Evaluasi Pola Pegerakan Orang dan Barang Dengan Moda Transportasi Air (Studi Kasus : dari dan ke Kota Balige)

(1)

EVALUASI POLA PERGERAKAN ORANG DAN BARANG DENGAN MODA TRANSPORTASI AIR

(Studi Kasus : dari dan ke kota Balige)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas Dan memenuhi syarat untuk menempuh

Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

030404097

SABRINA LUMBAN GAOL

BIDANG STUDI TRANSPORTASI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Moda transportasi air merupakan salah satu moda yang banyak dipergunakan penduduk di kawasan perairan Danau Toba, sebagai sarana aktifitas masyarakat dan distribusi hasil bumi yang masih bertahan sampai saat ini.

Penelitian ini merupakan kajian mengenai pola pergerakan orang dan barang beserta pelayanan jasa angkutan air yang kemudian membandingkan perlengkapan moda transportasi air terhadap waktu tempuh dan tarif angkut yang dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik pelaku perjalanan dan mutu sistem transportasi air di perairan Danau Toba.

Model penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan data primer yang didapat melalui penyebaran kuisioner kepada penumpang, pemilik kapal, pengelola kapal dan Dinas Perhubungan dengan pengambilan sampel dilakukan secara Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling). Data – data tersebut kemudian dianalisa. Adapun Metode analisis yang digunakan adalah Metode Deskriptif dan Chi Kuadrat.

Dari hasil analisa didapat bahwa untuk karakteristik penumpang, 80% penumpang adalah umum(pedagang, wiraswasta, petani, buruh dan tidak bekerja), 61% maksud perjalanan adalah untuk berdagang, 95% tujuan perjalanan adalah ke Kota Balige, 26% penumpang berasal dari Nainggolan.dan jenis barang yang paling banyak diangkut oleh kapal adalah hasil alam, sembako dan barang keperluan rumah tangga lainnya dengan kapasitas kapal yang cukup besar 75-100 orang dan 2.0-3.5 ton barang dan kecepatan 100km/jam. Dan kelengkapan fasilitas kapal motor sangat terbatas sehingga tidak cukup menjamin keselamatan penumpang.

Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah jasa transportasi air di kawasan barat daya Danau Toba lebih banyak digunakan untuk upaya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan berpotensi untuk dikembangkan. Maka untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang lebih baik, perlu untuk meningkatkan mutu dan pelayanan angkutan ini.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya yang telah diberikan kepada saya sehingga laporan Tugas Akhir saya ini dapat diselesaikan dengan baik, yang berjudul : Evaluasi Pola Pegerakan Orang dan Barang Dengan Moda Transportasi Air (Studi Kasus : dari dan ke Kota Balige).

Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di fakultas Teknik, Jurusan Teknik ipil, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan laporan ini, saya telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Johannes Tarigan, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tenkik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR. Ir. Teruna Jaya, M.Sc, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Tenkik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu untuk mengarahkan, membingbing dan memberikan saran hingga penyelesaian tugas akhir ini.

4. Bapak Syahril Dulman, Bapak Hamdani Gultom dan Ibu Filiyanti Bangun selaku dosen penguji saya.


(4)

5. Dinas Perhubungan dan BAPPEDA Kabupaten Toba Samosir.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda S. Lumban Gaol dan Ibunda H. Simanjuntak terima kasih atas doa dan didikannya.

7. Buat saudara-saudaraku terkasih K’Imelda, K’Ruth, K’Mona, K’Ika, Gempi dan Josua serta Leon terima kasih buat dukungannya.

8. Teman-temanku Nalsalisa, Ilga, Imelda, Sridayuli, Agustrina, Dina, Nuri dan stambuk 2003 Teknik Sipil, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

9. Sahabat-sahabatku yang tersayang Lenny, Febri, Efflin, Nurma, Nancy, Elli, Aprita, Tika, Irene dll terima kasih buat dukungannya.

Dengan rendah hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan referensi yang dimiliki.

Sebagai penutup, diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar kiranya kelak tulisan ini menjadi lebih baik dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2008 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR...x

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum ...1

I.2 Latar Belakang Masalah ...3

I.3 Tujuan ...4

I.4 Ruang Lingkup Pembahasan ...4

I.5 Manfaat Penelitian ...5

I.6 Metodologi ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Transportasi Air ...8

II.2. Sarana Pada Sistem Transportasi Air ... 9

II.3. Moda Angkutan Air...9

II.4 Pelabuhan ... 10

II.4.1. Fasilitas Pelabuhan ... 11

II.4.2. Dermaga... 11

II.5. Kapasitas dan Tarif Angkutan ... 12

II.5.1. Kapasitas Angkutan ... 12


(6)

II.6. Keselamatan Kapal ... 14

II.7. Karakteristik Pergerakan Non-Spasial ... 15

II.7.1. Sebab Terjadinya Pergerakan ... 15

II.7.2. Waktu Terjadinya Pergerakan ... 16

II.7.3. Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan ... 17

II.8. Karakteristik Pergerakan Spasial ... 18

II.8.1. Pola Tata Guna Lahan Perkotaan ... 18

II.8.2. Pola Perjalanan Orang ... 19

II.9. Konsep Perencanaan Transportasi

...19

II.9.1. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ... 20

II.9.2. Klasifikasi Pergerakan ... 21

II.9.3 Pemilihan Moda ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Umum ... 26

III.2 Pengumpulan Data ... 29

III.2.1 Tujuan Pengumpulan Data ... 29

III.2.2 Penentuan lokasi penelitian ... 29

III.2.3 Pengumpulan Data Primer ... 29

III.2.4 Pengumpulan Data Sekunder ... 30

III.2.5 Sistematika Pengumpulan Data ... 31

III.2.6 Cara Pengambilan Data ... 31

III.3 Teknik Penarikan Sampel ... 32


(7)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH

IV.1 Kabupaten Toba Samosir ... 36

IV.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah ... 38

IV.1.2 Data Kependudukan ... 39

IV.1.3 Pola Tata Guna Lahan ... 41

IV.2. Deskripsi Wilayah Jangkauan Kapal Motor ... 43

IV.2.1 Kecamatan Pangururan... 43

IV.2.2 Kecamatan Palipi ... 43

IV.2.3 Kecamatan Onan Runggu ... 44

IV.2.4 Kecamatan Nainggolan ... 44

IV.2.5 Bakara, Sitanggor, Pulau Sibandang, Muara ... 44

IV.2.6 Tipang, Janji Raja, Sabulan dan Tamba... 45

IV.2.7 Sigaol ... 45

IV.3 Sejarah Pertumbuhan Kapal dan Dermaga ... 45

IV.4 Pemanfaatan Moda Transportasi Air (Kapal Motor) ... 47

IV.5 Trayek Angkutan Air Kapal Motor ... 47

IV.6 Jenis Barang dan Kapasitas Muatan Kapal Motor ... 52

IV.7 Tarif Angkut... 53

IV.8 Waktu tempuh, Jarak Tempuh,

...55

BAB V ANALISA DATA V.1 Metode Analisa ... 56

V.2 Analisa Data ... 56

V.3 Analisa Data Kuisioner ... 60


(8)

V.5 Analisa Aliran Orang dan Barang ... 80

V.6 Sistem Operasional Angkutan Air Kapal Motor ... 85

V.7 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal

...86

V.8 Rangkuman Analisa Penelitian ... 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan ... 89

VI. 2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi pergerakan orang perkotaan... 16

Tabel 3.1 Rata-rata Jumlah Penumpang... 33

Tabel 4.1 Kondisi Eksisting Kabupaten Toba Samosir ... 37

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk ... 40

Tabel 4.3. Data Kependudukan Masyarakat menurut usia ... 41

Tabel 4.4 Pola Tata Guna Lahan di Kabupaten Toba Samosir ... 42

Tabel 4.5 Trayek Kapal Motor Yang Berangkat Dari Balige ... 48

Tabel 4.6 Trayek Kapal Motor Yang Masuk Ke Balige... 49

Tabel 4.7 Kapasitas Angkut Kapal Motor ... 53

Tabel 4.8 Daftar Tarif Angkut Penumpang Kapal Motor ... 54

Tabel 4.9 Waktu Tempuh, Jarak Tempuh dan Kecepatan Rata–rata dari Kapal Motor ... 55

Tabel 5.1 Rata–Rata Jumlah Penumpang Yang Diangkut Kapal Motor Berdasarkan Jenis Pekerjaannya ... 57

Tabel 5.2 Jenis Pekerjaan Responden ... 60

Tabel 5.3 Rata – Rata Umur Penumpang Yang Diangkut Kapal Motor ... 64

Tabel 5.4 Maksud perjalanan responden ... 65

Tabel 5.5 Kota Asal Perjalanan Responden ... 66

Tabel 5.6 Kota Tujuan Perjalanan Responden ... 66

Tabel 5.7 Tanggapan mengenai Kapasitas Kapal Motor ... 67

Tabel 5.8 Tanggapan mengenai Waktu Tempuh ... 68

Tabel 5.9 Tanggapan mengenai Tarif Ongkos Angkut ... 68

Tabel 5.10 Tanggapan mengenai Kelengkapan Fasilitas Kapal Motor ... 69


(10)

Tabel 5.12 Tanggapan mengenai Penambahan Jumlah Kapal Motor ... 70

Tabel 5.13 Tanggapan mengenai Kapasitas Kapal Motor ... 71

Tabel 5.14 Tingkat Keselamatan Kapal ... 72

Tabel 5.15 Tanggapan mengenai Kelengkapan Fasilitas Kapal Motor ... 72

Tabel 5.16 Perkembangan Pengguna Kapal ... 73

Tabel 5.17 Biaya Operasional Kapal ... 74

Tabel 5.18 Tingkat Keselamatan Kapal ... 75

Tabel 5.19 Perkembangan Pengguna Kapal ... 76

Tabel 5.20 Data Jumlah Panumpang yang Naik dan Turun di Pelabuhan Kapal Motor Balige ... 81

Tabel 5.21 Data Jumlah Barang yang Turun di Pelabuhan Kapal Motor Balige ... 83

Tabel 5.22 Data Jumlah Barang yang Naik di Pelabuhan Kapal Motor Balige ... 84


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ... 21

Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan ke Kota Balige ... 23

Gambar 2.3 Pemilihan moda Kota Balige ... 25

Gambar 3.1 Bagan Aliran Metodelogi Penelitian ... 28

Gambar 4.1 Trayek Angkutan kapal Motor ... 51

Gambar 5.1 Arus Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Balige ... 82

Gambar 5.2 Arus Lalu Lintas Barang di Pelabuhan Balige ... 85


(12)

ABSTRAK

Moda transportasi air merupakan salah satu moda yang banyak dipergunakan penduduk di kawasan perairan Danau Toba, sebagai sarana aktifitas masyarakat dan distribusi hasil bumi yang masih bertahan sampai saat ini.

Penelitian ini merupakan kajian mengenai pola pergerakan orang dan barang beserta pelayanan jasa angkutan air yang kemudian membandingkan perlengkapan moda transportasi air terhadap waktu tempuh dan tarif angkut yang dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik pelaku perjalanan dan mutu sistem transportasi air di perairan Danau Toba.

Model penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan data primer yang didapat melalui penyebaran kuisioner kepada penumpang, pemilik kapal, pengelola kapal dan Dinas Perhubungan dengan pengambilan sampel dilakukan secara Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling). Data – data tersebut kemudian dianalisa. Adapun Metode analisis yang digunakan adalah Metode Deskriptif dan Chi Kuadrat.

Dari hasil analisa didapat bahwa untuk karakteristik penumpang, 80% penumpang adalah umum(pedagang, wiraswasta, petani, buruh dan tidak bekerja), 61% maksud perjalanan adalah untuk berdagang, 95% tujuan perjalanan adalah ke Kota Balige, 26% penumpang berasal dari Nainggolan.dan jenis barang yang paling banyak diangkut oleh kapal adalah hasil alam, sembako dan barang keperluan rumah tangga lainnya dengan kapasitas kapal yang cukup besar 75-100 orang dan 2.0-3.5 ton barang dan kecepatan 100km/jam. Dan kelengkapan fasilitas kapal motor sangat terbatas sehingga tidak cukup menjamin keselamatan penumpang.

Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah jasa transportasi air di kawasan barat daya Danau Toba lebih banyak digunakan untuk upaya pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dan berpotensi untuk dikembangkan. Maka untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan yang lebih baik, perlu untuk meningkatkan mutu dan pelayanan angkutan ini.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Umum

Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.

Transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana semakin baik sarana dan prasarana transportasi maka akan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, memperkuat persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupa n. Peranan transportasi sangat penting dalam pembangunan, baik sebagai unsur perangsang maupun sebagai penunjang.

Dalam perannya sebagai unsur perangsang, maka dalam rangka menyeimbangkan perkembangan daerah, pembangunan jaringan transportasi juga diarahkan untuk mendukung daerah-daerah yang perlu dipacu perkembangannya, dan membuka isolasi daerah-daerah potensial, miskin, dan wilayah perbatasan.

Dalam perannya sebagai unsur penunjang, yaitu melalui kedudukannya dalam pelayanan jasa distribusi, transportasi perlu ditingkatkan untuk menjamin tersalurkannya produk-produk wilayah yang dilayani ke luar wilayah melalui simpul jasa distribusi utama.

Ini berarti bahwa transportasi bagian yang sangat dominan dalam menunjang pelaksanan dan pemerataan pembangunan. Hal ini dapat terlihat dari semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan danau dan darat yang


(14)

berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efisien dan efektif dalam memenuhi sektor lain serta mengantisipasinya, sekaligus juga berfungsi ikut dalam menggerakkan dinamika pembangunan. Pembangunan dapat terkendala bahkan dapat berhenti tanpa dukungan prasarana transportasi.

Pelayanan transportasi tidak sama setiap tempat dan banyak alternatif dalam pemilihan bentuk transport. Bentuk transport ini juga tergantung dari keadaan suatu wilayah. Karena Indonesia adalah negara kepulauan maka masalah yang dihadapi adalah bagaimana menghubungkan sistem transportasi darat dari satu pulau ke pulau lainnya. Transportasi darat yang efisien dan efektif akan menghubungkan daerah-daerah sumber daya alam di pedalaman dan kota-kota dengan pelabuhan-pelabuhan di daerah pantai, sedang jaringan transportasi laut akan menghunbungkan pelabuhan-pelabuhan dari satu pulau dengan pulau lainnya. Sehingga sistem transportasi yang efisien dan efektif sangat berperan penting untuk wilayah negara kepulauan Indonesia.

Pada daerah yang banyak dialiri sungai, laut , maupun danau yang mempunyai pulau-pulau yang dipisahkan oleh air, transportasi air merupakan suatu alternatif yang sangat dominan dan masih sangat efektif.

Propinsi Sumatera Utara salah satu propinsi terbesar di Indonesia merupakan daerah yang cukup dikenal di nusantara bahkan di dunia, dimana keindahan alam Danau Toba menjadi salah satu faktor pemikat yang paling besar bagi masyarakat yang didukung dengan adanya sebuah pulau di tengah Danau Toba yaitu Pulau Samosir. Dengan adanya pulau samosir, maka ada juga kegiatan sosial ekonomi yang terjadi disana, bahkan pulau ini menjadi tujuan utama para pengunjung Danau Toba yang menyebabkan mobilitas penduduk cukup tinggi.


(15)

Untuk memenuhi semua kebutuhan itu perlu adanya transportasi yang akan menghubungkan Pulau Samosir dengan daerah di sekitar Danau Toba. Transportasi Air menjadi salah satu transportasi yang digunakan di perairan Danau Toba.

Balige sebagai ibukota kabupaten Toba Samosir merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan kegiatan sosial ekonomi bagi daerah-daerah yang berbatasan dengannya baik masyarakat Tapanuli Utara maupun masyarakat Pulau Samosir, jadi transportasi air sangat penting peranannya dalam perkembangan daerah dan mobilisasi penduduk. Adapun sarana transportasi air yang digunakan adalah kapal motor, baik untuk pengangkutan penumpang maupun barang.

I.2 Latar Belakang Masalah

Dalam menjalankan aktifitas sehari-harinya, masyarakat di Kabupaten Toba Samosir dapat menggunakan transportasi darat dan air, tergantung dari tujuan dan keperluannya. Balige merupakan salah satu daerah pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, sosial budaya, sehingga masyarakat yang berada di daerah-daerah yang berbatasan dengan kota ini sejak dahulu banyak melakukan aktifitas di Kabupaten Toba Samosir. Dalam hal ini untuk menempuh tempat yang dibatasi oleh air/danau, masyarakat lebih sering menggunakan moda angkutan air yang berupa kapal motor karena keterbatasan angkutan darat. Yang menjadi masalah adalah faktor efisiensi seperti faktor muatan penumpang, waktu tempuh, jarak tempuh dan operasional angkutan.


(16)

I.3 Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi pola pergerakan orang dan barang yang menggunakan moda transportasi air (kapal motor) di perairan Danau Toba. Pola pergerakan orang dan barang dengan moda transportasi air ini akan menggambarkan secara umum :

• Karakteristik pelaku perjalanan

• Maksud dan tujuan pelaku melakukan perjalanan

• Jumlah pergerakan penduduk dari dan ke daerah kawasan studi • Jenis dan kapasitas barang yang diangkut oleh moda

• Waktu, biaya, dan layanan perjalanan

I.4 Ruang Lingkup Pembahasan

Adapun ruang lingkup pembahasan dalam mengevaluasi pola pergerakan orang dan barang dengan moda transportasi air, meliputi :

1. Persepsi masyarakat terhadap kinerja pelayanan kapal motor.

2. Moda transportasi air yang ditinjau berupa angkutan penumpang dan barang

• Jumlah dan karakteristik moda transportasi • Daya angkut moda (kapal motor)

Dalam penelitian ini angkutan air yang akan disurvey adalah kapal motor yang melayani trayek Balige-Nainggolan, Balige-Onan Runggu, Balige-Urat Sabulan, Balige-Janji Raja.


(17)

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran peranan moda angkutan air berupa kapal motor pengangkut orang dan barang serta menggambarkan mutu transportasinya di perairan Danau Toba khususnya trayek dari dan ke kota Balige.

I.6 Metodologi

Pelaksanaan penelitian tugas akhir ini melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Studi Literatur

Studi ini meliputi pengambilan teori-teori dari beberapa sumber bacaan seperti buku, jurnal ilmiah, makalah-makalah seminar atau internet yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Pengumpulan Data a. Data Primer

Data ini diperoleh dengan mengadakan survey langsung ke lapangan. Adapun data yang diperoleh antara lain :

 Trayek/lintasan transportasi air

 Jumlah dan karakteristik moda transportasi air

 Trip/perjalanan moda transportasi air

 Persepsi pengguna jasa angkutan mengenai transportasi air


(18)

b. Data Sekunder

Merupakan data pendukung yang dibutuhkan penulis untuk proses evaluasi studi. Data –data ini diperoleh dari instansi yang terkait seperti :

 BAPPEDA

 Dinas Perhubungan Kabupaten Toba Samosir

 Biro Pusat Statistik

 Badan Usaha Perorangan (swasta) yang mengelola transportasi air.

Data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan metode penarikan sampel yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai populasi (keseluruhan objek penelitian : orang dan barang) dan mengkaji respon dari para pelaku perjalanan yang menggunakan jasa angkutan kapal mengenai karakteristik serta maksud dan tujuan para pelaku perjalanan melakukan perjalanan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam Kuisioner.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Transportasi Air

Disamping transportasi darat, transportasi air adalah jenis transportasi yang termasuk tua. Barang kali hampir sama tuanya karena air sebagai jalan atau prasarana angkutan sudah digunakan sejak jaman purba. Pada saat itu tenaga penggerak yang digunakan adalah tenaga manusia, yaitu dengan mendayung. Langkah yang lebih maju dari penggunaan tenaga manusia adalah pemamfaatan tenaga angin dengan memasang layar. Mungkin berawal dari sinilah lahirnya istilah pelayaran bagi kegiatan transportasi air (terutama laut) meskipun kapal yang digunakan tidak menggunakan layar, melainkan menggunakan tenaga mesin. Sampai sekarang kapal banyak digunakan untuk mengangkut penumpang, barang, menangkap ikan, atau kegiatan olah raga (Tommy H. Purwaka, 1993)

Bagi Indonesia, peranan transportasi air khususnya di daerah studi sangat penting karena daerah yang dipisahkan oleh danau, untuk menghubungkan penduduk antara satu pulau dengan pulau yang lain dengan menggunakan angkutan air.

II.2. Sarana Pada Sistem Transportasi Air

Jalan bagi transportasi air umumnya bersifat alami (laut, sungai, danau), namun dapat pula buatan manusia (kanal, danau buatan). Selain itu ada juga yang sengaja ditatar agar memenuhi syarat pelayaran (diperlebar, dikeruk).


(20)

Seperti kita ketahui bahwa sarana pada sistem transportasi perlu dipelihara dengan cermat secara berkala dan berkesinambungan. Semua itu akibat dari terganggunya keseimbangan alam oleh ulah manusia, sehingga di masa sekarang ini diperlukan pemeliharaan yang dimaksudkan agar alur pelayaran terhindar dari proses pendangkalan dan tidak terganggu oleh tumbuhan air.

II.3. Moda Angkutan Air

Bentuk maupun ukuran kendaraan air cukup beragam, mulai dari perahu dayung yang sangat sederhana, rakit, sampai kapal raksasa dengan daya angkut yang sangat besar. Berbagai kapal juga dirancang untuk berbagai keperluan, seperti kapal perang, tanker pengangkut minyak, kapal penumpang, serta kapal pesiar yang mewah.

Bagi pengangkutan barang, transportasi air masih memegang peranan penting. Daya angkut kapal yang yang sangat besar, sehingga dapat menekan biaya satuan, merupakan daya tarik tersendiri bagi dunia perdagangan. Apalagi memang sering kali tidak ada alternatif lain kecuali menggunakan kapal. Karena angkutan melalui air lambat maka sering kali angkutan ini hanya sesuai utuk mengangkut barang yang yang tidak cepat rusak.

Pengangkutan melalui air khususnya cocok dan efisien bagi lalu lintas hubungan antar tempat (misalnya pemukiman) yang tidak dihubungkan oleh sistem jaringan darat, sebaiknya menggunakan sistem angkutan dengan moda kapal untuk membongkar-muat barang, dan lalu lintas penyeberangan antar pulau.


(21)

II.4 Pelabuhan

Pelabuhan adalah tempat berlabuh atau tempat bertambatnya kapal laut atau kendaraan air lainnya untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, serta merupakan daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi.

Pelabuhan juga berfungsi sebagai indikator untuk merangsang pertumbuhan industri di sekitarnya. Peran pelabuhan dapat digambarkan sebagai berikut :

• Melayani kebutuhan perdagangan baik perdagangan regional dan nasional (antar pulau) maupun internasional (Impor dan Ekspor).

• Menunjang pertumbuhan industri dan perputaran roda perdagangan. • Menyediakan fasilitas transit.

• Menunjang perkembangan industri di daerah lingkungan kerja pelabuhan. • Menambah pendapatan asli daerah.

II.4.1. Fasilitas Pelabuhan

Fasilitas pelabuhan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian fasilitas pelabuhan dan bagian sarana kapal. Antara sarana kapal dan fasilitas pelabuhan memiliki kaitan yang sangat erat.

Fasilitas pelabuhan secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

• Infrastruktur : adalah fasilitas dasar untuk kapal seperti : alat bantu navigasi, breakwater, pelayanan pandu, pelayanan tunda dan lainnya.


(22)

• Struktural : adalah fasilitas yang disediakan diatas tanah seperti : gudang, lapangan penumpukan serta peralatan bingkar muat.

Pelabuhan juga didefenisikan sebagai salah satu terminal transportasi, yang berfungsi secara umum sebagai barikut :

• Tempat untuk membongkar memuat barang yang diekspor maupun impor. • Tempat pemeriksaan barang yang akan diekspor maupun diimpor.

II.4.2. Dermaga

Dermaga adalah tempat kapal sandar untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang atau naik turun penumpang. Dermaga dapat diklasifikasikan menurut jenis muatan atau jenis kapal :

a. Dermaga konvensional adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar kapal konvesinal.

b. Dermaga peti kemas adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar khusus kapal-kapal peti kemas.

c. Dermaga curah kering adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat/sandar kapal-kapal yang khusus melakukan bongkar muat barang curah kering.

d. Dermaga curah cair adalah dermaga/tambatan yang digunakan untuk merapat kapal-kapal yang khusus melakukan bongkar muat barang curah cair.


(23)

II.5. Kapasitas dan Tarif Angkutan II.5.1. Kapasitas Angkutan

Kapasitas angkutan adalah kemampuan sesuatu alat angkutan untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dalam waktu tertentu.

Unsur-unsur kapasitas angkutan terdiri dari : • Berat muatan

• Jarak yang ditempuh

• Waktu yang dibutuhkan untuk mengantar angkutan ketujuan

II.5.2. Tarif Angkutan

Jasa yang diberikan dari perusahaan angkutan dihitung menurut ton-km atau ton-mil dan biasa disebut tarif angkutan.

Sifat utama dari tarif angkutan yang didasarkan pada faktor jarak tersebut adalah : ♦ Tarif angkutan tidak dimulai dengan nol atau tanpa pembebanan tarif

karena adanya ongkos terminal, ongkos tetap dan sebagainya yang perlu dibebankan kepada muatan barang yang diangkut.

♦ Tarif angkutan tidak dipungut untuk tiap mil/km, tetapi dengan cara sekumpulan mil (block of mil). Misalnya untuk jarak 1-4 mil dengan tarif tertentu, sedangkan jarak untuk 4-8 mil tertentu lainnya.

Ditinjau dalam hubungan dengan tarif angkutan dan sifat pelayanan jasanya, usaha angkutan dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :


(24)

a. Common carrier, adalah usaha angkutan umum yang menentukan tarif angkutan dengan suatu daftar tarif tertentu, beroperasi atau melayani pemakainya pada waktu-waktu tertentu dan pada trayek yang telah ditetapkan. Jadi common carrier merupakan usaha angkutan umum.

b. Contract carrier, adalah usaha angkutan yang memberikan jasa jika diperlukan, dengan tarif yang telah biasa dipakai pada rute yang bersangkutan atau dengan tambahan biaya tertentu, usaha angkutan ini merupakan usaha angkutan carteran, yang biaya dan resiko pengiriman melalui perjanjian kedua belah pihak.

II.6. Keselamatan Kapal

Teknologi pembuatan kapal khususnya kapal pelayanan rakyat masih sangat sederhana, pembuatan tidak dilakukan di galangan-galangan kapal khusus,melainkan dilaksanakan secara berpindah-pindah sesuai dimana bahan baku (kayu) diperoleh, yang dilakukan secara tradisional oleh tenaga-tenaga berpengalaman yang diwarisi secara turun temurun. Oleh sebab itu perlu kiranya pengawasan bagi keselamatan pelayaran khusus penumpang.

Perlengkapan keselamatan pelayaran yang dapat diprgunakan adalah :

a. Jerigen plastik yang diikat dengan kayu, berfungsi sebagai pengapung beberapa orang, tetapi tidak dapat ditumpangi seperti sekoci.

b. Rakit-rakit, berfungsi sebagai pengapung beberapa orang, dapat ditumpangi (sekoci).


(25)

c. Alat-alat penolong sebanyak ABK misalnya ban dalam terpompa, berfungsi sebagai pengapung secara individu.

d. Perlengkapan PPPk.

e. Radio SSB, berfungsi sebagai alat komunikasi dengan lingkungan luar perahu.

f. Bendera-bendera, sebagai alat penyampai isyarat g. Lampu-lampu, sebagai tanda/syarat.

h. Pemadan kebakaran.

II.7. Karakteristik Pergerakan Non-Spasial

Karakteristik pergerakan ini menyangkut pertanyaan-pertanyaan mengapa orang melakukan perajalan, kapan orang melakukan perjalan dan menggunakan sarana angkutan jenis apa. Beberapa karakteristik dasar dari pergerakan yang dapat kita sebut dengan istilah non-spasial (tanpa batas ruang) mengemukakan bahwa pergerakan yang terjadi berkaitan dengan :

II.7.1. Sebab Terjadinya Pergerakan

Biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya, yaitu yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan agama. Jika ditinjau lagi akan dijumpai kenyataan lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat tinggal: artinya mereka memulai perjalanan dari tempat tinggal dan berakhir kembali ke tempat tinggal (rumah). Pada kenyataan ini pula ditambahkan kategori keenam tujuan perjalanan adalah pulang ke rumah.


(26)

Tabel 2.1. Klasifikasi pergerakan orang perkotaan

Aktifitas Klasifikasi Perjalanan I. Ekonomi

a. Mencari nafkah

b. Mendapatkan barang dan pelayanan

1. Ke dan dari tempat kerja yang berkaitan dengan kerja

2. Ke dan dari toko dan keluar untuk keperluan pribadi yang berkaitan dengan belanja dan bisnis pribadi II. Sosial

Menciptakan dan menjaga hubungan pribadi

1. Ke dan dari rumah teman

2. Ke dan dari tempat pertemuan bukan di rumah

III.Pendidikan Ke dan dari sekolah, kampus dan lain-lain

IV.Rekreasi dan hiburan 1. Ke dan dari tempat rekreasi 2. Yang berkaitan dengan perjalanan

dan berkendaraan untuk rekreasi V.Kebudayaan 1. Ke dan dari tempat ibadah

2. Perjalanan bukan hiburan ke dan dari daerah budaya serta pertemuan poltik

Sumber : Perencanaan & Pemodelan Transportasi

II.7.2. Waktu Terjadinya Pergerakan

Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari. Dengan demikian, waktu perjalanan sangat tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalanan dengan maksud bekerja biasa merupakan parjalanan yang dominan, dan karena


(27)

sangat penting diamati secara cermat. Karena pola kerja biasanya dimulai pukul 600 – 800 dan berakhir pada pukul 1600 – 1800, maka perjalanan untuk maksud kerja biasanya mengikuti pola kerjanya.

II.7.3. Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan

Studi-studi transportasi yang digunakan biasanya mengkaji perjalanan dalam bentuk jenis transportasi yang dipergunakan atau apa saja yang disebut sebagai “pembagian moda atau model split”. Dengan membagi data perjalanan kedalam moda-moda yang berbeda, para perencana dan perekayasa angkutan dapat menaksir kebutuhan jasa angkut untuk masing –masing moda dan merencanakannya sesuai permintaan tersebut.

Dalam melakukan perjalanan, orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis angkutan yakni berjalan kaki, menggunakan angkutan pribadi, ataupun menggunakan angkutan umum. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan orang mempertimbangkan berbagai faktor yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya perjalanan, tingkat kenyamanan, ketersediaan moda, status sosial ekonomi, dll.

Gagasan bahwa pemilihan moda transportasi adalah berhubungan dengan jarak perjalanan dan bahwa maksud perjalanan yang berbeda mempunyai jarak perjalanan yang telah menunjukan bahwa suatu komponen spasial-lah (komponen dengan batas ruang) yang digunakan. Maksud-maksud perjalanan yang berbeda tampaknya akan memiliki karakteristik-karakteristik spasial berbeda.


(28)

II.8. Karakteristik Pergerakan Spasial

Konsep yang paling mendasar dari studi-studi transportasi adalah berupa hubungan antara distribusi ruang (spasial) dari perjalanan dan distribusi spasial dari tata guna lahan yang terdapat dalam suatu daerah perkotaan. Perjalanan-perjalanan dilakukan unutk melakukan suatu kegiatan tertentu, sedangkan lokasi kegiatan tersebut ditentukan oleh pola tat guna lahan kota tersebut.

II.8.1. Pola Tata Guna Lahan Perkotaan

Defenisi umum dari tata guna lahan perkotaan adalah sebaran ruang untuk pola geografis dari fungsi suatu kota, seperti misalnya daerah hunian, perniagaan, perkotaan, pemerintahan, dan lain sebagainya. Defenisi lain menyatakan bahwa tata guna lahan melibatkan dua bagian yaitu pertama dalam bentuk pemanfaatan ruang akibat pola aktifitas manusia, perusahaan, dan institusi dan kedua dalam bentuk fisik dari struktur atau prasarana yang dibuat untuk mengakomodasikan pola dan fungsi pada bentuk pertama di atas (perencanaan transportasi

perkotaan).

Telah umum diketahui bahwa lahan yang terdapat di pusat kota adalah lebih mahal dibandingkan dengan lahan yang terdapat di luar kota. Untuk sebagian besar orang, tinggal pada tempat yang berdekatan dengan pusat kota akan ditentukan oleh kemampuannya membayar biaya lahan perumahan.

Alasan utama mengapa nilai lahan menjadi lebih tinggi di daerah pusat-pusat kota dalah karena daerah dipusat-pusat kota mempunyai suatu tingkat aksesibilitas (kemudahan hubungan) yang tinggi untuk mencapai beragam aktifitas yang terpusat di dalam suatu daerah yang relatif kecil. Hal ini sangat berguna bagi suatu


(29)

aktifitas perdagangan yang membutuhkan aksesibilitas yang tinggi seperti misalnya toko-toko eceran atau perusahaan-perusahaan perdagangan lainnya. Suatu lokasi di pusat kota akan menempatkan usaha-usaha perdagangan tersebut di dalam daerah yang memiliki kemudahan akses bagi sebagian pembeli-pembeli potensial yang tinggal di dalam kota dan dekat dengan fasilitas penunjang yang terkonsentrasi di pusat kota. Untuk beberapa usaha tertentu, lokasi di pusat kota adalah sangat penting dan usaha-usaha ini bersedia membayar biaya-biaya yang sangat tinggi agar dapat berada di lokasi pusat.

II.8.2. Pola Perjalanan Orang

Dari penelitian di london memperlihatkan bahwa pusat kesempatan kerja tertinggi di pusat kota dan di sepanjang koridor-koridor jalan utama yang mengarah ke pusat perdagangan. Di sekeliling daerah yang tinggi jumlah kesempatan kerja ini adalah berupa daerah-daerah perumahan utama kota yang tingkat kesempatan kerjanya jauh lebih rendah.

II.9. Konsep Perencanaan Transportasi

Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang sampai saat ini yang paling populer adalah “Model Perencanaan Empat Tahap”. Model perencanaan ini merupakan gabungan dari beberapa sub model yang masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model tersebut adalah :

• Bangkitan dan Tarikan Pergerakan • Sebaran Pergerakan


(30)

• Pemilihan Moda • Pemilihan Rute

II.9.1. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasala dari suatu tempat (zona asal) dan jumlah pergerakan yang tertarik menuju ke tempat lain (zona tujuan). Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas mencakup :

• Bangkitan pergerakan (trip production) adalah lalu litas yang meninggalkan suatu lokasi.

• Tarikan pergerakan (trip attraction) adalah lali lintas yang menuju/tiba ke suatu lokasi.

Gambar 2.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan i

i

i d


(31)

II.9.2. Klasifikasi Pergerakan

Perjalanan dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu (Tamin, 2000)

1. Berdasarkan tujuan perjalanan, perjalanan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan tujuan perjalanan tersebut yaitu :

• Perjalanan ke tempat kerja

• Perjalanan dengan tujuan pendidikan • Perjalanan ke pertokoan / belanja • Perjalanan untuk kepentingan sosial • Dll

2. Berdasarkan waktu perjalanan, biasanya dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan jam tidak sibuk. Perjalanan pada jam sibuk pagi hari merupakan perjalanan utama yang harus dilakukan stiap hari (untuk kerja dan sekolah).

3. Berdasarkan jenis orang, pengelompokan perjalanan individu yang dipengaruhi oleh tingkat sosial-ekonomi, seperti :

• Tingkat pendapatan

• Tingkat kepemilikan kendaraan • Ukuran dan struktur rumah tangga

Dalam pemodelan Bangkitan Pergerakan, hal yang perlu diperhatikan bukan saja pergerakan manusia, tetapi juga pergerakan barang yaitu :

1. Bangkitan pergerakan untuk manusia. Faktor berikut dipertimbangkan pada beberapa kajian yang telah dilakukan


(32)

• Pendapatan

• Pemilikan Kendaraan • Struktur kendaraan • Struktur rumah tangga • Ukuran rumah tangga • Nilai tahan

• Kepadatan daerah pemukiman • Aksesibilitas

2. Tarikan pergerakan untuk manusia. Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri, komersial, perkantoran, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat digunakan adalah lapangan kerja.

3. Bangkitan dan tarikan untuk barang. Pergerakan ini hanya merupakan bagian kecil dari keseluruhan pergerakan (20%) yang biasanya terjadi di negara industri. Variabel penting yang mempengaruhi adalah jumlah lapangan kerja, jumlah tempat pemasaran, luas atap industri tersebut dan total seluruh daerah yang ada.

Dalam penelitian ini, perjalanan yang ditinjau adalah pergerakan orang yang dilakukan dari suatu daerah ke kawasan penelitian (tujuan) dan sebaliknya. Kota Balige merupakan daerah tarikan bagi daerah-daerah tetangganya.


(33)

Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan ke Kota Balige

II.9.3 Pemilihan Moda

Pemilihan moda juga mempertimbangkan pergerakan yang menggunakan lebih dari satu moda dalam perjalanan (multimoda). Jenis pergerakan inilah yang sangat umum dijumpai di Indonesia karena geografi Indonesia yang terdiri dari banyak pulau sehingga persentase pergerakan multimoda cukup tinggi. Faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan moda ini dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu :

1. Ciri pengguna jalan

• Ketersediaan / kepemilikan kendaraan pribadi • Pemilikan surat izin mengemudi

• Struktur rumah tangga • Pendapatan

2. Ciri pergerakan

• Tujuan pergerakan

Berdagang Berdagang

Belanja Sekolah

Bekerja Bekerja

Balige

Balige Belanja Sekolah


(34)

• Waktu terjadinya pergerakan • Jarak perjalanan

3. Ciri fasilitas moda transportasi • Waktu perjalanan • Biaya transportasi

• Ketersediaan ruang dan tarif parkir

4. Ciiri kota atau zona

Gambar 2.3 Pemilihan moda Kota Balige

Balige Balige

Angkutan darat Angkutan Air


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Umum

Metodologi penelitian ini adalah bagaimana tata cara penelitian ini dilakukuan. Pemilihan metode yang sesuai dengan tujuan penelitian sangat berpengaruh pada cara-cara dalam memeperoleh data. Pengumpulan data yang diambil harus sesuai dengan apa yang diharapkan pada penelitian ini.

Dalam mencapai maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Pelaksanaan yang dilakukan secara garis besar adalah tahapan berikut:

a. Tahap pertama adalah mentukan daerah atau lokasi yang akan ditinjau pada penelitian ini, sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

b. Tahap kedua adalah tinjauan pustaka, mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini, yang bersumber dari buku-buku serta refrensi lainnya seperti jurnal-jurnal, refrensi dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini. Adapun instansi-instansi tersebut adalah Bappeda dan Dinas perhubungan Kabupaten Toba Samosir.

c. Tahap ketiga adalah menyusun hipotesa-hipotesa dalam bentuk pengumpulan data yang menyangkut parameter-parameter yang berhubungan dengan pola pegerakan orang dan barang yang menggunakan jasa angkutan air kapal motor di Danau Toba. Data-data


(36)

tersebut antara lain: lokasi Pelabuhan Kapal Motor Balige beserta sarana prasarana dan fasilitas yang berkaitan, volume kendaraan dan penumpang, perusahaan yang beroperasi.

d. Tahap keempat adalah pengoperasian data yang dibutuhkan, metode-metode pengumpulan data dan penyajian data yang telah diperoleh melalui survey pengumpulan data.

e. Tahap kelima adalah analisa data dari survey lapangan. Dalam penelitian ini meliputi klasifikasi data-data yang dikumpulkan, analisa dari volume kendaraan dan penumpang di pelabuhan kapal motor Balige.

f. Tahap akhir atau keenam adalah pengambilan kesimpulan serta pemberian saran berdasarkan hasil penelitian.

Urutan tahap-tahap penelitian ini, secara terperinci dapat dilihat pada gambar 3.1.


(37)

Gambar. 3.1. Bagan Aliran Metodelogi Penelitian Menentukan maksud

dan tujuan studi

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer

• Trayek/lintasan transportasi air

• Jumlah dan karakteristik moda transportasi air

• Trip moda angkutan air

• Persepsi pengguna jasa angkutan mengenai transportasi air

Data Sekunder

• Data kependudukan

• Peta kawasan studi

• Data pola tata guna lahan

• Sarana dan prasarana transportasi

Tabulasi Data

Analisa Data


(38)

III.2 Pengumpulan Data

III.2.1 Tujuan Pengumpulan Data

Dalam studi pola pergerakan orang dan barang dengan moda transportasi air kapal motor di Danau Toba, diperlukan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini, yang dapat digunakan untuk analisa lebih lanjut. Sehingga didapatkan suatu cara yang tepat memberikan solusi yang lebih baik dalam peningkatan pelayanan.

Adapun tujuan dari pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data primer dan sekunder dari Pelabuhan kapal motor Balige yang menjadi objek penelitian sehingga didapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pola pergerakan orang dan barang beserta tingkat pelayanan angkutan Kapal Motor.

III.2.2 Penentuan lokasi penelitian

Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini, maka adapun lokasi penelitian yang dijadikan studi penelitian adalah Terminal Penumpang Pelabuhan Kapal Motor Balige

III.2.3 Pengumpulan Data Primer

Data-data primer dalam bentuk selebaran dan kuisioner serta wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini seperti : pelaku perjalanan, pemilik kapal, pengemudi kapal, serta karyawan Dinas Perhubungan yang dilakukan selama bulan Desember 2007.


(39)

Data-data primer yang diambil adalah

• Data penumpang yang meliputi nama, usia, pekerjaan, maksud dan tujuan perjalanan.

• Jenis dan kapasitas penumpang yang dapat diangkut oleh moda angkutan air.

• Trayek/lintasan perjalanan kapal motor.

III.2.4 Pengumpulan Data Sekunder

Data – data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti : BPS, Dinas Perhubungan, BAPPEDA, dll. Adapun data – data yang diperoleh meliputi :

• Data trayek moda angkutan air.

• Data kendaraan dan penumpang kapal

• Data kependudukan

Data pola tata guna lahan

III.2.5 Sistematika Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan secara sitematika berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yang dicapai.

Adapun sistematika pengumpulan data meliputi: a. Lokasi/ tempat pengambila data


(40)

Sesuai dengan tujuan penelitian, lokasi/ tempat pengambilan data adalah Terminal Penumpang Pelabuhan Kapal Motor Balige.

b. Waktu pengumpulan data

Proses pengumpulan data dilaksanakan pada Minggu Ketiga bulan Desember 20007. Yang dilaksanakan setiap harinya selama satu minggu penuh yaitu pada tanggal 16-22 Desember 2007.

Pengumpulan data pada lokasi yang ditentukan, dilakukan pada saat kedatangan kendaraan dan penumpang di pelabuhan Balige, sehingga pengumpulan data/ pemberian kuisioner dan wawancara dilakukan pada saat penumpang masuk ke dalam terminal dan menunggu kapal akan berangkat.

III.2.6 Cara Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara:

a. Pengambilan data dengan pengamatan secara langsung ke Pelabuhan Kapal Balige.

b. Pembagian Kuisiner, yaitu dengan menyerahkan kuesioner bagi para penumpang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia sesuai dengan klasifikasi mereka.

c. Data-data sekunder diperoleh langsung dari instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian ini, yaitu Dinas Perhubungan Kabupaten Toba Samosir.


(41)

III.3 Teknik Penarikan Sampel

Penarikan sampel bertujuan untuk memperoleh keterangan nengenai populasi objek penelitian, dengan mengamati hanya beberapa bagian dari populasi tersebut. Dilakukan penarikan sampel adalah karena tidak mungkin untuk mengamati seluruh anggota populasi.

Pada penelitian ini penarikan sampel dilakukan dengan sistem Stratified Random Sampling (Sampel Acak Berstrata). Sampel acak Berstrata adalah cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan atau pengelompokan populasi menurut karakteristik, kemudian ditentukan jumlah sampel dengan pemilihan secara acak. Maka pengambilan sampel pada penelitian ini berdasrkan kepada trayek perjalanan kapal motor yang ada.

III.4 Penentuan Jumlah Sampel Untuk Persepsi Penumpang

Dari data sekunder banyaknya trayek kapal motor yang ada di perairan Danau Toba yang melalui Pelabuhan Kapal Motor Balige adalah sebagai berikut :


(42)

Tabel 3.1 Rata-rata Jumlah Penumpang

Trayek Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Rata2

Nainggolan 98 75 71 70 95 77 65 79

Onan Runggu 74 70 68 70 92 72 75 74

Urat Sabulan 74 91 73 67 96 75 69 78

Janji Raja 73 73 71 71 93 72 68 74

Tamba-palipi - - - - 45 - - 45

Ransang Bosi - - - - 48 - - 48

Pangururan - - 75 - - - - 75

Tipang - - - - 45 - - 45

Bakara - - 39 - - - - 39

Muara - - - 40 43 - - 41

P.Sibandang - - - - 35 - - 35

Sitanggor - - - - 37 - - 37

Sigaol - - - - 37 33 31 34

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Toba Samosir

Jumlah sampel yang akan diambil untuk persepsi penumpang adalah 100 orang, yang akan disebarkan kepada penumpang dari 4 trayek yaitu :

Balige – Nainggolan, Balige – Onan Runggu, Balige – Urat Sabulan, Balige – Janji Raja

N’ =

P PDn


(43)

Dimana : n’ = Jumlah sampel trayek

PDn = Banyaknya penumpang pada trayek n

∑P = Jumlah seluruh penumpang keempat trayek Js = Jumlah seluruh sampel yang akan dianalisa

• Balige – Nainggolan n’ =

305 79

x 100 n’ = 25.9 n’ = 26

Jumlah sampel yang diambil untuk trayek Balige-Nainggolan adalah 26 orang.

• Balige – Onan Runggu n’ =

305 74

x 100 n’ = 24

Jumlah sampel yang diambil untuk trayek Balige-Onan Runggu adalah 24 orang.

• Balige – Urat Sabulan n’ =

305 78

x 100 n’ = 25.57 n’ = 26


(44)

Jumlah sampel yang diambil untuk trayek Balige-Urat Sabulan adalah 26 orang.

• Balige – Janji Raja n’ =

305 74

x 100 n’ = 24

Jumlah sampel yang diambil untuk trayek Balige-Janji Raja adalah 24 orang.


(45)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH

IV.1 Kabupaten Toba Samosir

Kabupaten Toba Samosir dibentuk berdasarkan Undang-Undang No 12. Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir, di Daerah Tingkat I Provinsi Sumatra Utara. Kabupaten Toba Samosir ini merupakan pemekaran dari daerah tingkat II Kabupaten Tapanuli Utara yang diresmikan pada tanggal 9 Maret 1999 oleh Menteri Dalam Negeri.

Pada saat dibentuk Kabupaten Toba Samosir terdiri dari 13 Kecamatan dan 4 perwakilan kecamatan dan 281 Desa serta 19 Kelurahan. Pada tahun 2002 berdasarkan Peraturan Daerah (Peraturan Daerah) Kabupaten Toba Samosir, Nomor 7 tahun 2002 tentang pembentukan Kecamatan Ajibata, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Uluan, dan Kecamatan Ronggur Nihuta menjadi kecamatan defenitif serta Perda Nomor 8 tahun 2002 tentang pembentukan Kecamatan Borbor.

Seiring dengan berjalannya waktu dan munculnya aspirasi dari masyarakat untuk mempercepat pembangunan guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain, maka Kabupaten Toba Samosir dimekarkan menjadi Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Samosir berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003. Setelah dimekarkan Kabupaten Toba Samosir terdiri dari 10 kecamatan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Toba Samosir, Kecamatan Silaen dimekarkan menjadi Kecamatan Silaen dan Kacamatan Sigumpar. Dengan


(46)

demikian jumlah wilayah administrasi Kabupaten Toba Samosir mulai Tahun 2004 terdiri dari 11 Kecamatan dengan 179 desa dan 13 kelurahan.

Tabel 4.1 Kondisi Eksisting Kabupaten Toba Samosir

Tappakna do Rantosna, Rimni Tahi do Gogona

Luas 2.021,8 km²

Penduduk

· Jumlah 168.596 (2005)

· Kepadatan 83 jiwa/km²

Pembagian

administratif

· 11

179/13

Dasar hukum

UU No.12 Tahun 1998

Tanggal 9 Maret 1999

Drs. Monang Sitorus, SH.,MBA.

0632


(47)

IV.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah

Kabupaten Toba Samosir berada pada 2˚03’ - 2˚40’ Lintang Utara dan

98˚56’ - 99˚40 Bujur Timur. Kabupaten Toba Samosir memiliki luas daerah

2.021,8 km2.

Kabupaten Toba Samosir diapit tujuh kabupaten yaitu :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Samosir.

Kabupaten Toba Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 300 – 2.200 meter di atas permukaan laut, dengan topografi dan konten tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya lebih labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.

Sesuai dengan letaknya yang berada digaris khatulistiwa, kabupaten Toba Samosir tergolong ke iklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17˚ C - 29˚ C dan rata-rata kelembaban udara 85.04 %. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di kabupaten Toba Samosir per bulan tahun 2003 berdasarkan data pada 3 stasiun pengamatan sebesar 223 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 17 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 759 mm dengan jumlah hari


(48)

hujan sebanyak 15 hari. Sedangkan pada bulan Mei curah hujan yang turun sangat rendah sekitar 93 mm, dengan jumlah hari hujan 19 hari. Berdasarkan stasiun pengamatan, kecamatan Habinsaran merupakan daerah dengan curah hujan yang tertinggi, yaitu 263 mm.

IV.1.2 Data Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2005 sebanyak 168.596 orang yang terdiri dari 83.047 laki-laki dan 85.549 perempuan. Dari jumlah tersebut terdapat 107.929 orang dewasa dan 60.667 orang anak-anak. Kepadatan penduduk sebesar 83 jiwa /km2.

Penyebaran jumlah penduduk menurut jumlah penduduk per kecamatan disajikan pada tabel berikut :


(49)

Tabel 4.2 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kecamatan LLuas Wilayah (Km²) PPenduduk (Jiwa) KKepadata n (Jiwa/Km²) 00

1 Balige

1115,50 447 712 4413

00

2 Laguboti

773,90 216 968 2230

00

3 Habinsaran

7753,35 220 085 227

00

4 Borbor

1167,50 77 543 445

00

5 Silaen

662,60 110 627 1170

00

6 Sigumpar

225,50 66 629 2260

00

7 Porsea

1109,30 224 846 2227

00

8 Pintu Pohan Meranti 386,95

77 940 221

00

9 Lumban Julu

1145,40 111 195 777

11

0 Uluan

1109,00 88 293 776

11

1 Ajibata

772,80 66 758 993

Jumlah/Total 22 021,80 1168 596 883 Sumber : Toba Samosir Dalam Angka 2005


(50)

Tabel 4.3 Data Kependudukan Menurut Kelompok Usia

Kelompok Umur/ Age Group

Laki-laki / Male

Perempuan / Female

Laki-laki + Perempuan/ Male + Female 0 – 4 8 876 8 640 17 516 5 – 9 9 912 10 122 20 034 10 – 14 11 404 11 713 23 117 15 – 19 12 059 11 132 23 191 20 – 24 6 110 4 361 10 471 25 – 29 5 135 3 894 9 029 30 – 34 3 986 4 593 8 579 35 – 39 3 757 4 557 8 314 40 – 44 4 430 4 744 9 174 45 – 49 3 836 5 023 8 859 50 – 54 4 423 4 793 9 216 55 – 59 2 753 3 052 5 805 60 - 64 2 468 3 138 5 606 65 + 3 898 5 787 9 685 Sumber : Toba Samosir Dalam Angka 2005

IV.1.3 Pola Tata Guna Lahan

Denyut nadi perekonomian penduduk Toa Samosir secara geografis terpetakan di bidang pertanian. Potensi yang terbukti menghidupi penduduk adalah pertanian tanaman pangan. Dari wilayah 344.085 hektar, 24.806 hektar merupakan lahan sawah. Pola tata guna lahan di Kabupaten Toba Samosir disajikan dalam tabel berikut :


(51)

Tabel 4.4 Pola Tata Guna Lahan di Kabupaten Toba Samosir

Kecamatan

Luas Sawah

Luas Lahan Pertanian (Ha)

Luas Lahan Non Pertanian (Ha)

Total

1. Balige 3499 6305 1746 11550

2. Laguboti 2013 2132 3245 7390

3. Habinsaran 1577 14291 57338 73206

4. Borbor 396 4605 138 18879

5. Silaen 2237 4003 20 6260

6. Sigumpar 792 1728 30 2550

7. Porsea 3116 5058 2756 10930

8. Pintu pohan 436 17733 20526 38695

9. Lumban Julu 1930 5981 3239 11150

10. Uluan 1590 9800 480 11870

11. Ajibata 449 1494 7757 9700

Total 18035 73130 111015 20218


(52)

IV.2.Deskripsi Wilayah Jangkauan Kapal Motor

IV.2.1 Kecamatan Pangururan

Pangururan adalah sebuah penduduk 24.817 jiwa. Salah satu desa yang berada di kecamatan ini yaitu Desa Lumbansuhi memiliki suasana alam yang indah dan cukup banyak disinggahi oleh wisatawan asing. Luas kecamatan Pangururan 84,65 km2 dengan potensi daerah di bidang pertanian seperti beras dan salah satu komoditas unggulan dari kecamatan ini adalah bawang merah.

IV.2.2 Kecamatan Palipi

Kecamatan Palipi adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Indonesia dengan ibukota kecamatan adalah Mogang. Kecamatan ini terdiri dari 13 Desa dan memiliki luas wilayah 143,40 km2 dan jumlah penduduk 12.086 jiwa. Kecamatan Palipi juga merupakan wilayah yang memiliki luas areal persawahan yang luas yaitu 1.235 ha dan luas lahan kering 3.251 ha. Sehingga masyarakat di daerah ini menggantungkan hidupnya pada pertanian. Dan yang menjadi komoditas unggulan dari daerah ini adalah padi/beras. Salah satu desa di kecamatan ini menjadi daerah tujuan kapal balige dan sebaliknya yaitu Desa Urat Sabulan.


(53)

IV.2.3 Kecamatan Onan Runggu

Kecamatan Onan Runggu juga merupakan bagian dari Kabupaten Samosir dengan ibukota Onan Runggu. Kecamatan ini terdiri dari 12 Desa dan merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil diantara kecamatan-kecamatan yang berada di Kabupaten Samosir dengan luas wilayah 59,14 km2 dan jumlah penduduk 14.164 jiwa.

IV.2.4 Kecamatan Nainggolan

Kecamatan Nainggolan juga termasuk dalam Kabupaten Samosir dengan ibukota kecamatan adalah Nainggolan. Kecamatan ini terdiri dari 10 Desa dan 2 Kelurahan dengan luas wilayah 87,86 km2 dan jumlah penduduk 18.153 jiwa. Masyarakat di daerah ini yang lebih sering melakukan perjalanan ke kota Balige.

IV.2.5 Bakara, Sitanggor, Pulau Sibandang, Muara

Bakara, Sitanggor, dan Muara adalah kecamatan yang berada di kawasan kabupaten Tapanuli Utara. Daerah - daerah ini menjadi tujuan kapal motor dari Balige dan sebaliknya.

Pulau Sibandang adalah sebuah pulau kecil yang bertetangga dengan Pulau Samosir yang terletak di Danau Toba. Tetapi daerah ini berada dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.

Yang menjadi komoditas unggulan dari daerah – daerah tersebut hampir sama dengan daerah – daerah lainnya yaitu menjadi daerah penghasil padi ataupun


(54)

beras dan juga bawang merah. Selain itu kecamatan tersebut juga dikenal sebagai penghasil buah Mangga yang ada dikala musimnya.

IV.2.6 Tipang, Janji Raja, Sabulan dan Tamba

Tipang , Janji Raja, Sabulan, dan Tamba adalah kecamatan – kecamatan yang terletak di Kabupaten Samosir. Masyarakat yang berada di daerah ini sering melakukan perjalanan ke kota Balige. Adapun hasil alam yang sering mereka pasarkan ke daerah – daerah lainnya adalah bawang merah, kacang tanah, padi dan juga ikan danau seperti ikan mas dan ikan mujahir.

IV.2.7 Sigaol

Sigaol adalah daerah pinggiran daratan Sumatera yang berada di kawasan Kabupaten Toba Samosir. Dahulu daerah ini menjadi daerah pertama yang dijangkau oleh kapal motor Balige yang mana digunakan hanya untuk mengangkut batu dari Sigaol ke Balige. Tetapi sekarang masyarakat daerah ini sering melakukan perjalanan unutk memasarkan hasil alamnya seperti padi atau beras dan juga ikan danau.

IV.3 Sejarah Pertumbuhan Kapal dan Dermaga di Pelabuhan Balige

Angkutan air pertama kali yang digunakan masyarakat Balige adalah Sampan Kecil. Angkutan ini digunakan oleh masyarakat hanyalah untuk menangkap ikan di danau yang ada sejak zaman dahulu hingga tahun 1955. Adanya kegiatan pertukaran/barteran hasil bumi antar daerah yang berada di kawasan Danau Toba mengakibatkan kebutuhan akan angkutan air meningkat,


(55)

sehingga sampan kecil tersebut berganti dengan sampan yang lebih besar yang mampu memuat sekitar 8 orang penumpang. Namun begitu sampan kecil tetap digunakan masyarakat Balige hingga saat ini. Sekitar tahun 1960 sampan besar tersebut berganti dengan Perahu layar yang mampu memuat barang dan penumpang dalam jumlah yang besar (ton). Kemudian Kapal Motor ada pada tahun 1962 tetapi kapal motor ini hanya ada 1 dan hanya untuk mengangkut batu dari daerah Sigaol ke Balige.

Kegiatan pemasaran hasil bumi dari Kabupaten Toba Samosir paling banyak dididstribusikan ke daerah Kabupaten Samosir, namun ada juga yang didistribusikan ke daerah lain seperti Kabupten Humbahas, Kabupaten Tapanuli yang perjalanannya menggunakan angkutan air. Semakin berkembangnya Danau Toba dan Pulau Samosir maka kebutuhan akan transportasi air semakin meningkat, maka bertolak dari itu para pengusaha yang berdomisili di Balige membuat kapal motor demikian halnya dengan pengusaha dari Samosir.

Apabila ingin keluar masuk ke Pulau Samosir haruslah melalui Danau Toba selain itu jalan Tele satu-satunya jalur darat yang menghubungkan Pulau Samosir dengan daratan Sumatera. Dimana letaknya sangat jauh dan situasi medan yang sangat berat karena harus melewati daerah perbukitan yang terjal. Sehingga banyak masyarakat yang memilih menggunakan kapal motor. Seiring dengan perkembangan kapal motor yang semakin meningkat maka didirikanlah Dermaga di Pelabuhan Balige yang dulunya terbuat dari kayu. Kemudian pada tahun 1997 Pemerintah Daerah Kabupaten Toba Samosir (yang dulunya masih


(56)

dipegang oleh Kabupaten Tapanuli Utara) mengganti dermaga kayu itu menjadi dermaga yang terbuat dari beton.

IV.4 Pemanfaatan Moda Transportasi Air (Kapal Motor)

Sebagai daerah yang dipisahkan oleh danau, maka moda transportasi air berperan penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Adapun peranan moda transportasi air sangat penting sebagai sarana untuk pemasaran hasi bumi, pemasaran material bangunan dan untuk kegiatan sosial pendidikan masyarakat Kabupaten Toba Samosir dan masyarakat disekitarnya terutama masyarakat Kabupaten Samosir. Namun, perkembangan kapal motor di kawasan Kabupaten Toba Samosir semakin hari semakin berkurang. Hal ini diakibatkan karena adanya jalan darat yang menghubungkan Kabupaten Samosir dengan daerah-daerah disekitarnya dan juga dikarenakan sudah terpisahnya Pulau Samosir dari Kabupaten Toba Samosir sehingga mengurangi jumlah pengunjung yang seharusnya selalu melakukan perjalanan ke kota Balige untuk kegiatan kantor atau urusan daerah.

IV.5 Trayek Angkutan Air Kapal Motor

Dari pengamatan di lapangan dari keseluruhan kapal motor yang sandar di pelabuhan Balige pada setiap minggunya hanya ada 6 kapal motor yang beroperasi/berangkat dari kota Balige menuju daerah lain, selebihnya merupakan kapal motor dari daerah lain yang datang menuju kota Balige.

Ada beberapa kapal motor yang melayani 2 daerah sekaligus seperti trayek Tamba – Palipi – Balige dan Urat Sabulan – Mogang – Balige. Berikut adalah trayek kapal motor yang dilayani kapal motor dari kota Balige :


(57)

Tabel 4.5 Kapal Motor Yang Berangkat Dari Balige

TRAYEK SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU Balige -

Naiggolan 2 - - - -

Balige -

Pangururan - - 1 - - - -

Balige - Onan

Runggu - 1 - - - - -

Balige -

Bakara - - 1 - - - -

Balie -

Muara - - - 1 - - -

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Toba Samosir


(58)

Tabel 4.6 Kapal Motor Yang Masuk Ke Kota Balige

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Toba Samosir

Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa trip perjalanan Kapal Motor berbeda-beda setiap harinya bahkan ada beberapa kapal motor yang hanya satu kali dalam seminggu beroperasi ataupun yang hanya 3 kali dalam satu minggu. Dan dari tabel tersebut jumlah Kapal Motor yang beroperasi lebih banyak umumnya pada hari Jumat dimana hari itu merupakan hari pekan di kota Balige. Kapal motor yang paling banyak beroperasi adalah trayek Balige – Nainggolan yang kemudian Naiggolan -

Balige 1 1 1 1 4 1 1

Onan Runggu

- Balige 1 - 1 1 2 1 1

Urat sabulan -

Balige 1 2 1 1 2 1 1

Janji Raja -

Balige 1 1 1 1 1 1 1

Tamba -

Balige - - - - 1 - -

Ransang Bosi

- Balige - - - - 1 - -

Tipang -

Balige - - - - 1 - -

Muara - balige - - - - 1 - -

P.Sibandang -

Balige - - - - 4 - -

Sitanggor -

Balige - - - - 2 - -


(59)

diikuti dengan trayek Balige – Onan Runggu, Balige – Urat sabulan, Balige - Janji Raja.

IV.6 Jenis Barang dan Kapasitas Muatan Kapal Motor

Pada umumnya jenis barang yang diangkut oleh Kapal Motor setiap kali beroperasi adalah sembako, bahan pangan berupa hasil tani dan hasil danau yang akan dipasarkan ke daerah – daerah tujuan. Selain itu barang lain yang diangkut oleh kapal motor adalah bahan bangunan dan barang jadi seperti kebutuhan rumah tangga.

Kapasitas muatan kapal motor berbeda-beda. Kapasitas tersebut sesuai dengan persyaratan yang dikeluarkan oleh kantor Dinas Perhubungan yang telah memperhitungkan keselamatan pengguna jasa angkutan. Namun kenyataan di lapangan terkadang melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Keadaan yang melebihi kapasitas penumpang dan barang yang terjadi sudah tentu membahayakan bagi keselamatan penumpang. Berikut adalah tabel kapasitas panumpang dan barang yang diizinkan.


(60)

Tabel 4.7 Kapasitas Angkut Kapal Motor

Trayek Kapasitas Penumpang (Org)

Kapasitasitas Barang (Ton)

Balige- Nainggolan 75 -100 2,0 – 3,5

Balige – Onan Runggu 75 - 100 2,0 – 3,5

Balige – Urat Sabulan 75 - 100 2,0 – 3,5

Balige – Janji Raja 75 - 100 2,0 – 3,5

Balige – Tamba Palipi 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – Ransang Bosi 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – Pangururan 75 -100 2,0 – 3,5

Balige – Tipang 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – Bakara 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – Muara 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – P.Sibandang 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – Sitanggor 30 - 50 0,5 – 2,0

Balige – Sigaol 30 - 50 0,5 – 2,0

IV.7 Tarif Angkut

Harga tarif angkut penumpang (orang) untuk setiap perjalanan disajikan pada tabel berikut:


(61)

Tabel 4.8 Daftar Tarif Angkut Penumpang Kapal Motor

Trayek Tarif (Rp)

Balige – Nainggolan Balige – Onan Runggu Balige – Urat Sabulan Balige - Janji Maria Balige - Tamba Palipi Balige – Ransang Bosi Balige – Pangururan Balige – Tipang Balige – Bakara Balige – Muara Balige - P.Sibandang Balige – Sitanggor

20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 31.000 20.000 20.000 19.000 17.000 17.000 Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Toba Samosir

Berbeda dengan tarif angkut penumpang (orang), tarif angkut barang sangatlah bervariasi, tergantung kepada jumlah muatan/barang. Penetapan tarif ini lebih sering dengan kesepakatan bersama antara penumpang dan pengemudi. Namun demikian, tarif angkut barang yang memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada tarif angkut panumpang.

IV.8 Waktu tempuh dan Jarak Tempuh

Waktu tempuh masing – masing moda transportasi air ini untuk menggambarkan antara perbandingan jarak dan waktu terhadap moda yang digunakan. Berikut adalah tabel waktu tempuh, jarak tempuh dan kecepatan rata – rata dari Kapal Motor.

Tabel 4.9 Waktu Tempuh, Jarak Tempuh dan Kecepatan Rata –rata dari Kapal Motor.


(62)

Trayek Waktu Tempuh (Menit)

Jarak Tempuh (Km)

Kecepatan Rata – rata

(Km/Jam)

Balige- Nainggolan 120 200 100

Balige – Onan Runggu 90 150 100

Balige – Urat Sabulan 150 250 100

Balige – Janji Raja 145 242 100

Balige – Tamba Palipi 180 300 100

Balige – Ransang Bosi 60 100 100

Balige – Pangururan 240 400 100

Balige – Tipang 120 200 100

Balige – Bakara 120 200 100

Balige – Muara 90 150 100

Balige – P.Sibandang 60 100 100

Balige – Sitanggor 60 100 100


(63)

BAB V

ANALISA DATA

V.1 Metode Analisa

Setelah diperoleh hasil data dari lapangan, maka data tersebut akan dianalisa. Adapun hasil analisa pada penelitian ini adalah untuk mencari persentase jenis kendaraan yang menyeberang setiap harinya berikut aktifitas yang mempengaruhi para pelaku perjalanan melakukan perjalanan tersebut.

Kemudian mengkaji respon dari para pelaku perjalanan yang menggunakan jasa angkutan kapal motor mengenai seputar pelayanan kapal motor sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang tertera dalam Kuesioner. Dan untuk memperoleh kesimpulan yang general, maka juga digunakan analisa Chi Kuadrat.

V.2 Analisa Data

1. Rata-rata Jumlah Penumpang

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa angkutan air kapal motor setiap trayek yang ada per hari, maka dilakukan analisis Chi Kuadrat. Hipotesa yang dibuat unutk analisis ini adalah sebagai berikut :

Ho = Tidak ada perbedaan jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa angkutan air kapal motor per hari pada setiap trayeknya.

Ha = Ada perbedaan jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa angkutan air kapal motor per hari pada setiap trayeknya.


(64)

Hasil pengamatan terhadap jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa sebuah moda angkutan air kapal motor per hari pada setiap trayek disajikan pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Rata – Rata Jumlah Penumpang Yang Diangkut Kapal Motor Berdasarkan Jenis Pekerjaannya

Trayek Jumlah penumpang/ hari (orang)

Jumlah penumpang/ hari(%) Balige- Nainggolan

Balige – Onan Runggu Balige – Urat Sabulan Balige – Janji Raja

79 74 78 74 26 24 26 24

Total 305 100

Nilai Chi Kuadrat (X2) = 0.28 Derajat Bebas (dk) = (4-1) = 3 Level of signifigant (∝) = 0.05 Nilai Ghi Kuadrat Tabel (X20.05) = 7.815 X2 =

2 4

1

) (

i= FoFhFh

Dimana ;

X2 = Chi Kuadrat

FO = Frekuensi Observasi Fh = Frekuensi yang diharapkan

Hasil pengamatan (O) jumlah penumpang Kapal Motor pada keempat trayek yang diamati sebagai berikut :

Balige- Nainggolan (O1) = 79 Balige – Onan Runggu (O2) = 74 Balige – Urat Sabulan (O3) = 78


(65)

Balige – Janji Raja (O4) = 74

Frekuensi nilai harapan (Fh) adalah sebagai berikut : Fh1 = ¼ x 305 = 76

Fh2 = ¼ x 305 = 76 Fh3 = ¼ x 305 = 76 Fh4 = ¼ x 305 = 76 X2 =

2 1 1 1 ) ( Fh Fh Fo − + 2 2 2 2 ) ( Fh Fh Fo − + 2 3 3 3 ) ( Fh Fh Fo − + 2 4 4 4 ) ( Eh Fh Fo

X2 =

2 76 ) 76 79 ( − + 2 76 ) 76 74 ( − + 2 76 ) 76 78 ( − + 2 76 ) 76 74 ( −

X2 = 0.12 + 0.05 + 0.05 + 0.05 X2 = 0.28

Dari hasil analisa diperoleh X2 < X20.05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan jumlah penumpang yang memanfaatkan jasa sebuah kapal motor setiap harinya pada setiap trayek.

2. Analisa Data Kuisioner

Berdasarkan hasil yang didapat dari kuisioner, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik penumpang kapal motor di perairan Danau Toba yang melalui Pelabuhan Kapal Motor balige adalah sebagai berikut :


(66)

Tabel 5.2 Jenis Pekerjaan Responden

Trayek

Jumlah Responden (orang)

Total Pelajar Pegawai Umum

Balige- Nainggolan Balige– Onan Runggu Balige – Urat Sabulan Balige – Janji Raja

5 4 4 4 1 1 1 - 20 19 21 20 26 24 26 24

Total 17 3 80 100

Sumber : Data Hasil Kuisioner

Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan jumlah penumpang berdasarkan jenis pekerjaan yang memanfaatkan jasa angkutan air kapal motor setiap trayek yang ada per hari, maka dilakukan analisis Chi Kuadrat. Hipotesa yang dibuat unutk analisis ini adalah sebagai berikut :

Ho = Tidak ada perbedaan jumlah penumpang berdasarkan jenis pekerjaan yang memanfaatkan jasa angkutan air kapal motor per hari pada setiap trayeknya. Ha = Ada perbedaan jumlah penumpang berdasarkan jenis pekerjaan yang

memanfaatkan jasa angkutan air kapal motor per hari pada setiap trayeknya. Hasil pengamatan terhadap jumlah penumpang berdasarkan jenis pekerjaan yang memanfaatkan jasa sebuah moda angkutan air kapal motor per hari pada setiap trayek disajikan pada tabel berikut :

Nilai Chi Kuadrat (X2) = 1.198

Derajat Bebas (dk) = (4-1) (3-1) = 6 Level of signifigant (∝) = 0.05

Nilai Ghi Kuadrat Tabel (X20.05) = 12.59 X2 =

= b i 1 2 1 ) (

k=

j Fh

Fh Fo


(67)

Fh =

n BiKi) (

Total pengamatan (B) jumlah penumpang yang diangkut sebuah kapal motor per hari pada setiap trayek yang diamati adalah :

Balige- Nainggolan (B1) = 26 Balige – Onan Runggu (B2) = 24 Balige – Urat Sabulan (B3) = 26 Balige – Janji Raja (B4) = 24

Total pengamatan (K) jenis penumpang pada keempat trayek yang diamati adalah sebagai berikut :

Pelajar (K1) = 17 Pegawai (K2) = 3 Umum (K3) = 80

Frekuensi nilai harapan (Fh) adalah sebagai berikut : Fh11 = 4.42

100 17 26 = x

Fh12 =

100 3 26x

= 0.78

Fh13 =

100 80 26x

= 20.8

Fh21 =

100 17 24x

= 4.08 Fh22 =

100 3 24x

= 0.72 Fh23 =

100 80 24x

= 19.2

Fh31 = 4.42 100

17 26

=

x

Fh32 =

100 3 26x


(68)

Fh33 =

100 80 26x

= 20.8

Fh41 =

100 17 24x

= 4.08

Fh42 =

100 3 24x

= 0.72

Fh43 =

100 80 24x

= 19.2

X2 =

2 11 11 11 ) ( Fh Fh Fo − + 2 12 12 12 ) ( Fh Fh Fo − + 2 13 13 13 ) ( Fh Fh Fo − + 2 21 21 21 ) ( Fh Fh Fo − + 2 22 22 22 ) ( Fh Fh Fo − + 2 23 23 23 ) ( Fh Fh Fo − + 2 31 31 31 ) ( Fh Fh Fo − + 2 32 32 32 ) ( Fh Fh Fo − + 2 33 33 33 ) ( Fh Fh Fo − + 2 41 41 41 ) ( Fh Fh Fo − + 2 42 42 42 ) ( Fh Fh Fo − + 2 43 43 43 ) ( Fh Fh Fo

X2 =

2 22 . 4 ) 22 . 4 5 ( − + 2 78 . 0 ) 78 . 0 1 ( − + 2 8 . 20 ) 8 . 20 20 ( − + 2 08 . 4 ) 08 . 4 4 ( − + 2 72 . 0 ) 72 . 0 1 ( − + 2 2 . 19 ) 2 . 19 19 ( − + 2 42 . 4 ) 42 . 4 4 ( − + 2 78 . 0 ) 78 . 0 1 ( − + 2 8 . 20 ) 8 . 20 21 ( − + 2 08 . 4 ) 08 . 4 4 ( − + 2 72 . 0 ) 72 . 0 0 ( − + 2 2 . 19 ) 2 . 19 20 ( −

X2 = 0.14 + 0.06 + 0.03 + 0.002 + 0.11 + 0.002 + 0.04 + 0.06 + 0.002 + 0.002 + 0.72 + 0.03

X2 = 1.198

Dari hasil analisa diperoleh X2 < X20.05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada perbedaan jumlah penumpang berdasarkan jenis


(69)

pekerjaan yang memanfaatkan jasa sebuah kapal motor setiap harinya pada setiap trayek

Tabel 5.3 Rata – Rata Umur Penumpang Yang Diangkut Kapal Motor No Usia Penumpang Frekuensi Persentase (%)

1 10-20 20 20

2 21-30 18 18

3 31-40 30 30

4 41-50 29 29

5 >50 3 3

Total 100 100

Sumber : Data Hasil Kuisioner

Penumpang kapal motor yang paling banyak melakukan perjalanan adalah yang berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 30 orang (30%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang berusia >50 tahun yaitu sebanyak 3 orang (3%).

Tabel 5.4 Maksud perjalanan responden

No Maksud Perjalanan Frekuensi Persentase (%)

1 Bekerja/Bisnis 4 4

2 Sosial 11 11

3 Berdagang 61 61

4 Belanja 7 7

5 Sekolah 17 17

6 Lain-lain 0 0

Total 100 100

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa maksud perjalanan para responden sebagian besar adalah untuk berdagang (61%), diikuti oleh Sekolah


(70)

(17%), Sosial (11%), Belanja (7%) dan yang paling sedikit adalah Bekerja/Bisnis (4%).

Dari temuan diatas dapat simpulkan bahwa setiap harinya maksud perjalanan para responden yang menggunakan jasa angkutan kapal motor yang paling dominan adalah untuk berdagang, hal ini disebabkan oleh para responden adalah para pedagang yang keluar masuk Pulau Samosir setiap harinya.

Tabel 5.5 Kota Asal Perjalanan Responden

No Kota Asal Frekuensi Persentase (%)

1 Nainggolan 26 26

2 Onan Runggu 23 23

3 Urat Sabulan 15 15

4 Janji Raja 24 24

5 Lain-Lain 12 12

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa Kota asal para Responden yang lebih banyak adalah dari Nainggolan (26%), Janji Raja (24%), kemudian Onan Runggu (23%), Urat Sabulan (15%), dan lain-lain adalah (12%).


(71)

Tabel 5.6 Kota Tujuan Perjalanan Responden

No Kota Tujuan Frekuensi Persentase (%)

1 Medan 0 0

2 P. Siantar 0 0

3 Balige 95 95

4 Tarutung 5 5

5 Parapat 0 0

6 Lain-Lain 0 0

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Dari Tabel 5.6 didapatkan bahwa Kota yang paling dominan menjadi Kota Tujuan para responden yang keluar dari Pulau Samosir melalui angkutan Kapal Motor adalah Kota Balige (95%). sedangkan sebagian kecil responden bertujuan ke Kota Tarutung. Hal ini disebabkan karena maksud perjalanan dari para responden lebih banyak untuk kegiatan berdagang, dimana mereka memasarkan hasil alam mereka ke daratan Sumatera Utara melalui pelabuhan Balige dan juga untuk tujuan pemenuhan kebutuhan hidup. Dimana berbagai jenis barang keperluan rumah tangga yang belum mencukupi akan dipasok dari kota Balige.

Tabel 5.7 Tanggapan mengenai Kapasitas Kapal Motor

No Luas Frekuensi Persentase (%)

1 Besar 42 42

2 Cukup Besar 51 51

3 Kecil 7 7

Total 100 100


(72)

Dari Tabel 5.7 diatas diperoleh tanggapan dari para responden yang menyatakan kapasitas angkut Kapal Motor cukup Besar adalah 51 orang (51%) dan sejumlah 42 orang (42%) menyatakan Besar. Sedangkan sisanya yaitu 7 orang (7%) yang menyatakan kecil.

Tanggapan yang menyebabkan para responden menyatakan kapasitas angkut Kapal Motor ini cukup besar adalah melihat volume barang yang diangkut pada trip keberangkatan setiap harinya tidak pernah melebihi kapasitas yang dapat diangkut, sehingga masih memberikan ruang gerak yang cukup bebas bagi penumpang diatas Kapal Motor.

Tabel 5.8 Tanggapan mengenai Waktu Tempuh

No Waktu Tempuh Frekuensi Persentase (%)

1 Cepat 56 56

2 Kurang Cepat 34 34

3 Lambat 10 10

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa 10 orang (10%) menyatakan lambat dan 34 orang (34%) menyatakan kurang cepat dan 56 orang (56%) yang menyatakan cepat.

Alasan yang menyatakan bahwa waktu tempuh kapal motor adalah cepat karena jika dibandingkan dengan angkutan darat, kapal motor terbilang lebih cepat dengan kecepatan 100km/jam.


(73)

Tabel 5.9 Tanggapan mengenai Tarif Angkut

No Tarif Angkut Frekuensi Persentase (%)

1 Sesuai 57 57

2 Cukup 43 43

3 Tidak sesuai 0 0

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Dari Tabel 5.9 menunjukkan bahwa 57 orang (57%) yang menyatakan sesuai dengan fasilitas kapal motor yang ada, sedangkan 43 orang responden (43%) menyatakan cukup sesuai dan tidak ada satu orang responden pun yang menyatakan bahwa tarif tersebut tidak sesuai dengan fasilitas kapal yang ada. Alasan yang mengatakan bahwa tarif angkut sesuai adalah karena tarif angkut terbilang murah yang tentunya sesuai dengan fasilitas yang ada.

Tabel 5.10 Tanggapan mengenai Kelengkapan Fasilitas Kapal Motor No Kelengkapan Fasilitas Frekuensi Persentase (%)

1 Bagus 5 5

2 Cukup bagus 20 20

3 Kurang 75 75

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Dari Tabel 5.10 menunjukkan bahwa 75 orang (75%) yang menyatakan kurang bagus, sedangkan 20 orang responden (20%) menyatakan cukup bagus dan 5 orang (5%) responden pun yang menyatakan bahwa kelengkapan fasilitas kapal motor adalah bagus. Alasan utama yang menyatakan bahwa fasilitas kapal motor kurang adalah karena kondisi tempat duduk penumpang yang sangat sederhana


(74)

dimana kursi terbuat dari kayu tanpa dilapisi apa-apa dan juga karena fasilitas untuk menjamin keselamatan penumpang yang sangat terbatas.

Tabel 5.11 Tanggapan mengenai Sistem Pelayanan Kapal Motor

No Layanan Frekuensi Persentase (%)

1 Memuaskan 26 26

2 Cukup memuaskan 58 58

3 Kurang 16 16

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Dari Tabel 5.11 menunjukkan bahwa 16 orang (16%) yang menyatakan sistem pelayanan kapal motor kurang memuaskan, sedangkan 58 orang responden (58%) menyatakan cukup memuaskan dan 26 orang (26%) responden pun yang menyatakan bahwa layanan kapal motor memuaskan. Alasan yang membuat responden merasa pelayanan kapal motor cukup memuaskan adalah karena pengguna kapal motor bisa bernegosiasi dengan pengemudi kapal masalah tarif angkut barang.

Tabel 5.12 Tanggapan mengenai Penambahan Jumlah Kapal Motor No Penambahan Kaoal Motor Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 15 15

2 Tidak 85 85

Total 100 100

Sumber. Hasil Survey Kuesioner, 2007

Dari Tabel 5.12 menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai penambahan jumlah kapal motor yang ada adalah 85 orang (85%) yang


(75)

menyatakan Tidak perlu penambahan jumlah kapal motor, sedangkan 15 orang responden (15%) menyatakan bahwa perlu penambahan jumlah kapal motor. Alasan yang membuat responden merasa tidak perlu penambahan jumlah kapal motor adalah karena jumlah kapal motor yang ada saat ini masih mampu untuk menampung penumpang untuk setiap kali beroperasi, dimana jumlah penumpang yang ada tidak melebihi kapasitas angkut kapal motor.

V.3 Hasil Analisa Kuisioner

1. Penumpang

Berdasarkan hasil yang didapat dari kuisioner, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik penumpang kapal motor di perairan Danau Toba yang melalui Pelabuhan Kapal Motor balige adalah mayoritas pedagang dengan maksud perjalanan adalah untuk berdagang dan tujuan perjalanan mayoritas ke kota Balige.

2. Pemilik Kapal

Berdasarkan hasil kuisioner dari pemilik kapal dapat ditarik kesimpulan bahwa kapasitas kapal besar dengan jumlah muatan yang cukup banyak yaitu kapasitas 75-100 orang dan 2.0-3.5 ton barang dan kebebasan bergerak penumpang yang cukup, namun tingkat keselamatan dan kelengkapan fasilitas kapal kurang baik adalah karena kondisi kapal yang sudah tua dan fasilitas keselamatan yg terbatas. Sekitar 80% dari ongkos/tarif penumpang maupun barang diterima oleh pemilik kapal


(1)

KUISIONER

SURVEY POLA PERGERAKAN ORANG dan BARANG dengan MODA TRANSPORTASI AIR (KAPAL MOTOR)

Lokasi Survey :……… Hari / Tanggal :……….…

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (x) pada salah satu pilihan yang sesuai menurut klasifikasi Anda.

Diisi Oleh Pengelola Kapal

1. Nama :…………. 2. Usia :…………

3. Nama kapal : ……….. 4. Daerah operasional (asal - tujuan) ?

Jawab :……….. 5. Berapa kecepatan kapal ?

Jawab :……….. 6. Berapa kapasitas kapal ( orang dan barang)?

Jawab

……… ………. 7. Berapa biaya operasional kapal setiap bulannya ?

Jawab :……….. Alasan (alokasi dana): ………. ………. ……….. 8. Pada umumnya jenis barang apa yang sering diangkut setiap trip perjalanan ?

Jawab :……… ……….


(2)

9. Manakah yang memberikan pendapatan yang lebih tinggi dari penumpang atau barang ?

Jawab :………. Alasan :………... ………

10. Bagaimana sistem pendapatan dari angkutan barang ?

Jawab :……… ………..

11. Bagaimana menurut Saudara tingkat keselamatan kapal yang ada saat ini ? a. Bagus b. Cukup Bagus c. Kurang Bagus

Alasan Saudara………... ……… ………

12. Fasilitas apa saja yang dapat menjamin keselamatan penumpang dan barang yang diangkut oleh Kapal ?

Sebutkan :……….. ……… ………..

13. Sebagai pengelola Kapal berapa % dari harga ongkos / tarif penumpang maupun barang yang Saudara terima ?

Jawab :………

14. Sebagai Pengelola Kapal, masalah/kesulitan apa yang sering terjadi pada saat kegiatan bongkar muat barang atau penumpang ?

Jawab :……… ………


(3)

15. Bagaimana menurut Saudara perkembangan pengguna Kapal dalam jangka 5 (lima) tahun terakhir ini ?

a. Meningkat b. Tetap c. Menurun

Alasannya……… ……….. ……….

16. Apa usulan Saudara kepada Pemerintah Daerah tentang pengoperasian Sistem Transportasi Air di Kota Balige ?

Jawab :……… ………


(4)

KUISIONER

SURVEY POLA PERGERAKAN ORANG dan BARANG dengan MODA TRANSPORTASI AIR (KAPAL MOTOR)

Lokasi Survey :……… Hari / Tanggal :……….…

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda (x) pada salah satu pilihan yang sesuai menurut klasifikasi Anda.

Diisi Oleh Dinas Perhubungan

1. Nama :…………. 2. Usia :…………

3. Berapa % dari tarif/ongkos penumpang atau barang yang diterima oleh Kantor Dinas Perhubungan ?

Jawab:……….

4. Berap jenis retribusi yang harus dibayar pengelola kepada Dinas Perhubungan ?

Jawab :………

5. Berapa nilai masing – masing retribusi tersebut ?

Jawab :……… ……… ………


(5)

6. Berapa Penghasilan Asli daerah (PAD) dari transportasi air ? Jawab :

a) 50.000 – 100.000 / hari b) 100.000 – 150.000 / hari c) 150.000 - 200.000 / hari d) 200.0000 – 250.000 / hari

Berapa % dari total Pengasilan Asli Daerah yang didapat oleh Dinas Perhubungan ?

Jawab:……….

7. Bagaimana menurut Saudara perkembangan pengguna Kapal dalam jangka 5 (lima) tahun terakhir ini ?

a. Meningkat b. Tetap c. Menurun

Alasannya……… ……….. 8. Sebagai karyawan dari Instansi yang berperan penting dalam pengelolaan

sistem transportasi di Kota Balige, hal apa yang dapat Saudara usulkan untuk meningkatkan sistem transportasi air ?

Jawab :……….. ………. ……….

9. Apa program Dinas Perhubungan untuk ke depan yang bersifat jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang untuk mengembangkan sistem transportasi air di Kabupaten Toba Samosir ?

Jawab : ……….. ……….. ………. ………. ……….


(6)

10. Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai kelengkapan fasilitas-fasilitas yang menyangkut keselamatan Penumpang yang ada di kapal ini sudah menjamin ?

a. Ya b. Cukup c.Tidak

Alasan Saudara……….. ………

………

11. Bagaimana menurut Saudara tingkat keselamatan kapal yang ada saat ini ? a. Bagus b. Cukup Bagus c. Kurang Bagus

Alasan Saudara………... ……… ………

12. Fasilitas apa saja yang dapat menjamin keselamatan penumpang dan barang yang diangkut oleh Kapal ?

Sebutkan :……….. ……… ………..

13. Bagaimana menurut pendapat Saudara mengenai kapasitas Kapal ini ? a. Besar c. Cukup besar e. Kecil

Alasan:……… ……… .