Di sisi lain, Yule 1996 membagi definisi pragmatik ke dalam empat ruang lingkup. Pertama, pragmatik didefinisikan sebagai studi tentang makna
yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna konteksual. Ketiga, pragmatik adalah studi tentang
bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Sementara itu, definisi keempat pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari
jarak hubungan Putrayasa, 2014: 1. Berbagai pengertian di atas menyimpulkan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari segala bentuk tuturan yang maknanya terikat oleh konteks. Konteks menjadi hal yang penting dan berpengaruh pada
perbuatan mitra tutur terhadap tuturan.
1.6.5 Tindak Tutur dan Jenis-jenis Tindak Tutur
Tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur akan dijelaskan sebagai berikut.
1.6.5.1 Tindak Tutur
Dalam bukunya yang berjudul How to Do Things with Words, J.L. Austin memaparkan teori tindak tutur speech act. Austin 1962: 98-99 menjelaskan
bahwa pada dasarnya ketika seseorang mengatakan suatu hal, dia juga melakukan sesuatu. Austin 1962 mengemukakan bahwa setiap tuturan mengandung tiga
jenis tindakan, yaitu tindak lokusioner locusionary act, tindak ilokusioner ilocusionary act,
dan tindak perlokusioner perlocusionary act bdk. Baryadi, 2015: 81-83. Setelah itu, teori tindak tutur diteruskan oleh Searle dalam bukunya
yang berjudul Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language. Dalam buku tersebut, Searle 1969: 23-24 juga mengemukakan hal yang sama. Tindak
lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu dan disebut sebagai the act of saying something
. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan
untuk melakukan sesuatu dan disebut sebagai the act of doing something. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk
memperngaruhi lawan tutur dan disebut sebagai the act of affecting someone bdk. Wijana, 1996:17-20.
Leech 1983: 104 dalam bukunya Principles of Pragmatics mengatakan bahwa, situasi yang berbeda menuntut adanya jenis-jenis derajat sopan santun
yang berbeda pula. Pada tingkatan yang paling umum, fungsi- fungsi ilokusi diklasifikasikan menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi
tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat. Keempat jenis ilokusi tersebut ialah ilokusi kompetitif competitive,
ilokusi konvivial convivial, ilokusi kolaboratif collaborative, dan ilokusi konfliktif conflictive. Ilokusi dikatakan berjenis kompetitif jika tujuan ilokusi
bersaing dengan tujuan sosial; misalnya: memerintah, meminta, menuntut, atau mengemis. Ilokusi dikatakan berjenis konvivial jika tujuan ilokusi sejalan dengan
tujuan sosial; misalnya: menawarkan, mengajakmengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, atau mengucapkan selamat. Ilokusi dikatakan berjenis
kolaboratif jika tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial; misalnya: menyatakan, melapor, mengajarkan, atau mengumumkan. Ilokusi dikatakan
berjenis konfliktif jika tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya: mengancam, menuduh, menyumpahi, atau memarahi.
Leech 1983: 105 mengatakan keempat jenis ilokusi tersebut dibedakan berdasarkan kesopanan. Pada ilokusi berjenis kompetitif, kesopanan bersifat
negatif karena tujuan kompetitif pada dasarnya memang tidak bertata krama. Sebaliknya, pada ilokusi berjenis konvivial, kesopanan bersifat positif karena
pada dasarnya memang bersifat tata krama. Pada ilokusi berjenis kolaboratif tidak melibatkan kesopanan karena pada jenis ilokusi ini kesopanan memang tidak
relevan. Sementara itu, pada ilokusi berjenis konfliktif, kesopanan tidak ada sama sekali sebab ilokusi ini memang bertujuan menimbulkan kemarahan atau
ketakutan. Kridalaksana 1993 mengatakan tindak tutur adalah pengujaran kalimat
untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar. Sementara itu, Hudson dikutip Alwasilah, 1993 mengatakan tindak tutur adalah
ujaran yang dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial. Oleh karena itu, tindak tutur dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang menggunakan bahasa kepada
mitra tutur dalam rangka mengkomunikasikan sesuatu Putrayasa, 2014: 85. 86. Tindak tutur merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan
ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur, terjadi peristiwa tutur yang dilakukan oleh penutur kepada
mitra tutur dalam rangka menyampaikan komunikasi Ibid..
1.6.5.2 Jenis-jenis Tindak Tutur