Program Multi Drug Therapy MDT dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika kelompok Studi Kemoterapi WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan
kusta dengan rejimen MDT-WHO. Regimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson,
rifampisin, dan klofasimin. Selain itu mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan juga untuk mengurangi ketidaktaatan
penderita dan menurunkan angka putus-obat dro-out yang cukup tinggi pada masa monoterapi dapson. Disamping itu diharapkan juga dengan MDT dapat mengeliminasi
persistensi kuman kusta dalam jaringan.
18
Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan regimen pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO Regimen tersebut adalah sebagai berikut :
2
2.9.1. Tipe PB
2,23
Untuk kusta tipe PB, terdiri atas kombisnasi rifampisin dan dapson. a. Jenis dan obat untuk orang dewasa:
1. Rifampicin 600 mgbulan dan DDS 100 mg hari ditelan di depan petugas.
2. DDS 100 mg hari diminum di rumah.
b. Jenis dan dosis obat untuk anak-anak : 1.
DDS 1-2 mg kg berat badan 2.
Rifampisin 10-15 mg kg barat badan c. Lama pengobatan
Lama pengobatan untuk penderita tipe PB adalah selama 6-9 bulan.
Universitas Sumatera Utara
2.9.2. Tipe MB
2,23
Untuk kusta tipe MB, terdiri atas kombinasi rifampisin, dapson, klofazimin lamprene.
a. Jenis dan dosis obat untuk orang dewasa: 1.
Lamprene 300 mg bulan 2.
Rifampisin 600 mg bulan 3.
DDS 100 mg bulan Ketiga obat ini ditelan di depan petugas setiap bulan.
1. DDS 100 mg hari
2. Lamprene 50 mg hari
Kedua obat ini diminum di rumah. b. Dosis Lamprene untuk anak-anak:
Umur dibawah 10 tahun : Bulanan
: 100 mg bulan Harian
: 50 mg 2 kali minggu Umur 11 – 14 tahun :
Bulanan : 200 mg bulan
Harian : 50 mg 3 kali minggu
Lama pengobatan 2 tahun Setelah pengobatan dihentikan Release from TreatmentRFT penderita masuk
dalam masa pengamatan control yaitu: penderita dikontrol secara klinik dan bakterioskopik minimal sekali setahun selama 5 tahun untuk penderita kusta multibasiler
dan dikontrol secara klinik sekali setahun selama 2 tahun untuk penderita kusta pausibasiler. Bila pada masa tersebut tidak ada keaktifan, maka penderita dinyatakan
bebas dari pengamatan Release from Control RFC.
2
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Karakteristik Penderita Kusta
1. Sosiodemografi
Umur Jenis kelamin
Suku Agama
Pendidikan Pekerjaan
Daerah asal
2. Tipe kusta MBPB
3. Tingkat Kecacatan
4. Status Akhir Pengobatan
3.2. Definisi Operasional
3.2.1. Penderita Penyakit Kusta adalah yang dinyatakan menderita kusta berdasarkan diagnosa dokter, dan hasil pemeriksaan Laboratorium Basil Tahan Asam BTA
yang dirawat inap di UPT Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan tahun 2008 sesuai yang tercatat pada kartu status.
Universitas Sumatera Utara