25
tidak  menyenangkan  dibandingkan  dengan  berkomunikasi dengan  seseorang  yang  tidak  menikmati  adanya  pertukaran
atau  tidak  merespon  dengan  senang  terhadap  sebuah  situasi atau konteks.
b. Stroking
merupakan  hal  yang  penting  dalam  analisis  transaksional dan di dalam interaksi manusia pada umunya. Stroking bisa terjadi
secara  positif  dan  negatif,  dan  secara  verbal  dan  non  verbal. Contohnya  secara  verbal,  “Aku  menyukaimu,”  “Kamu    jelek.”.
Atau  secara  non  verbal  dapat  terjadi  dengan  cara  tersenyum, mengedipkan  mata, memeluk, atau memukul.
5. Kesetaraan
Komunikator interpersonal  yang efektif harus mencapai  interaksi interpersonal dengan kepercayaan bahwa setiap orang bisa berkontribusi
di dalam kesuksesan interaksi tersebut.
E. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Di dalam melakukan komunikasi interpersonal, terdapat beberapa hal yang  mempengaruhi  komunikasi  interpersonal,  yakni  faktor  personal  dan
faktor situasional. Faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan antara lain:
1. Faktor Personal
a.  Konsep Diri Konsep diri adalah gambaran subjektif suatu individu terhadap
dirinya  sendiri.  Hal  tersebut  dipengaruhi  oleh  persepsi  individu  itu
26
sendiri  dan  berbeda  dari  bagaimana  orang  lain  melihat  individu tersebut.  Konsep  diri  sangat  penting  perannya  di  dalam  komunikasi
interpersonal. Hal ini dikarenakan pentingnya untuk mengerti diri kita sendiri  sebelum  kita  mengerti  orang  lain  yang  menjalin  hubungan
dengan kita dan membangun komunikasi interpersonal Beebe, Beebe, Redmond,  2009.  Menurut Rakhmat   2008 self concept memiliki
pengaruh langsung terhadap bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Mengenai bagaimana orang tersebut bertingkah laku sesuai
dengan konsep dirinya. b.  Harga Diri
Harga  diri  seringkali  dilihat  sebagai  sebuah  perbandingan antara  diri  sendiri  dengan  orang  lain,  dalam  hal  kemampuan,
penampilan  personal,  kepemilikan  materi,  dan  kualitas-kualitas  lain atau  karakteristik  lainnya.  Harga  diri  sendiri  sangat  erat  kaitannya
dengan konsep diri.  Apabila konsep diri merupakan sebuah deskripsi akan diri sendiri, harga diri lebih merupakan sebuah evaluasi akan diri
sendiri.  Harga  diri  ini  sendiri  bisa  dikembangkan  tidak  hanya  dalam bentuk  bagaimana  seseorang  menilai  dirinya  sendiri  tetapi  juga
bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Menurut Walster dalam  Rakhmat,  2008,  bila  harga  diri  direndahkan,  hasrat  afiliasi
bergabung  dengan  orang  lain  bertambah  dan  ia  akan  menjadi  lebih responsif  untuk  menerima  kasih  sayang  dari  orang  lain.  Tubbs  dan
27
Moss, 1974 dalam Rakhmat, 2008 juga menyimpulkan bahwa orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
c.  Kesamaan Karakteristik Personal Rakhmat  2008  menyebutkan  bahwa  orang-orang  yang
memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosio- ekonimis,  agama, ideologis,  cenderung saling menyukai.  Hal  ini juga
dikuatkan  oleh  Don  Bryne,  1971  dalam  Rakhmat,  2008,  yang menunjukkan  hubungan  linear  antara  atraksi  dengan  kesamaan,
dengan  menggunakan  teori  peneguhan  dari  Behaviorisme.  Persepsi tentang  adanya  kesamaan  mendatangkan  ganjaran,  dan  perbedaan
tidak mengenakkan. d.  Tekanan Emosional stress
Seseorang  akan  menginginkan  kehadiran  orang  lain  ketika berada  dalam  tekanan  emosional  atau  keadaan  yang  mencemaskan
Rakhmat, 2008.
Sehingga, orang-orang
yang mengalami
pernderitaan  bersama-sama  akan  membentuk  kelompok  yang bersolidaritas tinggi.
e.  Pembukaan Diri Orang  lain  dapat  mengetahui  apa  yang  terjadi  di  dalam  diri
kita,  mengenai  apa  yang  sedang  kita  pikirkan  atau  rasakan  dan  apa yang  kita  pedulikan  Barker    Gaut,  2002.    Menurut  Lazowski
Andersen,  1990  dalam  Barker    Gaut,  2002  pembukaan  diri  yang tepat  dapat  mengurangi  kecemasan,  meningkatkan  kenyamaan  dan
28
intensitas  atraksi  interpersonal.  Sedangkan  menurut  Finkenauer Hazam,  2000  dalam  Barker    Gaut,  2002  pembukaan  diri  dapat
meningkatkan kepuasaan pernikahan. f.
Kepercayaan Barker    Gaut  2002  mendefinisikan  kepercayaan  sebagai
sebuah  interaksi  antara  mempercayai  dan  perilaku  yang  dapat dipercaya.  Lebih spesifik lagi, hal  tersebut  termasuk pengakuan  akan
kebebasan  dari  setiap  individu  yang  terlibat  dan  penerimaan kewajiban  untuk  tidak  terlalu  memegang  kontrol  dalam  sebuah
hubungan.
2. Faktor Situasional