Pengaruh Etika Dalam Periklanan Kartu As Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA-I

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

PENGARUH ETIKA DALAM PERIKLANAN KARTU AS TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN PADA MAHASISWA REGULER S-1

DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

NONY 070502012

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Nony (2010). Pengaruh Etika dalam Periklanan Kartu As Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Pembimbing, Drs. Ami Dilham, M.Si. Ketua Departemen, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Penguji, Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si (Penguji I dan Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Etika Dalam Periklanan Kartu As (X) Terhadap variabel Persepsi Konsumen (Y) Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan uji F diperoleh nilai sebesar 262.316 lebih besar dari F tabel yakni 3.94, artinya variabel bebas (etika) secara bersama-sama memiliki pengarh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (persepsi konsumen).

Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh nilai sebesar 0.858, artinya bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara etika dalam periklana kartu As terhadap persepsi konsumen merupakan hubungan yang tinggi. R Square (R2) sebesar 0.736 atau 73%. Artinya, 73% etika dalam periklanan kartu As bisa dijelaskan pada persepsi konsumen. Sedangkan sisanya 27% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.

Kata Kunci : Etika Dalam Periklanan Kartu As dan Persepsi Konsumen.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kasih, berkat, dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, telah banyuak mendapat bimbingan, nasehat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan inspirasi kepada peneliti.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

5. Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah begitu sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan banyak saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis selama penulis melakukan penelitian ini.

9. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas semua jasa yang sudah diberikan selama masa perkuliahan.

10.Sistem komunikasi cepat dan pasti ( Kartu As) yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data penelitian.

11. Ayah dan Ibu tercinta Suyono dan Lili Suryani yang merupakan sumber inspirasi dan senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi, nasehat, serta doa yang selalu menyertai peneliti

12. Adikku yang terkasih yaitu Hanny Wijaya yang selalu memberikan doa dan semangat serta seluruh keluarga besar ku yang sudah memberikan motivasi, kasih sayang, dukungan dan doa kepada peneliti.


(5)

13. My lovely friends Sri Ranjetha, Maya Sari, Siti Rahayu dan Imla Hasanah yang sudah memberikan motivasi, dukungan dan persahabatan kepada peneliti.

14. Sahabatku Muhammad Fauji, Rio Ade Putra, Donal Bakri Tanjung dan Agus Rizaldi Nasution dan Liana Maretha Tarihoran yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

15. Sahabat-sahabat dan Teman-teman di Manajemen 2007: Aulia Rizky, Rudy, Hasan, Irwansyah, Yuda, Frendi, Rahma. Serta teman-teman satu kos di gang Djuhar : Umi, Rina, Kak Piyu, Kak Ida dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas motivasi, semangat, dukungan, perhatian dan persahabatan yang diberikan kepada peneliti.

16. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dalam penulisan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Medan, Februari 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……….i KATA PENGANTAR………...ii DAFTAR ISI………...v DAFTAR TABEL………vii

DAFTAR GAMBAR………... . viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… .. 1

B. Perumusan Masalah………... 6

C. Kerangka Konseptual………... .. 6

D. Hipotesis………... . 8

E. Tujuan dan ManfaatPenelitian………... .. 8

1.Tujuan Penelitian………... 8

2.ManfaatPenelitian………... .. 8

F. Metode Penelitian……….. .. 9

1.Batasan Operasional……….. 9

2.Defenisi Operasional Variabel……….. 9

3.Pengukuran Variabel………. . .. 10

4.Lokasi dan Waktu Penelitian………... . .. 11

5.Jenis dan Sumber Data……….. . .. 11

6.Populasi dan Sampel………... . .. 12

7.Teknik Pengumpulan Data……… . .. 14

8.Uji Validitas dan Reliabilitas………... . .. 14

9.Teknik Analisis Data………... .. 15

BAB II URAIAN TEORITIS A.Penelitian Terdahulu………... . .. 18

B.Pemasaran……… 19

C.Perilaku Konsumen………... … 21

D.Persepsi Konsumen………... . .. 26

E.Etika Dalam Periklanan………... . .. 30

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……….. 42

A. Sejarah……… . .. 42

B. Bidang Kegiatan Perusahaan……….. . .. 47

1. Layanan yang Disediakan Perusahaan……… 47


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 54

A. Gambaran Identitas Responden………. 54

B. Uji Validitas dan Reliabilitas……….. 55

1. Uji Validitas………... . .. 55

2. Uji Reliabilitas……… . .. 56

C. Analisis Regresi………... .. 57

D. Pengujian Hipotesis………... 58

1. Uji F (Serentak)……….. 58

2. Uji T (Parsial)………. 61

3. Koefisien Determinan (R2)……….. .. 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 64

A. Kesimpulan………. 64

B. Saran………... ……... 64

DAFTAR PUSTAKA……….66


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Info Tarif Dasar Pada Kartu As……….... 4

Tabel 1.2 Operasional Variabel………. 10

Tabel 1.3 Instrument Skala Likert……… . 11

Tabel 1.4 Jumlah Mahasiswa Reguler S-1 Manajemen ……….... 12

Tabel 3.1 Susunan Direksi PT. Telkom dan Singtel……….. 44

Tabel 4.1 Identitas Responden………. . 54

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas……… . 56

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas……….. 57

Tabel 4.4 Variabel Entered/Removed……… 57

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi……… 58

Tabel 4.6 ANOVA………. 60


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual………..8 Gambar 3.1 Telkomsel Perfomance………46


(10)

ABSTRAK

Nony (2010). Pengaruh Etika dalam Periklanan Kartu As Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Pembimbing, Drs. Ami Dilham, M.Si. Ketua Departemen, Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Penguji, Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si (Penguji I dan Penguji II).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Etika Dalam Periklanan Kartu As (X) Terhadap variabel Persepsi Konsumen (Y) Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan uji F diperoleh nilai sebesar 262.316 lebih besar dari F tabel yakni 3.94, artinya variabel bebas (etika) secara bersama-sama memiliki pengarh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (persepsi konsumen).

Melalui pengujian koefisien korelasi (R) diperoleh nilai sebesar 0.858, artinya bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara etika dalam periklana kartu As terhadap persepsi konsumen merupakan hubungan yang tinggi. R Square (R2) sebesar 0.736 atau 73%. Artinya, 73% etika dalam periklanan kartu As bisa dijelaskan pada persepsi konsumen. Sedangkan sisanya 27% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.

Kata Kunci : Etika Dalam Periklanan Kartu As dan Persepsi Konsumen.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi di negara ini, banyak yang muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru,salah satunya bidang teknologi komunikasi. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang sangat pesat memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perusahaan jasa telekomunikasi di Indonesia. Salah satu perkembangan teknologi telekomunikasi adalah perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam berkomunikasi dimana saja dan kapan saja menjadi faktor pendorong munculnya teknologi berbasis seluler.

Awal kelahiran Industri seluler di Indonesia didominasi oleh dua operator seluler besar yang berbasis GSM (Global System for Mobile Communication), yaitu PT. Telkomsel (Telekomunikasi Seluler Indonesia) dan PT. Satelindo (Satelit Palapa Indonesia) atau yang sekarang dikenal dengan indosat satelindo. Beberapa tahun kemudian hadir operator seluler dengan nama PT. Exelcomindo Pratama. Kemudian disusul dengan munculnya operator lain seperti Mobile-8, Bakrie, Lippo, dan Hutchison CP Telekomunication (Hcp3). Diantara perusahaan tersebut bahkan ada yang mengeluarkan produk kartu prabayar lebih dari satu baik yang bergerak dalam


(12)

jaringan GSM (General System Mobile) maupun CDMA (Code Division MultipleAcces), misalnya telkomsel mengeluarkan produk Simpati, kartu AS, kartuHALO dan yang terbaru adalah HALO hybrid serta Indosat Satelindo dengan produk IM3, mentari dan Matrix.

Dengan banyaknya operator yang bermunculan menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat antar operator seluler dalam menarik konsumen supaya tertarik untuk menggunakan produknya. Salah satu cara yang efektif untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen adalah dengan beriklan. Pada umumnya disetiap iklan, selalu diberi keunikan sebagai suatu ciri produk yang di iklankan. Ciri khas atau keunikan yang diberikan pada iklan tersebut dapat berupa kalimat, bintang iklan, musik, dan sebagainya. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen. Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda terhadap berbagai hal, termasuk persepsi terhadap iklan pada media cetak.

Iklan yang beranekaragam pada setiap media, baik media elektronik, ataupun media cetak, menimbulkan berbagai persepsi mengenai penampilan iklan pada setiap media oleh konsumen. Hal ini dipengaruhi oleh katrakteristik media yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada media televisi, iklan dapat divisualisasikan dengan gambar bergerak, suara dan musik, tetapi memiliki kelemahan yaitu durasi penayangan yang terbatas. Lain halnya dengan media cetak, walaupun tidak dapat


(13)

disertai dengan suara atau musik pengiring, iklan media cetak dapat memberikan informasi lebih lengkap mengenai suatu produk. Tampilan iklan saat ini sudah meningkat, baik dari segi kualitas mau pun dari segi artistiknya. Iklan dibuat sedemikan rupa sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Tetapi suatu iklan produk yang dianggap menarik oleh suatu kelompok demografi, belum tentu di nilai menarik juga oleh konsumen lain (Sari, 2007).

Pada umumnya, iklan-iklan yang setiap hari secara massal dan intensif dicurahkan ditengah-tengah masyarakat melalui media komunikasi pada dasarnya tidak mendidik. Dengan kata lain, periklanan dilatarbelakangi oleh suatu ideologi tersembunyi yang tidak sehat, yang berarti bahwa suatu iklan yang disampaikan kepada konsumen harus sesuai dengan kebenaranya dan tidak memanipulasi. Hal ini merupakan salah satu kewajiban etis yang penting (Bertens, 2000:263).

Pada era globalisasi sekarang ini, permintaan akan telepon seluler semakin bertambah. Hal tersebut dapat dilihat dari sekian banyaknya produk-produk telefon seluler yang diperkenalkan kepada masyarakat melalui media cetak maupun melalui media elektronik. Oleh karena itu, terdapat adanya persaingan yang cukup ketat diantara kartu prabayar yang masing-masing menawarkan harga yang relative rendah.

Kartu As merupakan kartu prabayar yang lebih hemat dan memiliki jangkauan luas yang didukung oleh Sinyal Kuat Telkomsel sehingga dapat digunakan diseluruh indonesia. Telkomsel terus mengembangkan kartu As dalam upaya memenuhi


(14)

keinginan dan kebutuhan pelanggan, seiring dengan hadirnya produk sejenis dipasar. Selain kartu perdananya yang hemat, tarif SMS dan tarif teleponnya juga hemat. Kartu As mempunyai banyak fitur yang bermanfaat mulai dari transfer pulsa, MMS, GPRS (General Packet Radio Service). Selain itu, kartu As juga mampu melakukan Confrence Call atau percakapan bersama antara enam orang sekaligus dan memberikan layanan 3G.

Kartu As juga memiliki variasi produk seperti kartu As Fress, kartu As Aktif Selamanya dan kartu As Bebas Roaming Internasional. ”Kami berupaya untuk terus mendengarkan kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan, serta berupaya untuk menawarkan produk dan layanan berkualitas tinggi.” ujar Dirut Telkomsel Bajoe Narbito.

Tabel 1.1

Info Tarif Dasar Pada Kartu As

Sumber :

NO DESKRIPSI TARIF DASAR

TARIF PANGGILAN(Voice & Video Call)

1 Kesesama Telkomsel (Kartu As, simPATI, kartuHALO)

2 Ke Operator Lain

3 Ke PSTN & Fixed Wireless Rp.13/detik

TARIF SMS

1 Kesesama Telkomsel (Kartu As, simPATI, kartuHALO)

2 Ke Operator Lain

3 Ke PSTN & Fixed Wireless Rp.99/SMS

4 SMS Internasional Rp.1000/SMS

TARIF DATA


(15)

Kartu As menjalankan program pemasaran yang baik atau tidak, maka dibutuhkan analisis persepsi konsumen tentang produk yang ditawarkan. Persepsi konsumen inilah yang akan membentuk pandangan-pandangan tertentu atas produk yang ditawarkan oleh PT. Telkomsel. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:174) bahwa persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterprestasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. Proses tersebut yang ada dalam persepsi dibentuk dari stimuli-stimuli. Stimuli merupakan bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu (Setiadi, 2003:160). Berdasarkan hal tersebut, PT. Telkomsel terutama kartu As harus membuat iklan yang sesuai dengan etika yang berlaku.

Etika didalam periklanan memang harus di perhatikan, karena yang memandang dan menilai iklan tersebut adalah konsumen melalui persepsi mereka. Kebanyakan konsumen jenuh terhadap iklan yang disiarkan ditelevisi dan menganggap bahwa iklan tersebut hanya mengumbar janji-janji yang tidak sesuai dengan kenyataanya, karena sudah cukup banyak bukti terhadap manipulasi dari periklanan. Iklan yang disiarkan ditelevisi sering tampil dengan menyuguhkan produk yang berlebih-lebihan, sehingga mendorong konsumen untuk mencobanya. Sebuah kehidupan yang dirancang sedemikian rupa oleh pengiklan semata-mata untuk mempengaruhi konsumen, hal ini diistilahkan sebagai realitas semu yang jelas-jelas menyesatkan.


(16)

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Etika Dalam Periklanan Kartu As Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah etika dalam periklanan kartu As berpengaruh terhadap Persepsi Konsumen?”

C. Kerangka Konseptual

Perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran bisnisnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen haruslah dijalankan dengan sebaik mungkin, sehingga menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian. Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan, yakni mulai dari penciptaan produk hingga ke pelayanan purna jual setelah transaksi penjualan itu sendiri terjadi. Salah satu tahapan dalam pemasaran tersebut adalah periklanan. Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional ditentukan oleh kegiatan-kegiatan periklanan dalam menunjang usaha penjualan yang menentukan kelangsungan hidup produksi pabrik-pabrik, terciptanya lapangan pekerjaan, serta adanya hasil yang menguntungkan dari seluruh uang yang telah diinvestasikan. Namun di dalam pembuatan iklan haruslah berdasarkan etika agar tidak menimbulkan kritikan dari berbagai pihak.


(17)

Iklan yang dibuat selain harus bardasarkan etika yang ada tetapi juga harus dibuat sedemikian rupa agar dapat menimbulkan persepsi yang positif dari setiap kalangan. Kotler dan Armstrong (2008:174) orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses perseptual seperti atensi selektif (perhatian yang selektif), distorsi selektif (gangguan yang selektif), retensi selektif (mengingat kembali yang selektif). Disamping itu, etika periklanan terdapat

dua pedoman menurut

Tingkat persaingan yang semakin tajam membuat banyak perusahaan melakukan berbagai macam cara agar dapat bertahan. Salah satunya adalah melakukan peningkatan promosi khususnya periklanan. Tetapi agar pesan yang disampaikan melalui iklan dapat diingat oleh konsumen, maka perusahaan harus mematuhi etika periklanan yang berlaku. Etis tidaknya sebuah iklan akan menentukan dan mempengaruhi persepsi konsumennya terhadap iklan tersebut yaitu iklan kartu As yang menawarkan produknya dengan maksud yang mudah dimengerti bagi pendengarnya. Dimana kartu As adalah satu-satunya Kartu Prabayar yang masa aktifnya ditentukan oleh penggunaan, bukan masa aktif dari voucher isi pulsa. Fitur ini diharapkan memberikan kemudahan dan kepraktisan bagi pelanggan dalam pemakaian Kartu As dan pengaturan pengeluarannya.


(18)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada maka dapat digambarkan model kerangka konseptual pengaruh etika dalam periklanan kartu As terhadap persepsi konsumen sebagai berikut :

Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual

Sumber : Kotler dan Armstrong (2008:174),

D. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukan diatas, hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Etika dalam periklanan kartu As berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi konsumen “

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi konsumen dengan menganalisa etika dalam periklanan kartu As, serta untuk mendapatkan bukti empiris etika dalam periklanan kartu As terhadap persepsi konsumen.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini sebagai berikut: Etika Dalam Periklanan

Kartu As(X)


(19)

a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui keefektifan etika dalam periklanan kartu As terhadap persepsi konsumen.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang pemasaran terutama dalam memahami seberapa besar pengaruh persepsi konsumen terhadap etika dalam periklanan.

c. Bagi Pihak Lain

Dapat digunakan sebagai referensi serta memberikan tambahan ilmu dan perbandingan dalam melakukan penelitian dimasa mendatang.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Penelitian ini membahas mengenai persepsi konsumen terhadap etika dalam periklanan pada kartu As dengan responden penelitian ini dibatasi hanya pada konsumen yang menggunakan kartu As, karena konsumen yang menggunakan kartu As yang dapat membuktikan bahwa iklan tersebut etis atau tidak berdasarkan faktanya.


(20)

2. Defenisi Operasioal Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi konsumen dan etika dalam periklanan. Masing-masing variabel didefenisikan sebagai berikut:

a. Etika dalam periklanan (X) merupakan suatu tindakan etis yang harus dijalankan atau diterapkan pada iklan kartu As atau suatu pemikiran moral, nilai-nilai, dan norma-norma didalam mengatur kegiatan-kegiatan periklanan.

b. Persepsi konsumen (Y) adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti.

Tabel 1.2 Operasional Variabel

Variabel Defenisi Variabel Indikator Skala

Pengukuran Etika dalam periklanan kartu As (X)

Suatu ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya.

1. Tata krama periklanan 2. Tata cara periklanan

Skala Likert

Persepsi Konsumen (Y)

Suatu proses menyeleksi,

mengorganisasi, dan menginterprestasi atas rangsangan-rangsangan yang diterima.

1. Atensi Selektif 2. Distorsi Selektif

3. Retensi Selektif Skala Likert


(21)

3. Pengukuran Variabel

Persepsi konsumen terhadap etika dalam periklanan diukur menggunakan Skala Likert. Skala Likert adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2006:86). Ada 5 alternatif yang digunakan dalam pemberian skor dengan nilai sebagai berikut :

Tabel 1.3

Instrument Skala Likert

No Skala Pengukuran Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber : Sugiyono, (2006)

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan, yang beralamat dijalan TM. Hanafiah, Medan. Waktu penelitian berlangsung sejak bulan Desember 2011 sampai Februari 2011.

5. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini mengunakan dua jenis sumber data yakni :

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden pada lokasi penelitian. Data primer dalam penelitian ini di peroleh dengan memberikan daftar pertanyaan / kuesioner kepada mahasiswa regular S-1 departemen manajemen fakultas ekonomi USU Medan.


(22)

b. Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Data ini diperoleh melalui studi dokumentasi yang diperoleh dari buku, hasil lapangan dan internet yang dapat menjadi referensi bagi peneliti ini.

6. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003:103). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan Angkatan 2007 sampai 2010 yang menggunakan kartu As minimal 6 bulan. Jumlah mahasiswa regular S-1 departemen manajemen angkatan 2007 sampai 2010 sebanyak 889 orang dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1.4

Jumlah Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen

Departemen Stambuk Jumlah Mahasiswa

Manajemen

2007 222

2008 210

2009 233

2010 224

Total 889


(23)

b. Sampel

Menurut Supramono (2003:63) alternatif formula yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah sampel pada populasi yang sulit diketahui adalah sebagai berikut:

2 2

d (q) (p) (ZαZ n = Dimana:

n = jumlah sampel

= nilai standar normal yang besarnya tergantung

Bila = 0,05 Z = 1,67

Bila = 0,01 Z = 1,96

p = estimasi proporsi populasi

q =1-p

d = penyimpangan yang ditoleri

Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p=0,01. Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah :


(24)

Sehingga sampel dapat diambil sebesar 96 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu mengambil sejumlah konsumen yang memiliki kriteria-kriteria tertentu untuk dijadikan responden. Kriteria yang ditetapkan yaitu responden yang menggunakan kartu As minimal 6 (enam) bulan.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuisioner (Quesionare) adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang dijumpai yaitu mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU Medan yang memakai kartu As.

b. Studi dokumen adalah pengumpulan data dan informasi dari buku, jurnal, dan internet yang berkaitan dengan penelitian.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji kuisioner layak untuk digunakan sebagai alat ukur atau instrumen penelitian. Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Pengujian validitas instrumen dilakukan pada 30 orang responden diluar sampel yaitu pada Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU Medan. Dianggap valid apabila r adalah positif dan r- hitung ≥ r- tabel, jadi apabila korelasi antara butir-butir dengan skor total kurang dari r-tabel atau negatif maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.


(25)

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dengan menggunakan Cronbach Alpha. Suatu kuisioner dinyatakan handal (reliabel) bila memiliki keandalan atau alpha sebesar 0,60 atau lebih (Ghozali dalam Situmorang, 2010:75). Alat bantu yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 17.0 for windows.

9. Teknik Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisa serta menginterpretasikan data yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi dan menbandingkan pengetahuan teknis (data sekunder) dengan keadaan yang sebenarnya pada perusahaan sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai etika dalam periklanan kartu As terhadap persepsi konsumen.

b. Metode Analisis Kuantitatif

1. Analisis Regresi Sederhana

Metode regresi linier sederhana digunakan untuk mengukur pengaruh etika dalam periklanan kartu As terhadap persepsi konsumen.


(26)

Dimana:

Y = Etika dalam periklanan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X = Persepsi konsumen

e = Standar eror

2. Uji Signifikan Serentak (uji-F)

Untuk melihat pengaruh variabel etika dalam periklanan kartu As (X) terhadap persepsi konsumen (Y) digunakan uji f.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : b = 0

Artinya tidak terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

H1 : b ≠ 0

Artinya terdapat hubungan antara variabel X dengan Variabel Y.

Kriteria pengambilann keputusan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α):


(27)

3. Uji signifikansi parsial (Uji t)

Untuk melihat pengaruh variabel etika dalam periklanan kartu As (X) terhadap persepsi konsumen (Y) digunakan uji t.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : b = 0

Artinya tidak terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.

H1 : b ≠ 0

Artinya terdapat hubungan antara variabel X dengan Variabel Y.

Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (α):

H0 diterima apabila t hitung < t tabel dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel

4. Koefisien Determinan (R2)

Pengujian kontribusi pengaruh dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dapat dilihat dari koefisien determinan (R2) dimana 0< R2<1. Jika R2 semakin dekat dengan 1 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat. Sebaliknya jika R2 semakin dekat dengan 0 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin lemah.


(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang persepsi konsumen sudah pernah dilakukan, dintaranya Widyastuti (2006) dengan judul “Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Bauran Pemasaran Pada Restoran Kentucky Fried Chicken (KFC) Cabang Helvetia Medan”. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang mengunjungi KFC yang secara kebetulan bertemu digunakan sebagai responden (sampel aksidental) dengan menelitri sebanyak 100 orang. Metode pengumpilulan data menggunakan kuisioner. Teknik analisis data menggunakan analisi deskriptif dan rata-rata hitung (mean score). Hasil penelitian diperoleh bahwea variabel produk dengan indikator kualitas produk merupakan satu-satunya indikator yuang memiliki persepsi konsumen yangb “Sangat Baik” yakni sebesar 4,31, sedangkan indikator lainnya hanya memiliki persepsi konsumen yang “Baik”. Secara umum responden memiliki persepsi yang positif terhadap bauran pemasaran KFC Cabang Helvetia Medan.

Ritonga (2007) dengan judul “Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Brand Equity Nokia dan Sony Ericsson (Studi Kasus pada Mahasiswa/I Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara)”. Teknik analisis data menggunakan rata-rata hitung (mean aritmathic). Hasil penelitian diperoleh dimensi brand equity Nokia memiliki nilai yang lebih positif. Dimensi brand equity Nokia berupa brand awareness, brand association, dan brand royalty mendapat persepsi yang sangat baik, sedangkan dimensi brand equity Sony Ericsson hanya berupa brand awareness, dan brand royalty mendapat persepsi yang sangat baik.


(29)

B. Pemasaran

Pemasaran merupakan faktor yang penting dalam siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan konsumen. Berhasil tidaknya dengan pencapaian tujuan bisnis bergantung pada keahlian mereka di bidang pemasaran. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar dapat berjalan lancar. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:9) pemasaran adalah proses sosial dan manajerial pribadi atau organisasi memeperoleh yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan nilai yang baik.

Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Killer (2007:6) menawarkan defenisi formal berikut : pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Saat berhadapan dengan proses pertukaran, harus ada sejumlah besar pekerjaan dan keterampilan. Manajemen pemasaran terjadi bila sekurang-kurangnya satu pihak pada pertukaran potensial berfikir tentang makna dari pencapaian tanggapan yang diinginkan dari pihak lain.

Ada beberapa konsep yang perlu diperhatikan,yaitu :

1. Kebutuhan adalah suatu keadaan ketika dirasakannya ketidakpuasan dasar tertentu yang sifatnya ada dan terletak dalam tubuh dan kondisi manusia.

2. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendalam tadi.


(30)

3. Permintaan adalah keinginan terhadap produk-produk tertentu yang didukung oleh suatu kemampuan dan kemauan untuk membelinya. Keinginan akan menjadi perrmintaan jika didukung oleh kekuatan membeli.

4. Produk adalah sesuatu yang didapat ditawarkan kepada seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk dapat berupa barang, jasa, maupun ide-ide. Istilah lain yang sering digunakan untuk produk adalah penawaran atau solusi.

5. Nilai adalah estimasi konsumen terhadap kapasitas produk secara keseluruhan untuk memuaskan kebutuhannya.

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat dikemukakan bahwa pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang mencakup barang dan jasa, dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dan dengan tujuan untuk menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat di mana tugas pemasaran dalam pasar pelanggan secara formal dilaksanakan oleh manajer penjualan, wiraniaga, manajer iklan dan promosi, manajer produk dan merek, manajer pasar dan industri yang setiap bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga masing-masing bagian dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.

Konsep pemasaran adalah kegiatan terorganisasi yang dilakukan perusahaan atau organisasi yang terorientasi pada penciptaan suatu pemuasan bagi konsumen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena persaingan yang semakin ketat, perusahaan yang hanya berorientasi pada usaha pemasaran yang berhubungan dengan produk saja tidak cukup untuk mengantisipasi persaingan sehingga harus mempertimbangkan juga keefektifan usaha perusahaann untuk mempromosikan


(31)

produk yang ditawarkan, karena secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap tingkat penjualan.

C. Perilaku Konsumen

Tujuan utama pemasarsan adalah melayani, memuaskan kebutuhan dan keingina konsumennya. Kebutuhan dan keinginan konsumen pada saat ini sangatn beragam, maka pemasar harus memenuhi kebutuhan konsumen tersebut dengan menciptakan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Produsen harus mempelajari perilaku konsumen untuk menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka hal inilah yang menyebabkan mengapa perusahaan atau organisasi perlu mempelajari perilaku konsumen dalam kegiatan pemasrannya. Ada beberapa defenisi mengenai perilaku konsumen yang dikemukan oleh beberapa ahli.

The American Marketing Association mendefenisikan perilaku konsumen yaitu sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka (Setiadi, 2003:3). Menurut Shiffman dan Kanuk dalam Anoraga (2004:223) perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolahan, konsumsi dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman, serta ide-ide.


(32)

Berdasarkan pengertian-pengertian perilaku konsumen yang dikemukan diatas, maka perilaku konsumen merupakan suatu kegiatan yang berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan untuk membeli sampai untuk mengkonsumsin atau menggunakan suatu produk atau jasa. Pemahaman perilaku konsumen ini juga meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti : apa yang dibeli, siapa yang membeli, bagaimana mereka membeli, dalam kondisi seperti apa, dan mengapa mereka membeli. Dapat disimpilkan bahwa perilaku konsumen mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan individu yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam usaha memperoleh serta menggunakan barang dan jasa dengan harapan dapat memuaskan mereka.

Kotler dan Simamora (2004:6) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku konsumen adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor personal dan psikologis. Sebagian besar faktor tersebut tidak dapat dikendalilkan oleh pemasar, namun harus tetap diperhitungkan.

1. Faktor Kebudayaan

Faktor budaya berpengaruh luas dalam tingkah laku konsumen. Faktor-faktor kebudayan terdiri dari :

a. Budaya adalah keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsim, keinginan, dan tingkah laku


(33)

yang dipelajari oleh seseorang anggota masyarakat darin keluarga dan lembaga penting lainnya.

b. Sub-budaya. Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub-budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Kelompok-kelompok sub-budaya dapat di bedakan menjadi empat macam, yaitu kelompok yang relative homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

2. Faktor sosial

Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial diantaranya

a. Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung sikap dan perilaku seseorang.

b. Keluarga. Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat atas perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.

c. Peran dan status. Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peran dan status. Sebuah peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dan dilakukan oleh seseorang menurut orang-orang yang ada di sekitarnya. Setiap peran membawa suatu status yang akan mempengaruhi perilaku membelli konsumen.


(34)

Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian, seperti :

a. Usia dan tahap daur hidup. Orang membeli suatu barang dan jasa yang berubah-ubah selama masa hidupnya. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Selera kan makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi berhubungan dengan usia.

b. Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata dalam produk dan jasa mereka.

c. Keadaan ekonomi. Situasi ekonomi akan sangat mempengaruhi pilihan produk. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya, kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.

d. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan minat dan pendapatan yang bersangkutan.

e. Kepribadian dann konsep diri. Setiap oang mempunyai kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku pembelianya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang membedakan seseorang, yang menyebabkan terjadinnya jawaban yang secara relatif tetap dan bertahan lama terhadap lingkungannya.


(35)

Pilihan membeli seseorang juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu :

a. Motivasi. Seseorang mempunyai beberapa kebutuhan pada suatu waktu. Namun kebutuhan tersebut tidak cukup kuat untuk mendorong seseorang supaya bertindak pada suatu waktu. Suatu kebutuhan berubah menjadi dorongan bila kebutuhan itu muncul hingga mencapai taraf intensitas yang mencukupi.

b. Persepsi. Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu tindakan. Bagaimana seseorang bertindak adalah dipengaruhi oleh persepsinya atas situasi yang dihadapinya.

c. Pengetahuan. Ketika seseorang bertindak, mereka belajar. Penngetahuan menggambarkan perubahan dalam perilaku seorang individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya.

d. Kepercayaan dan sikap. Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap. Hal ini selanjutnya mempengaruhi tingkah laku membeli mereka. Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu. Sedangkan sikap mennggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang bertahan selama waktu tertentu.


(36)

D. Persepsi Konsumen

Persepsi mereupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Menurut Stanton (dalam Setiadi, 2003:160). Persepsi dapat didefenisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera, sedangkan menurut webster (dalam Setiadi, 2003:160) persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan.

Kotler dan Armstrong (2008:174) menyebutkan bahwa persepsi (perception) adalah proses dimana orang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran dunia yang berarti. Sedangkan stimuli menurut Simamora (2003:102) adalah setiap input yang dapat ditangkap oleh indera, seperti produk, kemasan, merek, iklan, harga, dan lain-lain.

Kotler dan Armstrong (2008:174) menyebutkan bahwa orang dapat membentuk persepsi yang berbeda dari rangsangan yang sama karena tiga proses perseptual: atensi selektif, distorsi selektif, dan retensi selektif.

1. Atensi selektif (perhatian yang selektif)

Orang pada umumnya dihadapkan pada sejumlah ransangan (stimuli) yang sangat banyak setiap hari dan tidak semua rangsangan ini dapat diterima. Perhatian yang selektif berarti harus dapat menarik perhatian konsumen, dimana pesan disampaikan akan hilang bagi kebanyakan orang yang berada dalam pasar untuk


(37)

produk tersebut, kecuali untuk pesan yang cukup menonjol atau dominan yang mengelilingi konsumen pasar tersebut.

2. Distorsi selektif (gangguan yang selektif)

Ransangan (stimuli) yang diperhatikan konsumen pun tidak selalu seperti apa yang dimaksud. Setiap orang berusaha menyesuaikan informasi yang masuk dengan pandangannya. Distorsi selektif menggambarkan kecenderungan orang untuk meramu informasi kedalam pengertian pribadi. Orang cenderung menafsirkan informasi dengan cara yang lebih mendukung daripada menentang konsepsi-konsepsi yang telah dimilikinya.

3. Retensi selektif (mengingat kembali yang selektif)

Orang cenderung melupakan apa yang mereka pelajari dan menahan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka. Mengingat yang selektif berarti mereka akan mengingat apa yang dikatakan sebagai keunggulann suatu produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Konsumen akan mengingat pada saat ia mengingat tentang pemilihan suatu produk.

Menurut Horovitz (dalam Tantrisna, 2006:38), persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni:

1. Faktor psikologis

Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi konsumen. Perubahan yang dimaksud termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap konsumen penting dan berguna.


(38)

2. Faktor fisik

Faktor ini akan mengubah persepsi konsumen melalui apa yang konsumen lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancukan persepsi konsumen terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan. Misalnya saat konsumen memilih restoran mana yang akan dikunjungi, ada hal penting yang menjadi faktor penentu konsumen dalam memilih yakni kebersihan. Bila dekorasi restoran terlihat kotor dan tidak terawat, maka konsumen mempunyai anggapan bahwa dapur dan restoran tersebut tidak sehat.

3. Image yang terbentuk

Image yang terbentuk disini adalah image konsumen terhadap perusahaan atau produk. Ketika terjadi persaingan antara dua merek produk yang sama, konsumen bisa melihat perbedaan melalui image dari perusahaan atau merek itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menciptakan image yang akan membedakannya dari pesaing. Menciptakan image yang kuat dan berbeda memerlukan kreatifitas dan kerja keras. Image yang sudah tercipta harus didukung oleh segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh perusahaan.

Proses persepsi terdiri dari :

1. Seleksi perseptual

Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih stimulus berdasarkan pada berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen sebelum


(39)

seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus mendapat perhatian dari konsumen.

2. Organisasi persepsi

Organisasi persepsi (perceptual organization) berarti konsumen mengelompokkan informasi dari berbagai sumber ke dalam pengertian untuk memahami dan bertindak atas pemahaman itu. Prinsip dasar organisasi persepsi adalah penyatuan yang berarti bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai suatu yang dikelompokkan secara menyeluruh. Pengorganisasian seperti itu memudahkan untuk memproses informasi dan memberikan pengertian yang terintegrasi terhadap stimulus.

3. Interpretasi perseptual

Proses terakhir dari persepsi adalah memberikan interpretasi atas stimuli yang diterima oleh konsumen. Setiap stimuli yang menarik perhatian konsumen baik yang disadari atau tidak disadari, akan diinterpretasikan oleh konsumen. Dalam proses interpretasi konsumen membuka kembali berbagai informasi dalam memori yang tersimpan dalam waktu yang lama (long term memory) karena interpretasi itu didasarkan pengalaman penggunaan pada masa lalu, dan pengalaman itu tersimpan dalam memori jangka panjang konsumen.


(40)

E. Etika Dalam Periklanan

Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam etika sebagai refleksi kita berfikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai objeknya. Etika sebagai refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang. Etika dalam arti ini dapat dijalanlan pada taraf popular maupun ilmiah. Lembaga Penegak Etika ialah organisasi independen yang bertugas dan berwenang untuk menegakkan etika periklanan, dan bernaung di bawah Dewan Periklanan Indonesia atau asosiasi pengemban EPI.

Periklanan ialah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, penyampaian, dan umpan balik dari pesan komunikasi pemasaran. Pengiklan ialah pemrakarsa, penyandang dana, dan pengguna jasa periklanan. Iklan ialah pesan komunikasi pemasaran tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.

Periklanan didefenisikan sebagai bentuk dari komunikasi bukan pribadi yang dibayar dimana sponsor atau perusahaan diidentifikasi. Ini merupakan bentuk popular dari promosi, khususnya bagi produk kemasan konsumen dan jasa (Lamb, 2001:202). EPI tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundangan. Jika untuk sesuatu hal ditemui penafsiran ganda, maka makna undang-undang dan peraturan perundangan yang dianggap sah. Begitu pula jika terjadi ketidaksesuaian, maka ketentuan terkait yang termaksub dalam EPI ini dianggap batal dengan


(41)

sendirinya. Bahwa meskipun sistem nilai yang sudah ada dapat bergeser akibat dinamika masyarakat, namun penyesuaian kepada sistem nilai baru ini tidak serta-merta menggugurkan sistem nilai yang terkandung dalam EPI ini (www.pppi.or.id).

Menegakkan Etika Periklanan

Pada dasarnya fungsi dasar kegiatan periklanan adalah informasi dan jembatan komunikasi tentang suatu produk/jasa/ perusahaan/organisasi kepada target khalayaknya. Selain Itu, iklan juga menjadi sarana edukasi, produk baru, inovasi, dan bagaimana cara menggunakan produk dun.ik sud dengan perubahan kognitif sampai perilaku. Iklan juga berfungsi sebagai media persuasi untuk memengaruhi target

khalayak agar mau mengakuisisi suatu produk/jasa secara terus-menerus. Namun sayangnya tujuan mulia dunia periklanan itu dicapai dengan cara-cara yang

kurang etis.

Belantara periklanan ditandai dengan hukum siapa yang kuat dia yang menang atau siapa yang memiliki kekuatan dialah yang menentukan. Beragam fakta membuktikan betapa karut-marutnya dunia periklanan Indonesia. Beberapa pelanggaran terjadi, seperti masih banyaknya iklan yang melanggar Etika Pariwara Indonesia (EPI) seperti iklan menggunakan kata-kata superlatif seperti klaim sebagai


(42)

Penegakan Terdiri dari :

A. Landasan

1. Pengertian EPI harus ditafsirkan dalam kerangka jiwa, semangat dan isi sebagai satu kesatuan.

2. Penerapan EPI diberlakukan kepada setiap pelaku periklanan nasional, baik sebagai individu atau profesional, maupun sebagai entitas, atau usaha.

3. Penegakan dilakukan oleh Dewan Periklanan Indonesia (DPI) dengan membentuk organisasi internal yang bertugas khusus untuk itu.

4. Pengawasan pelaksanaan EPI dilakukan oleh lembaga-lembaga pemantau, pengamat, atau pengawas periklanan, serta masyarakat luas dan pamong.

Dalam kaitan komitmen, perlu disimak adanya ketegasan pula dalam beberapa isu penting periklanan, khususnya dalam hal-hal:

a. Swakrama, sebagai sikap dasar industri periklanan yang dianut secara universal.

b. Menempatkan etika dalam struktur nilai moral yang saling dukung dengan ketentuan perundang-undangan sebagai struktur nilai hukum.

c. Membantu khalayak memperoleh informasi sebanyak dan sebaik mungkin, dengan mendorong digencarkannya iklan-iklan persaingan, meskipun dengan syarat-syarat tertentu.


(43)

d. Mengukuhkan paham kesetaraan jender, bukan sekadar persamaan hak, perlindungan, ataupun pemberdayaan terhadap perempuan.

e. Perlindungan terhadap hak-hak dasar anak.

f. Menutup ruang gerak bagi eksploitasi dan pemanfaatan pornografi dalam periklanan.

g. Membuka diri bagi kemungkinan terus berkembangnya isi, ragam, pemeran, dan wahana periklanan.

h. Dukungan bagi segala upaya yang sah dan wajar untuk dapat meningkatkan belanja per kapita periklanan nasional, dengan membuka peluang bagi beberapa institusi tertentu untuk beriklan secara penuh ataupun terbatas.

B. Asas

Iklan dan pelaku periklanan harus :

a. Jujur, benar, dan bertanggungjawab.

b. Bersaing secara sehat.

c. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.


(44)

Pedoman Etika Periklanan terpadu kepada :

1. Tata krama (code of conducts)

Tata karma terdiri atas kata tata yang berarti adat, norma atau aturan. Karma yang berarti sopan santun atau tindakan. Jadi tata krama adalah norma kebiasaan yang mengatur sopan santun, dan disepakati oleh lingkungan. Tata krama periklanan yang terdapat pada kartu As harus disesuaikan berdasarkan bahasa iklan tersebut didalam menyampaikan pesan iklan, didalam periklanan tidak boleh menggunakan kata satu-satunya sebelum iklan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Didalam periklanan juga tidak boleh memakai kata gratis bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Jika didalam iklan tersebut dicantumkan harga maka harus ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut. Didalam periklanan juga tidak boleh menunjukkan adegan kekerasan, merendahkan produk pesaing, seta peniruan.

2. Tata Cara (code of practices)

Segala bentuk peraturan yang harus ada didalam pembuatan sebuah iklan agar tidak melanggar etika yang berlaku. Seperti halnya didalam pembuatan iklan harus adanya izin produksi sebelum iklan tersebut diterbitkan. Ketidaksempurnaan hasil pesanan, tampilan iklan, atau pelaksanaan kesepakatan akibat kelalaian pelaksana pesanan, wajib diganti tanpa dipungut pembayaran, atau sesuai perjanjian antara para pihak. Pengiklan wajib memberi taklimat periklanan (advertising brief) atau keterangan yang benar dan memadai mengenai produk yang akan diiklankan.


(45)

Pemantauan atas penyiaran iklan wajib dilakukan perusahaan periklanan sebagai bagian dari layanan usahanya. Penggantian iklan yang tidak memenuhi mutu reproduksi atau siaran, ataupun tidak sesuai dengan jadwal akibat kelalaian media, wajib diulang siar tanpa biaya, atau diselesaikan menurut kesepakatan sebelumnya antara para pihak.

Jenis Utama Periklanan

1. Periklanan Institusi

Bentuk dari periklanan institusi dikenal sebagai periklanan sokongan (advocacy advertising), khusunya digunakan untuk melindungi terhadap sikap negatif konsumen dan meningkatkan kredibilitas perusahaan diantara konsumen yang telah menyukai posisinya. Sering kali perusahaan menggunakan periklanan sokongan untuk menngungkapkan pandangan mereka pada pokok-pokok persoalan yang kontroversial. Dilain waktu, kampanye sokongan perusahaan bereaksi terhadap kritikan atau tudingan, beberapa di antaranya berespon langsung terhadap kritikan media.

2. Periklanan produk

Beberapa jenis iklan produk :

a. Periklanan perintisan (Pioneering Advertising) yaitu dimaksudkan untuk merangsang permintaan primer terhadap produk atau kategori produk baru. Banyak digunakan selama tahap perkenalan daur hidup produk, periklanan perintisan menawarkan pelanggan suatu informasi yang mendalam tentang manfaat suatu kelas produk.


(46)

b. Periklanan bersaing (Competitive Advertising). Perusahaan menggunakan periklanan bersaing atau merek ketika suatu produk memasuki fase pertumbuhan dalam daur hidup produk dan perusahaan lainnya mulai memasuki pasar. Bukannya membangun permintaan untuk kategori produk, tujuan dari periklanan bersaing adalah untuk mempengaruhi pemintaan atas merek tertentu.

c. Periklanan perbandingan (Comparative Advertising) secara langsung atau tidak langsung membandingkan dua atau lebih merek yang bersaing pada satu atau lebih atribut tertentu. Banyak pemasang iklan bahkan menggunakan periklanan perbandingan menghadapi merek mereka sendiri. Produk mengalami pertumbuhan. yang lamban atau mereka yang memasuki pasar menghadapi pesaing yang kuat lebih mungkin menggunakan tuntutan perbandingan dalam periklanan mereka.

Fungsi Periklanan

Periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya seperti :

1. Informing. Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya per kotak yang relative rendah, periklanan memfasilitasi pengenalan (introduction) merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek-merek-merek yang telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA – top of


(47)

mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.

2. Persuading. Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi (membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi membentuk mempengaruhi permintaan primer yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permintaan bagi perusahaan yang spesifik.

3. Reminding. Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalan ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul yang behubungan dengan produk yang diiklankan, dampak periklanan dimasa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir dibenak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli.

4. Adding Value. Terdapat tiga cara mendasar dimana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran-penawaran mereka : inovasi, penyempurnaan, kualitas,

atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai tambah tersebut benar-benar independen (Shimp, 2003:357).

Penilaian etis terhadap iklan

Refleksi tentang masalah –masalah etis di sekitar praktek periklanan merupakan contoh bagus mengenai kompleksifitas pemikiran moral. Disini prinsip-prinsip etis memang penting, tapi tersedianya prinsip-prinsip-prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup untuk menilai moralitas sebuah iklan. Dalam penerapannya banyak faktor lain ikut berperan. Refleksi tentang etika periklanan ini mengingatkan kita bahwa penalaran


(48)

moral selalu harus bernuansa dengan menyimak dan menilai situasi konkret. Prinsip-prinsip etis yang penting dalam konteks periklanan sudah dipelajari sebelumnya (tidak boleh berbohong, otonomi manusia harus dihormati). Dalam hal ini terdapat empat faktor, yaitu:

a. Maksud si pengiklan

Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan itu menjadi tidak baik juga. Jika si pengiklan tahu bahwa produk yang diiklankan merugikan konsumen atau dengan sengaja ia menjelekkan produk dari pesaing, iklan tersebut menjadi tidak etis.

b. Isi iklan

Menurut isinya iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan, karena iklan tentang hal yang tidak bermoral dengan sendirinya menjadi tidak etis.

c. Keadaan publik yang tertuju

Dalam uraian tentang etika konsumen, kita sudah berkenalan dengan pepatah caveat emptor , “Hendaklah si pembeli berhati-hati”. Sikap berhati-hati sebelum membeli memang merupakan sikap dasar bagi calon pembeli. Demikian juga dalam konteks periklanan. Publik sebaliknya mempunyai skepsis yang sehat terhadap usaha persuasi dari periklanan. Keganasan periklanan harus diimbangi dengan sikap kritis publik. Publik dalam hal ini adalah orang dewasa yang normal dan mempunyai informasi cukup tentang produk atau jasa yang diiklankan.


(49)

Dalam setiap masyarakat terdapat orang naïf, tapi janganlah mereka diambil sebagai patokan untuk menilai moralitas periklanan. Namun demikian,

perlu diakui juga bahwa mutu publik sebagai keseluruhan bisa sangat berbeda. Dalam masyarakat dimana taraf pendidikan rendah dan terdapat banyak orang sederhana yang mudah tertipu, tentu harus dipakai standar lebih ketat daripada dalam masyarakat dimana mutu pendidikan rata-rata lebih tinggi atau standar ekonomi lebih maju.

d. Kebiasaan dibidang periklanan

Periklanan selalu dipraktekkan dalam rangka suatu tradisi. Dalam tradisi itu orang sudah biasa dengan cara tertentu disajikannya iklan. Sudah ada aturan main yang disepakati secara implisit atau eksplisit dan sering kali tidak dapat dipisahkan dari etos yang menandai masyarakat itu. Seperti halnya juga di bidang-bidang lain, tradisi itu menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan (Bertens, 2000:277).

Masalah Etika Didalam Periklanan

Berikut ini adalah alasan yang jelas namun elegan mengapa iklan begitu mendapat kritikan tajam : sebagai suara teknologi, periklanan diasosiasikan dengan berbagai ketidakpuasan ditingkat industri. Sebagai suatu dari kebudayaan massal, ia mengundang kritikan para intelektual. Dan sebagai penjelmaan yang paling terlihat dari kapitalisme, ia telah menyediakan tidak kurang dari sebuah kekuatan bagi kritik sosial.


(50)

Adapun kritikan-kritikan tersebut seperti :

1. Iklan dianggap tidak jujur dan menipu. Penipuan terjadi ketika iklan salah memprentasikan sebuah produk, dan konsumen mempercayainya sebagai representasi yang benar.

2. Iklan bersifat manipulatif. Kritik mengenai manipulasi menunjukkan bahwa iklan mempunyai kekuatan mempengaruhi orang untuk berperilaku tidak umum, atau melakukan sesuatu yang tidak akan mereka lakukan jika tidak ditunjukkan oleh iklan.

3. Iklan bersifat ofensif dan berselera buruk. Para kritikus iklan menganggap banyak iklan menghina intelegensia manusia, vulgar, dan secara umum menyerang selera banyak konsumen.

4. Iklan menciptakan dan mempertahankan stereotip. Akar dari kritik ini adalah bahwa iklan cenderung menggambarkan kelompok tertentu dengan cara yang amat sempit dan mudah ditebak.

5. Orang –orang membeli barang yang begitu tidak diperlukan. Kritik yang kerap dilemparkan adalah bahwa iklan menyebabkan orang-orang membeli produk atau jasa yang mereka tidak butuhkan.


(51)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. SEJARAH

Telkomsel merupakan singkatan dari Telekomunikasi Seluler, yang pada mulanya merupakan nama layanan dan jasa sistem komunikasi bergerak seluler (Global System Mobil/GSM) yang dikelola oleh PT. Telkom. Dengan nama ini, Telkomsel memulai proyek pencontohan pada akhir tahun 1993 di P. Batam dan P.Bintan dengan menggunakan teknologi GSM yang telah dikenal luas didunia Internasional. Peluncuran perdana ini dilakukan di Batam dengan alasan Batam sebagai pusat industri strategis, adanya proyek penciptaan kerjasama Batam-Singapura, dan banyaknya pemakai telepon genggam di Singapura ke Batam, serta adanya penugasan pemerintah melalui menparpostel kepada Telkom yang dipimpin oleh bapak Garuda Sugardo. Proyek yang pertama kali menggunakan teknologi GSM ini berhasil membangun jaringan komunikasi seluler dari tiada hingga dapat melakukan pembicaraan pada sistem Telekomunikasi bergerak hanya dua bulan sejak dimulainya proyek. Proyek ini kemudian berkembang ke propinsi-propinsi lain di Indonesia.

Pada tanggal 28 Maret 1994, PT. Telkom resmi terdaftar sebagai anggota GSM-MOU yaitu organisasi operator GSM dunia yang pusatnya di Dublin. Langkah dari PT. Telkom tidak berhenti sampai disitu saja, namun keinginan untuk menjadi salah satu operator GSM dengan skala nasional dapat terwujud pada tanggal


(52)

PT. Telkom sebagai operator GSM berskala nasional. Pada tanggal 1 November 1994 PT.Telkom dan PT. Indosat menandatangani perjanjian pembentukan perusahaan patungan dalam bentuk PT. (Perseroan Terbatas), dan kedua perusahaan ini diresmikan sebagai perusahaan yang menanamkan modal dalam negeri (PMDN). Pendirian PT. Telkomsel dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 1995 dengan akte notaris Ny. Poerbaniningsih Adi Warsito, SH. No. 181 Tanggal 26 Mei 1995 dan telah diubah dengan akte notaris Soetjipto, SH. No. 194 Tanggal 21 Juni 1996.

Komposisi pemegang saham terkini adalah PT. Telkom sebagai pemegang saham terbesar dengan 42,29% lalu PT. Indosat 35%, PTT. Telecom Netherlands 17,28% dan PT. Setdco Megacell Asia 5%. Salah satu sasaran dari perusahaan adalah untuk melayani seluruh propinsi di Indonesia dengan mengutamakan pada wilayah cakupan, kapasitas sambungan, biaya, mutu jaringan dan pelayanan demi memberikan kepastian terhadap kepuasan pelanggan.

Pada tanggal 26 Mei 1996, tepat tahun setelah berdiri jaringan baru yang diluncukan dan dioperasikan dengan sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar. Telkomsel meluncurkan pelayanan di Jakarta dengan jumlah pelanggan baru 10.000 perbulan dan terus meningkat. Pada akhir tahun 1996, PT. Telkomsel telah menjangkau seluruh propinsi di Indonesia beserta ratusan kota besar lainnya, dan akan terus berlanjut sampai menjangkau seluruh ibukota kabupaten/kotamadya yang ada di Indonesia. Pada akhir tahun 2001 Singapura Telekom Mobile Pte Ltd (“Singtel Mobile”) membeli saham Telkomsel yang dimiliki PTT. Telekom Netherlands 17,28%, PT. Setdco Megacell Asia 5%, dan tambahan 12,72% dari


(53)

Telkom. Total saham yang dimiliki Sing Tel Mobile sekarang adalah 35%. Jadi pemegang saham Telkomsel saat ini adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

(“Telkom”) dan Singapore Telecom mobile Pte Ltd. (“Singtel Mobile”). Telkom memiliki modal saham 65% dan Singtel Mobile 35%.

Dengan adanya pergantian tersebut, maka Telkomsel yang saat ini sahamnya dimiliki oleh PT. Telkom 65% dan Singtel 35% mempunyai susunan direksi yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Susunan Direksi PT. Telkom dan Singtel

Nama Jabatan

Mr. Kiskenda Suriahardja Direktur Utama Mrs. Triwahyusari Direktur Keuangan

Mr. syarif Syarial Ahmad Direktur Perencanaan dan Pengembangan Mr. Tan Chung Yaw Richard Direktur Niaga

Mr. David Ng Direktur Operasi

Sumber:

Acara serah terima dilaksanakan pukul 12.00 WIB di Kantor Pusat Telkomsel, Jl. Gatot Subroto No. 42, Jakarta, dihadiri oleh Komisaris Utama Telkomsel Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama Telkomsel Kiskenda Suriahardja, jajaran komisaris, direksi dan karyawan.


(54)

Telkomsel menyediakan layanan seluler GSM di Indonesia dengan jaringan dual band (900/1800 MHz), dan Internasional meliputi 268 Internasional roaming partner di 155 negara, GPRS (General Packet Radio Service), Wi-Fi, EDGE (Enhanced Data Rate GSM Evolution), dan teknologi 3G yang telah diluncurkan pada September 2006, yang menjadikan Telkomsel sebagai operator pertama yang meluncukan layanan 3G di Indonesia. Telkomsel merupakan operator seluler yag memiliki jaringan terluas Indonesia, yang melingkupi hampir 90% populasi di Indonesia dan operator satu-satunnya yang melingkupi seluruh propinsi dan kabupaten/kotamadya, dan seluruh kecamatan di Sumatera, Jawa, dan Bali/Nusa Tenggara.


(55)

Gambar 3.1: Telkomsel Performance

Sumber:

Pendapatan kotor Telkomsel telah mengalami peningkatan dari 3,59 milyar di tahun 2000 menjadi 34,89 milyar ditahun 2006. Pada periode yang sama pelanggan Telkomsel mengalami peningkatan, sekitar 1,7 juta pelanggan pada 31 Desember 2006, yang menjadikan Telkomsel sebagai Market Leader operator seluler di Indonesia saat ini, dengan penugasan pasar lebih dari 56%.

Salah satu sasaran perusahaan adalah untuk melayani seluruh propinsi di tanah air dengan mengutamakan pada wilayah cakupan, kapasitas sambungan, biaya, mutu jaringan, dan pelayanan demi memberikan kepastian terhadap kepuasan pelanggan. Dengan semakin berkembagnya bisnis jasa telekomunikasi seluler, maka semakin besar pula tuntutan bagi PT. Telkomsel untuk melakukan pengembangan perusahaan.


(56)

B. Bidang Kegiatan Perusahaan

PT. Telkomsel dengan mottonya :”Begitu Dekat Begitu Nyata” adalah sebuah perusahaan yang menyediakan jasa/layanan telekomunikasi yang bergerak di bidang seluler GSM (Global System for Mobile Communication).

1. Layanan Yang Disediakan Perusahaan

a. Teknologi

Teknologi menyedikan layanan GSM seluler dengan teknologi yang meliputi jaringan GSM Dual band (900 MHz dan 1800 MHz) GPRS, Wi-Fi, dan Edge, dan teknologi 3G.

1. GPRS (General Packet Radio Service), adalah teknologi komunikasi data yang melengkapi jaringan GSM yang telah ada sebelumnya, dengan penafsiran komunikasi data yang lebih ekonomis, sehingga dapat menjelajah dunia internet dengan nyaman.

2. EDGE (Enhanced Data Rate GSM Evolution) merupakan salah satu standar untuk wireless data yang diimplementasikan pada jaringan seluler GSM dan merupakan tahapan lanjutan dalam evolusi menuju mobile multimedia communication. EDGE memungkinkan jaringan Telkomsel mempunyai kecepatan transmisi data sekitar 126 kbps (kilobit per second) dan menjadi teknolgi dengan transmisi data paling cepat saat ini beroperasi di Indonesia. Menurut GSM World Association, EDGE bahkan dapat mencapai kecepatan hingga 473,8 kilobit/detik. Selain peningkatan kecepatan pengiriman data,


(57)

EDGE juga meningkatkan kapasitas transmisi data di jaringan Telkomsel. Dengan EDGE, operator seluler dapat memberikan layanan komunikasi data dengan kecepatan lebih tinggi dibanding GPRS, dimana GPRS hanya mampu melakukan pengiriman data dengan kecepatan sekitar 25 kbps. Begitu juga bila dibandingkan platform lain, kemampuan EDGE mencapai 3-4 kali kecepatan akses jalur kabel telepon (biasanya sekitar 30-40 kbps) dan hampir 2 kali lipat kecepatan CDMA 2000 1X yang hanya sekitar 70-80 kbps. Layanan berbasis teknologi EDGE berkemampuan memberikan berbagai aplikasi layanan generasi ketiga, yakni: high quality audio streaming, on line gaming, high speed download, high speed network connection, push to talk dan lain-lain. Sejak pertengahan tahun 2000, platform teknologi Internasional GERAIN (GSM EDGE Radio Access Network) telah mengadopsi seluruh spesifikasi 3GPP (Third Generation Project Partnersip), hal ini menjadikan teknologi yang memenuhi kualifikasi generasi ketiga UMTS 3G.

3. Teknologi 3G merupakan generasi ketiga dari teknologi GSM, yang mampu mentransfer data lebih cepat dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Layanan yang dihasilkan antara lain,

a) Video Call

Pembicaraan dengan melihat wajah lawan bicara dengan dukungan handphone tertentu (dengan 1 camera tidak dapat melihat wajah lawan bicara).


(58)

Tarif: (mulai 1 Februari 2007)

- Normal Tarif Voice Call (kartuHALO, simPATI, kartub As) untuk video call sesama pelanggan Telkomsel.

- Normal Tarif Voice Call (kartuHALO, simPATI, kartub As) untuk video call antar operator di Indonesia.

- 136 (Video Call Center), tarifnya: kartuHALO: Rp. 1200/menit (sudah termasuk pajak) simPATI/ kartu As: Rp. 1200/menit (time unit = 20 detik).

b) Mobile TV

Layanan akses siaran televisi melalui jaringan 3G Telkomsel. Dengan layanan ini pelanggan dapat menikmati siaran televise dari berbagai channel melalui handphonenya. Siaran televisi tersebut sama dengan yang disiarkan ditelevisi biasa.

Tarif: (mulai 1 Februari 2007)

- Rp 2.000,- per menit kartuHALO ( belum termasuk pajak).

- Rp 2.200,- per menit simPATI/ kartu As (time unit = 30 detik).

c) Mobile Video

Layanan akses video on demand dengan melalui WAP Portal Telkomsel. Dengan layanan ini pelanggan dapat menikmati dan memilih video-video pilihan. Video tersebutb dapat dinikmati melalui streaming.


(59)

Tarif :

- Pelanggan terkena charge bearer sesuai tarif GPRS yang berlaku sejak 9 September 2006 (Rp. 12 per KB).

- Tarif content : free of charge.

b. Jaringan

1)Telkomsel memiliki cakupan jaringan GSM. GPRS/EDGE paling luas di Indonesia dengan menyediakan cakupan jaringan suara sama luasnya dengan cakupan jaringan data (GPRS).

2)Selain itu, melalui 15.000 BTS, jaringan Telkomsel telah melingkupi lebih dari 95% dari total area populasi Indonesia, termasuk kota besar, dan Kabupaten. Untuk area Jawa Bali, mulai September 2005 jaringan Telkomsel telah sampai ditingkat kecamatan.

3)Untuk menjangkau Coverage Internasional yang lebih luas, saat ini Telkomsel telah menjalin kerjasama dengan 259 mitra Internasional untuk GSM roaming di 153 negara.

2. Produk-produk yang dihasilkan Perusahaan

Produk yang dihasikan oleh PT. Telkomsel adalah Kartu simPATI dan Kartu As (kartu prabayar), kartu Halo (kartu pasca bayar), yaitu nama yang digunakan untuk setriap kartu SIM (Subscriber Identity Module) yang menjamin penggunanya memperoleh semua keunggulan GSM, antara lain keamanan (bebas dari penyadapan


(60)

dan penggandaan), akses fasilitas, harga yang terjangkau, mutu yang prima, jaringan yang luas serta pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan.

a. Kartu simPATI

Kartu prabayar simPATI adalah kartu GSM isi ulang dari telkomsel yang dapat digunakan diseluruh Indonesia dari luar negeri dengan kerjasama Roaming Internasional. Pelanggan simPATI tidak dibebankan biaya berlangganan bulanan (abonemen) dan tidak dikenakan persyaratan khusus, hanya jika pulsa habis cukup dengan mengisi ulang melalui voucher fisik, voucher elektronik, ATM (Automatic Teller Machine). Autoreload dengan nilai pulsa tertentu.

1) Fitur-fitur

Fitur-fitur simPATI yang dapat dinikmati antara lain, melakukan dan menerima panggilan, mengirim dan menerima SMS (Short Message System), Call Waiting + Call Holding, Call Forward / Call Divert, Voice Mail : 222, Caller ID (CIL), Multy Party Calling, MMS-GPRS, Internasional Roaming, Layanan Dunia 3G, Telkomsel Call Me : 808, Digital Time Announcement: 301, NSP:1212, Mobile Service Board (MMB), Menu layanan Telkomsel (SIM Tool Kit), dan M-ATM bersama.

2) Masa aktif

Penggunaan kartu simPATI dibatasi oleh jumlah pulsa dan masa berlaku (disebut masa aktif).


(61)

b. Kartu As

Merupakan kartu prabayar (prepaid) yang dikeluarkan oleh Telkomsel. Kartu As sama seperti kartu simPATI, hanya tarif dan masa aktifnya yang berbeda.

1) Tarif percakapan sangat kompetitif karena mempunyai 2 tarif khusus, yaitu :

- Tarif Murah (tarif flat dari pelanggan kartu As ke pelanggan kartu HALO dan simPATI)

- Tarif Super Murah (Tarif flat antar sesama pengguna kartu As)

2) Periode aktif perdana dimulai saat pelanggan mengaktifkan kartu As dan langsung memiliki masa aktif selama 30 hari dan masa isi ulang selama 30 hari. Masa aktif tidak tergantung pada besarnya nilai pulsa yang dimasukkan, akan tetapi tergantung pada jumlah pemakian. Cukup dengan menggunakan pulsa senilai Rp. 25.000 per 30 hari, maka kartu As akan tetap aktif atau gak ada matinya!. Penggunaan pulsa dalam masa aktif kurang dari minimum penggunaan (Rp. 25 rb / 30 hari), maka sisa pulsa yang ada tidak tidak akan dipotong, akan tetapi pelanggan akan masuk pada masa isi ulang (grace periode). Selama masa isi ulang pelanggan tidak dapat melakukan panggilan maupun SMS, tetapi hanya dapat menerima panggilan. Pengisian pulsa pada masa aktif tidak akan menngubah masa periode aktif. Berapapun nilai pulsa yang diisikan, kartu As akan selalu aktif jika terus digunakan. Pengisian pulsa pada masa isi ulang akan menambah masa aktif selama 30 hari kedepan dihitung sejak pulsa diisikan. Sisa pulsa kartu As tidak pernah negatif atau minus.


(62)

c. kartu HALO

Kartu HALO adalah kartu pasca bayar (post-paid) dari Telkomsel. Diperlukan proses pendaftaran untuk berlangganan kartu HALO dengan melampirkan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan. Pembayaran dilakukan setiap bulan berupa biaya abonemen dan biaya penggunaan tergantung paket pilihan pelanggan.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Identitas Responden

Seperti yang dijelaskan dimuka, bahwa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Reguler S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara angkatan 2007-2010. Gambar Deskriptif Responden ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Identitas Responden

No. Karakteristik Jumlah

responden (orang)

%

1 Jenis Kelamin

Pria 36 37,5

Wanita 60 62,5

Jumlah 96 100

2 Umur

17 3 3,125

18 11 11,458333

19 24 25

20 14 14,583333

21 33 34,375

22 11 11,458333

Jumlah 96 100

3 Lama pemakaian

6 bulan – 1 tahun 24 25

2 tahun – dst 72 75

Jumlah 96 100


(1)

DAFTAR DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

Pernyataan

Responden E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 P1 P2 P3

1 3 4 3 2 4 4 5 4 5 1

2 4 2 4 2 2 2 4 3 2 2

3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

5 3 3 3 3 3 5 3 5 3 3

6 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4

7 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4

8 2 1 2 1 1 1 4 2 1 1

9 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3

10 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4

11 3 5 3 5 5 5 3 5 5 2

12 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4

13 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

14 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4

15 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

16 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2

17 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3

18 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4

19 4 3 4 3 3 3 5 3 3 3

20 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2

21 2 1 2 1 3 3 2 5 1 1

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

23 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3

24 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1

25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

26 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3

27 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2

28 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2

29 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3

30 3 3 3 3 3 5 3 5 3 3

31 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

32 4 3 4 3 3 3 5 3 3 3

33 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1

34 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2

35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

36 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3

37 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2

38 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

39 2 5 2 5 5 5 2 5 5 1


(2)

41 1 2 1 2 2 2 1 4 2 2

42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

43 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4

44 3 4 3 4 4 4 5 1 4 4

45 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2

46 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2

47 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

49 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

50 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4

51 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

52 3 3 3 3 3 3 3 5 2 3

53 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

55 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3

56 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3

57 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3

58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

60 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

61 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

63 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2

64 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2

65 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

66 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

67 2 4 2 4 4 4 2 4 5 4

68 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

69 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

70 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3

71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

73 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

74 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

75 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3

76 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4

77 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

78 4 2 4 2 2 2 4 2 3 2

79 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2

80 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3

81 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3

82 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

83 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2


(3)

85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

86 3 5 3 5 5 4 3 5 5 5

87 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4

88 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

89 5 3 5 3 3 3 5 4 2 3

90 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

91 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

92 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4

93 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4

94 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

95 3 3 3 3 3 3 3 5 5 3


(4)

Reliability

Item-Total Statistics Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.946 10

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

E1 26.1042 55.147 .680 .945

E2 25.9583 51.893 .913 .935

E3 26.1042 55.147 .680 .945

E4 25.9792 52.147 .895 .935

E5 25.9271 51.942 .912 .935

E6 25.8542 52.421 .865 .937

E7 25.9688 55.399 .588 .949

P1 25.8229 53.095 .717 .944

P2 25.9792 52.463 .771 .941

P3 26.0833 53.951 .769 .941

Regression

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 96 94.1

Excludeda 6 5.9

Total 102 100.0


(5)

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 etikaa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: persepsi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .858a .736 .733 1.37313

a. Predictors: (Constant), etika

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 494.596 1 494.596 262.316 .000a

Residual 177.237 94 1.885

Total 671.833 95

a. Predictors: (Constant), etika b. Dependent Variable: persepsi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .632 .518 1.220 .225

etika .401 .025 .858 16.196 .000


(6)

Frequency Table

Identitas Responden

No. Karakteristik Jumlah

responden (orang)

%

1 Jenis Kelamin

Pria 36 37,5

Wanita 60 62,5

Jumlah 96 100

2 Umur

17 3 3,125

18 11 11,458333

19 24 25

20 14 14,583333

21 33 34,375

22 11 11,458333

Jumlah 96 100

3 Lama pemakaian

6 bulan – 1 tahun 24 25

2 tahun – dan

seterusnya 72 75


Dokumen yang terkait

Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara

2 67 97

Pengaruh Bauran Promosi Kartu Perdana As Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara

4 28 103

Pengaruh Bauran Promosi Kartu Perdana As Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara

0 0 10

Pengaruh Bauran Promosi Kartu Perdana As Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Bauran Promosi Kartu Perdana As Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara

0 0 5

Pengaruh Bauran Promosi Kartu Perdana As Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara

0 0 19

Pengaruh Bauran Promosi Kartu Perdana As Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Ekstensi Universitas Sumatera Utara

0 0 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara

1 1 30

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara

0 0 7

Pengaruh Etika Periklanan Kartu XL Terhadap Persepsi Konsumen Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara

0 1 14