2.1.3. Perubahan Hemodinamika Cairan Pada Pasien denga HD Reguler
Pada pasien HD reguler terjadi perubahan hemodinamik cairan dalam tubuh, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang antara lain:
a. Ketidak mampuan ginjal untuk mengekskresikan air dan zat terlarut seperti natrium, kalium, hidrogen akan menyebabkan kecenderungan terjadinya
akumulasi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Hal ini menyebabkan peninggian volume cairan tubuh terutama volume ekstraselluler.
b. Malnutrisi oleh karena masukan protein dan kalori yang rendah dan peningkatan katabolisme protein akibat asidosis. Hal ini akan menyebabkan
penurunan berat badan dimana terjadi penurunan lemak dan otot tubuh disertai dengan peninggian volume cairan tubuh terutama volume
ekstraselluler. c. Keadaan anemia yang menyebabkan dilatasi dan hipertropi jantung serta
gagal jantung. Hal ini mengaibatkan terjadinya penurunan perfusi ginjal yang menyebaban retensi garam dan air.
9, 11
Disamping itu selama sesi hemodialisis, dua mekanisme yaitu difusi dan ultrafiltrasi digunakan untuk menurunkan toksin uremik, penyesuaian elektrolit
dalam darah dan pengeluaran cairan tubuh dari cairan intravaskular. Pengisian kembali volume intravaskular tergantung pada perpindahan cairan dari intertisium.
Hal ini menyebabkan pada akhir hemodialisis terjadi keseimbangan cairan yang baru dalam tubuh. Penarikan cairan yang berlebihan akan menyebabkan
hipovolemia dan penarikan yang kurang menyebabkan hipervolemia yang menyebabkan komplikasi sirkulasi selama dan setelah terapi hemodialisis.
Hipovolemia akan menyebabkan hipotensi, pusing, kram otot, gangguan gastrointestinal, tinitus dan kolaps sirkulasi yang dapat menyebabkan penghentian
prosedur hemodialisis. Hipervolemia akan menyebabkan hipertensi, edema pulmonum, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan
hemodialisis, dan meningkatkan risiko dilatasi dan hipertropi jantung, yang akhirnya meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas pasien hemodialisis.
Berdasarkan hal tersebut di atas dibutuhkan penilaian status volume cairan tubuh dan penentuan berat badan kering pasien yang merupakan komponen kunci
utama dalam evaluasi dan penatalaksaan pasien hemodialisis reguler. Dalam keadaan sehari-hari berat badan kering dinilai berdasarkan berat
badan pasien setelah beberapa kali tindakan hemodialisis dimana pasien tidak ada keluhan dan tidak dijumpai edema. Perkiraan ini sering menjadi tidak tepat oleh
karena adanya perubahan-perubahan yang bersifat sementara pada pasien misalnya perubahan jumlah lemak dalam tubuh ataupun perubahan status nutrisi
yang mempengaruhi berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan alat bantu yang dapat menentukan berat badan kering pasien secara kuantitatif.
5,6,11
2.1.4. Metode Pengukuran Volume Cairan Tubuh