Ahmad  Mustafâ  al-Marâghî  juga  mengajar  pa da  perguruan  Ma’had
Tarbiyah Mu’alimât beberapa tahun lamanya, sampai ia mendapat piagam tanda penghargaan  dari  Raja  Mesir,  Faruq  pada  tahun  1361  H.  atas  jasa-jasanya
tersebut.  Piagam  tersebut  tertanggal  11-1-1316  H.  Pada  tahun  1370H1951  M, yaitu  setahun  sebelum  beliau  meninggal  dunia,  beliau  juga  masih  mengajar  dan
bahkan  dipercayakan  menjadi  direktur  Madrasah  Utsman  Mahir  Basya  di  Kairo sampai  menjelang  akhir  hayatnya.
7
Beliau  meninggal  pada  tahun  9  juli  1952 M1371 H. di tempat kediamannya di jalan Zulfikar Basya nomor 37 Hilwan dan
dikuburkan di pemakaman keluarganya di Hilwan, kira-kira 25 km sebelah selatan kota Kairo.
8
B. Sejarah Penulisan Tafsîr al-Marâghî
Tafsîr al-Marâghî ditulis selama kurang lebih 1 tahun, sejak tahun 1940- 1950  M.  Menurut  sebuah  sumber,  ketika  al-Marâghî  menulis  tafsirnya,  ia  hanya
beristirahat  selama  empat  jam  sehari.  Dalam  20  jam  yang  tersisa,  ia menggunakannya untuk mengajar dan menulis.
Ketika malam telah bergeser pada paruh terakhir kira-kira pukul 3.00, al- Marâghî memulai aktivitasnya shalat tahajud dan hajat. Dipanjatkannya doa untuk
memohon petunjuk dari Allah. Usai menjalankannya, ia kemudian menulis tafsir, ayat  demi ayat.  Pekerjaan itu diistirahatkan ketika berangkat  kerja. Pulang kerja,
ia  tidak  langsung  melepas  lelah  sebagaimana  orang  lain.  Aktivitas  tulis menulisnya  yang  sempat  terhenti,  dilanjutkan.  Kadang-kadang,  sampai  jauh
malam.
7
Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Nur Sebuah Studi Perbandingan,  h. 115.
8
Adil  Nuwayhid, Mu’jam  al-Mufassîrîn  Sadr  al-Islâm  hatta  al-Asr  al-Hadîr,  Beirut:
Muassasah al-Nuwayhid al-Saqafiyah, 1409H1988M, Cet. Ke-2, jilid. 1, h. 80.
Dalam  muqaddimah  tafsîrnya,  al-Marâghî  menuturkan  alasan  menulis kitab  tafsîr.  Ia  merasa  ikut  bertanggung  jawab  untuk  mencari  solusi  terhadap
berbagai masalah yang mewabah di masyarakat berdasarkan al- Qur’an. Di tangan
al-Marâghî,  al- Qur’an  ditafsirkan  dengan  gaya  modern  sesuai  dengan  tuntutan
masyarakat.  Pilihan  bahasa  yang  disuguhkan  kepada  pembaca  pun  ringan  dan mengalir  lancar.  Pada  beberapa  bagian,  penjelasannya  cukup  global.  Tetapi
dibagian  lain,  uraiannya  begitu  mendetail.  Tergantung  kondisi.  Ada  dua  sumber utama yang menjadi pijakannya dalam menulis kitab tafsir al-
Qur’an: riwayat dan penalaran logis. Ia berusaha meyeimbangkan keduannya.
9
C. Karya Tulis Ahmad Mustafâ al-Marâghî
Sebagaimana  yang  telah  dijelaskan  di  atas,  Ahmad  Mustafâ  al-Marâghî, selain  aktif  mengajar,  juga  giat  menulis  dan  mengarang.  Karya  tulisnya  yang
terbesar adalah Tafsîr al-Marâghî yang terdiri atas 30 juz. Di samping itu banyak karya-karya yang dihasilkan diantaranya:
1. Ulȗm al-Balâghah.
2. Hidâyah al-Thâlib.
3. Tahbîz al-Tandîh.
4. Buhuts wa Ara.
5. Târikh ‘Ulum al-Balâghah wa Ta’rif bi Rijaliha.
6. Mursyîd at-Tullab.
7. al-Muzasif al-Adab al-Arabî.
8. al-Muzasif ‘Ulum wa al-Usȗl.
9
Saiful  Amin  Ghofur,  Profil  Para  Mufasir  Al- Qur’an,Yogyakarta  :  Pustaka  Insan
Madani, 2008, h. 153
9. ad-Diyânat wa al-Akhlâk.
10. al-Hisab fi al-Islâm.
11. ar-Rifq bi-Hayawan fi al-Islâm.
12. Syarh Tsalatsin Hadisan.
13. Tafsîr Juz Innamâ al-Sabîl.
14. Risâlah fi Zaujat an-Nabi.
15. Risâlat ishat Ru’yah al-Hilâl fi Ramadân.
16. al-Khutbah wa al-Khutâba fi Daulat al-Umawiyah wa al-‘Abbasiyah.
17. al-Mutâla’ah al-‘Arâbiyyah li al-Madârîs as-Sudaniyyah.
10
D.  Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî.