Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

44 4 Normality Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov Gujarati, 1997:150. Menurut Gujarati 1997:150, pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah : 1. Jika nilai signifikan Nilai Probabilitasnya 0.05, maka didistribusinya tidak normal. 2. Jika nilai signifikan Nilai Probabilitasnya 0.05, maka didistribusinya adalah normal.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data untuk menguji hipotesa adalah : a. Melakukan perhitungan terhadap variabel bebas: b. Melakukan penghitungan koefisien regresi dengan analisis regresi linier berganda. Y = β + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +  Keterangan: Y = Holding Period X 1 = Bid Ask Spread X 2 = Market Value X 3 = Risk of Return 45  = regrresion coefficient  = intercept  = error term c. Pengujian Hipotesis uji F dan uji t Tahap 1 : Melakukan uji F Tujuan melakukan uji F adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh transaction cost yang terdiri dari: bid ask spread, market value dan risk of return secara simultan terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Langkah- langkahnya adalah: 1. Menentukan level of significant  sebesar 5 dan untuk menentukan F tabel dengan cara mengetahui derajat kebebasan V 1 dan V 2 yang mana V 1 = k dan V 2 = n - k-1. 2. Menentukan daerah penerimaan H dan H A a. Jika F hitung  F tabel, maka H diterima. b. Jika F hitung F tabel, maka H ditolak. Tahap 2 : Melakukan uji t Tujuan melakukan uji t adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh transaction cost yang terdiri dari: bid ask spread, market value dan risk of return secara parsial terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Adapun Langkah- langkahnya sebagai berikut: 46 1. Menentukan level of significant  sebesar 5 dan untuk menentukan t tabel dengan degree of freedom df sebesar n - k+1. 2. Menentukan daerah penerimaan H dan H A a. Jika t hitung t tabel atau t hitung t tabel, maka H ditolak. b. Jika t tabel  t hitung  t tabel, maka H diterima. d. Pengujian Hipotesis Koefisien Determinasi R 2 Menghitung koefisien determinasi majemuk R 2 , yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ketepatan yang paling baik dari model regresi yang digunakan. Jika R 2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 satu, maka dikatakan semakin kuat model tersebut dipakai sebagai alat peramalan karena sebagian besar variabilitas holding period saham dapat dijelaskan oleh bid ask spread, market value dan risk of return. Jika R 2 mendekati 0 nol, maka semakin lemah model tersebut dipakai sebagai alat peramalan karena sebagian besar variabilitas bid ask spread, market value dan risk of return tidak mampu mempengaruhi holding period saham kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya R 2 adalah : 0  R 2  1.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Indonesia mempunyai 2 bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Perdagangan saham lebih banyak dilakukan di Bursa Efek Jakarta sedangkan Bursa Efek Surabaya saat ini lebih banyak memfokuskan pada derivatif trading dan perdagangan obligasi fixed income. Perkembangan Bursa Efek Jakarta BEJ dimulai pada saat tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan Keppres No. 521976 dimana pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk Badan Pelaksanaan Pasar Modal Bapepam. Pada tahun itu juga PT Semen Cibinong tercatat sebagai perusahaan pertama yang mencatatkan sahamnya untuk diperdagangkan. Perkembangan pasar modal sampai dengan tahun 1983 berjalan sangat lambat, bahkan mengalami stagnasi sampai dengan tahun 1987. Hal ini disebabkan antara lain karena prosedur emisi efek terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana. Untuk lebih mendorong perkembangan pasar modal, pada akhir tahun 1987 hingga 1990 pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa paket deregulasi. Diantaranya adalah Paket Kebijakan Desember Pakdes 1987 yang berisi penyederhanaan persyaratan emisi efek, penyederhanaan prosedur 47