Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî terhadap Ayat-Ayat Laknat tafsir ijmali

  18 al-Ta ȗbah [9]: 68       Allah melanati mereka, dan bagi mereka ‘adzâb yang kekal. Jika lafadz laknat di atas dilihat dari segi sebab nuzul suratnya, maka di sini lafadz laknat dilihat dari urutan dalam kitab Majma’ al-Mufahras al-fâdz al- Qur’an al-Karîm sebagai berikut: QS. Al-Baqarah [2]: 88, 89, 159, 161; Ali- ‘Imrân [3]: 61, 87; al-Nisâ[4]: 46, 47, 52, 93, 118; al-Mâidah[5]: 13, 60, 78, 64, ; al- A’râf [7]: 38, 44; al-Taȗbah [9]: 68; Hȗd [11]: 18, 60, 99; ar-Ra’d [13]: 25; Al- hijr [15]: 35; al-Isrâ ’ [17]: 60; an-Nȗr [24]: 23; al-Qashash [28]: 42; al-Ankabȗt [29]: 25; al-Ahzâb [33]: 64, 57, 68, 61; Shâd [38]: 78; al- Mu’min [40]: 52; Muhammad [47]: 23; al-Fath [48]: 6. 2

B. Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî terhadap Ayat-Ayat Laknat tafsir ijmali

Penafsiran Ahmad Mustafâ al-Marâghî terhadap orang yang mendapatkan laknat dalam al- Qur’an : 2 Muh. Fuad Abdul Baqi , Majma’ al-Mufahros al-Alfazh al-Qur’an al-Karim, Libanon:: Maktabah Islâmiyyah 1984, h. 649-650.

1. Orang-Orang Yang Berdusta

Di dalam ayat-ayat ini Allah menjelaskan laknat bagi pelaku dusta diantaranya terdapat dalam Q.S. Ali imran3: 61, Q.S. al-Baqarah2: 159, Q.S. an- N ȗ r24: 7, 23.                       “ Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilanati Allah dan dilanati pula oleh semua mahluk yang dapat melanati,” Q.S. al-Baqarah2: 159 Penefsirsan kata-kata sulit ا تكلا – Al-Kitmân : menyembunyikan. Pengertiannya ialah menyembunyikan atau menutup-nutupi sesuatu. Terkadang mempunyai pengertian menghapus atau mengganti yang lain. Dalam hal ini, kaum yahudi melakukan dua hal tersebut terhadap kitab mereka, Taurat. Mereka telah menyembunyikan hukum rajam bagi pelaku zina, dan mengingkari berita gembira yang tersebut di dalam Taurat berkenaan akan datangnya Nabi Muhammad SAW. تنيبلا – al-Bayyinât : adalah dalil-dalil yang jelas dan menunjukkan tentang kenabian Muhammad saw, masalah hukum rajam bagi pelaku zina dan masalah pemindahan kiblat. دهلا – al-Hudâ : bimbingan dan tuntunan terdapat dalam taurat. بتكلا – al-Kitâb : maksudnya adalah seluruh kitab Allah yang diturunkan dilangit. ةنعلا – al- La’nah : laknat, artinya dijauhkan atau diusir. Laknat Allah berarti dijauhkan dari rahmat Allah. Padahal rahmat inilah yang melindungi kaum muslimin di dunia dan di akhirat. ونعاا – al-Lâ’inȗ n : orang yang melaknat. Mereka adalah para malaikat dan manusia. Yang dimaksud dengan laknat mereka adalah doa’ mereka agar seseorang dijauhi dari rahmat Allah. Tafsiran Ayat: Sesungguhnya kaum ahli kitab yang menyembunyikan agama islam dan kenabian Muhammad saw. – padahal mereka mengetahui dari kitab Taurat dan Injil – maka mereka itu termasuk orang yang pantas dijauhkan dari rahmat Allah. Mereka juga pantas mendapat laknat dari para malaikat dan umat manusisa karena perbuatan mereka, yakni menyembunyikan kebenaran. Pengertian ayat ini mencakup orang yang menyembunyikan ilmu yang seharusnya disampaikan kepada orang lain, dan seluruh umat yang terkena laknat Allah adalah akibat dari tidak adanya upaya amar ma’ruf nahi mungkar. Karenanya, didalam suatu umat sudah seharusnya terdapat orang yang dapat melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. 3 Asbabun nuzul: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Mu’adz bin Jabal, Sa’d bin Mu’adz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada segolongan Padri Yahudi tentang beberapa hal yang terdapat di dalam Taurat. Para Padri menyembunyikan hal tersebut dan nggan untuk memberitahukannya. Maka Allah 3 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 54 menurunkan ayat tersebut diatas yang membeberkan keadaan mereka Padri- padri. 4 Munasabah ayat : dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang Yahudi mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti mengenal anak-anak mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-sifatnya dengan jelas dan bahwa beliau akan diutus sebagai Rasul, tetapi mereka tetap mengingkarinya dan selalu menyembunyikan apa yang mereka ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan lagi sifat-sifat Ahli Kitab tersebut, dan bahwa mereka mendapat laknat dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. 5                           “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu yang meyakinkan kamu, Maka Katakanlah kepadanya: Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu; kemudian Marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya lanat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta .” 6 Q.S. Ali imrân3: 61 Menurut al-marâghî :Yang dapat dipahami dari ayat di atas ialah, Nabi saw, memerintahkan agar mendoakan orang-orang yang berhujjah dan membantah masalah isa, yang terdiri dari kalangan Ahli Kitab, agar berkumpul, lelaki, wanita, dan anak-anaknya. Nabi pun beserta kaum Mu’minin, laki-laki , wanita, atau anak-anak. Lalu, bersama-sama beribtihâl 4 Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. DIPONEGORO 1995 h. 50 5 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan,Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004, h. 218-219 6 Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda Pendapat mendoa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan lanat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. al-Quran dan Terjemahan, DEPAG RI, h. 342 kepada Allah SWT agar dia melaknat orang yang bohong dalam ucapannya tentang Nabi Isa as. 7 Asbabun Nuzul: Dalam riwayat dikemukakan bahwa sebelum turun ayat 31 surat 27, Rasullulah saw menulis surat kepada orang Najran seperti berikut: “Dengan nama Tuhan Ibrahim dan Ishaq dan Ya’qub, dari Muhammad Nabi Allah” sampai akhir Hadis. Dan selanjutnya dalam hadis itu dikemukakan bahwa kaum Najran mengutus Syarahbil bin Wada’ah al-Hamdani dan Abdullah bin Syarahbil al-Ashbahi dan Jabbar al-Hartsi untuk menghadap kepada Rasulullah saw dan terjadilah dialog, akan tetapi masih tertunda satu masalah, yaitu pertanyaan mereka: “Bagaimana pendapat tuan tentang Isa”. Nabi menjawab: “Belum ada isyarat padaku tentang itu, tetapi cobalah kalian bermalam sampai besok, agar aku dapat terangkan hal itu. Keesokan harinya turunlah ayat diatas S. 3: 59, 60, 61, 62 yang menegaskan siapa Isa. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalail dari Salamah bin Abi Yas yu’ dari bapaknya, yang bersumber dari datuknya. 8 Munasabah ayat: dalam ayat-ayat lalu diterangkan bahwa Nabi Isa yakin akan keingkaran Bani Israil kepada agama yang dibawanya, serta yakin pula akan pernyataan dari sahabat-sahabat setianya Hawariy ȗ n bahwa mereka sanggup untuk menjadi pembantu-pembantunya; beliau juga yakin terhadap sikap orang- orang kafir yang selalu membuat tipu daya untuk menghalang-halangi tersiarnya agama Allah. Kemudian dalam ayat-ayat ini diterangkan tentang sanggahan terhadap tipu daya mereka, yaitu bahwa Allah akan melahirkan Isa dari tipu daya 7 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 154-156 8 Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. DIPONEGORO 1995 h. 96 mereka dengan mengangkatnya kepada-Nya, guna menyelamatkan dirinya dari siksaan dan hinaan orang-orang kafir. 9           “Dan sumpah yang kelima: bahwa lanat Allah atasnya, jika Dia Termasuk orang- orang yang berdusta.” Q.S. an-Nȗ r24: 7 Penafsiran kata-kata sulit La’natu ‘l-Lah : pengusiran dari rahmat Allah. “Menurut al-marâghî tentang ayat ini: para suami yang menuduh istrinya berbuat zina tanpa mempunyai para saksi yang menguatkan kebenarantuduhannya itu, maka masing-masing suami itu wajib bersumpah empat kali bahwa dia telah berkata benar dalam tuduhannya itu, dan pada sumpah yang kelima dia mengatakan bahwa laknat Allah ditimpakan kepadanya jika dia termasuk orang-orang yang berkata dusta dalam tuduhannya itu. ” 10               “Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah 11 lagi beriman berbuat zina, mereka kena lanat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka ‘adzâb yang besar”.Q.S. an-Nȗ r 24: 23 Tasiran kata-kata sulit: Al-Muhsanât : para wanita yang memelihara kesuciannya. Al-Gâfilât : para wanita yang lengah dari perbuatan keji, yakni hati mereka suci dan tidak berfikir untuk melakukan perbuatan itu. Lu’inȗ : mereka di akhirat diusir dari rahmat Allah dan di dunia diazab dengan had. 9 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan,Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004, jilid 1, h. 484 10 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 6 h. 73 11 Yang dimaksud dengan wanita-wanita yang lengah ialah wanita-wanita yang tidak pernah sekali juga teringat oleh mereka akan melakukan perbuatan yang keji itu. “Menurut Al-Marâghî : Orang-orang yang menuduh berbuat keji terhadap para wanita yang memelihara kesuciannya dan beriman kepada Allah serta Rasul-Nya, tetapi lengah terhadap perbuatan keji itu, sesungguhnya akan dijauhkan dari rahmat Allah di dunia dan di akhirat. Mereka mendapat azab besar di akhirat, sebagai balasan atas kejahatan yang telah mereka lakukan, karena mereka adalah sumber perkataan buruk tentang wanita-wanita mu’minat dan penyebaran kekejian di tengah-tengah kaum mu’minin, serta contoh teladan yang buruk bagi orang-orang yang berbicara tentang kekejian itu, maka mereka berhak menerima dosa penyebaran kekejian itu dan dosa orang yang membicarakannya. 12 Asbabun Nuzul : Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat diatas turun khusus berkenaan dengan istri-istri Nabi. Diriwayatkan oleh at-Thabrani yang bersumber dari adl-Dhahhak bin Muzahim. 13 Pada ayat di atas dapat dipahami bahwa Nabi saw, memerintahkan agar mendoakan orang-orang yang berhujjah dan membantah masalah isa, yang terdiri dari kalangan Ahli Kitab, agar berkumpul, lelaki, wanita, dan anak-anaknya. Nabi pun beserta kaum Mukminin, laki-laki , wanita, atau anak-anak. Lalu, bersama- sama beribtihâl kepada Allah SWT agar dia melaknat orang yang bohong dalam ucapannya tentang Nabi Isa as. 14 Sedangkan ayat sesudahnya menerangkan tentang kaum Ahli Kitab yang menyembunyikan agama islam dan kenabian Muhammad saw. – padahal mereka mengetahui dari kitab Taurat dan Injil – maka mereka itu termasuk orang yang pantas dijauhkan dari rahmat Allah. Mereka juga pantas mendapat laknat dari para malaikat dan umat manusisa karena perbuatan mereka, yakni menyembunyikan kebenaran. Setelah Allah melaknat Para Ahli Kitab yang menyembunyikan kebenaran, 15 Allah menjelaskan para suami yang 12 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 6 h. 152 13 Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. DIPONEGORO 1995 h. 379 14 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 154-156 15 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 54 menuduh istrinya berbuat zina tanpa mempunyai para saksi yang menguatkan kebenaran tuduhannya itu, maka masing-masing suami itu wajib bersumpah empat kali bahwa dia telah berkata benar dalam tuduhannya itu, dan pada sumpah yang kelima dia mengatakan bahwa laknat Allah ditimpakan kepadanya jika dia termasuk orang-orang yang berkata dusta dalam tuduhannya itu. 16 Dan kemudian dilanjutkan dengan ancaman atau hukuman orang yang menuduh orang-orang baik sebagai orang sering perbuatan yang keji dan penyebaran kekejian di tengah- tengah kaum mu’minin, serta contoh teladan yang buruk bagi orang-orang yang berbicara tentang kekejian itu, maka mereka berhak menerima dosa penyebaran kekejian itu dan dosa orang yang membicarakannya. 17

2. Laknat Terhadap Orang Yang Zalim

Ada beberapa ayat al- Qur’an yang mengecam orang-orang zalim dengan laknat Allah. Diantaranya ialah terdapat pada Q.S. al- A’râf 7: 44, Q.S. Hȗ d11: 18, Q.S. al- Mu’min40: 52,                                “Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka dengan mengatakan: Sesungguhnya Kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan Kami menjanjikannya kepada kami. Maka Apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa ‘adzâb yang Tuhan kamu menjanjikannya kepadamu? mereka penduduk neraka menjawab: Betul. kemudian seorang penyeru malaikat mengumumkan di antara kedua golongan 16 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 6 h. 73 17 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 6 h. 152 itu: Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim, ” Q.S. al-A’râf 7: 44 “Menurut Al-Marâghî: Sesungguhnya, penghuni surga ketika mereka telah tinggal di dalamnya, dan penghuni neraka ketika telah tinggal di dalamnya, maka apabila para penghuni surga itu menghadapkan penglihatan mereka kepada penghuni neraka, maka bertanyalah penghuni surga kepada penghuni neraka dengan pertanyaan yang mengungkapkan kebanggaan atas keadaan mereka yang baik, dan dengan pertanyaan ejekkan yang mengingatkan kejahatan penghuni neraka atas diri mereka sendiri yang mendustakan para Rasul Allah, di samping pertanyaan yang menetapkan kepada mereka oleh para Rasul bagi orang yang beriman dan bertakwa, berupa surga-surga yang penuh kenikmatan. Lalu, kata mereka kepada para penghuni neraka itu: sesungguhnya kami telah mendapati kenikmatan dan kemuliaan yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami lewat para Rasul-Nya adalah benar-benar menjadi kenyataan, tanpa diragukan lagi. Dan inilah kami tengah menikmati apa yang tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar telinga, dan tak pernah terlintas dalam hati seseorang pun. Maka, apakah kalian mendapati kehinaan dan siksaanyang pernah diancamkan kepadamu oleh Tuhanmu telah menjadi kenyataan pula? Penghuni neraka berkata : Ya, kami mendapati apa yang diancamkan kepada kami oleh Tuhan kami benar-benar telah menjadi kenyataan, sebagaimana pernah disampaikan kepada kami lewat para Rasul. Dan buntut dari soal jawab dan kalahnya hujjah penghuni neraka itu adalah, bahwa seorang penyeru mengumumkan dengan katanya: Laknat Allah-lah atas orang-orang menganiaya diri sendiri, yang berbuat jahat terhadap diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang menyebabkan dirinya tidak memperoleh nikmat yang abadi. 18                           “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah?. mereka itu akan dihadapkan kepada Tuhan mereka, dan Para saksi akan berkata: Orang-orang Inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka. Ingatlah, kutukan Allah ditimpakan atas orang- orang yang zalim”. Q.S. H ȗ d11: 18 Tafsiran kata-kata sulit: Al-Asyhâd : Jamak dari Syahid saksi 18 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 5 h. 213-214 Al- La’natu : Terusir dari Rahmat. “Menurut Al-Marâghî: Tidak ada seorang pun yang lebih aniaya terhadap dirinya dan orang lain, dibanding orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah mengenai firman-firman Allah atau pekerjaan- pekerjaan-Nya, hukum-hukum-Nya, sifat-sifat-Nya atau dalam hal menganggap adanya pemberi syafa’at para wali tanpa izin-Nya atau dalam menyangka bahwa Allah itu mempunyai anak dari kalangan para Malaikat-malaikat iru anak-anak perempuan Allah. Juga orang-orang Nasrani yang juga mengatakan bahwa al-Masih itu anak Allah, atau dalam mendustakan ajaran yang dibawah oleh para Rasul, supaya orang-orang berpaling dari jalan Allah. Dan pada hari kiamat, perbuatan dan perkataan mereka diajukan di hadapan Tuhan supaya mereka diperhitungkan. Di sanalah para saksi yang member kesaksian atas mereka. Yaitu, para malaikat, para Nabi, dan orang- orang mu’min yang saleh. Mereka berkata, “orang-orang itulah yang dulu mendustakan Tuhan mereka dengan mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Dengan kesaksian seperti inilah orang-orang zalim ini dipermalukan dengan kepastian yang dibarengi dengan kutukan yang menunjukkan bahwa mereka terusir dari lingkaran rahmat. 19             “yaitu hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah lanat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk”.Q.S. al-Mu’min40: 52 “Menurut Al-Marâghî: Yaitu hari ketika alasan yang disampaikan oleh orang-orang musyrik itu tidak berguna bagi mereka. Karena mereka menyampaikan alasan yang tak lain berupa kebatilan pula, sebagaimana Alla SWT menceritakan tentang perkataan mereka:       Demi Allah, Tuhan Kami, Tiadalah Kami mempersekutukan Allah.Qs. al- An’am, 6:23 Dan pada hari itu mereka mendapatkan kutukan dan pengusiran dari rahmat Allah, dan mereka mendapatkan pula sesuatu yang terburuk di akhirat, yaitu azab yang pedih dan tinggaldalam neraka yang terburuk. 20 Munasabah ayat: Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa yang mengingkari ayat-ayat Allah itu hanyalah orang-orang kafir saja. Juga terdapat 19 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 3 h. 20 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992,, jilid 8 h. 82 bantahan Allah terhadap orang-orang kafir itu dengan mengemukakan bukti-bukti kebenaran ayat-ayat-Nya, untuk menghibur hati Rasulullah saw dan orang-orang beriman dalam menghadapi tantangan serta sikap permusuhan kaumnya. Pada ayat-ayat berikut ini diterangkan bahwa Allah berjanji akan menolong para rasul- Nya dan orang-orang yang beriman serta memberikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 21 Pada ayat diatas menjelaskan Sesungguhnya, orang-orang yang zalim di sini, yang dimaksud ialah orang-orang yang berpaling dari menempuh jalan Allah yang dapat menyampaikan kepada keridhaan dan pahala-Nya, serta mencegah orang lain dari menempuh jalan itu, di samping menginginkan agar jalan itu bengkok, hingga tak bisa ditempuh oleh seorang pun. Dan pada hari kiamat, perbuatan dan perkataan mereka diajukan di hadapan Tuhan supaya mereka diperhitungkan. Di sanalah para saksi yang member kesaksian atas mereka. Yaitu, para malaikat, para Nabi, dan orang- orang mu’min yang saleh. Mereka berkata, “orang-orang itulah yang dulu mendustakan Tuhan mereka dengan mengada-adakan kedustaan terhadap Allah. Dengan kesaksian seperti inilah orang-orang zalim ini dipermalukan dengan kepastian yang dibarengi dengan kutukan yang menunjukkan bahwa mereka terusir dari lingkaran rahmat. 22 Dan ketika itu permintaan maafnya tidak berguna, dan pada hari itu mereka mendapatkan kutukan dan pengusiran dari rahmat Allah, dan mereka 21 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan,Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004, jild. 8 h.554 22 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 3 h. 113-114 mendapatkan pula sesuatu yang terburuk di akhirat, yaitu ‘azâb yang pedih dan tinggal dalam neraka yang terburuk. 23

3. Orang-Orang Yang Ingkar Kafir, Musyrik

Seperti yang terdapat dalam al- Qur’an tentang laknat bagi orang-orang yang ingkar kafir, musyrik diantaranya Q.S. al-Qasas28: 42, Q.S. Hud11: 60, Q.S. al-Baqarah2: 88, 89, Q.S. Ali imran3: 87, Q.S. Ar- ra’d 13: 25 dan Q.S. al- Mâidah5: 13, 60.             “Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka Termasuk orang-orang yang dijauhkan dari rahmat Allah. Q.S. al-Qasas28: 42 Penafsiran kata-kata sulit. - La’natun : pengusiran dari rahmat.  - Minal maqbȗ hîn : orang-orang yang dihinakan “Menurut Al-Marâghî: Kami tetapkan bagi Fir’aun dan kaumnya di dunia ini harus mendapat kenistaan dan kemurkaan dari kami. Karena itu Kami tetapkan mereka menerima kebinasaan dan menjadi buah tutur yang buruk. Di samping itu Kami perikutkan kepada mereka kutukan yang lain pada hari kiamat, maka Kami timpakan kepada mereka kenistaan dan kehinaan yang terus-menerus, tidak bisa lari darinya. 24                     23 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 8 h. 82 24 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992 jilid 7 h. 82 “D an mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan begitu pula di hari kiamat. Ingatlah, Sesungguhnya kaum Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. ingatlah kebinasaanlah bagi kaum Ad yaitu kaum Huud itu. ” Q.S. Hȗ d11: 60 “Menurut Al-Marâghî : Dan mereka itu telah menerima kutukan di dunia. Artinya bahwa setiap orang yang tahu akan kelakuan mereka, siapa pun yang mengetahui jejak-jejak mereka, dan siapa pun yang mendengar Rasul-rasul sesudah mereka tentang berita mereka, maka semuanya akan mengutuk dan mereka pun akan mendapat laknat pada hari kiamat. Yaitu ketika para saksi mengutuk orang-orang zalim, seperti mereka. Qatadah mengatakan, mereka akan mendapatkan dua laknat dari Allah. Yaitu, kutukan di dunia dan di akhirat. Kemudian Allah menegaskan tentang kekafiran mereka dengan kesaksian-Nya, seraya berfirman: “Ingatlah sesungguhnya kaum „Ad telah kafir terhadap nikmat-nikmat Tuhan yang diberikan kepada mereka dengan mengingkari ayat-ayat-Nya, disamping pendustaan terhadap para Rasul-Nya dengan sikap sombong dan menentang ”. Ingatlah kebinasaan bagi kaum „Ad, yaitu kaum Hud itu. Kata- kata ini merupakan do’a atas kebinasaan dan dijauhkannya mereka dari rahmat Allah. Yakni, kata-kata yang juga merupakan pencatatan atas mereka, bahwa mereka patut dibinasakan, juga pernyataan bahwa kebinasaan itu berlaku selama-lamanya. 25             “Dan mereka berkata: Hati Kami tertutup. tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; Maka sedikit sekali mereka yang beriman. Q.S. al-Baqarah2: 88. “Menurut Al-Marâghî : “Mereka berkata: Hati Kami berada dalam tutupan yang menutupi apa yang kamu seru Kami kepadanya dan telinga Kami ada sumbatan dan antara Kami dan kamu ada dinding, Maka Bekerjalah kamu; Sesungguhnya Kami bekerja pula. Merekalah orang- orang yang mengatakan demikian, termasuk kaum Bani Israil yang hidup semasa dengan diturunkannya al- Qur’an. Jadi, Allah-lah yang sebenarnya menjauhkan mereka dari rahmat Allah karena ingkarnya mereka terhadap para nabi sebelumnya dan karena mereka tidak mengamalkan kandungan al- Kitab, bahkan mereka berani merubah untuk memuaskan nafsu belaka. Pada akhir ayat Allah SWT menuturkan sebab turunya laknat yang ditimpakan kepada mereka. Jadi, bukan karena Allah berbuat aniaya terhadap mereka. Tetapi justru merekalah yang menganiaya diri sendiri karena kekafiran dan kemaksiatan yang dilakukan secara berkepanjangan. 26 25 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 3 h. 134-135 26 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 164-166 Munasabah ayat: didalam ayat yang lalu Allah memberikan penegasan tentang akibat yang akan menimpa orang-orang Yahudi, bahwa mereka akan mendapat siksa yang berat karena mereka telah mementingkan kebahagiaan dunia dari pada kebahagiaan akhirat. Kemudian ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan kejahatan orang-orang Yahudi di luar batas perikemanusiaan. Karena meskipun mereka telah diberi petunjuk melalui beberapa rasul yang datang secara berturut- turut, namun tidak saja petunjuk-petunjuk itu mereka abaikan, bahkan di antara rasul-rasul itu ada yang didustakan dan ada pula yang dibunuh. 27                             “Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, Padahal sebelumnya mereka biasa memohon kedatangan Nabi untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka lanat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. ” Q.S. al- Baqarah2: 89 “Menurut Al-Marâghî : Artinya, mereka mendukung kaum musyrik Arab dan kaum kafir Makkah, sekalipun mereka memegang al-Kitab Taurat. Tetapi mereka juga mengatakan bahwa Kitab mereka akan menegakkan ajaran tauhid yang didatangkan oleh Musa dan menghancurkan ajaran berhala yang kalian kaum musyrik arab ikuti. Sebab kekafiran mereka terhadap Rasulullah adalah karena mereka merasa iri hati kenapa yang diangkat sebagai rasul adalah Nabi Muhammad, tetapi bukan kelompok Yahudi? Hal inilah yang meyebabkan mereka ingkar terhadap kenabian Muhammad saw. Maka Allah memberikan balasan kepada mereka, yakni terusirnya mereka dari tanah Arab, sekaligus dijauhkan dari rahmat Allah. Itulah balasan kekafiran mereka karena mengerti kebenaran tetapi mengingkarinya. 28 27 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan,Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004, h. 132 28 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 167-169 Asbabun Nuzul: Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Yahudi Khaibar dahulu memerangi kaum Ghathafan Bangsa Arab. Tiap kali bertempur, kaum Yahudi kalah. Kemudian kaum Yahudi meminta pertolongan dengan do’a ini: “Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan hak Muhammad, Nabi yang Ummi, yang telah engkau janjikan kepada kami, akan Engkau utus Dia diakhir zaman. Tidaklah Engkau akan menolong kami untuk mengalahkan mereka?” Apabila bertempur, mereka tetap berdo’a dengan do’a ini, sehingga kalahlah kaum Ghathafan. Tetapi ketika Rasulullah diutus, mereka kufur terhadap Nabi saw. Maka Allah menurunkan ayat ini S. 2: 89 sebagai laknat kepada orang- orangyang memohon pertolongan Allah, yang setelah dikabulkan mengingkarinya. Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak dan al- Baihaqi dalam kitab ad- Dala’il dengan sanad yang lemah yang bersumber dari Ibnu Abbas. 29           “Mereka itu, balasannya Ialah: bahwasanya lanat Allah ditimpakan kepada mereka, demikian pula lanat Para Malaikat dan manusia seluruhnya, ” Q.S. Ali imrân3: 87 “Menurut Al-Marâghî : Mereka benar-benar pantas mendapatkan murka Allah, selain murka para Malaikat dan umat manusia. Sebab, tatkala mereka mengetahui ulah orang-orang tersebut, mereka pasti melaknatnya. Sebab, perbuatan mereka sudah sepantasnya mendapatkan kutukan. Mereka telah mengetahui bukti tetapi mengingkarinya, sebagaimana firman Allah swt 30 : 29 Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. DIPONEGORO 1995 h. 28 30 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 205-206                              „Dan berkata Ibrahim: Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebahagian kamu mengingkari sebahagian yang lain dan sebahagian kamu melanati sebahagian yang lain; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali- kali tak ada bagimu Para penolongpun. ” 31 Azbabun Nuzul: dalam suatu riwayat lain dikemukakan bahwa seorang laki-laki dari kaum Ansar murtad setelah masuk islam. Ia menyesal atas kemurtadannya. Ia meminta meminta kepada kaumnya agar mengutus seseorang menghadap Rasulullah saw untuk menanyakan apakaah diterima taubatnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas Q.S. 3 Ali Imran: 87, dan disampaikan oleh utusan itu kepadanya, sehingga ia pun kembali memeluk islam. Diriwayatkan oleh Musaddad di dalam musnad- nya dan „Abdurrazzaq, yang bersumber dari mujahid. 32 Munasabah Ayat: Ayat yang lalu telah membantah orang Yahudi yang tidak mengakui kedatangan seorang Nabi dari bangsa arab karenanya kesombongan dan kedengkian mereka. Maka pada ayat ini Allah menetapkan kenabian Muhammad dengan mengemukakan alasan-alasan. 33                          31 Al-Quran dan Terjemahannya, DEPAG RI.,1997 Q.S. al-Ankabut, 29:25 32 Qamaruddin Shaleh, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. DIPONEGORO 1995 h. 105 33 Departemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya edisi yang disempurnakan,Jakarta: Depeartemen Agama RI, 2004, h. 513 “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk Jahannam.” Q.S. Ar-ra’d 13: 25 “Menurut Al-Marâghî: Allah mensifati orang-orang durhaka dengan sifat-sifat yang merupakan sebab kerugian mereka: Orang-orang yang merusak janji Allah yang diwajibkan atas para hamba-Nya dengan menegakkan dalil-dalil ‘aqli, seperti janji mentauhidkan-Nya, mengakui kekuasaan dan kehendak-Nya, beriman kepada para nabi dan wahyu, dan sebagainya. Perusak janji tersebut seperti dengan tidak memperhatikannya, sehingga tidak memungkinkan mereka mengerjakan tuntunannya. Atau dengan memperhatikannya dan mengetahui kebenarannya, kemudian mereka menentangnya dan tidak mengerjakan apa yang mereka ketahui dan yakini kebenarannya. Min ba’di misâqihî berarti setelah mereka mengakuinya dan mengikrarkan kebenarannya. Orang-orang memutuskan hal-hal yang diperintahkan Allah supaya menghubungkannya, seperti beriman kepada Allah dan kepada para Nabi yang membawa kebenaran, maka mereka beriman kepada sebagian Rasul dan kafir kepada sebagian yang lain; serta memutuskan hubungan silaturrahim, sehingga mereka memerangi kaum mu’minin dan menolong kaum kafir, serta mencegah pemberian bantuan yang melahirkan rasa saling mencintai di antara kaum mu’minin.Dan orang-orang yang mengadakan kerusakan di bumi dengan cara berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri dan terhadap orang lain dengan merampas harta mereka secara tidak benar, mengobarkan fitnah di antara kaum muslimin, memaklumkan perang dan memperhatikan permusuhan terhadap mereka. Kemudian, Allah menetapkan hukum bagi mereka yang berhak diterima, karena mereka melakukan perbuatan yang mengotori diri sendiri: Orang-orang yang memiliki sifat-sifat buruk dan hina itu tidak akan memperoleh rahmat dan keridhaan Allah, bahkan akan dijauhkan dari kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan mereka akan memperoleh akibat yang buruk, yaitu azab Jahannam, sebagai balasan yang setimpal bagi amal buruk, kejahatan, dan dosa yang telah mereka lakukan di dunia. 34                                       34 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 4 h. 113-114 “Tetapi karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan Allah dari tempat-tempatnya, dan mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu Muhammad Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka yang tidak berkhianat, Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. ” Q.S. al-Mâidah5: 13 Penafsiran kata-kata sulit: La’annahum : Kami kutuk mereka. Maksudnya, Kami usir dan jauhkan mereka dari rahmat Kami. Qâsiyah: kering, keras dan nggan menerima kebenaran. At-Tahrîf : merubah sesuatu dari tempatnya ke salahsatu sisi. Al- Khâ’inah : Khianat. Menurut Al-Marâghî : Maka, dikarnakan mereka melanggar janji yang telah mereka ikrarkan, yang di antaranya ialah beriman dengan Rasullulah yang diutus kepada mereka, menolong dan menghormati mereka, maka kemudian Bani Israil mendapat kurukan dan murka Kami, dan dijauhkan dari belas kasih Kami. Karenanya, dengan pelanggaran janji itu, rusaklah fitrah mereka. Jiwa mereka menjadi kotor, hati mereka menjadi keras membatu. Sampai, mereka membunuh para nabi-nabi mereka tanpa alasan yang hak, dan menuduh yang tidak-tidak terhadap Maryam, di samping menghina putranya yang diutus kepada mereka. Dengan semua perbuatan itu, maka mereka dijauhkan dari rahmat Allah. Merubah firman Allah dari tempatnya bisa terjadi, terkadang merubah lafal-lafal, yang semestinya di depan dibelakang, atau sebaliknya, menambah dan mengurangi. Terkadang, dengan merubah makna-makna, yakni mengartikan lafal-lafal secara tidak benar, yang masing-masing dari perubahan-perubahn tersebut benar-benar dialami oleh kitab Taurat maupun kitab-kitab Bani Israil lainnya. Bahwa kaum Yahudi telah kehilangan kitab mereka, yaitu ketika bangsa Babilonia membakar kuil dan merobohkan kota mereka, kemudian menangkap hidup-hidup orang yang masih tinggal. Dan ketika mereka mendapatkan kemerdekaan kembali, maka mereka himpun kembali apa yang masih sepat mereka hafal, dengar dan amalkan dari Taurat. Maksud ayat, sesungguhnya engkau hai Nabi Muhammad, akan senantiasa melihat penghianatan demi penghianatan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu. Oleh sebab itu, jangan sekali-kali kamu menyangka aman dari tipu daya mereka, sekalipun kamu telah member jaminan atas keamanan jiwa mereka. Karena, mereka memang kaum yang tidak setia dan tidak bisa dipercaya. Kalau janji dan sumpah dari Allah saja sudah berani mereka langgar, mana mungkin diharap kesetiaan mereka? Dan mana mungkin diaharap amanatnya? Kecuali sedikit saja di antara mereka yang tidak berkhianat, seperti Abdullah bin Salam dan kawan-kawan yang masuk islam dan membenarkan Allah dan rasul-Nya. kepada kelompok ini jangan sekali-kali kamu berburuk sangka, dan tak perlu khawatir mereka melakukan penghianatan dan penipuan. Maka, maafkanlah mereka yang hanya sedikit itu atas keteledorannya, dan ampunilah kekeliruannya, perlakukanlah mereka kebaikan yang diridhoi Allah. Karena, kamulah orang yang patut melakukan apa yang disukai dan diridhoi Allah. 35                               “Katakanlah: Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang-orang fasik itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan orang yang menyembah thaghut?. mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. ” Q.S. al-Mâidah5: 60 Menurut al-Marâghî : Dipakainya kata al-Mas ȗ bah untuk arti balasan yang baik, adalah lebih banyak dari pada untuk arti balasan yang buruk. Maksud ayat, apakah akan aku beritakan kepadamu, hai orang yang memperolok-olokkan agama kami dan serua azan kami, tentang sesuatu yang lebih buruk balasan dan ganjaran di sisi Allah daripada perbuatanmu ini? Pernyataan seperti ini mengundang pertanyaan pula dari mereka tentang apa yang dikatakan lebih buruk. Maka, Allah Ta’ala menjawab pertanyaan mereka dengan firman-Nya:            “orang yang dikutuki Allah…….”, maksudnya ialah “balasan orang yang dikutuki Allah….” Adapun maksud dari ayat di atas ialah, bahwa yang lebih buruk balasannya dan ganjarannya daripada perbuatannya itu adalah balasan orang yang dikutuk dan dimurkai Allah, yang di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi, juga balasan orang yang menyembah tagut.        Sesungguhnya, orang-orang yang bersifat huna dan keji seperti tersebut di atas, itulah orang-orang terburuk tempatnya. Karenanya, tempat mereka di akhirat tak lain adalah neraka, dan mereka itulah orang-orang yang paling 35 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 2 h. 124-125 sesat dari jalan yang lurus dan pertengahan, yaitu jalan yang tidak terlalu berlebih-lebihan dan tidak terlalu melengahkan. 36 Pada ayat di atas menerangkan tentang orang yang mengetahui kejelekannya maka mereka pun ikut mengutuknya, 37 seperti tentang kaum „Ad , Bani Israil dan Fir’aun serta kaumnya yang kafir terhadap nikmat-nikmat Allah dan mengingkari ayat-ayat-Nya serta mereka berbuat sombong terhadapnya sehingga dampak perbuatan mereka itu membuat mereka melakukan perbuatan maksiat secara berkepanjangan dan Allah menutup hati mereka karena mereka sendiri yang menganiaya diri mereka sendiri dan keingkaran di dunia sehingga Allah melaknat mereka dan mendapat kenistaan dan murka-Nya dan tidak bisa lari darinya sampai hari kiamat nanti. 38

4. Laknat Bagi Orang-Orang Munafik

Di antara ayat yang dijelaskan oleh Allah tentang laknat bagi orang munafik ialah yang terdapat dalam surat al-Fath [48]: 6: Q.S. al-Ta ȗ bah9: 68.                          “Dan supaya Dia meng’adzâb orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. mereka akan mendapat giliran kebinasaan yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. dan neraka Jahannam Itulah sejahat-jahat tempat kembali.” al-Fath [48]: 6 36 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 2 h. 153-154 37 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 1 h. 205-206 38 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 3 h. 134-135 Menurut al-Marâghî : Dan supaya Allah mengazab orang-orang munafik dan orang-orang musyrik, baik lelaki maupun perempuan yang berprasangka buruk kepada Allah di dunia, dengan menurunkan kesedihan dan kesusahan kepada mereka dikarenakan lebih unggulnya orang-orang islam, dan karena kemenangan islam dan kalahnya orang-orang yang melawannya, sebagaimana mereka saksikan, di samping karena Nabi saw dapat menguasai mereka dengan kemampuannya untuk membunuh, melawan dan memperbudak mereka dan supaya Allah mengazab mereka di dunia dan azab Jahannam di akhirat. Kesimpulannya, bahwa kedua golongan munafik dan musyrik itu menuduh bahwa Allah takkan menolong rasul-Nya maupun orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir. Namun Allah SWT mengutuk orang-orang munafik dan musyrik, bahwa mereka akan ditimpa kerusakan-kerusakan dan bencana-bencana yang mereka sangka akan menimpa orang-orang mukmin. Firman-Nya:    Justru merekalah yang akan diliputi oleh bencana-bencana dan mereka akan ditimpa kerusakan-kerusakan yang mereka tunggu-tunggu agar menimpa orang-orang mukmin, berupa pembunuhan, penangkapan maupun penawanan. Selanjutnya Allah menerangkan tentang murka dan laknat-Nya yang mereka terima.           Dan mereka mendapat murka dari Allah, dan Allah menjauhkan Mereka sejauh-jauhnya dari rahmat-Nya, dan Dia menyediakan bagi mereka neraka Jahannam yang bakal mereka masuki pada hari kiamat, dan jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat singgah yang akan disinggahi oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik laki-laki maupun perempuan. 39                     “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melanati mereka, dan bagi mereka ‘adzâb yang kekal”. Q.S. al-Taȗ bah9: 68 39 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 9 h. 167-168 Menurut al-Marâghî : Allah menjanjikan bagi mereka semua neraka jahannam yang akan mereka masuki, mereka kekal berada di dalamnya. Allah mendahulukan orang-orang munafik atas orang-orang kafir dalam ancaman ini, untuk menunjukkan bahwa meski orang-orang munafik itu memperlihatkan keimanan dan mengerjakan perbuatan-perbuatan islam, namun mereka lebih buruk dari pada orang-orang kafir, terutama orang- orang di antara mereka yang memeluk agama yang telah disimpangkan atau telah dihapuskan, seperti Ahli Kitab.          Sesungguhnya di dalam neraka Jahannam terdapat balasan atas amal mereka yang cukup sebagai siksaan bagi mereka di akhirat. Di samping itu, Allah mengutuk mereka di dunia dan di akhiratdengan tidak memberi mereka rahmat yang hanya berhak dimiliki oleh kaum Mu’minin yang benar. Mereka juga akan mendapatkan azab yang kekal selain azab neraka Jahannam, seperti angin panas yang membakar muka mereka, air mendidih yang menghancurkan isi perut mereka, serta makanan berupa pohon berduri yang tidak akan mengemukkan, tidak mengenyangkan, di samping mereka tidak akan dapat bertemu dengan Allah dan tidak akan mendapatkan kemurahan-Nya, serta ditutupi sehingga tidak dapat melihat- Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Mutaffifin 83: 15-26.             “Sekali-kali tidak, Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari rahmat Tuhan mereka. Kemudian, Sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. ” 40 Dan pada ayat selanjutnya Allah meng ’adzâb orang-orang munafik dan orang-orang musyrik, baik lelaki maupun perempuan yang berprasangka buruk kepada Allah di dunia, dengan mengingkari janji Allah dan menurunkan kesedihan dan kesusahan kepada mereka dikarenakan lebih unggulnya orang- orang islam. Kesimpulannya, bahwa kedua golongan munafik dan musyrik itu menuduh bahwa Allah takkan menolong rasul-Nya maupun orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir. Dan mereka mendapat murka dari Allah, dan Allah menjauhkan Mereka sejauh-jauhnya dari rahmat-Nya, dan Dia menyediakan bagi mereka neraka 40 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 2 h. 287-288 Jahannam yang bakal mereka masuki pada hari kiamat, dan jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat singgah yang akan disinggahi oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik laki-laki maupun perempuan. 41 Allah mendahulukan orang-orang munafik atas orang-orang kafir dalam ancaman ini, untuk menunjukkan bahwa meski orang-orang munafik itu memperlihatkan keimanan dan mengerjakan perbuatan-perbuatan islam, namun mereka lebih buruk dari pada orang-orang kafir, terutama orang-orang di antara mereka yang memeluk agama yang telah disimpangkan atau telah dihapuskan, seperti Ahli Kitab. 42          Sesungguhnya di dalam neraka Jahannam terdapat balasan atas amal mereka yang cukup sebagai siksaan bagi mereka di akhirat. Di samping itu, Allah mengutuk mereka di dunia dan di akhiratdengan tidak memberi mereka rahmat yang hanya berhak dimiliki oleh kaum Mu’minin yang benar. Mereka juga akan mendapatkan ‘adzâb yang kekal selain ‘adzâb neraka Jahannam, seperti angin panas yang membakar muka mereka, air mendidih yang menghancurkan isi perut mereka, serta makanan berupa pohon berduri yang tidak akan mengemukkan, tidak mengenyangkan, di samping mereka tidak akan dapat bertemu dengan Allah dan tidak akan mendapatkan kemurahan-Nya. 41 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 9 h. 167-168 42 Ahmad Mustafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, Kairo: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992, jilid 2 h. 124-125

C. Analisa Terhadap Penafsiran Mustafa Al-Marâghi Tentang Laknat.