1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa saja hal-hal yang dikritik dalam tiga lagu Iwan Fals versi konser?
1.2.2 Bagaimana tindak tutur mengkritik yang diwujudkan dalam tiga lagu Iwan
Fals versi konser?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Mendeskripsikan hal-hal yang dikritik dalam tiga lagu Iwan Fals versi
konser. 1.3.2
Mendeskripsikan perwujudan tindak tutur mengkritik dalam tiga lagu Iwan Fals versi konser.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi hal-hal yang dikritik dan tindak tutur mengkritik dalam lirik lagu “Demokrasi Nasi”, “Semar Mendem”, dan “Kisah
Sapi MalamKisah PSK ” karya Iwan Fals. Hasil penelitian ini memiliki manfaat
teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut.
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah memberikan sumbangan terhadap teori wacana khususnya tentang isi dan jenis tindak tutur. Sementara itu,
manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk membantu interpretasi terhadap lirik lagu bagi pendengar serta untuk menciptakan lagu yang bertema kritik bagi
pencipta lagu.
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang lirik lagu Iwan Fals sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tentang lirik lagu Iwan Fals pernah di teliti oleh
Soemanang 2013, Mahrofah 2012, Aisah 2010, Puspitasari 2010, Sembiring 2013, dan Rachmawati 2014.
Soemanang 2013 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Struktur
Lagu “Puing” Karya Iwan Fals” mengatakan bahwa syair lagu tersebut bercerita tentang perang yang mengakibatkan gedung-gedung menjadi puing yang
berserakan. Lagu ini menggunakan bentuk tiga bagian, A,A,B,B,C,A,A, dengan Birama ¾ serta nada dasar Em = la. Sebagian besar melodi dalam biramanya
menggunakan interval perfect unison yang bisa mengakibatkan kebosanan pada penghayat. Akan tetapi, la
gu ini sangat unik karena Lagu “Puing” karya Iwan Fals dalam Album Mata Dewa terdiri dari 263 bar yang terdiri atas 176 bar syair yang
dinyayikan, 26 bar syair yang dinyanyikan dengan pengulangan, serta 71 iringan tanpa nyanyian dengan bahasa kritik yang mudah dipahami.
Dalam skripsi yang berjudul “Unsur Kesastraan Lirik Lagu-lagu dalam
Album Manusia Setengah Dewa Karya Iwan Fals ”, Mahrofah 2012 mengatakan
unsur-unsur yang terdapat dalam lirik lagu merupakan unsur-unsur pembangun dalam lirik lagu itu sendiri. Unsur satu dengan unsur yang lain saling berkaitan
untuk membangun sebuah maksud yang ingin disampaikan kepada para pendengar. Unsur yang terdapat dalam lirik lagu mampu menimbulkan efek
keindahan, efek emotif serta menambah kepuitisan terhadap lirik lagu itu sendiri. Aisah 2010 dalam penelitian tesisnya yang berjudul
”Metafora dalam Lagu Iwan Fals yang Bertemakan Kritik Sosial
” menemukan ranah sumber binatang yang paling dominan digunakan di dalam lirik lagu Iwan Fals. Jenis
majas yang terdapat di dalam lagu yang paling sering digunakan pencipta lagu untuk menyampaikan kritik sosial adalah jenis majas perbandingan langsung atau
metafora dan perumpamaan atau simile. Jenis ungkapan metaforis berdasarkan teori Lakoff dan Johnson 1980 yang paling dominan terdapat dalam lagu adalah
jenis metafora struktural dan ontologis. Puspitasari 2010 melakukan penelitian yang berjudul tentang Kritik
Sosial dalam Lirik Lagu Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Lirik Lagu “Besar
dan Kecil” karya Iwan Fals. Metode penelitian ini menggunakan teori semiotik dari Ferdinand de Saussure dengan tipe penelitian deskriptif. Dalam skripsi
tersebut ditemukan bahwa kritik sosial yang tersirat dalam lagu “Besar dan
Kecil” adalah ketidakadilan pemerintah Orde Baru, khususnya ketika pemilu yang membuat raykat tidak dapat menikmati asas demokrasi yang dianut Negara
Indonesia dan dasar Negara yaitu Pancasila.
Sembiring 2013 dalam skripsinya yang berjudul “Representasi
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia dalam Lirik Lagu Iwan Fals Analisis Semiotika Lirik Lagu Iwan Fals yang Berjudul „Ujung Aspal Pondok Gede‟”
mengatakan lirik lagu Ujung Aspal Pondok Gede memiliki makna yang kompleks yang meliputi berbagai aspek seperti nilai-nilai moral, budaya, moral, dan hak
asasi manusia. Keseluruhan makna yang terkandung dalam lirik lagu Ujung Aspal Pondok Gede saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. Setelah mengetahui
seluruh makna yang terkandung, timbul representasi kehidupan masyarakat Indonesia dari makna lirik lagu tersebut. Penelitian ini menggunakan
menggunakan analisis Roland Barthes yang berfokus pada penggalian makna menggunakan signifikasi dua tahap, pada tahap signifikasi pertama menggunakan
denotasi, dan pada tahap kedua menggunakan konotasi dan mitos. Sementara itu, Rachmawati 2014 dalam skripsinya yang berjudul
“Konteks dan Inferensi Lirik Lagu Iwan Fals : Tinjauan Analisis Wacana” sampai pada dua simpulan, pertama konteks yang membangun lirik lagu Iwan Fals yang
mengandung kritik sosial adalah konteks fisik, konteks epistemis, konteks sosial, prinsip penafsiran personal, prinsip penafsiran lokasional, prinsip penafsiran
temporal, dan prinsip analogi. Data yang memenuhi tujuh konteks tersebut adalah lirik lagu
“Ambulance Zig-Zag”, ”Jangan Bicara”, ”Kontrasmu Bisu”, “Siang Seberang Istana
”, “Sumbang”, “Doa Pengobral Dosa”, “Ethiophia”, “Guru Oemar Bakri
”, “Sarjana Muda”, “Sore Tugu Pancoran”, “Teman Kawanku Punya Teman
”, “Kota, Kupaksa Untuk Melangkah”, “Tak Biru Lagi Lautku”, dan “Ujung Aspal Pondok Gede”. Kedua, aspek Inferensi terdapat dalam 18 lagu
Iwan Fals yang mengandung kritik sosial yaitu ”Ambulance Zig-Zag”, “Galang
Rambu Anarki ”, “Jangan Bicara”, “Kontrasmu Bisu”, “Siang Seberang Istana”,
“Tikus-Tikus Kantor”, “Doa Pengobral Dosa”, “Ethiophia”, “Guru Oemar Bakri”, “Sarjana Muda”, “Sore Tugu Pancoran”, “Teman Kawanku Punya Teman”,
“Kota”, “Kupaksa Untuk Melangkah”, “Opiniku”, “Tak Biru Lagi Lautku”, dan “Ujung Aspal Pondok Gede”.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai lagu-lagu Iwan Fals sudah pernah dilakukan. Akan tetapi, penelitian
terhadap lirik lagu ditinjau dari segi pragmatik masih jarang dilakukan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengkajian tentang hal-hal yang dikritik dan
tindak tutur mengkritik dalam lirik lagu Iwan Fals versi konser tahun 1978-2000 belum pernah dilakukan.
1.6 Landasan Teori