Pada penelitian ini juga ditemukan rerata MFV, PSV dan SD pada MCA dan MFV, PSV, EDV, PI dan SD yang lebih tinggi pada penderita yang merokok dan bukan
penderita DM. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Schatlo dkk 2007, dimana dari 2022 partisipan, ditemukan bahwa aliran darah dapat diukur pada kedua sisi pada 1354
partisipan, satu sisi pada 668 partisipan dan lebih sering mengalami kegagalan pada wanita yang berusia tua dengan DM dan kurang merokok.
IV.2.5 Distribusi Rerata Parameter Hematologi Rutin Berdasarkan Karakteristik
Pada penelitian ini, dijumpai distribusi rerata hemoglobin 13,92±2,1 grdl, hematokrit 42,18±6,07 , leukosit 9910,59±2144,83 mm
3
dan LED 36,88±18,84 mmjam pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini juga dijumpai pada
penelitian Tanne dkk 2010, dimana pada penelitian mereka ditemukan bahwa konsentrasi hemoglobin dijumpai lebih rendah pada wanita 13,2±1,6 dibandingkan
dengan pria 14,2±1,6 grdl, P0,01. tetapi pada penelitian isikay dkk 2005, ditemukan rerata hematokrit dijumpai lebih tinggi pada pria 42±4 dibandingkan
dengan wanita 39±4. Berdasarkan faktor resiko, penderita hipertensi didapati rerata hemoglobin
13,79±1,89, hematokrit 41,76±5,22 dan trombosit 263700±6425,84 yang lebih tinggi dibandingkan penderita yang tidak hipertensi. Pada penderita DM didapatkan
rerata hemoglobin 16,4±1,4 dan hematokrit 48,44±3,45, trombosit 289000±95556,27, leukosit 10358,57±2193,11 dan LED 42,43±24,42 yang lebih
tinggi dibandingkan yang bukan penderita DM. Pada penelitian Zuberi dkk 2008, mereka menemukan level trombosit lebih tinggi pada penderita DM 230,42 x10
3
dibandingkan dengan yang bukan penderita DM 210,04x10
3
, tetapi berdasarkan uji Tukey HSD tidak dijumpai perbedaan antara kedua kelompok tersebut. Pada penelitian
Simone dkk 2005, ditemukan bahwa level hematokrit dijumpai lebih tinggi pada penderita hipertensi 41,76±4,17 grdl, merokok 42,73±4,21 dan yang bukan
penderita DM 41,80±4,16 grdl.
Universitas Sumatera Utara
IV.2.6 Efek Parameter Hematologi Rutin Terhadap Hasil Pemeriksaan TCD
Pada penelitian ini ditemukan hubungan terbalik antara MFV pada MCA dan ICA serta PSV pada MCA dengan usia, hemoglobin dan hematokrit. Juga dijumpai
hubungan positif antara PI pada MCA dengan usia, hemoglobin,hematokrit dan LED, serta hubungan positif antara PI pada ICA dengan trombosit. Setelah faktor hipertensi
diadjust, dijumpai korelasi negatif yang signifikan antara level hemoglobin dan hematokrit dengan MFV dan PSV pada MCA dan ICA, serta dijumpai korelasi positif
yang signifikan antara usia dan level hematokrit terhadap PI pada MCA, dan level trombosit dengan PI dan SD pada ICA. Hubungan korelasi ini mengindikasikan bahwa
setelah faktor hipertensi di adjust ditemukan MFV dan PSV yang lebih rendah pada peningkatan level hematokrit dan hemoglobin, serta PI yang lebih tinggi pada
peningkatan level hematokrit pada MCA dan trombosit pada ICA. Perbedaan antara efek parameter hematologi rutin pada ICA dan MCA ini dimungkinkan karena variasi
dari hasil pemeriksaan TCD pada MCA dan ICA pada jumlah sampel yang diinklusikan sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar lagi untuk menyeragamkan
variasi. Usia tidak dijumpai hubungan korelasi setelah dilakukan adjust
pada penderita hipertensi. Hal ini dimungkinkan karena jumlah sampel yang uji menjadi berkurang
jumlahnya. Sehingga dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar agar dapat melakukan
adjust pada penderita hipertensi bahkan faktor resiko lainnya untuk
mengetahui efek parameter hematologi rutin dan usia terhadap hasil pemeriksaan TCD. Hubungan korelasi ini juga dijumpai pada penelitian Isikay dkk 2005, dimana
dari hasil analisa statistik dijumpai MFV pada MCA memiliki hubungan terbalik yang lemah dengan level hematokrit r=-0,18 dan yang
modest dengan usia r= -0,43, tetapi
PI dan SD tidak dipengaruhi secara signifikan oleh level hematokrit. Hubungan positif yang moderat dijumpai terhadap PI r=0,55 pada penelitian mereka. Pada penelitian
Sohn dkk 1997, dijumpai korelasi negatif antara level hematokrit dengan MVF pada MCA r= -0,37, P0,0001 dan ICA r= -0,14, P0,15.
Pada penelitian Ameriso dkk 1990, dijumpai diketahui adanya hubungan terbalik yang signifikan antara level hemoglobin terhadap MFV r= -0,48, P 0,01 dan
PSV r= -0,55, P 0,005, serta hubungan terbalik yang signifikan antara level hematokrit dengan MFV r= -0,37, P0,02 dan PSV r= -0,40, P0,01. Tetapi pada
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini tidak dijumpai adanya hubungan yang signifikan anatara leukosit dan trombosit dengan MFV nilai koefisien korelasi bervariasi dari -0,19 – 0,11, p0,3.
Pada ischemic cerebrovascular disease,
faktor hemorheologikal mungkin memiliki peranan dalam perkembangan iskemia.
Rheology merupakan ilmu mengenai
cairan dan hemorheologikal meliputi fenomena rheologikal yang berhubungan dengan keadaan fisiologis dan juga patologis yang dapat mempengaruhi fungsi darah dan
komponennya. Hematokrit, viskositas plasma , agregasi eritrosit dan trombosit, deformitas eritrosit dan leukosit memiliki kontribusi yang besar pada viskositas darah.
Perubahan pada hemorheologikal yang diamati pada pasien stroke adalah berhubungan dengan aterosklerotik
disease . Perubahan pada hemorheologikal ini
memiliki kontribusi terhadap perubahan viskositas darah dan nantinya akan mempengaruhi tahanan vaskular, dimana jika tahanan vaskular meningkat akan
mengakibatkan penurunan daya dorong sel darah sehingga terjadi penurunan kecepatan aliran darah MFV Ameriso dkk, 1990; Yamauchi dkk, 1998; Szikszai,
2003; Neumyer dkk, 2004 Pada studi Krejza dkk 2005, ditemukan bahwa indeks rasio kecepatan aliran
darah MCAICA meningkat pada usia tua. Hal ini diduga dipengaruhi dari sifat mekanik
arteri yang tergantung pada jumlah relatif kolagen dan elastin pada dinding arteri dan ketebalan dinding atau rasio ketebalan dengan radius. Rasio kolagen-elastin dan
ketebalan-radius meningkat seiring dengan usia, yang disertai dengan kekakuan pada arteri. Sifat elastis dan diameter arteri intrakranial dan ekstrakranial arteri dilaporkan
memiliki perbedaan terkait dengan usia. Kekakuan arteri intrakranial meningkat dari mulai sejak lahir, sedangkan arteri ekstrakaranial yang kurang kaku menunjukkan
hubungan dengan usia yang minimal hingga usia 40 tahun. Rasio kekakuan ketebalan- radius arteri intrakranial adalah kecil hingga usia 40 tahun, dimana ketebalan dan
diameter arteri ekstrakranial meningkat lebih cepat dengan usia. Pada level CBF yang konstan, perubahan kekakuan dan diameter arteri intra dan
ekstrakranial semakin berbeda yang dapat menimbulkan peningkatan indeks rasio kecepatan aliran darah MCAICA. Sebuah laporan menyatakan bahwa diameter arteri
karotis secara signifikan lebih besar pada pria dibandingkan pada wanita dari usia 25 tahun, yang diikuti dengan
Universitas Sumatera Utara
peningkatan hingga usia 40-45 tahun dan peningkatan yang tajam pada wanita setelah usia tersebut. Perbedaan ini memiliki peranan pada peningkatan indeks rasio keepatan
aliran darah MCA ICA pada pria 60 tahun dibandingkan dengan wanita pada usia yang sama. Pada usia yang lebih tua, indeks rasio dijumpai lebih meningkat pada
wanita. Hal ini diduga akibat dilatasi arteri ICA relatif lebih besar dibandingkan MCA pada wanita yang dikaitkan dengan kemungkinan perbedaan kekakuan arteri
intrakranial yang lebih besar dari ekstrakranial pada wanita postmenopause, dimana diduga hormon esterogen menyebabkan penurunan rasio kolagen-elastin. Tetapi
dugaan ini masih spekulatif Krejza dkk, 2005.
IV.2.7 Hubungan Hasil Pemeriksaan TCD terhadap Outcome