perlu dikonversi ke dalam kas untuk membayar kewajiban lancar yang segera jatuh tempo. Tidak berpengaruh positif Kemungkinan
diduga karena hubungan antara aset lancar dan kewajiban lancar tersebut menjadikan current ratio kurang diperhatikan oleh investor
dalam mengukur kinerja perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Mulyana 2011 dan Pasaribu 2008. Namun hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Deitiana 2011
yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh positif terhadap harga saham.
3. Pengaruh leverage terhadap harga saham
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa informasi leverage tidak berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan yang
tergabung dalam sektor LQ 45 periode 2009-2013. Dalam penelitian ini nilai beta leverage -2205,819 menunjukan adanya
hubungan tidak searah atau hubungan negatif antara leverage dan harga saham. Semakin tinggi debt to equity ratio maka semakin
besar pula resiko keuangan perusahaan yang timbul karena perusahaan harus terbebani dengan pembayaran bunga yang besar
sehingga tingginya debt to equity ratio diduga membuat para investor cenderung menghindari saham yang memiliki DER yang
tinggi, hal ini pada akhirnya mengakibatkan adanya aksi jual yang pada akhirnya menekan harga saham sehingga harga saham
mengalami penurunan. Hipotesis penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Octavia 2011 dan Suhadi 2009
yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh positif terhadap harga sham. namun penelitian ini tidak mendukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh pasaribu 2008.
4. Pengaruh aktivitas terhadap harga saham
Hasil dalam penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa aktivitas berpengaruh positif terhadap harga saham. Aktivitas tidak
berpengaruh positif terhadap harga saham karena investor kurang memperhatikan total asset turnover dalam menganalisa saham
pada perusahaan yang tergabung dalam sektor LQ 45. Seperti yang diketahui bahwa Sektor LQ 45 adalah 45 perusahaan yang berasal
dari 10 industri sektoral Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Barang Konsumsi, Properti,
Infrastuktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, dan Manufaktur yang berbeda beda dengan karakteristik aktivitas perusahaan yang
berbeda-beda dimana standar efisiensi perusahaan di setiap sektor industri dalam mengelola aktiva perusahaan juga berbeda beda.
Karena standar efisiensi perusahaan dalam menghasilkan penjualan setiap perusahaan juga berbeda beda maka akan sulit bagi investor
untuk membandingkan tingkat efisiensi perusahaan dari satu perusahaan terhadap perusahaan lainnya yang tergabung dalam
sektor LQ 45 sehingga membuat investor kurang memperhatikan