21 2,4-D 120 mgl menginduksi kalus pada 81 HST, sedangkan perlakuan 2,4-D 110
mgl menginduksi kalus pada 91 HST. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thuzar et al. 2012 yang menyatakan induksi kalus primer dari
eksplan daun kelapa sawit pada media N6 muncul setelah 60 sampai 120 hari setelah tanam.Yelnitis Komar 2010 dalam penelitiannya menyatakan induksi
kalus dipengaruhi oleh konsentrasi 2,4-D yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasi 2,4-D yang digunakan, induksi kalus semakin cepat terjadi. Pada
perlakuan tanpa 2,4-D eksplan hanya memperlihatkan penebalan dan tidak berkembang menjadi kalus walaupun dikulturkan dalam jangka waktu yang lama.
Menurut George Sherrington 1984, hormon 2,4-D adalah golongan auksin yang sangat baik untuk memacu pertumbuhan kalus. Rice et al. 1992,
mengatakan bahwa peran auksin yang pertama dalam propagasi in vitro adalah merangsang pembelahan dan pembesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman,
dan menyebabkan terbentuknya pucuk baru. Menurut Poonsapaya et al. 1989, penambahan auksin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi ZPT
endogen di dalam sel menjadi faktor pemicu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan.
4.2. Warna Kalus
Pengamatan warna kalus dilakukan pada subkultur ke-5 yaitu diakhir penelitian. Pengamatan visual warna kalus diamati dengan bantuan mikroskop stereo.
Persentase warna kalus dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data pengamatan warna kalus dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.2. Presentase Warna Kalus. Konsentrasi 2,4-D
Warna Kalus Putih
kekuningan Putih kecokelatan
Kuning kecokelatan
0 mgL -
- -
110 mgL 100
- -
120 mgL 130 mgL
89 56
11 11
- 33
Universitas Sumatera Utara
22 Penggunaan zat pengatur tumbuh 2,4-D secara tunggal menghasilkan
kalus dengan warna yang berbeda-beda. Indikator pertumbuhan eksplan pada in vitro berupa warna kalus menggambarkan penampilan visual kalus sehingga dapat
diketahui apakah suatu kalus masih memiliki sel-sel yang aktif membelah atau telah mati.
Warna kalus yang terbentuk yaitu putih kekuningan, putih kecokelatan dan kuning kecokelatan Gambar 4.3. Persentase kalus berwarna putih kekuningan
tertinggi pada konsentrasi 2,4-D 110 mgl sebesar 100, sedangkan persentase kalus berwarna kuning kecokelatan tertinggi pada konsentrasi 2,4-D 130 mgl
sebesar 33. Warna kalus didominasi oleh warna putih kekuningan. Hal ini disebabkan karena kalus yang terbentuk adalah kalus embriogenik. Peterson
Smith 1991, Pereira et al. 2013 dan Thuzar et al. 2012 mengatakan bahwa kalus yang embriogenik yang berasal dari eksplan apical meristem kelapa sawit
menghasilkan warna putih kekuningan dan mengkilat. Kasi Sumaryono 2006 menambahkan bahwa warna kalus embriogenik dari family Arecaceae pada
umumnya berwarna kekuningan. Beberapa perlakuan menunjukkan kalus berwarna kecokelatan, hal ini
disebabkan karena teroksidasinya senyawa fenol. Menurut Yusnita 2004, warna kalus yang semakin gelap menjadi cokelat mengindikasikan pertumbuhan kalus
yang semakin menurun. Warna kecokelatan pada kalus akibat adanya metabolisme senyawa fenol yang bersifat toksik dan dapat menghambat
pertumbuhan atau bahkan menyebabkan kematian jaringan, selain itu juga menandakan terjadinya sintesis senyawa fenol.
Gambar 4.3. Warna Kalus Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq., a. Putih Kekuningan; b. Putih Kecokelatan; c. Kuning Kecokelatan.
5 mm 5 mm
5 mm
Universitas Sumatera Utara
23
4.3. Berat Basah Kalus