BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebagai berikut.
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini dipaparkan mengenai potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain produk, revisi desain, uji coba produk, dan revisi
produk.
4.1.1 Potensi dan Masalah
Siswa dengan ADHD adalah siswa yang mengalami gangguan saraf yang menyebabkan kesulitan dalam pemusatan perhatian dan cenderung hiperaktivitas
sehingga anak tersebut memiliki masalah dalam perilaku dan sosialnya. Selain itu siswa dengan ADHD memiliki tingkat kognitif yang sama dengan anak pada
umumnya. Dengan tingkat kognitif tersebut, siswa dengan ADHD memiliki peluang untuk berprestasi di sekolah.
Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah SD N Sarikarya untuk mendapatkan data siswa dengan kebutuhan khusus ADHD di SD tersebut.
Dari hasil wawancara diketahui jika di sekolah tersebut ada seorang siswa dengan ADHD yang sekarang duduk di kelas II. Kepala Sekolah mengungkapkan siswa
tersebut dinyatakan ADHD berdasarkan hasil tes psikologi. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas II. Guru tersebut membenarkan jika di
kelas II terdapat siswa dengan ADHD.
Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Garis besar pertanyaan Hasil wawanc ara
Data siswa berkebutuhan khusus di sekolah
Sekolah tidak memiliki data karena sekolah tersebut bukanlah sekolah inklusi
Data siswa dengan ADHD di sekolah
Terdapat siswa dengan ADHD di kelas II
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Guru Kelas II
Garis besar pertanyaan Hasil wawanc ara
Tingkah laku siswa dengan ADHD di kelas
Siswa tersebut susah diam di kelas dan sering berjalan-jalan di kelas saat pelajaran. Tidak jarang
anak tersebut mengganggu temannya yang sedang belajar.
Kesulitan belajar matematika Siswa dengan ADHD di kelas II masih belum bisa
berhitung penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan alat peraga
matematika Guru pernah menggunakan alat peraga matematika.
Penggunaan alat
peraga untuk
mengajarkan penjumlahan
dan pengurangan
belum pernah
dilakukan.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas dapat diketahui jika siswa dengan ADHD di kelas II cenderung susah diam dan mengganggu teman-temannya.
Selain itu siswa tersebut dalam mata pelajaran matematika belum bisa berhitung penjumlahan
dan pengurangan.
Dalam mengajar,
guru belum
pernah menggunakan
alat peraga
untuk mengajarkan
materi penjumlahan
dan pengurangan.
Potensi yang peneliti soroti adalah siswa dengan ADHD meskipun memiliki gangguan, siswa tersebut memiliki peluang untuk berprestasi dengan
tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Masalah yang ditemukan peneliti di lapangan menunjukkan jika siswa dengan ADHD kelas II di SD N Sarikarya
belum bisa
berhitung penjumlahan
dan pengurangan.
Penjumlahan dan
pengurangan sebelumnya juga pernah diajarkan pada kelas I.
4.1.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk dapat menemukan dan memperoleh informasi tentang kondisi siswa dengan ADHD kelas II SD N Sarikarya.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dengan guru kelas II, dan wawancara dengan siswa dengan ADHD.
Peneliti melakukan observasi pada hari Rabu tanggal 16 November 2017. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung saat peneliti melakukan observasi,
mula-mula guru meyampaikan kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Materi yang disampaikan kembali antara lain mengurutkan bilangan, menghitung
penjumlahan dan pengurangan dan membaca jam. Dalam menyampaikan materi, guru memakai media pembelajaran berupa replika jam dinding yang dibuat guru
dengan menggunakan kertas karton. Replika jam dinding tersebut digunakan guru untuk mengajarkan siswa cara membaca jam. Sedangkan dalam menyampaikan
materi mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan, guru tidak menggunakan alat bantu media maupun alat peraga. Setelah guru
mengulas materi sebelumnya, selanjutnya guru memberikan soal kepada siswa dengan jumlah soal 25. Dari soal yang diberikan terdapat soal tentang membaca
jam, mengurutkan bilangan, dan juga menghitung penjumlahan dan pengurangan. Hasil observasi pembelajaran matematika yang telah dilakukan peneliti,
siswa dengan ADHD belum bisa mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Hal tersebut peneliti ketahui saat melihat hasil
kerja siswa dengan ADHD yang tidak dapat menyelesaikan soal matematika yang diberikan. Siswa tersebut menjawab soal membaca jam dan soal penjumlahan
sedangkan soal yang lainnya belum dijawab. Siswa dengan ADHD bisa menjawab soal membaca jam dengan benar, namun jawaban dari soal penjumlahan masih
salah. Soal penjumlahan yang diberikan yaitu penjumlahan tiga angka ratusan. Hasil kerja anak tersebut menunjukkan jika anak belum menguasai materi
mengurutkan bilangan dan menghitung penjumlahan dan pengurangan. Setelah melakukan observasi, peneliti selanjutnya melakukan wawancara
dengan guru kelas. Jenis wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara terbuka dan tidak terstruktur sehingga pedoman wawancara yang digunakan
peneliti berupa garis besar pertangaan. Berikut haisl wawancara dengan guru kelas II yang disajikan dalam tebel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas
Garis besar pertanyaa Hasil wawanc ara
Karakteristik ak ADHD Saat pembelajarna di kelas siswa mengalami kesulitan
dalam berkonsentrasi, sering berjalan keliling kelas saat pembelajaran berlangsung dan kadang mengganggu
teman lainnya.
Informasi terkait kesulitan belajar matematika siswa
dengan ADHD Siswa dengan ADHD yang ada di kelas II masih belum
bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan sama sekali
Ketersediaan alat peraga media pembelajaran di
sekolah Di SD N Sarikarya sekolah tidak menyediakan alat
peraga maupun media pembelajaran untuk kelas II. Jika pembelajaran menggunakan alat peraga dan media guru
harus membuat sendiri. Guru belum pernah men gajarkan materi mengurutkan bilangan dan materi menghitung
penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat peraga maupun media pembelajaran.
Hal-hal yang menarik perhatian siswa dengan
ADHD Guru mengaku tidak mengetahui hal-hal yang menarik
siswa dengan ADHD. Guru hanya mengetahuui jika siswa tersebut suka menggambar.
Wawancara kedua dilakukan kepada siswa dengan ADHD. Wawancara dengan siswa tersebut untuk mengonfirmasi data yang telah peneliti dapatkan dari
hasil observasi dan wawancara sebelumnya. Berikut adalah tabel hasil wawancara dengan siswa dengan ADHD.
Tabel 4.4 Hasil Wawancara dengan Siswa dengan ADHD
Garis besar pertanyaan Hasil wawanc ara
Materi matematika yang masih belum bisa
Masih belum
bisa menghitung
penjumlahan dan
pengurangan Penggunaan alat peraga
dan media pembelajaran Tidak pernah menggunakan alat peraga ataupun media
ketika diajarkan penjumlahan dan pengurangan Karakter kartun animasi
yang disukai Karakter kartun animasi yang disukai yaitu upin-ipin
Warna-warna yang
disukai Menyukai warna-warna yang cerah
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kedua sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dengan ADHD mengalami kesulitan dalam materi
penjumlahan dan pengurangan dan juga diketahui bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga matematika untuk materi penjumlahan dan pengurangan
belum digunakan di SD N Sarikarya. Hal tersebut terlihat dari data hasil observasi dan wawancara yang ditampilkan dalam bagan 4.1.
Bagan 4.1 Triangulasi Sumber Data Observasi dan Wawancara
Observasi
Penggunaan alat
peraga di kelas II masih
terbatas. Siswa belum bisa
mengurutkan bilangan
dan menghitung
penjumlahan dan
pengurangan tiga
bilangan
Wawancara guru
Siswa belum bisa menghitung
penjumlahan dan
pengurangan. Belum pernah mengajarkan
penjumlahan dan
pengurangan dengan menggunakan
alat peraga.
Wawancara Siswa dengan ADHD
Masih belum
bisa menghitung
penjumlahan dan
pengurangan. Guru
tidak mengajarkan
penjumlahan dan
pengurangan dengan menggunakan
alat peraga pembelajaran.
Materi matematika yang menjadi kesulitan siswa yaitu materi penjumlahan dan pengurangan. Meskipun demikian belum tersedia alat peraga peraga
untuk membantu siswa belajar penjumlahan dan pengurangan.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa masih kesulitan dalam materi
penjumlahan dan
pengurangan. Guru
juga mengalami
kesulitan dalam
mengkondisikan siswa dengan ADHD yang sulit untuk diam dan mendengarkan penjelasan dari guru. Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya alat
peraga yang yang digunakan untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan alat peraga selain membantu siswa untuk memahami materi yang
diberikan juga untuk menarik minat siswa dalam belajar. Ketika wawancara, guru menuturkan mencoba untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dengan
menggunakan alat peraga namun bingung alat peraga seperti apa yang bisa digunakan untuk mengajarkan penjumlahan dan pengurangan dan dapat menarik
minat siswa untuk belajar.
4.1.3 Desain Produk
Peneliti menyusun
prototipe alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dimulai dengan membuat sketsa awal dengan membuat gambar di
kertas dan menentukan gambar karakter kartun yang akan digunakan. Selanjutnya didesain dengan menggunakan microsoft word.
Gambar 4.1 Desain Papan Penjumlahan dan Pengurangan Awal
Gambar 4.2 Kotak dan Kartu Awal Warna pada nilai tempat satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan disesuaikan
dengan warna pada kartu gambar dan kartu angka. Pemilihan warna yang sama bertujuan untuk memudahkan dalam meletakkan kartu sesuai tempatnya. Pada
kartu gambar, gambar dengan latar biru tua menunjukkan jika masing-masing gambar tersebut bernilai satu. Begitu juga dengan ketiga kartu gambar yang
lainnya. Kartu gambar biru muda menunjukkan jika setiap gambar bernilai sepuluh, kartu gambar kuning menunjukkan jika satu gambar benilai seratus dan
merah berarti bernilai seribu untuk satu kartunya. Kartu angka diletakkan pada bagian bawah untuk menunjukkan jumlah kartu gambar yang ada di atasnya.
Selain untuk memudahkan dalam menaruh kartu, adanya persamaan warna pada kartu gambar, kartu angka, dan nilai angka pada papan juga sebagai pengendali
kesalahan. Jika salah dalam meletakkan kartu akan lebih mudah terlihat.
4.1.4 Validasi Desain Produk
Desain alat peraga yang sudah jadi kemudian divalidasikan melalui konsultasi dengan ahli matematika dan ahli psikologi anak. Konsultasi dilakukan
secara langsung tanpa menggunakan lembar instrumen validasi. Dari konsultasi tersebut, ahli memberikan masukan untuk mengubah salah satu warna biru muda
atau biru tua yang digunakan pada kartu dan papan tempat puluhan dan satuan. Menurut beliau warna tersebut sama-sama biru sehingga tidak terlihat perbedaan
yang mencolok. Selain itu warna pada garis pinggir papan diubah karena sama dengan salah satu warna yang ada pada nilai tempat. Selain itu, pada konsultasi ini
dosen meminta untuk konsultasi yang kedua desain alat peraga dibuat replika alat peraga dengan menggunakan kertas. Berikut gambar replika alat peraga dengan
menggunakan kertas.
Gambar 4.3
Replika Papan
Penjumlahan dan Pengurangan Gambar 4.4 Kartu Gambar
Gambar 4.5 Kartu angka Pada konsutasi yang kedua peneliti melakukan presentasi cara penggunaan
alat peraga. Perubahan pada desain semula yaitu warna pada nilai angka puluhan yang semula berwarna biru muda diubah menjadi warna hijau begitu juga pada
kartu gambar dan kartu angka yang sebelumnya berwarna biru muda diganti dengan warna hijau. Sedangkan untuk warna pada tepi papan dihilangkan.
Presentasi kali ini ada beberapa perubahan yang dilakukan untuk desain alat peraga. Pada papan penjumlahan dan pengurangan ahli memberikan masukan
supaya bagian nilai angka puluhan, ratusan, dan ribuan dan kotak-kotak
dibawahnya ditutup. Hal ini bertujuan supaya ketika siswa tidak menggunakan, siswa menjadi lebih fokus dan tidak menanyakan baris yang tidak dipakai.
Selanjutnya pada tempat kartu angka yang sebelumnya, kartu angka tersebut hanya diletakkan, untuk menjadikan siswa lebih aktif diganti dengan memberikan
cantolan. Sehingga kartu gambar bukan diletakkan namun dicantolkan di tempatnya.
Perubahan yang lain pada papan penjumlahan dan pengurangan adalah tempat menuliskan soal dan jawaban sebelumnya diganti dengan cantolan. Hal ini
bertujuan agar anak menjadi tertarik dan supaya banyak gerakan yang dilakukan siswa sehingga pembelajaran tidak membosankan. Meskipun tidak menuliskan
soal dan jawaban pada papan akan tetapi siswa tetap diminta untuk menuliskan soal dan jawaban pada buku tulis. Selain pada papan penjumlahan dan
pengurangan, ahli juga memberikan masukan pada kartu gambar. Masukan yang diberikan pada kartu gambar yaitu, pada kartu gambar puluhan menggunakan
gambar Upin dan Ipin yang digunakan. Hal itu sebaiknya dihindari supaya nanti siswa tidak menanyakan mana yang Upin dan mana yang Ipin. Selain itu masukan
yang diberikan supaya siswa tertarik sebaiknya kartu gambarnya tidak berbentuk persegi empat namun membentuk karakter kartun yang digunakan saja.
Dari masukan yang diberikan ahli pembimbing pada alat peraga, ahli juga menambahkan untuk memnggunakan bilik. Bilik berfungsi untuk membatasi
penglihatan siswa sehingga perhatian siswa tidak mudah teralihkan dan dapat fokus ketika belajar. Seperti yang kita ketahui jika siswa dengan ADHD memiliki
kecenderungan kurang fokus dan perhatiannya mudah teralihkan.
4.1.5 Revisi desain
Langkah pertama pada revisi desain, peneliti melakukan revisi prototipe dengan memperbaiki desain papan penjumlahan dan pengurangan. Kedua, peneliti
memilih karakter yang akan digunakan dan membuat kartu gambar. Peneliti juga membuat desain bilik dengan menggunakan kardus bekas. Berikut gambar revisi
desain berdasarkan masukan dari ahli matematika dan ahli prikoligi anak pada saat presentasi 2.
Gambar 4.6 Replika Papan Penjumlahan dan Pengurangan
Gambar 4.7 Kartu Gambar
Gambar 4.8 Kartu Operasi Penjumlahan dan Pengurangan, Kartu Jawaban, dan
Kartu Soal Setelah selesai melakukan revisi desain, langkah selanjutnya yaitu presentasi
terakhir dengan ahli pembimbing. Presentasi ini tidak ada perubahan desain alat peraga. Tahapan selanjutnya yaitu pembuatan alat peraga. Pembuatan alat peraga
ini bekerjasama dengan salah satu rumah produksi yang ada di Bantul. Peneliti memilih tempat produksi ini dikarenakan peralatan yang dimiliki sudah lengkap,
selain itu di sana sudah biasa mendapatkan pesanan alat peraga. Pembuatan alat peraga memakan waktu kurang lebih satu bulan. Selama proses produksi, peneliti
memantau perkembangan pembuatan alat peraga. Pemantauan dilakukan agar tetap terjalin komunikasi yang baik antara peneliti dengan tukang kayu sehingga
apa yang diharapkan peneliti dapat terpenuhi. Selain memantau proses pembuatan alat peraga, peneliti juga membuat
desain album cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan. Album di dalamnya memuat tentang penjelasan alat peraga, tabel petunjuk
penggunaan alat peraga, dan langkah-langkah cara penggunaan alat peraga. Album digunakan untuk memudahkan dalam belajar cara penggunaan alat peraga
papan penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga yang telah jadi terdiri dari papan penjumlahan dan pengurangan, kotak tempat kartu gambar dan kartu angka,
kotak tempat kartu soal kartu tanda operasi bilangan dan kartu jawaban, dan bilik. Papan penjumlahan dan pengurangan pada bagian atas terdapat judul nama papan.
Pada bagian bawah kanan judul terdapat empat nilai tempat yang dibawah masing-masing nilai tempat digunakan untuk meletakkan kartu gambar. Pada
baris bagian bawah terdapat tempat yang digunakan untuk mencantolkan kartu angka. Sedangkan pada papan bagian kiri terdapat tempat untuk mencantolkan
kartu soal dan jawaban. Berikut adalah gambar papan pejumlahan dan pengurangan.
Gambar 4.9 Papan Penjumlahan dan pengurangan Bagian alat peraga lainnya yaitu kotak tempat kartu gambar dan kartu
angka. Kotak ini terdapat delapan kotakan di dalamnya sebagai tempat kartu. Selain kotak tempat kartu gambar dan kartu angka, terdapat satu kotakan yang
ukurannya lebih kecil yang digunakan sebagai tempat kartu soal, kartu tanda operasional, dan kartu jawaban. Bagian terakhir yang dibuat dengan bahan kayu
yaitu bilik. Berikut gambar kotak dan bilik yang sudah jadi.
Gambar 4.10 Kotak tempat Kartu Gambar dan Kartu Angka
Gambar 4.11 Kotak Tempat Kartu Soal, Tanda Operasional, dan Kartu Jawaban
Gambar 4.12 Bilik
Kartu yang digunakan, peneliti mendesain gambar sendiri menggunakan microsoft word dan microsoft publisher kemudian mencetak di tempat percetakan
dengan menggunakan jenis kertas ivory dengan berat 310 gram. Kartu yang dibuat terdiri dari empat jenis kartu gambar satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, empat
jenis kartu angka satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan, kartu angka, kartu tanda operasi + dan
– , dan kartu jawaban. Berikut adalah gambar kartu.
Gambar 4.13 Kartu Angka Gambar 4.14 Kartu Gambar
4.1.6 Uji Coba Produk
Peneliti melakukan uji coba prototipe di SD N Sarikarya, Condongcatur, Depok, Sleman. Uji coba dilakukan pada seorang siswa dengan ADHD kelas II
pada hari Jumat tanggal 31 Maret 2017. Waktu uji coba yaitu satu kali pertemuan dengan durasi selama 50 menit. Pertemuan dilakukan di ruang komputer yang
cukup kondusif. Sebelumnya siswa dengan ADHD yaitu Z yang akan dilakukan uji coba tidak mau jika ke ruangan komputer sendiri sehingga selama proses uji
coba siswa tersebut ditemani temannya A. Sebelum memulai meghitung dengan papan penjumlahan dan pengurangan, peneliti terlebih dahulu menanyakan sudah
sampai mana Z sudah bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan. Dari jawaban yang diberikan, Z belum bisa berhitung penjumlahan dan pengurangan dampai 50.
Uji coba diawali dengan mengenalkan bagian-bagian pada papan penjumlahan dan pengurangan. Sebelumnya siswa diminta untuk menyiapkan
buku tulis dan pensil. Setelah pengenalan bagian-bagian pada papan penjumlahan dan pengurangan, peneliti menjelaskan kartu-kartu yang akan digunakan. Peneliti
memberiksn soal
penjumlahan tanpa
menyimpan terlebih
dahulu. Saat
menghitung soal nomor satu Z masih bingung cara penggunaannya kemudian saat menghitung soal nomor dua Z sudah memulai memahami cara penggunaannya.
Peneliti memberikan soal menghitung penjumlahan sebanyak tiga soal. Pada saat mengerjakan soal nomor tiga Z sudah paham dalam meletakkan kartu-kartu baik
kartu gambar maupun kartu angka. Setelah diberikan soal penjumlahan tidak menyimpan, peneliti selanjutnya memberikan soal pengurangan tidak menyimpan.
Soal pengurangan yang diberikan sebanyak dua soal. Saat menghitung pengurangan dengan menggunakan papan penjumlahan dan pengurangan Z
langsung bisa mengikuti apa yang dijelaskan peneliti dan bisa menghitung soal tersebut dengan benar.
Selama proses uji coba Z bisa terfokus dalam menghitung dengan papan penjumlahan dan pengurangan. Penggunaan bilik membantu selama proses uji
coba karena membatasi pandangan Z sehingga perhatian tidak mudah teralihkan. Meskipun ada beberapa siswa yang menganggu ketika proses uji coba, namun uji
coba berjalan lancar. Setelah selesai uji coba, peneliti menanyakan kepada Z bagaimana
menghitung dengan
menggunakan papan
penjumlahan dan
pengurangan. Dari pertanyaan tersebut Z mengatakan jika menghitung dengan menggunakan papan tersebut lebih mudah dan menyenangkan. Z tertarik dengan
alat peraga
yang digunakan
terutama penggunaan
kartu gambar yang
menggunakan gambar tokoh dalam animasi Upin dan Ipin. Selain melakukan uji coba, penliti juga melakukan validasi dengan pakar.
Validasi alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dilakukan oleh tiga validator. Validator 1 merupakan Pakar Psikologi yang menjadi salah satu dosen
Psikologi di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma. Validator 2 yaitu Pakar Matematika yang selain dosen Matematika ia juga sering melakukan
penelitian di SD. Sehingga pengetahuan Validator 2 mengenai matematika dan pendidikan di SD sudah tidak diragukan lagi. Validator 3 merupakan guru kelas II
SD N Sarikarya. Validator 3 adalah lulusan PGSD Universitas Sanata Dharma yang selama kuliah sudah terbiasa menggunakan alat peraga dan sudah pernah
mempelajari tentang siswa berkebutuhan khusus terutama ADHD. Validasi alat peraga pada validator 1 dilakukan dengan cara presentasi alat
peraga mencakup deskripsi alat peraga dan cara penggunaannya. Validasi dengan Validator 2 juga melalui presentasi, akan tetapi setelah presentasi Validator 2
secara langsung memberikan komentar dan masukan tentang alat peraga yang dikembangkan. Validator 3 memberikan validasi dengan mengamati secara
langsung cara penggunaan alat peraga saat peneliti melakukan uji coba. Selain validasi alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan, peneliti juga melakukan
validasi album cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan dengan tiga validator yang sama dan waktu yang sama. Validasi album bertujuan
untuk mengetahui kualitas album terutama bahasa dan struktur kalimat yang digunakan. Validasi alat peraga oleh validator 1 dan validator 2 dilakukan satu
kali sedangkan validasi album dilakukan dual kali. Validasi album yang kedua dilakukan setelah album direvisi sesuai komentar dan masukan yang diberikan
oleh validator. Rata-rata hasil validasi dihitung dengan menggunakan rumus pada gambar
3.1 sehingga didapatkan rata-rata berupa data kuantitatif. Rata-rata tersebut kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dengan acuan yang
ada pada tabel 3.8. Hasil perhitungan kuesioner validasi alat peraga dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Kuesioner Validasi Alat Peraga oleh Pakar dan Guru
Validator Jumlah skor
Rata-rata Keterangan
skala 4 1
59 3,69
Sangat baik
2
59 3,69
Sangat baik
3
61 3,81
Sangat baik
Rata-rata 3,73
Sangat baik
Berdasarkan tabel 4.5 rekapitulasi hasil validasi alat peraga diketahui rata- rata yang diperoleh yaitu 3,73. Menurut skala 4 rata-rata tersebut masuk dalam
klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa alat peraga sudah layak untuk digunakan. Meskipun sudah layak untuk digunakan, Validator 2 memberikan
komentar secara lisan mengenai alat peraga yang dikembangkan. Komentar yang diberikan yaitu berkaitan dengan warna untuk satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan
yang tidak sesuai dengan warna dalam montessori. Menurut Validator 2, meskipun alat peraga yang dikembangkan bukanlah alat peraga montessori akan
lebih baik jika warna yang digunakan sesuai dengan warna montessori. Selain itu
Validator 2 juga memberikan komentar perlu untuk meninjau lagi penggunaan bilik untuk siswa dengan ADHD. Dalam pembuatan alat peraga papan
penjumlahan dan pengurangan peneliti telah mendapatkan saran dari ahli Matematika dan ahli Psikologi Anak dan sehingga pembuatan alat peraga benar-
benar memperhatikan banyak hal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa alat peraga sudah layak untuk digunakan.
Validasi album bertujuan untuk mengetahui kualitas album baik sebagai pedoman cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan.
Validasi album juga dilakukan dengan maksud membantu peneliti dalam menyusun album yang baik terutama dalam susunan kalimat, penggunaan bahasa
dan desain album. Berikut tabel 4.6 hasil validasi album yang pertama. Tabel 4.6 Hasil Kuesioner Validasi Album oleh Pakar dan Guru
Validator Jumlah skor
Rata-rata Keterangan
skala 4 1
31 3,10
Baik
2 34
3,40 Sangat baik
3
38 3,80
Sangat baik
Rata-rata 3,43
Sangat baik
Hasil validasi album alat peraga diperoleh rata-rata 3,43. Berdasarkan klasifikasi dalam skala 4, rata-rata 3,43 masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini
menunjukkan jika album cara penggunaan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan sudah layak digunakan. Meskipun rata-rata validasi masuk dalam
kategori sangat baik, hasil validasi dari validator 2 diperoleh hasil jika kualitas album baik. Validator 1 dalam kesimpulan dengan melingkari poin kedua yaitu
jika album dapat digunakan dengan revisi sesuai saran. Saran yang diberikan Validator antara lain berkaitan dengan susunan kalimat, penggunaan bahasa,
desain album, serta kualitas gambar alat peraga digunakan belum baik. Masukan yang diberikan terkait beberapa kalimat dalam langkah-langkah cara penggunaan
alat peraga yang susunan kalimatnya belum memperhatikan S-P-O-K. Sedangkan dalam penggunaan bahasa, ada beberapa bahasa yang digunakan belum baku serta
kesalahan dalam penulisan. Desain media yang digunakan terlalu ramai dan berlebihan sehingga ada beberapa gambar yang harus dihilangkan. Masukan yang
lain berkaitan dengan kualitas album. Ada beberapa gambar yang pecah. Selain gambar yang pecah, pengambilan gambar yang kurang pencahayaan menjadikan
kualitas gambar tidak baik dan kurang menarik. Selain saran dari validator 1, validator 2 juga memberikan masukan yaitu pemilihan jenis huruf jangan terlalu
formal serta kualitas foto alat peraga diperperbaiki. Pada saat revisi album, revisi selain dari saran validator peneliti juga menambahkan gambar berupa penjelasan
bagian-bagian pada alat peraga. Berikut revisi album berdasarkan saran dari validator.
Tabel 4.7 Perbandingan Revisi Album Berdasarkan hasil Validasi
No Nama
Sebelum revisi Tindak lanjut
Sesudah revisi
1 Sampul
album Back gorund
diganti dengan yang
lebih sederhana
2 Pengenalan
alat peraga
papan penjumlahan
dan pengurangan
halaman
1 dan 2
Tata letak
gambar di buat rapi,
setiap gambar diberi
keterangan, gambar yang
mengganggu dihilangkan
serta mengganti
gambar yang pecah.
3. Langkah-
langkah cara penggunaan
alat peraga Penggantian
gambar alat
peraga dan
menghilang- kan
gambar- gambar yang
mengganggu.
Setelah selesai revisi alat peraga dan album peneliti melakukan validasi 2. Dalam validasi 2 album peneliti melakukan validasi dengan validator 1 dan
validator 2. Berikut tabel 4.8 hasil validasi revisi album oleh ahli. Tabel 4.8 Hasil Validasi revisi Album
Validator Jumlah skor
Rata-rata Keterangan
skala 4
1 38
3,80 Sangat baik
2 37
3,70 Sangat baik
Rata-rata 3,75
Sangat baik
Hasil validasi 1 album pada tabel 4.6 secara umum menunjukkan kualitas album sangat baik. Meskipun demikian, validator 1 memberikan kesimpulan jika
album bisa digunakan setelah dilakukan revisi sesuai dengan saran. Hasil validasi 1 oleh validator 1 sebelumnya mendapatkan rata-rata 3,1 yang berdasarkan skala 4
masuk dalam klasifikasi baik. Tabel 4.8 hasil validasi 2 album oleh validator 1 menunjukkan kualitas album yang meningkat dengan rata-rata 3,80. Dengan rata-
rata 3,80 berdasarkan skala 4 menunjukkan jika kualitas album masuk dalam klasifikasi sangat baik. Validasi 1 oleh validator 2 mendapatkan rata 3,40 dan
hasil validasi album setelah direvisi naik menjadi 3,70.
4.1.7 Revisi Produk
Dari analisis hasil validasi alat peraga oleh pakar dan guru terdapat beberapa yang akan ditindak lanjuti peneliti sebagai dasar perevisian prototipe.
Perevisian pada alat peraga adalah dengan mengganti warna pada nilai satuan, puluhan, dan satuan disesuaikan dengan warna dalam alat peraga montessori.
Warna satuan menggunakaan warna hijau, puluhan warna biru, dan ratusan warna merah. Pada montessori warna dalam nilai angka hanya ada tiga yaitu sampai
ratusan saja. sedangkan untuk nilai angka lebih dari ratusan memutar lagi dimulai
dengan warna
hijau dan seterusnya. Untuk memudahkan siswa dalam
membedakan nilai tempat angka pada papan penjumlahan, peneliti tidak menggunakan warna sesuai montessori. Dikarenakan warna dalam montessori
untuk ribuan warna hijau sesuai dengan warna pada satuan. Peneliti memilih menggunakan warna kuning untuk warna pada ribuan. Peneliti dalam memilih
warna kuning untuk ribuan tidak memutuskan sendiri namun sudah berkonsultasi dengan Validator 2. Berikut adalah perbandingan revisi alat peraga yang
disajikan dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Perbandingan Revisi Alat Peraga Berdasarkan
hasil Validasi
No Nama
Sebelum revisi Tindak
lanjut Sesudah revisi
1 Papan
penjumlahan dan
pengurangan Mengubah
warna sesuai warna
alat peraga
montessori
2 Kartu
gambar Mengubah
warna sesuai warna
alat peraga
montessori
3 Kartu angka
Mengubah warna sesuai
warna alat
peraga montessori
Revisi album selain seperti yang dijelaskan pada tabel 4.7, revisi album juga meliputi kesalahan dalam penulisan serta susunan kalimat yang belum baik.
Selain itu peneliti mengganti jenis huruf yang sebelumnya Times New Roman menjadi Arial Unicode MS.
4.2 Pembahasan