaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; (2) hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa; (3) hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada siswa SMK Putra Tama Bantul. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014. Jumlah populasi penelitian sebanyak 267 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 55 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah korelasi Product Moment.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,005 < r tabel =
0,2241; ρ = 0,484 > α = 0,05; t hitung = 0,036401004 < t tabel = 1,67412); (2) tidak
ada hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,054 < r tabel = 0,2241; ρ = 0,348 > α = 0,05; t hitung = 0,393700368 < t tabel = 1,67412); (3) tidak ada hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar
dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,109 < r tabel = 0,2241; ρ = 0,213 > α =
(2)
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION,
LEARNING DISCIPLINE, AND LEARNING ENVIRONMENT
AND STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study on Students of SMK Putra Tama Bantul 2014/2015 Academic Year
Feviriani Tristaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This study aims to find out: (1) the positive and significant correlation between the learning motivation and student achievement; (2) positive and significant correlation between the learning discipline and student achievement; (3) positive and significant correlation between learning environment and student achievement.
This research is a case study on students of SMK Putra Tama Bantul. The experiment was conducted in September 2014. The population were 267 students. The number of samples were 55 students. The sampling technique was purposive sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. The data analysis technique was Product Moment correlation.
The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning motivation and student achievement (r
calculate = 0,005 < r table = 0,2241; ρ = 0,484 > α = 0,05; t calculate = 0,036401004 < t table = 1,67412); (2) there isn’t any significant positive relationship between
discipline of learning and student achievement (r calculate = 0,054 < r table = 0,2241; ρ = 0,348 > α = 0,05; t calculate = 0,393700368 < t table = 1,67412); (3) there isn’t any
significant positive relationship between learning environment and student achievement (r calculate = 0,109 < r table = 0,2241; ρ = 0,213 > α = 0,05; t calculate =
(3)
i
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR,
DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA
Studi Kasus pada Siswa SMK Putra Tama Bantul Tahun Ajaran 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
FEVIRIANI TRISTANINGSIH NIM: 101334082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
(5)
(6)
iv
PERSEMBAHAN
Karyaku ini kupersembahkan kepada yang terkasih: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Kedua orang tuaku, Mamikku Theresia Harni Ari Ningsih dan Bapakku Sutrisno Kakakku MM. Trisnaeni Evarin K dan Adikku Rafaella Defty Tryasningsih
Yohanes Bagus Adityas Putra Teman-teman seperjuangan PAK 2010
(7)
v
MOTTO
Jangan minta kepada Tuhan apa yang menurut kamu baik, tetapi
mintalah kepada-Nya apa yang menurut Dia baik bagi kamu.
(FT)
“
Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah perbuatan-perbuatan
baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui orang lain.
”
(William Wordsworth)
“
Dalam pertarungan sungai dan batu, sungai selalu menang. Bukan
dengan kekuatan tetapi dengan KETEKUNAN. Karena hanya
dengan KETEKUNANlah semua pergumulan dapat teratasi.
”
“
Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak
pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang
menonton.
“
(Mark Twain)
(8)
(9)
(10)
viii ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
Studi Kasus pada Siswa SMK Putra Tama Bantul Tahun Ajaran 2014/2015
Feviriani Tristaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa; (2) hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa; (3) hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada siswa SMK Putra Tama Bantul. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014. Jumlah populasi penelitian sebanyak 267 siswa. Jumlah sampel penelitian sebanyak 55 siswa. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah korelasi Product Moment.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,005 < r tabel =
0,2241; ρ = 0,484 > α = 0,05; t hitung = 0,036401004 < t tabel = 1,67412); (2) tidak
ada hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,054 < r tabel = 0,2241; ρ = 0,348 > α = 0,05; t hitung = 0,393700368 < t tabel = 1,67412); (3) tidak ada hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar
dengan prestasi belajar siswa (r hitung = 0,109 < r tabel = 0,2241; ρ = 0,213 > α =
(11)
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION,
LEARNING DISCIPLINE, AND LEARNING ENVIRONMENT
AND STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study on Students of SMK Putra Tama Bantul 2014/2015 Academic Year
Feviriani Tristaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
This study aims to find out: (1) the positive and significant correlation between the learning motivation and student achievement; (2) positive and significant correlation between the learning discipline and student achievement; (3) positive and significant correlation between learning environment and student achievement.
This research is a case study on students of SMK Putra Tama Bantul. The experiment was conducted in September 2014. The population were 267 students. The number of samples were 55 students. The sampling technique was purposive sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. The data analysis technique was Product Moment correlation.
The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning motivation and student achievement (r
calculate = 0,005 < r table = 0,2241; ρ = 0,484 > α = 0,05; t calculate = 0,036401004 < t table = 1,67412); (2) there isn’t any significant positive relationship between
discipline of learning and student achievement (r calculate = 0,054 < r table = 0,2241; ρ = 0,348 > α = 0,05; t calculate = 0,393700368 < t table = 1,67412); (3) there isn’t any
significant positive relationship between learning environment and student achievement (r calculate = 0,109 < r table = 0,2241; ρ = 0,213 > α = 0,05; t calculate =
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA”
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan trimakasih dan penghormatan kepada:
1. Allah Bapaku Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah mengabulkan doa-doa dan permohonanku;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Rohandi, Ph.D;
3. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si.;
4. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si.;
5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan dalam menyusun skripsi;
6. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan positif bagi skripsi ini;
7. Bapak Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan positif bagi skripsi ini;
8. Ibu Theresia Aris Sudarsilah yang telah membantu segala administrasi kemahasiswaan selama ini;
9. Bapak Drs. Simon Suharyanta, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Putra Tama Bantul yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian;
10.Ibu Yustina Suwartini, S.Pd yang telah membantu dalam pengumpulan dokumentasi di SMK Putra Tama Bantul;
11.Kepada siswa SMK Putra Tama Bantul yang telah meluangkan waktu mengisi kuisioner;
(13)
(14)
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 2
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Prestasi Belajar ... 5
B. Motivasi belajar ... 7
C. Disiplin Belajar ... 14
D. Lingkungan Belajar ... 23
E. Kajian yang Relevan ... 32
F. Kerangka Berpikir ... 33
G. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36
D. Populasi, Sampel, dan Prosedur Pengambilan Sampel ... 37
E. Variabel Penelitan dan Pengukuran ... 38
F. Teknik Pengumpulan data ... 43
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 44
H. Teknik Analisis Diskriptif ... 48
(15)
xiii
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Data Identitas Diri Sekolah ... 52
B. Tujuan Pendidikan di SMK Putra Tama Bantul ... 52
C. Visi dan Misi SMK Putra Tama Bantul ... 53
D. Sistem Pendidikan di SMK Putra Tama Bantul ... 53
E. Kurikulum di SMK Putra Tama Bantul ... 55
F. Organisasi Sekolah SMK Putra Tama Bantul ... 59
G. Sumber Daya Manusia SMK Putra Tama Bantul ... 59
H. Siswa SMK Putra Tama Bantul ... 62
I. Kondisi Fisik dan Lingkungan Sekolah SMK Putra Tama ... 62
J. Proses Belajar Mengajar SMK Putra Tama Bantul ... 63
K. Fasilitas Pendidikan dan Latihan... 64
L. Dewan Sekolah ... 67
M. Hubungan Antara SMK Putra Tama dengan Instansi lain ... 68
N. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan ... 70
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 72
B. Analisis Prasyarat Data ... 76
C. Pengujian Hipotesis ... 77
D. Pembahasan ... 84
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94
B. Keterbatasan Penelitian ... 95
C. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
(16)
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Pengukuran motivasi belajar ... 40
Tabel 3.2. Skor item-item pertanyaan kuisioner motivasi belajar ... 41
Tabel 3.3. Pengukuran disiplin belajar ... 41
Tabel 3.4. Skor item-item pertanyaan kuisioner disiplin belajar ... 42
Tabel 3.5. Pengukuran lingkungan belajar ... 42
Tabel 3.6. Skor item-item pertanyaan kuisioner lingkungan belajar ... 43
Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Motivasi Belajar ... 45
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Disiplin Belajar ... 46
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Validitas III untuk Variabel Lingkungan Belajar ... 46
Tabel 3.10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas ... 48
Tabel 3.11 Pedoman PAP II ... 48
Tabel 3.12. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 51
Tabel 4.1. Daftar jumlah siswa SMK Putra Tama ... 62
Tabel 4.2. Daftar usaha peningkatan kualitas lulusan SMK Putra Tama Bantul ... 70
Tabel 5.1. Deskripsi Interval Skor Motivasi Belajar ... 73
Tabel 5.2. Deskripsi Interval Skor Disiplin Belajar ... 74
Tabel 5.3. Deskripsi Interval Skor Lingkungan Belajar ... 74
Tabel 5.4. Deskripsi Interval Skor Prestasi Belajar ... 75
Tabel 5.5. Output Hasil Pengujian Normalitas ... 76
Tabel 5.6. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 77
Tabel 5.7. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar ... 78
Tabel 5.8. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Disiplin Belajar dengan Prestasi Belajar ... 80
Tabel 5.9. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar ... 82
(17)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 100
Lampiran 2. Data Induk Penelitian ... 107
Lampiran 3. Data Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 113
Lampiran 4. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 117
Lampiran 5. Deskripsi Data ... 122
Lampiran 6. Uji Normalitas ... 127
Lampiran 7. Uji Hipotesis Korelasi Pearson Product Moment ... 129
Lampiran 8. Daftar Tabel ... 132
Lampiran 9. Pedoman PAP II ... 137
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dewasa ini semakin menjadi suatu kebutuhan pokok
yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan jaman. Banyak orang
beranggapan kualitas hidup seseorang terletak pada tingkat pendidikan.
Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
tinggi kualitas hidup orang tersebut. Dalam memiliki kualitas hidup yang
tinggi orang dituntut mempunyai hasil dari pembelajaran yang baik.
Adapun faktor yang mempengaruhi anak didik dalam mencapai hasil yang
baik meliputi motivasi belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka dalam diri siswa
diperlukan motivasi atau dorongan dalam aktifitas tertentu. ”Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya” Hamzah (2012:3). Setelah siswa dapat menumbuhkan motivasi atau dorongan selanjutnya siswa diharapkan mampu
menumbuhkan semangat disiplin.
Kedisiplinan dalam segala hal akan mempengaruhi hasil akhir dari
serangkaian kegiatan yang dijalani. Sikap disiplin jika ditumbuhkan
dengan cara yang baik dapat menjadikan kecakapan tersendiri bagi siswa
(19)
berkaitan dengan belajar. Sikap teratur dan disiplin dalam belajar akan
mempengaruhi hasil akhir dari pembelajaran. Siswa yang kurang
menerapkan sikap disiplin dalam belajar akan menghambat belajarnya.
Untuk menunjang sikap disiplin siswa diperlukan suatu lingkungan belajar
yang dapat berpengaruh. “Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem” Djamarah (2011:176). Lingkungan belajar disini adalah lingkungan
sekolah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengadakan penelitian
yang berjudul “Hubungan motivasi belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa”.
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan didalam penelitian ini tidak menyimpang dari
judul penelitian. Maka penulis membatasi penelitian meliputi tiga faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu motivasi belajar, disiplin
belajar, lingkungan belajar. Penulis membatasi lingkungan belajar yang
hanya mencakup lingkungan sekolah saja. Adapun untuk subjek
(20)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, penulis merumuskan berbagai
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan
prestasi belajar siswa?
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar dengan
prestasi belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulis meneliti masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa.
2. Mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan disiplin
belajar dengan prestasi belajar siswa.
3. Mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan lingkungan
belajar dengan prestasi belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat untuk memberi masukan siswa dalam
(21)
2. Bagi sekolah
Dapat menjadi pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Sehingga dapat dijadikan sebagai perencanaan
pembelajaran yang lebih baik lagi.
3. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini, guru sebagai fasilitator dapat
memberikan masukan positif terhadap peserta didiknya sehingga dapat
membangkitkan motivasi belajar dan disiplin belajar siswa.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk refrensi mahasiswa
Universitas Sanata Dharma generasi selanjutnya dan dapat dijadikan
gambaran untuk penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.
5. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, menerapkan teori
yang telah di peroleh selama studi dan didalam meneliti penulis juga
(22)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar 1. Definisi Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua
lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau siswa kata belajar
merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka
dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
James O. Whittaker dikutip dalam bukunya Djamarah
(2011:12) „merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.‟
“Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya
tak pernah ada pendidikan” Syah Muhibin (2012:59).
Howard L. Kingskey dikutip dalam bukunya Djamarah
(2011:13) mengatakan bahwa „learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed
through practice or training. Belajar adalah proses dimana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui
(23)
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dalam lingkungannya” Slameto (2010:2).
Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas maka belajar
dapat disimpulkan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
secara sengaja untuk memperoleh perubahan tingkah laku,
namun tidak semua perubahan tingkah laku bisa dikatakan
sebagai belajar.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah
dia melakukan proses belajar. Dalam Kamus Buku Besar
Bahasa Indonesia, prestasi mempunyai arti sesuatu yang
diandalkan oleh usaha. Prestasi juga dapat diartikan sebagai
tingkat kemampuan berpikir. Menurut W.S Winkel (1991:39)
dalam Andi (2013:13), menyatakan bahwa „prestasi belajar adalah usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan
proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek dengan
lingkungannya yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju
(24)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal, terdapat dua
faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa yang berasal dari dalam dirinya. Menurut
Slameto (2010:54) “membedakan faktor intern menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor
kelelahan.” b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa yang berasal dari luar dirinya. Menurut
Slameto (2010:60) “yang termasuk faktor ekstern adalah, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.”
B. Motivasi Belajar
Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan
mungkin melakukan aktifitas belajar. Seseorang yang melakukan
aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya
merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktifitas
(25)
belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang
diharapkan.
1. Definisi Motivasi
Motivasi berasal dari kata “movere” yang berarti dorongan
atau menggerakan. Menurut Noer Rohmah (2012:239) “kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.”
Menurut Hamzah (2012:3) “motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.”
Menurut Eysenck dan kawan-kawan dikutip dari buku “belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi” Slameto (2010:170)
„motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari
tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan
berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri,
sikap, dan sebagainya.‟
Setelah itu Mc. Donald dikutip dalam bukunya Djamarah (2011:148) mengatakan bahwa, „motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
(26)
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.‟
Dari beberapa pengertian motivasi menurut para ahli diatas
dapat disimpulkan motivasi adalah dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang yang dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan-kebutuhan tertentu serta dirumuskan sebagai suatu
proses dan menunjukan suatu perubahan energi dengan
ditandai timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk
mencapai tujuan.
2. Motivasi belajar
Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk
mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan
mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Motivasi itu
muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang
dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan
kebutuhan seseorang memunculkan kesadaran untuk
melakukan aktifitas belajar.
Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
“Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
(27)
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam
dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin
maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh
pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang
dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna
kini dan di masa mendatang.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang
berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan
berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul
berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan
sekedar atribut.
b. Motivasi Ekstrinsik
“Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar” Djamarah (2011:151).
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik
menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi
belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan
yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk
mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan
(28)
yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.
Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar.
Fungsi motivasi dalam belajar
Baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik
sama-sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan
penyeleksi perbuatan. Untuk lebih jelasnya diuraikan oleh
Djamarah (2011:157) sebagai berikut:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang akan dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Anak didik mengambil sikap seiring dengan minat terhadap suatu objek. Disini, anak didik mempunyai keyakinan dan pendirian tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk mencari tahu tentang sesuatu. Sikap itulah yang mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktifitas belajar dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dalam sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dalil, dan hukum, sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyelesaikan mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang dilakukan. Seorang anak
(29)
didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Di dalam pencarian tujuan tersebut anak didik yang benar–benar termotivasi dengan tujuan yang akan dicapainya tentu mengalami kesulitan–kesulitan maka bisa dikatakan sifat keuletan yang akan mendasari tujuan tersebut akan tercapai sesuai dengan keinginan anak didik. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Bentuk-Bentuk Motivasi dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan
dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas
menurut Djamarah (2011:159), sebagai berikut:
1) Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktifitas belajar anak didik. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberi rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau lebih meningkatkan prestasi belajar mereka dimasa mendatang. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik biasanya bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lebih giat belajar. Apalagi angka yang diperoleh anak didik lebih tinggi dari anak didik lainnya.
2) Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Hadiah yang diberikan oranglain bisa berupa apa saja, tergantung dari keinginan pemberi.
Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua atau tiga dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tertinggi memperoleh predikat
(30)
sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan tinggi/Universitas disebut mahasiswa teladan.
3) Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Untuk menciptakan suasana yang demikian, metode mengajar memegang peran.
4) Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol penghargaan dan harga diri. Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karna harga dirinya.
5) Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Berbagai usaha dan teknik bagaimana agar dapat menguasai semua bahan pelajaran anak didik lakukan sedini mungkin sehingga memudahkan mereka untuk menjawab setiap item soal yang diajukan ketika pelaksanaan ulangan berlangsung, sesuai dengan interval waktu yang diberikan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar.
6) Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik berusaha mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dikemudian hari.
7) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa
(31)
memanfaatkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan disekolah. Pujian diberikan sesuai dengan hasil kerja, bukan dibuat-buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik.
8) Hukuman
Hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Pendekatan edukatif dimaksudkan disini sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran. 9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri anak didik. Potensi itu harus ditumbuh suburkan dengan menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya. Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan disini, agar hasil untuk belajar itu menjelma jadi perilaku belajar.
10)Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
C. Disiplin Belajar
Kedisiplinan merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.
Dengan tingkat kedisiplinan belajar siswa yang tinggi diharapkan
siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Semakin
tinggi tingkat kedisiplinan belajar siswa, maka akan semakin baik
hasil belajar yang diraihnya.
Sebagaimana pendapat yang diungkapkan oleh beberapa ahli
(32)
1. Menurut Suharsimi (2003:114) “disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang
terhadap bentuk-bentuk aturan dimana aturan tersebut
diterapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal
dari luar.”
2. Menurut Sukadi (1996:150) dalam Ilyas (2008:16) beliau
memberikan pengertian tentang disiplin diantaranya „Sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi ketentuan,
peraturan, dan norma yang berlaku dalam menunaikan
tugas dan tanggung jawab.‟
3. Menurut Peter Salim dan Yeni (1991:359) yang dikutip
kamus bahasa Indonesia kontemporer (1991:359) dalam
Ilyas (2008:17) mengartikan istilah disiplin sebagai,
„kepatuhan kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.‟
4. Menurut Hasan Langgulung (1988:59) dalam Ilyas (2008:17) „disiplin itu terbagi menjadi dua bagian yaitu disiplin lahir dan disiplin batin. Disiplin lahir yakni menjaga jasmaniah kita dari setiap apa yang dilarang karena adanya peraturan sedangkan disiplin batin menjaga hati kita dari segala bentuk kemaksiatan yang berhubungan dengan agama.‟
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian disiplin disini merupakan perwujudan dari sikap,
tingkah laku dan perbuatan seseorang yang tumbuh dari dalam
(33)
segala macam peraturan yang berlaku baik di sekolah maupun di
rumah.
1. Definisi Disiplin Belajar
Disiplin merupakan keterikatan seseorang baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menaati norma-norma
tertentu yang ada di lingkungan masyarakat. Secara khusus disiplin
adalah usaha yang sungguh-sungguh dengan melalui
latihan-latihan dan kemauan dari anak untuk belajar. Kemauan disini
adalah kemauan yang baik dari anak untuk berbuat positif dan
berbuat yang menguntungkan.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan
wadah yang potensial untuk mengembangkan sikap disiplin. Bila
dihubungkan dengan sekolah, Soeganda (1981:81-82) dalam Ilyas
(2008:18) berpendapat bahwa: „Disiplin sekolah dapat diartikan sebagai pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawaan
(pelajar-pelajar) dengan menggunakan sistem hukuman atau
hadiah.‟ Pada dasarnya dibuatnya peraturan atau tatatertib dan diterapkannya disiplin untuk mematuhinya yaitu untuk mencapai
kondisi yang baik guna memenuhi fungsi pendidikan.
a. Fungsi Disiplin
Menurut Arysa (1991:22-37) dalam Suciningrum (2011:21), „disiplin mempunyai fungsi yang sangat penting terhadap perkembangan kepribadian anak. Ada empat fungsi pokok yang terdapat dalam disiplin yaitu: Sebagai fungsi dari internalisasi, Sebagai fungsi dari sosialisasi,
(34)
Sebagai fungsi kemasakan kepribadian dan Sebagai fungsi terhadap perasaan aman.‟
Dari fungsi disiplin yang sudah disebutkan diatas dapat
penulis simpulkan sebagai berikut:
a) Untuk kelancaran proses belajar mengajar.
Dengan berdisiplin anak merasa aman dan tidak merasa
terganggu oleh teman, dan ini berarti mereka menyadari
bahwa berhasil tidaknya disiplin adalah untuk mereka
sendiri.
b) Mendidik dan melatih siswa dalam hidup
bermasyarakat/sosialisasi.
Dengan disiplin anak akan terlatih mengikuti dan
melaksanakan norma dan aturan yang berlaku
dimasyarakat.
c) Mendidik dan melatih siswa agar dapat menggunakan
waktu sebaik-baiknya untuk belajar maupun kegiatan
lainnya.
Untuk menanamkan rasa saling hormat menghormati
antar yang satu dengan yang lainnya akan timbul
perasaan aman dalam kehidupannya.
b. Unsur Disiplin
Menurut The Liang Gie (1982:82) dalam Suciningrum
(2011:22) bahwa „dalam usaha apapun juga keteraturan dan disiplin akan tetap merupakan kunci untuk memperoleh
(35)
hasil yang baik. Dengan jalan berdisiplin melaksanakan
pedoman-pedoman yang baik didalam usaha belajar barulah
seorang pelajar akan mempunyai cara yang baik.‟ c. Jenis Disiplin Belajar
Disiplin Belajar menurut Cece Wijaya (1994:18)
mempunyai dua jenis yaitu disiplin sikap belajar dan
tanggungjawab dalam belajar.
1) Disiplin sikap belajar
Bahwa disiplin sikap belajar adalah suatu peraturan dengan kesadaran diri untuk tercapai suatu tujuan peraturan itu dengan perubahan sikap atau tingkah lakunya. Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi sikap yang baik akan mempengaruhi proses disiplin belajar seseorang. 2) Disiplin tanggung jawab belajar.
Seseorang atau siswa hendaknya mempunyai sikap disiplin tanggungjawab dalam belajar. Seseorang yang bertanggungjawab sebagai pelajar dia akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dengan penuh tanggungjawab saat menerima tugas dari seorang gurunya. Menurut Cece Wijaya menjelaskan bahwa disiplin tanggungjawab adalah suatu yang terletak didalam hati dan jiwa manusia yang mendorong bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu sebagai mana yang ditetapkan peraturan oleh pihak yang bersangkutan.
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal adanya
disiplin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional.
Demikian pula dikenal adanya disiplin belajar dan
disiplin kerja menurut Neiny Ratmaningsih (2003:59)
dalam Ilyas (2008:24) bahwa hakikat disiplin diri
(36)
hati nurani individu untuk senantiasa mematuhi semua
peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam
kehidupan.‟
Sikap mental disiplin diri tersebut muncul akibat
tidak dengan sendirinya, melainkan melalui proses yang
panjang yaitu mulai sejak kanak-kanak sampai dewasa.
Hal ini sebagai mana dikatakan oleh Neiny
Ratmaningsih (2003:64) dalam Ilyas (2008:24) bahwa
„Disiplin diri itu terbentuk melalui pembiasaan dan pengalaman.‟
2. Indikator-indikator Disiplin Belajar
Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Moh. Uzer
Usman (1992:58) dalam Ilyas (2008:27) bahwa „dalam kegiatan belajar hendaknya siswa melakukan disiplin belajar baik sebelum
masuk atau setelah keluar sekolah‟. Disiplin ketika di dalam dengan bentuk menyimak dan memperhatikan teori pelajaran.
Disiplin di luar sekolah dengan membuka kembali pelajaran yang
diberikan atau dikoreksi kembali.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (1999:25) dalam Ilyas (2008:28) mengemukakan bahwa indikator disiplin adalah sebagai berikut:
a. Menghargai Waktu
Selalu menghabiskan waktu seefektif mungkin dengan melakukan hal-hal positif dan tidak pernah melewatkan waktu senggang untuk bermalas-malasan. Disekolah para siswa tidak dibebani dengan tugas-tugas yang berat kecuali tugas-tugas yang bersifat mendidik dan tugas-tugas yang berkaitan dengan kepentingan masing-masing kepentingan siswa tersebut.
(37)
b. Selalu aktif dalam melakukan hal-hal positif.
Dalam menjalani kehidupan selalu diisi dengan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat, seperti aktif dalam keorganisasian dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Salah satunya OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) yang berupa organisasi intern yang berada di lingkungan sekolah.
c. Biasa bekerja secara tuntas dan bertanggungjawab.
Banyak sekali tugas yang sifatnya mendidik yang harus dilakukan oleh para siswa seperti bekerja bakti, membersihkan kamar mandi, tugas rutin membantu orangtua. Hal ini dilakukan dengan tuntas dan rasa tangungjawab oleh para siswa. Dengan kebiasaan yang dilakukan di rumah maka sikap disiplin akan tertanam pula untuk berdisiplin di sekolah.
d. Biasa mematuhi peraturan.
Berkaitan dengan adanya peraturan yang dibuat untuk menciptakan keteraturan di sekolah tersebut. Para siswa diwajibkan untuk mematuhinya sehingga para siswa mematuhi peraturan-peraturan dimanapun juga karena kebiasaan mematuhi peraturan di sekolah tersebut.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Pada umumnya ternyata tidak semua pelajar mampu
menjalankan disiplin yang baik meskipun pelajar itu sendiri sudah
berusaha dengan membuat jadwal atau rencana sendiri.
Suciningrum (2011:23).
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri pelajar
itu)
Faktor internal menurut Ngalim Purwanto (1984:64)
dalam Ilyas (2008:29) meliputi „kematangan, kecerdasan, motivasi dan faktor kepribadian‟ sedangkan Syamsu Yusuf (1993:31) dalam Ilyas (2008:29) „melihat dari segi individu yang belajar, maka ada beberapa syarat yang harus
(38)
termasuk faktor fisik ini diantaranya adalah nutrisi (gizi
makanan).‟ Sedangkan yang termasuk aspek psikis Syamsu Yusuf (1993:38) dalam Ilyas (2008:30) mengatakan „tediri dari intelegensia (kecerdasan), bakat, kemampuan khusus,
sikap, minat, motif, dan suasana emosinya.‟ Apabila dalam fungsi-fungsi mengalami gangguan dan kekurangan, maka
kemungkinan besar individu akan mengalami kesulitan
besar dalam belajar.
Adapun faktor-faktor internal yang mempengaruhi
para siswa dalam Suciningrum (2011:23) meliputi:
1) Sifat malas
Sifat malas ini dapat terjadi karena kesengajaan
misalnya pelajar yang menunda pekerjaan sehingga
pekerjaan menumpuk dan semakin banyak.
2) Kesehatan
Kesehatan juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kedisiplinan. Orang yang tidak sehat
akan sulit mentaati apa yang sudah direncanakan,
sebaiknya orang yang sehat akan lebih mudah menepati
segala sesuatu yang direncanakan.
3) Minat
Seseorang yang mempunyai segala kegiatan, maka
(39)
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai
kegiatan apa yang dilakukan.
b. Faktor Eksternal
Menurut Muhibin Syah (1995:30) terdiri dari dua
macam yaitu „faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial‟. „Adapun yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain: guru, masyarakat, dan
teman-teman sepermainan siswa tersebut‟ (Muhibin 1995:37).
„Sedangkan lingkungan non sosial adalah keadaan udara (panas, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana
lingkungan (sepi, bising, ramai), keadaan tempat (kualitas
gedung, luasnya ruang belajar, kebersihan dan
kelengkapan), fasilitas belajar (alat peraga, buku-buku
sumber, dan media komunikasi belajar lainnya)‟ Syamsu (1993:56) dalam Ilyas (2008:31).
Berikut dua indikator disiplin eksternal yang bisa
dikatakan paling menonjol dalam Suciningrum (2011:24),
yaitu:
1) Peralatan atau fasilitas belajar.
Faktor ini dapat mempengaruhi disiplin seseorang,
sebagai contoh siswa yang mempunyai peralatan
(40)
baik daripada yang mempunyai peralatan yang kurang
lengkap.
2) Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat besar
pengaruhnya dalam membantu meningkatkan disiplin
belajar. Dalam lingkungan keluarga peran orangtualah
yang paling berperan membantu, lingkungan sekolah
adalah guru dan teman sekolahnya, yang lebih besar
pengaruhnya adalah peran dari teman-temannya.
Meskipun guru berusaha memotivasi siswa tersebut tapi
jika temannya tidak mendukung maka disiplin yang
ditawarkan belum tentu berhasil.
D. Lingkungan Belajar
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik.
Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam
mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling
ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat
dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik
sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik.
1. Definisi Lingkungan
Menurut Djamarah (2011:176) “lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik
(41)
disebut ekosistem.” Lingkungan dan manusia memiliki hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi
manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan. Begitu pula
dalam proses mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar
yang berpengaruh dalam proses belajar maupun perkembangan
anak.
2. Lingkungan Belajar
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia. Lingkungan pendidikan adalah segala
sesuatu yang ada disekitar manusia, baik berupa benda mati,
makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa yang terjadi
termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan
pengaruh kuat kepada individu. Sartain (seorang ahli psikologi
Amerika) dalam Noer Rohmah (2012:32) mengatakan bahwa:
„Lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes kecuali
gen-gen dan bahkan gen-gen-gen-gen dapat pula dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen
lain.‟ Menurut Wasty S (1983:84) dalam buku Noer Rohmah (2012:32) „lingkungan sebenarnya adalah segala materiil dan stimuli didalam dan di luar individu baik yang bersifat
(42)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
belajar adalah sesuatu yang ada di sekitar tempat belajar siswa
yang berpengaruh terhadap tingkah laku dan perkembangan
dalam belajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Lingkungan Yang Berpengaruh Terhadap Prestasi Belajar
Lingkungan pendidikan bersifat positif bilamana memberikan
pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan.
Lingkungan bersifat negatif bilamana berpengaruh secara
kontradiktif dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan
pendidikan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap
peserta didik. Perbedaan pengaruh tersebut tergantung jenis
lingkungan pendidikan tempat peserta didik terlibat di
dalamnya. Hal ini karena masing-masing jenis lingkungan
pendidikan memiliki situasi sosial yang berbeda-beda. Situasi
sosial yang dimaksud meliputi faktor perencanaan, sarana dan
sistem pendidikan pada masing-masing jenis lingkungan.
Intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta didik
tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang
diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu
memahami dan memberikan fasilitas terhadap kebutuhan
pendidikan peserta didik.
Lingkungan pendidikan secara garis besarnya oleh Ki Hajar
(43)
Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga
lingkungan tersebut mempunyai pengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik yaitu:
a. Lingkungan Keluarga
“Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu, dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti, ada orang lain seperti kakek, nenek, ipar dan lain sebagainya). Pada umumnya jenis kedualah yang banyak dijumpai di Indonesia. Meskipun pada mulanya ibu yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak, namun pada akhirnya anggota keluarga lainnya ikut mempengaruhi perkembangan anak. Faktor-faktor lain dalam keluarga yang ikut mempengaruhi perkembangan anak seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Dengan demikian perkembangan anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarga” Slameto (2010:60)
Patterson dan Loeber (1984 seperti yang dikutip oleh
Muhibbin Syah 1995:138) mengatakan bahwa „lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.‟ Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan dalam
keluarga, demografi atau letak rumah, semuanya dapat
memberikan dampak yang lebih baik atau lebih buruk
terhadap belajar dan hasil yang dicapai anak.
Arti penting keluarga bukan hanya bagi individu di
dalamnya, akan tetapi juga bagi masyarakat yang terbentuk
(44)
Adapun didalam lingkungan keluarga peran orangtualah
yang membimbing serta mendampingi anak didik untuk
mencapai kematangan diri. Dengan diberlakukannya
peraturan yang didalam keluarga seperti pembagian tugas
rumah, waktu belajar, membantu orangtua, kapan waktu
bermain, bahkan jam istirahat. Dapat meningkatkan
berdisiplin diri serta mampu membentuk pribadi anak didik
dalam pertumbuhan menjadi baik.
Selain peraturan yang dibentuk untuk meningkatkan
kematangan diri anak didik fasilitas yang memadai juga
diperlukan untuk menunjang keberhasilan anak didalam
proses belajarnya. Semisal didalam rumah tersedia alat-alat
yang membantu proses belajar (meja belajar, komputer,
ruang belajar, penerangan yang cukup dan lain sebagainya).
Dengan adanya fasilitas yang memadai untuk kegiatan
belajar anak didik itu peran orangtua juga harus selalu
mendampingi serta memberikan dorongan agar anak didik
lebih giat didalam belajar. Dapat pula orangtua memberikan
semangat atau dorongan dengan memberikan hadiah untuk
keberhasilan yang diraih anak didik sehingga anak didik
(45)
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan
karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu
disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun
mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan kepribadiaan anak. Karena sekolah itu
sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat
pendidikan, dapatlah ia digolongkan sebagai tempat atau
lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. Pendidikan di
sekolah, biasanya disebut dengan pendidikan formal karena
ia adalah pendidikan yang mempunyai dasar, tujuan, isi,
metode, yang disusun secara sistematis. Oleh karena itu,
harus diciptakan lingkungan yang benar-benar dapat
mendukung anak untuk belajar.
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
“Para guru yang selalu menunjukan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa” Muhibbin Syah (1995:137). Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah yaitu
masalah tata tertib dan kebersihan. Kebersihan lingkungan
sekolah pada umumnya dan kebersihan kelas pada
(46)
Lingkungan sekolah yang bersih akan menimbulkan rasa
aman bagi siswa untuk belajar dan mendukung proses
belajar mengajar. Serta tata tertib yang diberlakukan dalam
sekolah mampu menjadikan kebersihan lingkungan sekolah
terjaga. Semisal tata tertib untuk tidak membuang sampah
sembarangan, tata tertib diadakannya kerja bakti setiap
seminggu sekali.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima
fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggung jawab
berikut ini:
a) Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-undang pendidikan). b) Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi,
tujuan dan tingkat pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c) Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan kepercayaan orangtua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru (Tim Dosen IKIP Malang, 1988).
Meskipun demikian, tidak semua pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian murid itu berkembang semata
karena pendidikan sekolah yang menerapkan kurikulum,
tetapi boleh jadi perkembangan itu melalui interaksi antara
satu murid dengan lainnya, atau dengan gurunya, bahkan
dengan lingkungannya. Interaksi seorang murid dengan
(47)
mengembangkan sikapnya untuk dapat menerima kehadiran
pihak lain disamping dirinya. Interaksi dengan
lingkungannya memungkinkan murid untuk dapat
mengadaptasikan diri dengannya agar dapat mengelola
lingkungan sedemikian rupa untuk tujuan hidup dan
sebagainya. Interaksi demikian barangkali tidak
dicantumkan secara jelas dalam kurikulum, tetapi manakala
seorang pimpinan sekolah atau guru memikirkan hal
demikian maka kejadian seperti itu masuk dalam hidden
kurikulum (hidden curriculum).
Suatu keniscayaan yang sulit untuk dipungkiri bahwa di
sekolah murid dilatih dengan disiplin yang lebih ketat
dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainya (keluarga
atau masyarakat), sehingga ia harus bersekolah pada
hari-hari dan jam-jam tertentu dan libur pada hari-hari-hari-hari tertentu.
Sekolah dianggap sebagai suatu lingkungan yang paling
bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-muridnya,
lebih-lebih dikaitkan dengan pengadaan sumber daya
manusia yang berkualitas untuk dapat bersaing secara
global.
Selain itu didalam lingkungan sekolah yang sengaja
dibentuk untuk proses belajar mengajar fasilitas belajar
(48)
di lingkungan keluarga. Semisal adanya laboratorium sains
untuk meneliti atau memperdalam pengetahuannya dalam
bidang sains. Oleh karena itu diharapkan anak didik mampu
untuk lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam proses
belajar dengan menggunakan fasilitas yang diselenggarakan
sekolah.
c. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat yang berarti siswa adalah bagian
dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin
hubungan dengan anggota masyarakat yang lain. Hubungan
tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang yang
lebih tua maupun yang lebih muda.
Menurut Roestiyah (1982:162) dalam Hermawati (2006:12)
„anak perlu bergaul dengan anak lain, untuk mengembangkan sosialisasinya. Tapi perlu pengawasan agar siswa tidak salah memilih teman. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa anak bergaul. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa akan tanggungjawabnya sendiri sebagai pelajar.‟ Hal demikian ditegaskan oleh Muhibbin Syah (1995:138) dalam Hermawati (2006:13), yang mengatakan bahwa „kondisi masyarakat di lingkungan yang kumuh dan serba kekurangan dan terdapat anak-anak pengangguran dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Dalam kondisi yang demikian , jika anak tidak berhati-hati dalam pergaulannya anak dapat melupakan tugas sebagai pelajar.‟
Sementara itu di dalam masyarakat yang lingkungannya
anak-anak rajin belajar, dapat menjadi daya dorong
terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar. Hal demikian
(49)
(2006:13) yang mengatakan bahwa „di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar anak akan
terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh.‟
E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Seperti yang telah dikemukakan diatas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tiga pokok permasalahan yang
pertama motivasi belajar, kedua disiplin belajar, dan yang ketiga
lingkungan belajar.
Setelah ditemukan penelitian yang relevan dengan variabel
motivasi belajar, disiplin belajar, dan lingkungan belajar yang
dilakukan oleh:
1. Liza Jatu Hermawati yang berjudul “Hubungan Antara Lingkungan Belajar, Motivasi Belajar, Dan Disiplin Belajar
Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Studi kasus mahasiswa
Prodi Pendidikan Akuntansi angkatan 2002-2003”. Pada hasil penelitiannya disimpulkan ada pengaruh positif dan signifikan.
2. Erma Setyo Rini yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar
Akuntansi. Studi kasus di SMA Kristen 2 Klaten Tahun Ajaran
2006/2007”. Pada hasil penelitiannya disimpulkan ada
hubungan positif antara variabel-variabel dengan Prestasi
(50)
3. Suciningrum yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Belajar, Disiplin Belajar, Dan Lingkungan Belajar Dengan
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa. Studi kasus SMK BOPKRI 1
Yogyakarta”. Pada hasil penelitiannya disimpulkan ada hubungan positif dan signifikan.
F. Kerangka Berfikir
1. Motivasi belajar dengan prestasi belajar
“Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya” Hamzah (2012:3).” Motivasi belajar sedikit lebih akan mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan
mempunyai banyak peluang untuk melakukan kegiatan belajar
dengan penuh semangat guna menghasilkan hasil belajar yang
maksimal.
Siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan nampak dalam
minat mengerjakan tugas-tugas belajar. Tanpa mengenal bosan,
keengganan, tanpa menyerah mengerjakan tugas yang
diberikan guru sehingga akan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
Dengan adanya motivasi didalam diri siswa, maka keinginan
(51)
membuktikan adanya hubungan positif antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar.
2. Disiplin belajar dengan prestasi belajar
Untuk mendapatkan prestasi yang baik siswa harus
mempunyai motivasi yang dapat menghilangkan sifat malas,
bosan, keengganan dalam mengerjakan tugas-tugas.
Kedisiplinan siswa dalam belajar akan membuat siswa cepat
menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dengan kedisiplinan yang baik siswa dapat lebih teratur dan
terarah di dalam pencapaian hasil belajar yang baik. Hal ini
membuktikan adanya hubungan positif antara disiplin belajar
dengan prestasi belajar.
3. Lingkungan belajar dengan prestasi belajar.
Dari uraian diatas lingkungan mempunyai peran penting di
dalam proses pembelajaran. Lingkungan dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Apabila tercipta suasana
lingkungan yang baik mulai dari keluarga yang harmonis,
lingkungan sekolah yang nyaman untuk kegiatan belajar
mengajar serta lingkungan masyarakat yang memberikan
bimbingan perilaku yang baik maka prestasi belajar siswa akan
(52)
hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi
belajar.
G. Hipotesis
Dari uraian kerangka berfikir diatas, penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
: Ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama Bantul.
: Ada hubungan positif dan signifikan disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama Bantul.
: Ada hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama Bantul.
(53)
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu penelitian
yang dilakukan terhadap suatu objek tertentu sehingga hasil penelitian ini
hanya berlaku bagi objek yang diteliti.
Dalam penelitian ini, juga termasuk penelitian korelasi. Menurut
Ronny (2003:108) “Penelitian Korelasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variabel.”
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Putra Tama Bantul.
2. Waktu Penelitian
Dilaksanakan pada bulan September tahun 2014
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian disini adalah siswa SMK Putra Tama Bantul.
Alasan peneliti memilih subjek penelitian siswa SMK Putra Tama
Bantul karena SMK Putra Tama Bantul mempunyai keanekaragaman
siswa yang berasal dari desa, kota, maupun luar jawa yang belajar
(54)
berbeda-beda. Selain itu pada taraf SMA/SMK pembentukan jati diri siswa
menuju kematangan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitan adalah permasalahan-permasalahan yang akan
diteliti oleh peneliti. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitiannya
adalah:
a. Motivasi belajar
b. Disiplin belajar
c. Lingkungan belajar
d. Prestasi belajar
D. Populasi, Sampel dan Prosedur Pengambilan Sampel
1. Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya” Sugiyono (2010:61). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi SMK Putra Tama Bantul yang
setiap kelas terdiri dari 4 jurusan yaitu jurusan Akuntansi, Pemasaran,
Broadcasting dan Otomotif sebanyak 267 siswa.
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila pupolasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pupolasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari pupolasi itu” Sugiyono (2010:62).
(55)
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel siswa-siswi SMK
Putra Tama Bantul kelas XI yang berjumlah 91 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
“Teknik pengambilan sampel ini adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu” Sugiyono (2010:78).
Dalam teknik ini anggota populasi yang akan diambil sebagai sampel
sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan
peluang anggota lain dari pupolasi yang tidak terpilih. Penelitian ini di
lakukan pada siswa SMK Putra Tama Bantul kelas XI. Peneliti
mengambil sampel kelas XI dikarenakan kelas XI sudah mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya dalam waktu yang relatif
lama. Sedangkan untuk kelas X mereka masih beradaptasi dengan
perubahan lingkungan yang dari SMP menuju ke SMA/SMK yang
belum sepenuhnya memiliki motivasi didalam belajarnya. Untuk kelas
XII siswa sudah terfokus pada ujian akhir sehingga motivasi dalam
belajarnya mengalami peningkatan daripada biasanya.
E. Variabel Penelitian dan Pengukur Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
(56)
kesimpulannya. Variabel ada dua macam yaitu variabel bebas (X) dan
variabel terikat (Y).
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel ini sering disebut variabel stimulus, prediktor, antecedent.
“Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat)” Sugiyono (2010:4). Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu:
1) Motivasi Belajar (X1)
2) Disiplin Belajar (X2)
3) Lingkungan Belajar (X3)
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
“Variabel ini sering disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas” Sugiyono (2010:4). Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu:
(57)
2. Pengukuran Variabel
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
“Dalam penelitian ini semua variabel bebas diukur dengan skala Likert. Skala pengukuran ini merupakan jenis skala yang
digunakan untuk mengukur variabel penelitian seperti sikap,
pendapat, dan persepsi sosial seseorang” Hasan (2002:72).
Adapun kisi-kisi dalam kuisioner yang digunakan sebagai
penilaian sebagai berikut:
1) Variabel Motivasi Belajar
Tabel 3.1
Pengukuran motivasi belajar
Variabel
Penelitian Indikator
Pertanya an Positif No. Pertanyaa n Negatif No. Motivasi Belajar a) Munculnya kesadaran untuk melakukan aktifitas belajar.
b) Selalu ingin meningkatkan dan maju dalam belajar. c) Mempunyai
semangat untuk lebih baik dalam pencapaian belajar. d) Mempunyai pendirian untuk memperoleh hasil yang memuaskan. e) Menggunakan waktu senggang untuk menambah pengetahuan. f) Ulet menghadapi
kesulitan. 1 12, 4 3 5 6, 11 2 10 13
(58)
g) Tidak bosan mengerjakan tugas rutin.
h) Persiapan diri yang matang.
i) Hasrat belajar yang tinggi.
8
9
7
14
(Pengembangan dari skripsi Suciningrum, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2011)
Tabel 3.2
Skor item-item pertanyaan kuisoner motivasi belajar
Jawaban Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Pernyataan Positif
4 3 2 1
Pernyataan Negatif
1 2 3 4
2) Variabel Disiplin Belajar
Tabel 3.3
Pengukuran disiplin belajar
Variabel
Penelitan Indikator
Pertanyaan Positif No. Pertanyaan Negatif No. Disiplin Belajar a) Kemauan mematuhi peraturan. b) Kemauan melaksanakan peraturan. c) Mempunyai rencana atau jadwal belajar. d) Persiapan belajar.
e) Bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab. f) Menghargai waktu. 1 2 3
4, 5, 6
8
9
(59)
g) Aktif
melakukan hal-hal positif.
10, 11 12
(Pengembangan dari skripsi Suciningrum, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, 2011)
Tabel 3.4
Skor item-item pertanyaan kuisoner disiplin belajar
Jawaban Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Pernyataan Positif
4 3 2 1
Pernyataan Negatif
1 2 3 4
3) Variabel Lingkungan Belajar
Tabel 3.5
Pengukuran Lingkungan Belajar
Variabel Penelitian
Sub Variabel
Penelitian Indikator
Pernyataan Positif No. Pernyataan Negatif No. Lingkungan Belajar Lingkungan Sekolah a. Fasilitas yang disediakan disekolah. b. Kondisi lingkunga n sekolah. c. Tata tertib
sekolah. d. Sikap dan
perhatian guru.
1, 2, 10
4, 5
6, 8
3
9
7
(Pengembangan dari skripsi Suciningrum, Universitas Sanata
(60)
Tabel 3.6
Skor item-item pertanyaan kuisoner Lingkungan belajar
Jawaban Sangat
Setuju Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju Pernyataan
Positif
4 3 2 1
Pernyataan Negatif
1 2 3 4
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Pada Variabel Terikat Hasil Belajar siswa SMK Putra Tama Bantul
akan diukur berdasarkan nilai rapor.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu:
1. Kuisioner (Angket)
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. “Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden” Sugiyono (2004:135).
Kuisioner digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya untuk
mengetahui besar variabel didalam penelitiannya. Variabel yang
diukur dalam kuisioner ini meliputi motivasi belajar, disiplin belajar
(61)
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melihat
dan mencatat dokumentasi yang diperlukan. Cara ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai SMK Putra Tama Bantul, peraturan
akademik, fasilitas, kurikulum, prestasi belajar siswa.
G. Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Validitas.
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment” (Arikunto, 2010:211)
Rumus uji validitas
= ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= koefisien korelasi antara x dan y
N = jumlah responden
∑ = jumlah x (skor butir)
∑ = jumlah y (skor faktor)
∑ = jumlah x kuadrat
∑ = jumlah y kuadrat
(62)
Jika nilai koefisien lebih besar dari , maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika lebih kecil dari , maka butir soal tersebut dapat dikatakan tidak valid.
Untuk menguji validitas instrumen atau kuesioner terlebih dahulu
instrumen ini diuji cobakan kepada 30 responden. Pengujian validitas
menggunakan program SPSS for windows versi 17.0 (Lampiran 4).
Dengan taraf signifikansi 5%, apabila suatu item pertanyaan lebih besar daripada maka item kuesioner tersebut dianggap valid. Untuk menentukan nilai dengan df sama dengan jumlah responden dikurangi dua, dalam kasus ini df = 30-2 = 28 dengan taraf
signifikansi 5% maka didapat 0.3610. Adapun hasil uji coba validitas sebagai berikut:
a. Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar
Hasil uji validitas Motivasi Belajar (X1)
Tabel 3.7
Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Motivasi Belajar
No Item Keterangan 1 0,512 0,361 Valid 2 0,638 0,361 Valid 3 0,663 0,361 Valid 4 0,778 0,361 Valid 5 0,711 0,361 Valid 6 0,362 0,361 Valid 7 0,495 0,361 Valid 8 0,512 0,361 Valid 9 0,459 0,361 Valid 10 0,585 0,361 Valid 11 0,511 0,361 Valid 12 0,415 0,361 Valid
(63)
13 0,422 0,361 Valid 14 0,719 0,361 Valid
b. Uji Validitas Variabel Disiplin Belajar
Hasil uji validitas disiplin belajar (X2)
Tabel 3.8
Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Disiplin Belajar
No Item Keterangan 1 0,557 0,361 Valid 2 0,507 0,361 Valid 3 0,398 0,361 Valid 4 0,437 0,361 Valid 5 0,585 0,361 Valid 6 0,370 0,361 Valid 7 0,519 0,361 Valid 8 0,455 0,361 Valid 9 0,400 0,361 Valid 10 0,382 0,361 Valid 11 0,391 0,361 Valid 12 0,628 0,361 Valid
c. Uji Validitas Variabel Lingkungan Belajar (X3)
Hasil uji validitas lingkungan sekolah
Tabel 3.9
Rangkuman Hasil Uji Validitas III untuk Variabel Lingkungan Belajar
No Item Keterangan 1 0,541 0,361 Valid 2 0,440 0,361 Valid 3 0,630 0,361 Valid 4 0,432 0,361 Valid 5 0,482 0,361 Valid 6 0,551 0,361 Valid 7 0,442 0,361 Valid 8 0,419 0,361 Valid 9 0,402 0,361 Valid 10 0,392 0,361 Valid
(64)
Dari semua pengujian smua instrumen memiliki diatas 0.361 sehingga dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
“Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.” Arikunto (2010:221)
“Cara untuk mencari reliabilitas keseluruhan item yaitu dengan rumus Cronbach’s Alpha.” Ronny (2003:158)
“Cronbach’s Alpha diperoleh melalui rumus sebagai berikut (Ronny, 2003:158):
=
( ∑
)
Dimana :
= Cronbach’s alpha N = banyaknya pertanyaan
= variance dari pertanyaan = variance dari skor
= variance dari total
„Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60.‟ (Nunnaly, dalam Imam Ghozali, 2002:42).
Jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60 maka butir
(65)
nilai koefisien Cronbach Alpha lebih kecil dari 0,60 maka butir
pertanyaan tersebut dikatakan tidak reliabel.
Adapun uji reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Cronbach Keterangan Motivasi Belajar (X1) 0,878 Reliabel Disiplin Belajar (X2) 0,811 Reliabel Lingkungan Belajar (X3) 0,798 Reliabel
Berdasarkan hasil olah data diatas diperoleh nilai-nilai Alpha
Cronbach dari semua variabel penelitian menunjukan lebih besar dari
nilai 0,60. Dengan demikian jawaban-jawaban responden dari
variabel-variabel penelitian tersebut reliabel.
H. Teknik Analisis Diskriptif
1. Deskripsi data
“Penggunaan bahan pembanding sebagai alat untuk memberi arti pada skor menjadi sangat penting. Bahan pembanding ini disebut acuan
penilaian, dan sengaja tidak dipakai istilah lain” Masidjo (1995:151).
“Dalam usaha menarik kesimpulan, peneliti menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe 2 dengan kriteria sebagai berikut” Masidjo (1995:157).
Tabel 3.11
Pedoman PAP II (Masidjo, 1995:157)
Interval Skor Kriteria 81% - 100% Sangat Tinggi
66% - 80% Tinggi 56% - 65% Cukup 46% - 55% Rendah Dibawah 46% Sangat Rendah
(66)
I. Teknik Analisis Data
Uji prasyarat analisis harus dilakukan karena akan digunakan sebagai
langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data, selain itu
dimaksudkan sebagai dasar dalam mengambil keputusan agar tidak
menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik.
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah
distribusi data yang diperoleh menyimpang atau tidak dari distribusi
normal. Uji normalitas ini menggunakan normalitas multivariat
(Chi-square) dengan bantuan program SPSS for windows versi 17.0.
2. Hipotesis Penelitian
a. Rumusan hipotesis pertama
: Tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi
belajar dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama
Bantul.
: Ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar
dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama Bantul.
b. Rumusan hipotesis kedua
: Tidak ada hubungan positif dan signifikan disiplin
belajar dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama
Bantul.
: Ada hubungan positif dan signifikan disiplin belajar
(67)
c. Rumusan hipotesis ketiga
: Tidak ada hubungan positif dan signifikan lingkungan
belajar dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama
Bantul.
: Ada hubungan positif dan signifikan lingkungan belajar
dengan prestasi belajar siswa SMK Putra Tama Bantul.
3. Pengujian Hipotesis
“Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga tentang hubungan motivasi belajar siswa, disiplin belajar siswa dan lingkungan
belajar siswa dengan prestasi belajar siswa menggunakan rumus
korelasi Product Moment dengan angka kasar” Arikunto (2010:327).
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ]
Keterangan:
: koefisien korelasi yang dicari
N : banyaknya subjek pemilik nilai/jumlah sampel
X : nilai variabel bebas
Y : nilai variabel terikat
∑ : jumlah hasil kali x dengan y
Nilai r dapat digunakan untuk melihat dua variabel tersebut
(68)
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Jika r hitung > r tabel maka Ho ditolak
b. Jika r hitung < r tabel maka Ho diterima
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan pada probabilitas:
a. Jika probabilitas > 0,05 Ho diterima.
b. Jika probabilitas < 0,05 Ho ditolak.
“Pengujian signifikan atau tidaknya nilai r, digunakan uji t dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan atau dk=n-2.
Perhitungan t hitung adalah sebagai berikut” Soegiyono
(2010:230):
t = √
√
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = jumlah anggota sampel
t = harga test yang akan dicari
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
a. Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
b. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Tabel 3.12
Interpretasi Koefisien Korelasi (Soegiyono 2010:231) Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat
(1)
137
LAMPIRAN 9
PEDOMAN PAP II
(2)
Pedoman PAP II (Masidjo, 1995:157)
Interval Skor
Kriteria
81% - 100%
Sangat Tinggi
66% - 80%
Tinggi
56% - 65%
Cukup
46% - 55%
Rendah
Dibawah 46%
Sangat Rendah
1. Variabel motivasi belajar Nilai persentil
81% -100% = Sangat Tinggi 66% - 80% = Tinggi 56% - 65% = Cukup 46% - 55% = Rendah Dibawah 46% = Sangat Rendah
Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 14 = 56 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 14 = 14 Skor
14 + 81% (56-14) = 48,02 14 + 66% (56-14) = 41,72 14 + 56% (56-14) = 37,52 14 + 46% (56-14) = 33,32
Dari perhitungan tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai berikut: 48 – 56 = Sangat Tinggi
42 - <48 = Tinggi 38 - <42 = Cukup 33 - <38 = Rendah Dibawah 33 = Sangat Rendah 2. Variabel disiplin belajar
Nilai persentil
81% -100% = Sangat Tinggi 66% - 80% = Tinggi 56% - 65% = Cukup 46% - 55% = Rendah Dibawah 46% = Sangat Rendah
Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 12 = 48 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 12 = 12 Skor
12 + 81% (48-12) = 41,16 12 + 66% (48-12) = 35,76 12 + 56% (48-12) = 32,16
(3)
12 + 46% (48-12) = 28,56
Dari perhitungan tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai berikut: 41 – 48 = Sangat Tinggi
36 - < 41 = Tinggi 32 - < 36 = Cukup 29 - < 32 = Rendah Dibawah 29 = Sangat Rendah 3. Variabel lingkungan belajar
Nilai persentil
81% -100% = Sangat Tinggi 66% - 80% = Tinggi 56% - 65% = Cukup 46% - 55% = Rendah Dibawah 46% = Sangat Rendah
Skor tertinggi yang mungkin dicapai 4 x 10 = 40 Skor terendah yang mungkin dicapai 1 x 10 = 10 Skor
10 + 81% (40 – 10) = 34,3 10 + 66% (40 – 10) = 28,8 10 + 56% (40 – 10) = 26,8 10 + 46% (40 – 10) = 23,8
Dari perhitungan tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai berikut: 34 – 40 = Sangat Tinggi
29 - < 34 = Tinggi 27 - < 29 = Cukup 24 - < 27 = Rendah Dibawah 24 = Sangat Rendah
Daftar responden
DAFTAR NILAI No.
Res
Gender Nilai Rapot
1. 1 3,04
2. 2 3,17
3. 2 3,03
4. 2 3,08
5. 2 3,04
6. 2 3,06
7. 2 3,04
8. 1 3,04
(4)
Keterangan Gender:
1 = Laki –laki 2 = Perempuan
10. 2 3,06
11. 2 3,06
12. 2 3,15
13. 1 3,14
14. 2 3,03
15. 1 3,05
16. 2 3,10
17. 2 3,08
18. 2 3,41
19. 2 3,09
20. 2 3,07
21. 2 3,02
22. 1 2,96
23. 1 3,05
24. 1 3,06
25. 1 3,01
26. 1 3,14
27. 1 3,16
28. 1 3,17
29. 1 3,01
30. 1 3,03
31. 1 2,95
32. 1 2,98
33. 1 3,07
34. 1 2,98
35. 1 3,14
36. 1 2,96
37. 1 3,23
38. 1 3,12
39. 1 3,26
40. 1 3,62
41. 1 3,02
42. 1 2,97
43. 1 3,01
44. 1 3,09
45. 1 3,53
46. 2 3,08
47. 2 2,97
48. 2 3,10
49. 2 3,01
50. 1 2,91
51. 2 3,17
52. 2 3,10
53. 1 3,01
54. 1 2,93
(5)
141
LAMPIRAN 10
(6)