2.7.3. Frekuensi Pesanan
Frekuensi pemesanan adalah jumlah pesanan yang harus dibuat dalam satu periode perencanaan. Frekuensi pesanan optimal terjadi ketika perusahaan
memutuskan untuk membeli barang sebesar Q optimal setiap kali pesan. Bila dalam satu periode perencanaan perusahaan membutuhkan D unit barang maka
frekuensi pemesanan atau N adalah Siswanto, :296.
Dimana : N
= Frekuensi pemesanan pembelian optimum dalam tahun yang ditentukan
D = Permintaan tahun yang akan datang
Q = Banyaknya unit setiap kali pesan
2.7.4. Biaya Total Persediaan
Biaya total persediaan atau Total Inventory Cost adalah jumlah dari
biaya total penyimpanan holding cost dan biaya total persediaan
ordering cost. Karena EOQ dapat memberikan biaya total persediaan yang
minimum, maka TIC dapat dirumuskan sebagai bherikut : Siswanto,1985:33-36
N = D Q
TIC minimum = 2 . D . S . C .H
Dimana : TIC
= Biaya total persediaan D
= Permintaan atau kebutuhan selama periode tertentu S
= Biaya setiap kali pesan Q
= Banyaknya unit setiap kali pesan C
= Harga pembelian per-unit H
= biaya simpan
2.7.5. Daur Pemesanan Ulang
Daur pemesanan ulang atau Reorder Cycle adalah periode waktu sejak unit
yang dipesan Q datang hingga saat datangnya unit yang dipesan berikutnya yang mana tepat sama dengan saat habisnya persediaan siswanto,1985:43
Dimana : Y
= Daur pemesanan ulang N
= Frekuensi
pemesanan Periode wakrtu dapat dinyatakan ke dalam berbagai satuan, misal tahun,
bulan, minggu, hari
Y = 1 x satuan periode waktu N
2.7.6. Titik Pemesanan Kembali
Titik pemesanan kembali atau ROP Yolanda:178 adalah titik atau tingkat persediaan, dimana pemesanan kembali harus dilakukan. Model persediaan
sederhana mengasumsikan bahwa penerimaan suatu pesanan bersifat seketika. Artinya model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan
menunggu sampai tingkat persediaan mencapai nol, sebelum perusahaan memesan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan akan diterima. Akan
tetapi, waktu antara dilakukannya pemesanan atau waktu pengiriman bisa cepat atau lambat, sehingga perlu ditetapkan kapan harus dilakukan pemesanan ulang.
ROP harus dihitung secara cermat dan tepat, karena bila ROP terlambat akan berakibat munculnya biaya kekurangan bahan
stock out cost, begitu juga bila ROP terlalu cepat akan berakibat timbulnya biaya penyimpanan tambahan
extra carrying cost .
Sedangkan untuk rumus ROP Siswanto, 1985: 46 sebagai berikut
Dimana : ROP = Reorder point
Q = Banyaknya unit setiap kali pesan
Y = Daur pemesanan ulang
ROP = Q Y
48
BAB III ANALISA DAN DESAIN
3.1. ANALISA SISTEM 3.1.1. Identifikasi Masalah
Pemrosesan data di CV.Akoor masih tergantung dengan proses kerja yang menggunakan sistem manual, pengoperasian komputer yang masih
mengguanakan program Microsoft Word masih sangat terbatas dan tidak
maksimal. Belum dibangunnya sistem informasi yang khusus menangani data barang,
penjualan, persediaan barang di CV.Akoor mengakibatkan penanganan data menjadi lambat. Karena dikerjakan secara manual melibatkan banyak dokumen
tertulis, sehingga mengakibatkan pengolahan datanya kurang efisien. Sebagai contoh :
1. Pengelolaan transaksi penjualan dan data barang yang dikerjakan secara manual akan sangat memungkinkan terjadinya kesalahan perhitungan
jumlah barang yang terjual 2. Setiap terjadi transaksi penjualan barang akan mengakibatkan perubahan
beberapa data dari suatu barang dagangan tertentu. Hal ini cukup menyulitkan bila masih dikerjakan secara manual.