Nilai-Nilai Luhur Pancasila
19
dalam aspek-aspeknya, pada hakikatnya berupa suatu tata nilai, di mana nilai dapat kita rumuskan sebagai hal ihwal
baik buruknya sesuatu, dalam hal ini ialah apa yang dicita- citakan.
b. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila
Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut.
1 Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan
dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat. 2 Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi
yang tertutup dan beku cenderung meredupkan per- kembangan dirinya.
3 Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau. 4 Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai
dasar Pancasila yang bersifat abadi dan hasrat me- ngembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka
mencapai tujuan nasional. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam
penerapannya, berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia modern. Kita mengenal ada tiga
tingkat nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental
sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan, dan nilai praksis
berupa pelaksanaan secara nyata yang sesungguhnya. Nilai- nilai Pancasila dijabarkan dalam norma-norma dasar
Pancasila yang terkandung dan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasar yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 ini tidak boleh berubah atau diubah, karena itu adalah pilihan dan hasil konsensus bangsa yang
disebut kaidah pokok dasar negara yang fundamental Staats Fundamental Norm
. Perwujudan atau pelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praksis harus tetap mengandung
jiwa dan semangat yang sama dengan nilai dasarnya.
Gambar 1.8 Sikap mencoret-coret mencerminkan perilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sumber:
Tempo, 11 Juli 2005
Di unduh dari : Bukupaket.com
20
Pendidikan Kewarganegaraan SMP dan MTs Kelas VIII
c. Sifat Ideologi
Kebenaran pola pikir seperti terurai di atas adalah sesuai dengan sifat ideologi yang memiliki tiga dimensi penting
sebagai berikut. 1
Dimensi Realitas Nilai-nilai yang terkandung di dalam dirinya bersumber
dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat, sehingga tertanam dan berakar di dalam masyarakat, terutama
pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu
adalah milik mereka bersama. Dengan begitu nilai-nilai dasar ideologi tertanam dan berakar di dalam masyarakat-
nya.
2 Dimensi Idealisme
Di dalamnya terkandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Cita-cita tersebut berisi harapan yang masuk akal, bukanlah lambungan angan-
angan yang sama sekali tidak mungkin direalisasikan. Oleh karena itu, dalam suatu ideologi yang tangguh
biasanya terjalin keterkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi realita dan dimensi
idealisme yang terkandung di dalamnya. Logikanya, Pancasila bukan saja memenuhi dimensi kedua dari suatu
ideologi, tetapi sekaligus juga memenuhi sifat keterkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara
dimensi pertama dimensi realitas dengan dimensi kedua dimensi idealisme.
3 Dimensi Fleksibilitas
Melalui pemikiran baru tentang diri, ideologi memper- segar dirinya, memelihara, dan memperkuat relevansinya
dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, dapat kita sebut sebagai dinamika internal yang merangsang mereka
untuk meyakini dan mengembangkan pemikiran- pemikiran baru tentang dirinya tanpa khawatir atau
menaruh curiga akan kehilangan hakikat dirinya. Melalui itu, kita yakin bahwa relevansi ideologi kita akan makin
kuat, jati diri akan makin mantap dan berkembang.
Sejalan dengan itu, kita yakin bahwa Pancasila memiliki dimensi ketiga, yaitu dimensi fleksibilitas atau dimensi
pengembangan, yang juga diperlukan oleh suatu ideologi guna memelihara dan memperkuat relevansinya dari masa
ke masa.
4. Batas-Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila