Manifestasi klinis Diagnosis TINJAUAN PUSTAKA

yang sama pada peristiwa selanjutnya serta menekan bagian otak yang berperan dalam ingatan jangka pendek. penekanan ingatan jangka pendek ini dinilai para ahli sebagai faktor utama yang menyebabkan orang tidak lagi dapat dengan mudah berpikir secara rasional ketika mereka dilanda stres. Proses ini juga memicu terjadinya penyakit psychosomatik dengan gejala dispepsia seperti mual dan muntah, diare, pusing, sakit otot juga sendi. 30

2.3. Manifestasi klinis

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhangejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe : 1. Dispesia dengan keluhan seperti ulkus ulcus-like dyspepsia, dengan gejala: a. Nyeri epigastrium terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodik 2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas dysmotility-like dyspesia dengan gejala: a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan c. Mual Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010. d. Muntah e. Bengkak abdomen bagian atas Upper abdominal bloating f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan 3. Dispepsia MixedGabungan, yang gejalanya gabungan antara nyeri di ulu hati dan rasa mual, kembung dan muntah, tapi tidak ada yang spesifik atau dominan. 19 Dispepsia dapat bersifat akut dan kronis, pembagiannya berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Bila lama sakit terjadi selama tiga bulan atau kurang disebut akut. Lebih dari tiga bulan disebut kronis. 19 2.4. Epidemiologi Dispepsia 2.4.1. Distribusi Frekuensi a. Berdasarkan Orang 1. Umur Dispepsia bisa terjadi pada semua golongan usia, terutama usia diatas 20 tahun. 30 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eddy Bagus di Unit Gastroenterologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2001, dari 39 sampel yang diperiksa 79,4 umur penderita dispepsia berada pada usia 30 sampai 50 tahun. 31 2. Jenis Kelamin Kasus dispepsia lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria, dengan perbandingan sekitar 2 : 1. 29 Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010. 3. Etnis Di Amerika, prevalensi dispepsia meningkat dengan bertambahnya usia, lebih tinggi pada kelompok kulit hitam dan Hispanik, dibanding kelompok kulit putih. Dikalangan Aborigin frekuensi infeksi Helicobacter pylori lebih rendah dibandingkan kelompok kulit putih, walaupun kondisi higiene dan sanitasi jelek. 32 b. Berdasarkan Tempat Penyebaran dispepsia pada umumnya pada lingkungan yang padat penduduknya, sosio ekonomi yang rendah, dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. Di negara berkembang diperkirakan 10 anak berusia 2-8 tahun terinfeksi setiap tahunnya sedangkan di negara maju kurang dari 1. 33 c. Berdasarkan Waktu Penyakit dispepsia paling sering ditemukan pada bulan puasa, bagi yang menjalankan puasa. Berpuasa berarti sistem pencernaan tidak menerima makanan dan minuman kurang-lebih 14 jam. Penelitian di Paris pada tahun 1994 terhadap 13 sukarelawan yang berpuasa memperlihatkan, setelah 6-8 jam perut kosong, terjadi peningkatan pepsin dan asam lambung yang dapat menimbulkan gejala dispepsia. Umumnya penderita dispepsia fungsional pada minggu pertama akan merasa perih pada lambung. Kondisi ini akan normal pada minggu kedua. 28 Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.

2.4.2. Faktor Risiko

1. Faktor Psikososial Dispepsia fungsional sangat berhubungan erat dengan faktor psikis. Berbagai penelitian memang telah membuktikan hubungan antara faktor fungsional dengan faktor stres yang dialami seseorang terutama faktor kecemasan ansietas. Besarnya peranan stres dalam memicu berbagai penyakit sering tidak disadari oleh penderita bahkan oleh tenaga medis sendiri. Karena itu penting sekali untuk menelusuri kejadian stres yang menimpa pasien dalam suatu sistem terapi secara terpadu. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa sebagian penyakit bisa menemukan progresifitas penyembuhan yang baik setelah faktor stres ini ikut ditangani. 29 2. Penggunaan Obat-Obatan Sejumlah obat dapat menyebabkan gangguan epigastrum, mual, muntah dan nyeri di ulu hati. Misalnya aspirin, senyawa-senyawa yang mengandung aspirin, antibiotik oral terutama ampisilin, eritromisin, teofilin, digitalis dan obat-obat anti-inflamasi non-steroid NSAIDs. 34 3. Pola Makan Tidak Teratur Pola makan yang tidak teratur terutama bila jarang sarapan di pagi hari, termasuk yang berisiko dispepsia. Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak. Sehingga bila tidak sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam. 28,29 Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010. 4. Kebiasaan Tidak Sehat a. Mengisap rokok berlebihan. Tar dalam asap rokok dapat melemahkan katup Lower Esophageal Sphincter LES, katup antara lambung dan tenggorokan, sehingga menyebabkan gas di lambung naik hingga kerongkongan. b. Minum alkohol secara berlebihan. Alkohol bekerja melenturkan katup LES, sehingga menyebabkan refluks, atau berbaliknya asam lambung ke kerongkongan. Alkohol juga meningkatkan produksi asam lambung. c. Minum kopi, teh atau minuman lain yang mengandung kafein Kafein dapat mengendurkan Lower Esophageal Sphincter LES, katup antara lambung dan tenggorokan, sehingga menyebabkan gas di lambung naik hingga kerongkongan. d. Terlalu sering mengkonsumsi makanan yang berminyak dan berlemak. Makanan tersebut cenderung lambat dicerna, membuat makanan tinggal lebih lama di lambung. Hal ini dapat membuahkan peningkatan tekanan di lambung, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan terjadinya pelemahan LES. Jika LES melemah, asam lambung akan naik ke kerongkongan. 30 5. Lingkungan Penyebaran dispepsia pada umumnya pada lingkungan yang padat penduduknya, sosio ekonomi yang rendah, dan banyak terjadi pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju. 33 Penelitian yang dilakukan oleh P Bytzer dkk 2000 dari Department of Medicine, University Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010. of Sydney, Nepean Hospital, Penrith, Australia terhadap 15.000 orang dewasa Australia menyimpulkan bahwa sosio ekonomi yang rendah adalah salah satu faktor resiko terjadinya gejala gangguan saluran cerna bagian atas dan bawah. 35 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartono di PT. Kusumahadi Santosa Karanganyar tahun 2001-2002, diperoleh bahwa intensitas kebisingan di tempat kerja berpengaruh sangat signifikan terhadap jumlah penderita dispepsia pada tenaga kerja di PT tersebut. Hal ini karena pengaruh bising yang dihasilkan mesin pabrik kepada stres pekerja. 36

2.5. Diagnosis

Bila seseorang penderita baru datang, pemeriksaan lengkap dianjurkan bila terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah, telah berlangsung lebih dari 4 minggu, adanya penurunan berat badan, dan usia lebih dari 40 tahun. Untuk memastikan penyakitnya, disamping pengamatan fisik perlu dilakukan pemeriksaan, yaitu: a. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, diperlukan darah, urine, tinja untuk diperiksa secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorbsi. Seorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambungnya. 21, 37 Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010. b. Radiologis Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dasarnya licin. Kanker di lambung secara radiologis akan tampak massa yang ireguler, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah. 22, 38 c. Endoskopi Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis, yang perlu diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang sering ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus, dan parsdesenden, tumor jinak atau ganas yang divertikel. Pada endoskopi ditemukan tukak baik di esophagus, lambung, maupun duodenum, maka dapat dibuat diagnosis dispepsia tukak. Sedangkan bila tidak ditemukan tukak tetapi hanya ada peradangan maka dapat dibuat diagnosis dispepsia bukan tukak. 22, 37 d. Ultrasonografi Akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit. Pemanfaatan alat USG pada pasien dispepsia terutama bila dugaan ke arah kelainan di traktus biliaris, pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga ada dugaan tumor di esophagus dan lambung. 22, 37 Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.

2.6. Pencegahan