STRUKTUR ORGANISASI
22
PENGADILAN AGAMA JAKARTA TIMUR
UNDANG-UNDANG No. 71989 Jo UU No. 32006
22
Pengadilan Agama Jakarta Timur, artikel diakses pada 24 Januari 2011 dari http:www.pajt.netindex.phpstruktur-organisasi
Adapun susunan personalia yang ada di lingkungan Pengadilan Agama Jakarta Timur berdasarkan data pegawai Pengadilan Agama Jakarta Timur adalah sebagai
berikut: a. Ketua
: Drs. H. Wakhidun AR, SH, M. Hum b. Wakil Ketua
: Drs. H. Muh. Abduh Sulaeman, SH, MH c. Dewan Hakim
: -
Dra. Hj. Saniyah KH
-
Drs. Abu semen Bastoni, SH
-
Drs. H Fauzi M Nawawi
-
Dra. Nurroh Sunnah, SH
-
Hj. Nani Setyawati, SH
-
Drs.HM. Fadjri Rivai, SH, MH
-
Hj. Yustimar, SH
-
Drs. Nasrul
-
Elvin Nailana, SH.MH
-
Drs. Mahmudin
-
Drs. Uwaisul Qumy
-
Drs. Achmad Harun Shofa, SH
-
H. Abdillah, SH
-
Drs. Achmad Busyro, MH
-
Hj. Munifah Djam’an, SH
d. PaniteraSekertaris :
Drs. H. Syaiful Anwar
e. Wakil Sekertaris :
Drs. H. Ujang Mukhlis, SH, MH
f. Wakil Panitera
:
H. Hafani Baihaqi, Lc, SH
g. Ka. Sub. Keuangan : Sanjaya Langgeng Santoso
h. Ka. Sub. Kepegawaian : Hamim Nafan, SHI
i. Ka. Sub. Umum
: Muhammad Zuhri j.
Panmud Permohonan :
H. Bangbang Sri Pancala, SH
k. Panmud Gugatan :
Ali Mushofa, SH
l. Panmud Hukum
:
Pahrurrozi, SH
m. Panitera Pengganti :
- Drs. Ade Faqih
- Siti Makbullah, SH
- Aday, S.Ag
- Syamsul Rizal, SH
- Sumaryuni, SH
- Hamdani, SHI
- Mastanah, SH
- Titiek Indriyaty, SH
- Dra. Siti Nurhayati
- Idris M Ali, SH
- Nova Asrul Lutfi, SH
- Hj. Spa Icthtiyatun, SH. MH
n. Jurusita :
- Moch. Sidik
-
Zulkipli
m. Jurusita Pengganti :
-
Burhamzah
-
Budi Sukirno
-
Obang Hasyim. A
-
Ikbal Bisry
-
Sri Mulyati
-
Veny Rarmawati
-
Rahmah Sufiyah, SH
-
Muhammad Sayhon
-
Tati Yulianti
23
23
Ibid.
51
BAB IV ANALISIS PUTUSAN TENTANG PERCERAIAN KARENA
HIPERSEKSUAL
A. Prilaku Hiperseksual Sebagai Alasan Perceraian
Di dalam pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 dan di dalam KHI N0. 1 Tahun 1991 di sebutkan bahwa terdapat delapan alasan-alasan yang memperbolehkan mengajukan
perceraian, enam alasan kita dapat temukan di dalam PP No. 9 Tahun 1975, sedangkan di dalam KHI ada penambahan dua alasan, yaitu suami melanggar ta’lik
talak, dan terjadinya peralihan agama atau murtad yang mengakibatkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Gangguan seksual pada umumnya, dan hiperseksual pada khususunya tidak disebutkan secara definitif di dalam kedua peraturan perundang-undangan tersebut
sebagai alasan yang dapat diterima sebagai alasan perceraian. Bila kita lihat kembali kepada kedua peraturan tersebut maka dapat kita analogikan bahwa sebenarnya
gangguan seksual pada umumnya, dan hiperseksual pada khususunya dapat di jadikan sebagai alasan perceraian.
Analogi yang digunakan adalah pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 huruf e yang menyebutkan, “salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan
akibat-akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiistri”. dari sini dapat kita katakan bahwa cacat badan tersebut mencakup masalah seksual seperti
suami yang mengalami impotensi permanen sehingga tidak dapat melakukan
hubungan badan atau istri yang pada rahimnya terdapat tulang sehingga menghalangi masuknya penis kedalamnya atau dalam istilah kitab-kitab fiqih disebut sufaq.
Atau dapat pula digunakan pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 huruf d yang menyebutkan “salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain” dari sini dapat kita katakan bahwa melakukan pemaksaan oleh seseorang terhadap orang lain dengan menggunakan egoisme, kekuasaan
menjadi salah satu alasan dikabulkannya perceraian. Dengan adanya unsur paksaan dari sikap kekejaman dan kekerasan akan mengakibatkan bahaya bagi pihak lain,
luka, dan penderitaan terhadap orang lain Hubungan seksual yang dipaksakan akan mengakibatkan bahaya bagi korban.
Suami yang memaksakan hasrat biologisnya saat istri tidak siap untuk melaksanakan dan menerima ajakan suami akan mengakibatkan bahaya pada organ kelaminnya.
Luka yang dimaksud adalah seperti lecet di organ intim, menjadikan hasrat seksual isti frigiditas.
Banyak hal yang menyebabkan istri sangat jarang mau terbuka untuk berbicara tentang kehidupan kamar tidur mereka, termasuk gejolak seksual yang dilakukan
suami terhadap istri, diantara penyebabnya adalah, membicarakan aktivitas kamar tidur adalah rahasia suami istri merupakan aib dan ada perasaan malu ketika rahasia
kamar tidur ini diketahui khalayak ramai. Begitupula dalam proses pemeriksaan di