ANALISIS PENGARUH TRANSACTION COST TERHADAP HOLDING PERIOD PADA INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMENT DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh: IRSYADA ARROISI

0613010232/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Oleh: IRSYADA ARROISI

0613010232/FE/AK

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun Oleh:

IRSYADA ARROISI 0613010232/FE/AK

Telah Dipertahankan Di Hadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 17 Desember 2010

Pembimbing Utama : Tim Penguji

Ketua

Dra. Ec. Dwi Suhartini, MAks Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM Sekertaris

Dra. Ec. Dwi Suhartini, MAks Anggota

Drs. Ec. R. Sjarief Hidayat, MSi Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389


(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Transaction Cost Terhadap Holding Period Pada Industri Tekstil Dan Garment Di Bursa Efek Indonesia” dapat terselesaikan dengan baik. Maksud penyusunan skripsi ini bagi mahasiswa adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Mayjend (Purn) Dr. (HC). H. Warsito, SH, MM., Selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

ii

petunjuk sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya pada penulis selama kualih di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak, ibu beserta semua anggota keluargaku yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil dan segala cinta kasihnya.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas bantuan dan dukungan bagi penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari kekurangan dari penulisan skripsi ini dan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Desember 2010 Penulis


(6)

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAK ...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Rumusan Masalah ...5

1.3. Tujuan Penelitian ...5

1.4. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ...7

2.2. Landasan Teori...9

2.2.1. Investasi Saham...9

2.2.2. Macam-Macam Motif Investasi dan Memilih Saham Yang Cocok...10

2.2.3. Strategi Investasi ...12

2.2.4. Resiko Investasi Saham...12

2.2.5. Asimetri Informasi ...16

2.2.6. Biaya Transaksi...17


(7)

2.2.7. Holding Period ...26

2.2.8. Hubungan Biaya Transaksi dengan Holding Period ...31

2.3. Kerangka Pikir ...33

2.4. Hipotesis...35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel...36

3.2. Teknik Penentuan Sampel...38

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...40

3.3.1. Jenis Data ...40

3.3.2. Sumber Data...40

3.3.3. Metode Pengumpulan Data ...40

3.4. Pengujian Asumsi Klasik ...41

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...44

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia...47

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian...49

4.2.1. Deskripsi Variabel Bid Ask Spread (X1) ...49

4.2.2. Deskripsi Variabel Market Value (X2) ...50

4.2.3. Deskripsi Variabel Risk of Return (X3) ...51

4.2.4. Deskripsi Variabel Holding Period (Y)...52

4.3. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis ...54

4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ...54

4.3.1.1. Pengujian Non Multikolinieritas...54


(8)

v

4.3.2. Analisis Regresi Linear Berganda...56

4.3.3. Pengujian Hipotesis...58

4.3.3.1. Uji Simultan...58

4.3.3.2. Uji Parsial ...59

4.4. Pembahasan...63

4.4.1. Implikasi...65

4.4.2. Pengembangan Ilmu...66

4.4.3. Konfirmasi Dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian...67

4.4.4. Perbedaan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu ...67

4.4.5. Keterbatasan Penelitian...69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...70

5.2. Saran...71

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN


(9)

Tabel: Halaman

1. Nama Perusahaan ...40

2. Deskripsi Variabel Bid Ask Spread Tahun 2004-2008...49

3. Deskripsi Variabel Market Value Tahun 2004-2008...51

4. Deskripsi Variabel Risk of Return Tahun 2004-2008...52

5. Deskripsi Variabel Holding Period Tahun 2004-2008 ...53

6. Uji Heteroskedastisitas ...55

7. Uji Normalitas ...56

8. Hasil Uji Parsial...59


(10)

Gambar: Halaman 1. Fluktuasi Harga Saham Perusahaan Tekstil ...3


(11)

INDONESIA Oleh Irsyada Arroisi

Dra. Ec. Dwi Suhartini MAks

Industri tekstil merupakan industri yang dihadapkan pada persaingan berat setelah tekstil dari China membanjiri pasar nasional. Kondisi yang demikian menyebabkan produk tekstil lokal tidak terserap dengan baik oleh pasar lokal. Tahun 2007 dengan frekuensi beredar sebesar 160,564 kali dengan jumlah saham yang dipergagangkan sebesar 17,002 juta lembar. Sementera itu untuk tahun 2008 frekuensi perdagangan saham menurun drastis hanya menjadi sebesar 3210 kali, dengan jumlah saham beredar sebesar 19,959 juta lembar. Dengan adanya frekwensi saham yang berfluktuatif menunjukkan besaran holding period pada industri tekstil dan garmen pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 mengalami kondisi yang berfluktuatif. Tujuan dari penelitian ini, untuk menganalisis pengaruh transaction

cost berupa bid ask spread, market value dan risk of return terhadap holding period

pada kelompok industri tekstil dan garment di Bursa Efek Indonesia.

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan seluruh perusahaan tekstil dan garmen yang listing, tahun 2004 – 2008 sebanyak 22 perusahaan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dengan data laporan keuangan maka jumlah perusahaan sampel sebanyak 5 tahun X 22 perusahaan, jadi sampel pada penelitian ini sebanyak 110 laporan keuangan.

Setelah dilakukan pengujian atas hipotesis yang diajukan, maka diperoleh kesimpulan transaction cost berupa bid ask spread, market value dan risk of return secara simultan berpengaruh terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia setelah dilakukan pengujian teruji kebenarannya. Variabel bid ask spread secara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap holding

period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Variabel market value dan risk of return memiliki pengaruh yang signifikan terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia.


(12)

ON TEXTILE AND GARMENT INDUSTRY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

By Irsyada Arrois

Dra. Ec. Dwi Suhartini MAks

The textile industry is an industry that faced heavy competition from China after textiles flooded the national market. Such conditions cause local textile products is not absorbed well by the local market. In 2007 the frequency of circulation of 160.564 times with the number of shares amounted to 17.002 million shares dipergagangkan. Sementera it for 2008 stock trading frequency dropped dramatically only amounted to 3210 times, with the number of shares outstanding of 19.959 million shares. With the frequency fluctuation shows the amount of shares that the holding period in the textile and garment industry in 2007 until the year 2008 the conditions fluctuate. The purpose of this study, to analyze the influence of transaction cost in the form of bid ask spread, market value and risk of return to the holding period in the group of textile and garment industry in Indonesia Stock Exchange.

The population in this study is the financial statements of all textile and garment companies which are listing, the year 2004 - 2008 by 22 companies. The sampling technique used was purposive sampling, namely the determination of the sample by using certain criteria. Based on the criteria established by the financial reporting data, the number of sample companies as much as 5 years X 22 companies, so the sample in this study of 110 financial statements.

After testing the above hypothesis and then conclude the transaction cost in the form of bid ask spread, market value and risk of return simultaneously affect the holding period in the group of textile and garment industry in Indonesia Stock Exchange after testing verified. Bid ask spread variable has no significant effect on the holding period in the group of textile and garment industry in Indonesia Stock Exchange. Variable market value and risk of return has a significant influence on the holding period in the group of textile and garment industry in Indonesia Stock Exchange.


(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Krisis keuangan global telah berdampak pada perekonomian dunia. Indonesia sebagai negara yang terkena imbas dari krisis keuangan global. efek negatif dari krisis keuangan global ini yaitu omzet manufaktur mengalami penurunan, kerusakan infrastruktur, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sulitnya tambahan likuiditas modal kerja dan masih rumitnya proses birokrasi menjadi kendala utama penurunan aktivitas perdagangan. Keadaan ini bisa turut berperan memangkas perndapatan negara. Berdasarkan informasi sejumlah asosiasi usaha, mayoritas industri yang berkontribusi signifikan terhadap penurunan omzet adalah sektor industri berbasis ekspor, seperti teksitil dan produk tekstil (TPT), industri hasil hutan, kayu olahan dan furnitur, elektronik, alas kaki, pulp dan kertas, sarung tangan karet dan minyak sawit mentah (www.inaplas.org, 2008).

Kelompok perusahaan manufaktur selama tahun 2008 mampu menyumbangkan kapitalisasi pasar sebesar 40,65% (sebesar Rp. 109,123 triliun) dari total kapitalisasi pasar. Sementara itu ditinjau dari sisi volume saham yang beredar perusahan manufaktur hanya sebesar 34,83%. Hal ini mengindikasikan bahwa saham perusahaan manufaktur lebih diminati, dibandingkan dengan kelompok saham lain. Ditinjau dari nilai perdagangan, saham perusahaan manufaktur mampu menyumbangkan sebesar 42,09% (Rp.


(14)

50,828 triliun). Pada bagian lain kelompok perusahaan manufaktur memiliki kontribusi terhadap keseluruhan frekuensi perdagangan saham sebesar 38,97%. Jika diperhatikan persentase kontribusi perdagangan saham perusahaan manufaktur (38,97%) lebih besar dibandingkan dengan persentase saham beredar (34,83%). Hal ini mengindikasikan bahwa saham perusahaan manufaktur sadalah saham yang likuid. Namun demikian pada industri manufaktur, terdapat kelompok industri dengan likuiditas sangat rendah dan fluktuasi, yaitu industri tekstil dan garmen.

Industri tekstil merupakan industri yang dihadapkan pada persaingan berat setelah tekstil dari China membanjiri pasar nasional. Kondisi yang demikian menyebabkan produk tekstil lokal tidak terserap dengan baik oleh pasar lokal. Secara bertahap perusahaan mengalami penurunan produksi yang berdampak pada penurunan kinerja keuangan perusahaan. Kondisi yang demikian menyebabkan saham perusahaan tekstil yang go public di BEI menjadi kurang diminati oleh investor.

Tahun 2007 dengan frekuensi beredar sebesar 160,564 kali dengan jumlah saham yang dipergagangkan sebesar 17,002 juta lembar. Sementera itu untuk tahun 2008 frekuensi perdagangan saham menurun drastis hanya menjadi sebesar 3210 kali, dengan jumlah saham beredar sebesar 19,959 juta lembar. Tahun 2009 frkuensi perdagangan mengalami peningkatan tajam yang mencapai 138,713 kali dengan jumlah saham beredar sebesar 10,863 juta lembar. Jumlah perusahaan yang tergabung dalam industri tekstil dan


(15)

garmen sebesar 22 perusahaan pada tahun 2007, 21 perusahaan pada tahun 2008 serta 23 perusahaan pada tahun 2009.

Gambar 1. Fluktuasi Harga Saham Perusahaan Tekstil

Sumber: www.idx.co.id. Data diolah

Gambar diatas menunjukkan besaran holding period pada industri tekstil dan garmen pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami kondisi yang berfluktuatif. Hal ini kemungkinan di pengaruhi adanya

transaction cost yang berfuktuatif, disamping itu ada kemungkinan adanya

kondisi holding period yang tinggi berakibat pada likuiditas perusahaan menjadi terendah, hal itu nampak pada frekwensi perdagangan saham rendah menunjukkan holding period yang tinggi dan sebaliknya.

Holding period adalah lamanya waktu yang dibutuhkan investor

untuk berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia dikeluarkan atau dengan kata lain rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan selama bulan atau periode penelitian (Jones, 1996:120).


(16)

Cerminan holding period adalah likuiditas yang menggambarkan seberapa lama investor memegang atau menahan kepemilikan atas saham. Semakin likuid saham suatu perusahaan maka dapat diduga semakin baik penilaian investor terhadap kinerja perusahaan. Sebaliknya semakin tidak likuid suatu saham, penilaian investor terhadap kinerja perusahaan semakin kurang baik, maka investor enggan berdagang saham yang kurang atau tidak likuid (Fabozzi, 1999: 249).

Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa semakin likuid suatu saham, maka akan semakin rendah holding period, demikian pula sebaliknya semakin tidak likuid suatu saham, maka akan semakin panjang holding

period. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa investor akan segera melepas

saham yang dipegangnya setelah memperoleh keuntungan atau gain. Selama investor belum memperoleh gain, maka investor akan cenderung menahan saham dimiliki. Kondisi tersebut akan tidak berlaku apabila harga saham yang dimiliki investor terus menerus memiliki kecenderungan menurun (Zuhroh, 2002).

Pengaruh bid ask spread, market value dan risk of return terhadap

holding period disampaikan oleh Atkin dan Dyl (1997:309) yang menyatakan

bahwa: “…average holding period are funtion of bid ask spread, market value and risk of return”. Inti dari pernyataan tersebut adalah bahwa holding period merupakan fungsi dari bid ask spread, market value dan risk of return secara simultan. Semakin tinggi ketiga variabel tersebut secara simultan, maka akan semakin lama holding period, sebaliknya semakin rendah ketiga variabel


(17)

tersebut secara simultan akan semakin pendek holding period. Menurut Amihud dan Medelson (1996:228) dalam teori “basis for the proposition” yang menyatakan assets dengan biaya transaksi tinggi akan dipegang oleh investor (holding period) dalam jangka waktu yang lama. Demikian juga dengan nilai pasar assets (market value) dan risiko pendapatan (risk of

return) berdampak secara simultan terhadap jangka waktu investor dalam

memegang sebuah assets (holding period).

Untuk itu menarik untuk ditiliti penyebab industri tekstil dan garment memiliki holding period yang cenderung berfluktuatif. Mencermati fenomena yang terjadi, maka penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti lebih jauh pengaruh transaction cost berupa bid ask spread, market value dan risk of return terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garment di Bursa Efek Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah

transaction cost berupa bid ask spread, market value dan risk of return

berpengaruh terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garment di Bursa Efek Indonesia?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: “Untuk menganalisis pengaruh transaction cost berupa bid ask spread, market value


(18)

dan risk of return terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan

garment di Bursa Efek Indonesia”.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Bagi investor

Bermanfaat bagi investor dalam memberi sumbangan informasi dan pengetahuan dalam menganalisis keputusan investasi.

2. Bagi akademis

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama pada bidang akuntansi keuangan, investasi dan manajemen keuangan.

3. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan pengetahuan dari mata kuliah yang didapat dan beberapa buku referensi yang diperoleh penulis selama kuliah.


(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian berkaitan dengan holding period sudah dilakukan oleh penelitian terdahulu, di antaranya oleh:

1. Atkins dan Edward (1997) dengan judul: “Transactions Costs and

Holding Periods for Common Stocks”. Hasil penelitian ini adalah

terdapat pengaruh positif signifikan bid ask spread dan market value terhadap holding period indeks bursa Nasdaq dan NYSE, sedangkan

risk of return saham berpengaruh negatif signifikan terhadap holding period indeks bursa Nasdaq dan NYSE. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan serta alat uji yang digunakan. Adapun perbedaan diantara keduanya adalah obyek penelitian, penelitian terdahulu menggunakan indeks bursa Nasdaq dan NYSE, sedangkan penelitian ini hanya memfokuskan pada industri tekstil dan garment. 2. Subali dan Zuhroh (2002), dengan judul “Analisis Pengaruh

Transaction Cost Terhadap Holding Period Saham Biasa (Studi Kasus

Pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2000)”. Pada penelitian ini analisis regresi dilakukan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independen (bid-ask spread, market value dan risk of return saham) dengan variabel dependen holding period. Hasil pengujian


(20)

3. Halim dan Hidayat (2000) dengan judul: “Studi Emperis Tentang Pengaruh Volume Perdagangan dan Return Terhadap Bid Ask Spread Saham Industri Rokok di Bursa Efek Jakarta Dengan model koreksi kesalahan”. Penelitian ini memodelkan terdapat hubungan negatif antara volume perdagangan saham dan harga (return) saham terhadap jangka waktu memegang saham (hoding period), dengan demikian semakin tinggi volume perdagangan saham dan harga (return) saham, maka akan semakin singkat holding period. Sebaliknya, semakin rendah volume perdagangan saham dan harga (return) saham, maka akan semakin panjang holding period.


(21)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Investasi Saham

Untuk memutuskan untuk berinvestasi saham seorang investor tidak akan terpisahkan dari pasar modal. Hal ini diungkapkan oleh Myers (1996:5) sebagai berikut : “The investment decision can be separated from capital

market either. A firm which in its stockholders interest should accept those investment which increase the value of either stake in the firm but that requires a theory of how common stocks are valued”.

Saham merupakan salah satu jenis efek yang paling dinamis diperdagangkan karena pembentukan harga yang dilakukan oleh kekuatan pasar, yaitu antara pembeli dan penjual. Adapun keuntungan yang diperoleh investor yang telah memiliki saham, yaitu :

a. Kemungkinan memperoleh capital gain, yaitu selisih positif antara harga pada saat membeli saham jika dibandingkan harga saham pada saat menjual saham tersebut di bursa efek.

b. Memiliki prioritas untuk membeli surat berharga yang dikeluarkan untuk perusahaan.

c. Kemungkinan memperoleh dividen tunai atau saham (dividen saham). d. Kemungkinan memperoleh hak atas saham bonus.

e. Waktu kepemilikan tidak terbatas dan berakhir pada saat menjual kembali.


(22)

Adapun kegiatan para investor yang juga disebut pemodal tersebut tergantung pula pada tujuan mereka sebagai pemodal, yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok seperti yang dikemukakan oleh Usman (1990:55):

a. Pemodal yang bertujuan memperoleh dividen. Kelompok ini berharap memperoleh dividen yang cukup dan terjamin tiap tahun.

b. Pemodal yang bertujuan berdagang. Kelompok ini mempunyai harapan untuk mendapatkan capital gain atau keuntungan selisih harga beli dan harga jual suatu saham.

c. Pemodal yang ingin memiliki suatu perusahaan. Pemodal tidak memperhitungkan dividen dan pertumbuhan dalam penilaian sahamnya, tetapi biasanya lebih ditekankan pada kekayaan perusahaan.

d. Pemodal yang merupakan spekulator. Kelompok ini menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang, yang diyakini akan berkembang dengan baik dengan menggunakan berbagai informasi.

2.2.2. Macam-Macam Motif Investasi Dan Memilih Saham Yang Cocok

Ada beberapa macam motif investasi saham menurut Buletin BES (1999:8) adalah sebagai berikut :

a. Motif Keamanan

Merupakan motif yang mendasar dalam saham, adalah bahwa tidak seorangpun yang menginginkan kerugian dalam melakukan investasi. Apabila motif keamanan menjadi pertimbangan pertama seorang


(23)

investor maka mungkin investor tersebut memilih untuk membeli saham-saham yang tidak terpengaruh oleh pertimbangan ekonomi seperti resesi.

b. Motif Pendapatan

Merupakan salah satu motif investasi yang banyak mewarnai tindakan para investor. Investor seperti ini mengharapkan pendapatan yaitu dividen yang cukup besar. Apabila investor bermotif seperti ini, maka jenis saham yang cocok untuk dibeli adalah saham-saham unggul (blue

chips), yaitu saham perusahaan besar yang dikenal luas, telah lama

berdiri, stabil serta matang.

c. Motif Pertumbuhan jangka Panjang Dengan Sedikit Risiko

Merupakan motif investasi bagi sebagian besar investor dan motif ini karena sebagian besar investor yakin bahwa investasi saham untuk mendatangkan keuntungan yang cukup besar dal m jangka panjang. Umumnya investor seperti ini kurang begitu tertarik terhadap dividen. Karena itu saham-saham yang cocok bagi mereka adalah jenis-jenis saham yang berkembang (growth stocks) yaitu saham perusahaan yang tumbuh diatas rata-rata lainnya.

d. Motif Pertumbuhan Jangka Pendek Dengan Risiko Relatif Tinggi

Merupakan motif yang sedikit spekulatif karena investor yang demikian cenderung untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek tetapi risikonya cukup besar. Investor yang bermotif seperti ini tidak jarang menderita kerugian yang besar kalau tidak berhati-hati dalam melakukan


(24)

perhitungan yang cermat. Karena itu untuk menghindari diri dari kerugian yang cukup besar, investor seperti ini disarankan senantiasa berusaha memperoleh informasi yang menguntungkan.

2.2.3. Strategi Investasi

Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai 3 tujuan utama, yaitu:

a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non spekulatif lainnya.

b. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham penghasilan untuk mendapat dividen.

Sebagai sumber penghasilan penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan dividen, sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi.

2.2.4. Risiko Investasi Saham

Secara umum hampir semua investasi termasuk investasi saham mengandung unsur ketidakpastian. Investor tidak tahu dengan pasti berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukan dan yang dapat dilakukan hanya memperkirakan besarnya hasil yang diharapkan dari


(25)

investasi tersebut. Sering terjadi keuntungan yang diharapkan berbeda dengan yang sesungguhnya terjadi dan ini dikatakan sebagai risiko. Dalam keadaan seperti ini berarti para investor menghadapi risiko dalam investasi yang dilakukannya. Semakin besar penyimpangan antara hasil sesungguhnya dengan hasil yang diharapkan, berarti akan semakin besar risiko yang ditanggung. Dengan demikian risiko berbanding lurus dengan keuntungan yang diharapkan. Besarnya keuntungan yang diharapkan dari setiap sekuritas tidak sama karena besarnya risiko yang akan mereka tanggung juga tidak sama.

Levy dan Sarnat (1992:222) mengatakan “The term risk or

equivalently uncertainty will be used to describe an option whose profit is not known in advance with absolute certainty, but for which an array of alternative outcomes and their probabilities are known”. Risiko

menunjukkan keadaan dimana profit yang akan terjadi tidak diketahui sebelumnya secara pasti, tetapi dapat disusun suatu alternatif kemungkinan kejadian yang dapat diketahui.

Ada beberapa jenis risiko investasi dilihat dari sumber penyebabnya yang dapat digolongkan menjadi sembilan jenis faktor risiko menurut Francis (1996:210), yaitu:

a. Default risk (risiko kegagalan) adalah risiko yang timbul bila perusahaan

pailit. Beberapa faktor risiko kegagalan ini secara sistematis bersumber dari kegagalan usaha, sedangkan risiko kegagalan lainnya disebabkan oleh perubahan yang unik bagi perusahaan yang dipengaruhi.


(26)

b. Interest rate risk (risiko tingkat bunga) adalah risiko yang timbul akibat

dari perubahan tingkat bunga pasar. Risiko tingkat bunga merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasikan karena tingkat bunga cenderung untuk naik dan turun secara bersamaan dan mempengaruhi nilai dari aktiva secara umum.

c. Market risk (risiko pasar), yang timbul akibat terjadinya kondisi pasar

yang bull dan bear yang cenderung mempengaruhi semua surat berharga secara bersamaan.

d. Management risk (risiko manajemen) timbul ketika orang yang

mengelola aktiva investasi membuat kesalahan yang mengakibatkan turunnya nilai aktiva. Jadi risiko manajemen ini merupakan bagian dari risiko total yang disebabkan oleh pengambilan keputusan yang salah. e. Purchasing power risk (risiko daya beli), risiko ini disebabkan oleh

tingkat inflasi yang mempengaruhi daya beli dari mata uang.

f. Marketability risk (risiko kemampuan jual), merupakan bagian dari total

risiko aktiva yang disebabkan oleh potongan dan komisi penjualan, yang harus diberikan dalam rangka menjual aktiva yang tidak likuid.

g. Political risk (risiko politik), merupakan bagian dari variabilitas

pendapatan total aktiva yang disebabkan oleh perubahan lingkungan politik yang mempengaruhi nilai pasar aktiva.

h. Callability risk (risiko paksaan), merupakan variabilitas pendapatan

yang disebabkan oleh kenyataan bahwa surat berharga itu dapat secara hukum dipaksakan penjualannya.


(27)

i. Convertability risk (risiko dipertukarkan), merupakan variabilitas

pendapatan yang timbul karena surat berharga pasar (seperti obligasi) dapat ditukarkan dengan surat berharga lain (seperti saham biasa).

Usman (1990:5) mengatakan bahwa investor dihadapkan pada beberapa risiko, antara lain :

a. Risiko financial, yaitu risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham dan obligasi memenuhi kewajiban pembayaran dividen atau bunga serta pokok investasi.

b. Risiko pasar merupakan risiko menurunnya harga pasar secara substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat tingkat inflasi, ekonomi keuangan negara, perubahan manajemen perusahaan atau kebijakan pemerintah.

c. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi investor atau pemodal yang bertindak secara emosional dalam menanggapi perubahan-perubahan pasar. Para investor menanggapi perubahan harus berdasarkan optimisme atau pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham. Risiko ini erat kaitannya dengan risiko pasar dan risiko financial. Investor sebenarnya tidak membutuhkan dana sehingga tidak perlu menjual sahamnya, namun demikian mereka tetap menjual sahamnya, karena secara psikologis terpengaruh oleh investor lain.


(28)

2.2.5. Teori Asimetri Informasi

Manajemen biasanya memiliki informasi yang lebih mendalam tentang kondisi perusahaan yang sebenarnya. Fenomena ini bisa terjadi karena adanya information asymmetry diantara manajer dan investor. Sejalan

dengan pemikiran Ross (1977) tersebut, Miller dan Rock (1985) mengembangkan suatu model mengenai hubungan antara informasi asimetri dengan tingkat laba sekarang (current earning) dan tingkat investasi perusahaan (level of investment). Menurut Miller dan Rock (1985), karena earnings diasumsikan berkorelasi dari waktu ke waktu, investor luar bisa memprediksikan earnings masa datang bila laba sekarang diketahui. Karena tingkat investasi sulit dicermati (unobservable), pihak perusahaan mempunyai insentif membayar dividen yang lebih besar untuk memberikan sinyal earnings yang lebih tinggi dengan mengurangi investasi. Dalam keadaan ekuilibrium, suatu perusahaan dengan current earnings yang lebih tinggi membayar dividen yang cukup tinggi untuk membedakannya dengan perusahaan yang mendapatkan current earnings yang lebih rendah.

Argumen di atas mengindikasikan bahwa kelompok perusahaan dengan tingkat asimetri informasi yang tinggi akan membayar dividen yang lebih tinggi pula untuk memberikan sinyal tingkat earnings yang sama seperti perusahaan dengan tingkat asimetri yang lebih rendah. Secara singkat teori signaling memprediksikan semakin tinggi tingkat informasi asimetri, semakin tinggi juga kemungkinan perbedaan harga. Dalam penelitian ini, tingkat informasi asimetri antara pihak perusahaan dengan investor luar


(29)

diukur dengan bid-ask spread. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak yang mengggunakan spread perusahaan sebagai proxy informasi asimetri, diantaranya Leuz dan Verrecchia (2000), Healy et al. (1999), dan Deshmukh (2005).

Dasar penggunaan asimetri teori adalah adanya perbedaan informasi yang dimiliki antara manajemen dan investor. Perbedaan tersebut menghasilkan bid-ask spread yang cukup luas. Dimana bid-ask spread berdasar penelitian Atkins and Dyl (1997) merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi holding period.

2.2.6. BiayaTransaksi

Manajer keuangan dievaluasi melalui berbagai benchmark, dan dalam evaluasi tersebut harus dimasukkan biaya-biaya yang berhubungan ke dalam perkiraan. Pada masa investasi dimana 100 nilai dasar dapat membuat perbedaan, manajemen dan analisis yang hati-hati terhadap biaya transaksi dapat menghasilkan dividen yang sangat besar. Dalam upaya mengatur biaya transaksi secara efektif, manajer keuangan perlu memahami komponen-komponen yang berbeda dari biaya-biaya ini dan pelbagai cara untuk mengukurnya. Biaya investasi meliputi biaya penelitian dan biaya transaksi. Biaya penelitian mencakup biaya para analisis, komputer dan programmer untuk membentuk model penilaian dan biaya untuk membeli data dan mempertahankan basis data. Biaya transaksi terdiri dari komisi, ongkos, biaya

pelaksanaan, dan biaya peluang, yang dapat dikelompokkan menjadi


(30)

a. Biaya Transaksi Tetap

Komponen biaya transaksi tetap sangat mudah diukur dan digambarkan dengan komisi-komisi untuk makelar, pajak, dan ongkos. Komponen tetap relatif kecil. Komisi adalah jumlah uang yang dibayar kepada makelar untuk menjalankan perdagangan. Yang termasuk dalam kategori ongkos adalah ongkos untuk pemeliharaan dan ongkos transfer.

Ongkos pemeliharaan adalah ongkos yang dibebankan oleh suatu

institusi yang memegang sekuritas secara aman bagi investor. Ongkos

transfer adalah ongkos yang dibayar oleh investor utuk memindahkan

kepemilikan suatu saham.

b. Biaya Transaksi Variabel

Sementara komisi dan ongkos-ongkos mudah diukur, biaya transaksi variabel biaya pelaksanaan dan biaya peluang tidak. Biaya pelaksanaan menggambarkan perbedaan antara harga pelaksanaan suatu sekuritas dan harga akan muncul jika tidak ada perdagangan. Karena kedua kondisi ini tidak muncul secara bersamaan, biaya transaksi yang nyata tidak dapat diobservasi bersama-sama. Walaupun demikian, ada cara untuk mengukur biaya-biaya yang memberikan informasi yang berguna bagi manajer keuangan. Bukan pengukuran tunggal yang menceritakan cerita, dan perlu untuk menyediakan set patok-duga pengukuran yang mencakup seluruh proses transaksi. Lebih lanjut masalah pengukuran yang rumit adalah perlunya untuk memisahkan dampak investor lain dan struktur mekanis pasar.


(31)

Biaya pelaksanaan lebih lanjut dapat dibagi menjadi dampak

pasar atau harga dan pertimbangan penentuan waktu pasar. Biaya dampak pasar adalah hasil perbedaan permintaan penawaran dan

konsensi harga penyalur. Konsensi harga muncul karena risiko yang dialami penyalur dimana perdagangan investor kemungkinan dimotivasi oleh informasi yang dimiliki investor tetapi penyalur tidak mendapatkannya. (Perdagangan seperti itu disebut

information-motivated). Biaya penentuan waktu pasar yaitu biaya yang muncul dari

pergerakan harga saham selama waktu transaksi yang disandangkan pada aktivitas lain dalam saham.

a. Biaya peluang

Biaya peluang diartikan sebagai perbedaan dalam kinerja investasi aktual dan investasi yang diinginkan disesuaikan dengan biaya tetap dan biaya pelaksanaan. Perbedaan kinerja adalah konsekuensi karena tidak mampu menerapkan semua perdagangan yang diinginkan.

b. Biaya pelaksanaan.

Biaya pelaksanaan timbul dari permintaan yang cukup tinggi untuk pelaksanaan segera melalui permintaan untuk likuiditas dan aktivitas perdagangan pada tanggal perdagangan. Biaya pelaksanaan bervariasi sesuai dengan bentuk investasi dan permintaan perdagangan investor. Komponen biaya transaksi diikhtisarkan di bawah ini:

Biaya transaksi = biaya tetap + biaya variabel Biaya tetap = komisi + ongkos + pajak


(32)

Biaya variabel = biaya pelaksanaan + biaya peluang

Biaya pelaksanaan = biaya dampak pasar + biaya penentuan waktu pasar Biaya peluang = pengembalian yang diinginkan pengembalian aktual

biaya pelaksanaan biaya tetap.

Pengukuran biaya transaksi berdasarkan Atkins dan Dyl (1997) berupa

bid-ask spread, market value dan risk of return saham. Berikut ini penjelasan

ketiga pengukuran dari biaya transaksi.

2.2.6.1. Bid-Ask Spread

Di pasar tradisional, sebelum terjadi transaksi ada suatu proses tawar-menawar antara pembeli dan penjual sehingga akhirnya terbentuk suatu harga dan terjadilah suatu transaksi. Hal yang sama juga terjadi dalam transaksi surat berharga khususnya pasar saham, namun dengan beberapa aturan tertentu sesuai dengan karakteristik pasar surat berharga. Dalam transaksi saham, bid menunjukkan harga yang diajukan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut, sedangkan offer atau disebut juga ask menunjukkan harga yang ditawarkan oleh pihak yang akan menjual saham tersebut. Suatu transaksi belum terjadi bila terdapat perbedaan antara bid dan

ask (Darmadji dan M. Fakhruddin, 2001:116).

Agar terjadi suatu transaksi, maka pihak pembeli (pihak yang melakukan bid) dapat meningkatkan bid-nya atau pihak penjual (pihak yang melakukan ask) menurunkan tawarannya. Di Bursa Efek, aturan beberapa batasan dalam setiap kali penawaran (bid dan ask) diatur dengan jelas dan


(33)

diaplikasikan dalam komputer sistem perdagangan secara otomatis, yang dikenal sebagai Fraksi Harga atau Tick Price.

Para investor yang menyimpan suatu financial asset pasti akan memperhatikan pada tingkat harga berapa ia akan mengambil keputusan untuk membeli fiancial asset tersebut, serta setelah investor tersebut memperoleh return yang diharapkan, maka harus diperhatikan juga bahwa pada tingkat harga saham berapa ia akan mengeluarkan keputusan untuk menjual kembali financial asset tersebut. Keputusan untuk menjual atau membeli pada suatu tingkat harga tertentu, hal utama yang harus dilakukan yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara harga tawaran beli (bid) dan harga tawaran jual (ask).

Ask rate (tingkat yang diminta) adalah tingkat suatu harga yang

diminta untuk dibayarkan pada investor yang memegang financial asset, seringkali disebut sebagai rate (kurs jual) atau offer rate (kurs tawaran). Bid

rate (tingkat yang ditawarkan) adalah suatu tingkat harga yang mana investor

bersedia untuk membayar kepada perusahaan terhadap financial asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, seringkali disebut buying rate (kurs beli) (Djakman, 2000:885). Pada transaksi round trip, dimana saham dibeli dan kemudian dijual dalam suatu periode ketika tidak ada informasi baru yang menyebabkan investasi secara kolektif menarik ulang nilai saham (harga tawaran bid dan harga tawaran ask yang ditentukan dealer tidak berubah). Biasanya saham akan dibeli pada harga tawaran ask yang ditentukan dan dijual pada harga tawaran bid yang lebih rendah. Jadi spread harga tawaran


(34)

bid dan harga tawaran ask merupakan bagian dari biaya transaksi round trip

saham perusahaan kecil cenderung di jual dengan harga rendah, tetapi dengan

spread antara harga tawaran bid dan harga tawaran ask yang sama.

Hubungan secara terbalik antara jumlah aktivitas perdagangan atau nilai pasar dan besarnya spread dapat dijelaskan segera setelah diketahui bahwa spread yang ada adalah kompensasi bagi dealer yang memberikan investor likuiditas. Semakin kecil jumlah perdagangan, semakin jarang seorang dealer akan memperoleh spread (dengan membeli pada harga tawaran bid dan menjual pada harga tawaran ask). Jadi, dealer akan memerlukan spread yang lebih sering di perdagangkan (Sharpe, 1997:72-73).

Menurut Halim (2000:70), bid ask spread merupakan selisih antara harga tertinggi yang trader (pedagang saham) bersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader bersedia untuk menjual saham tersebut. Perhitungan bid-ask spread dapat secara langsung dirumuskan sebagai berikut (Halim, 2000:73):

HBt -HAt BAt 

Dimana: BAt = bid-ask spread pada hari ke-t HAt = harga ask pada hari ke-t HBt = harga bid pada hari ke-t

Untuk menghindari bias dari penggunaan data dapat digunakan eatimasi terhadap perhitungan bid-ask spread (Atkins dan Dyl, 1997:313 dalam Subali dan Zuhroh, 2002:197):

N bid ask bid ask Spread n

t it it

it it

IT /

1 

      


(35)

Dimana: Spreadit = rata-rata prosentase bid-ask spread dari saham I

pada tahun t.

N = jumlah pengamatan selama satu tahun

Askit = harga jual terendah yang menyebabkan investor

setuju untuk menjual saham I pada bulan t Bidit = harga beli tertinggi yang menyebabkan investor

setuju untuk membeli saham I pada bulan t

2.2.6.2. Market Value

Nilai pasar saham (market value) menurut Jones (1996:409) ”the

market value of one share of stock is the current market”. Nilai pasar saham

adalah nilai satu lembar saham pada harga pasar saai ini. pendapat lain dari Jones (1996:411) “the agregat market value for a corporation, calculated by

multiplying the market price per share of the stock by the number of shares outstanding, represents the total of the firm ad determined in the market place”. Nilai pasar suatu perusahaan dihitung dengan mengalikan nilai pasar

per lembar saham dengan jumlah saham yang beredar, hal ini menunjukkan nilai total perusahaan yang ditentukan oleh pasar.

Rata-rata nilai pasar suatu perusahaan dalam periode tertentu dapat dirumuskan pada persamaan berikut ini (Lenny dan Nur, 1999:214):

Market value = rata-rata harga saham bulan t X jumlah saham beredar pada akhir bulan


(36)

Menurut Lenny dan Indriantoro (1999:218) lamanya kepemilikan suatu saham biasa di Bursa Efek Indonesia berhubungan erat dengan ukuran perusahaan (market value). Menurut Jogiyanto (2000:88) market value dapat didefinisikan sebagai nilai yang berlaku di pasar sebagai suatu akibat dari perdagangan jual beli saham dalam periode tertentu. Fokus mekanisme dari perdagangan saham dan obligasi serta struktur dari pasar dapat menentukan jenis pasar dan instrumen yang digunakan. Perdagangan yang terjadi di bursa dapat mengakibatkan fluktuasi harga saham sesuai dengan permintaan.

a. Harga Pasar Saham, yang mempengaruhi nilai pasar saham adalah harga pasar saham. Harga pasar suatu saham merupakan harga yang telah disepakati bersama oleh penjual maupun pembeli pada saat saham diperdagangkan. Harga pasar saham sering juga disebut dengan harga wajar, yakni harga pada saat saham berpindah tangan, antara pembeli dan penjual yang keduanya sama-sama memiliki pengetahuan fakta relevan menyangkut saham tersebut.

Fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis besar di bagi menjadi dua, yaitu faktor makro dan faktor mikro. Perubahan dari faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi harga saham dan pada akhirnya mempengaruhi nilai pasar saham.

b. Jumlah Saham yang Beredar (Outstanding Share), yang mempengaruhi nilai pasar saham adalah jumlah saham yang beredar. Pengertian

Outstanding Share yaitu jumlah saham yang ditawarkan oleh


(37)

dengan kebijaksanaan perusahaan, misalnya kebutuhan dana untuk ekspansi usaha, membayar sebagian hutang atau tujuan lain.

2.2.6.3. Risk of Return Saham

Risk of return saham merupakan tingkat risiko yang terjadi dari suatu kegiatan investasi terutama akibat transaksi saham di pasar bursa (gain or

lose) yang dicerminkan dari deviasi standar yang mengukur penyimpangan

nilai-nilai yang sudah terjadi. Variabel ini dapat dihitung dengan pengukuran sebagai berikut (Yeny, 2003:120):

1 ) (

1

2

 

n X X SD

n

t i it

Dimana: SDit = Standar deviasi dari sampel

Xi = Return saham I

X = Rata-rata return saham N = Jumlah data

Semakin besar risk of return maka semakin pendek saham ditahan atau dimiliki oleh investor (Subali dan Diana, 2002:204). Hal ini berkaitan dengan perilaku preferensi resiko dasar (Ridwan dan Inge dalam Subali, 2001) yaitu:

1. Mengabaikan resiko (risk indifferent) 2. Menghindari resiko (risk averse) 3. Mencari resiko (risk seeking)


(38)

Jika investor memilih investasi yang kurang riskan, maka dia adalah seorang penghindar risiko. Hampir semua investor adalah penghindar risiko, dan sudah tentu rata-rata investor adalah penghindar risiko. Implikasi penghindaran risiko terhadap tingkat pengembalian adalah bila hal-hal lain konstan maka, semakin tinggi risiko sekuritas, akan semakin tinggi pula pengembalian yang disyaratkan.

Total return adalah ”the total return form an invesment for a given

period time, including both yield and capital gain or lose” (Jones, 1996:142). Total return adalah total pendapatan dari kegiatan investasi pada periode waktu tertentu, termasuk di dalamnya tingkat pendapatan dan keuntungan atau kerugian yang terjadi. Return saham dapat dirumuskan sebagai berikut:

1 -t

1 -t i

P P P Saham

Return  

Dimana: Pt = harga saham penutupan periode sekarang

Pt-1 = harga saham penutupan periode lalu

2.2.7. Holding Period Saham

Umumnya orang yang berinvestasi (dengan membeli aset-aset keuangan seperti saham atau obligasi) dengan memikirkan tanggal akhir (jatuh temponya). Jangka waktu dari tanggal pembelian sampai tanggal akhir (jatuh tempo) dapat disebut sebagai rencana jangka panjang investor, investasi jangka panjang atau holding periode.

Lamanya seorang investor untuk menahan aset tertentu dengan harapan mendapatkan return tertantu dari suatu aset disebut sebagai Holding


(39)

Period Return (HPR), sehingga HPR dapat diartikan sebagai total yang didapat dari investasi selama periode tertentu, (Winger, 1995:72). Untuk perhitungan ini terdapat tiga elemen dari cash flow, yaitu jumlah investasi awal (P0), penerimaan distribusi ketika investasi (R), dan jumlah yang

diterima ketika investasi telah dijual (P1), sehingga dapat dirumuskan

dengan

g memiliki hubungan pada investasi awal (P0).

Hubungan ini dapat ditulis: :

HPR = R (P1 – P0)

Jika nilai P1 lebih besar dari P0, maka akan terjadi capital gain. Namun

jika terjadi sebaliknya maka akan terjadi capital loss. HPR lebih sering digunakan sebagai rasio yan

0 P

0

1 P

P R

HPR  

dimiliki semaki

Holding period yaitu rata-rata panjangnya waktu investor dalam menahan atau memegang sahamnya selama periode waktu tertentu (Subali dan Zuhroh, 2002:197). Jika semakin lama seorang investor memiliki sebuah saham semakin lama holding period saham tersebut, namun apabila jangka waktu antara investor membeli dan menjual lagi saham yang

n pendek maka holding period saham tersebut juga pendek.

Pendapat lain mengatakan “holding period” adalah lamanya waktu yang dibutuhkan investor untuk berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia di keluarkan atau dengan kata lain rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan selama bulan atau periode penelitian (Jones, 1996:120). Holding period merupakan variabel yang memberikan


(40)

indikasi tentang rata-rata panjangnya waktu investor untuk menahan saham suatu perusahaan yang dapat dihitung dengan pengukuran sebagai berikut (Yenny dkk, 2003:119):

t tahun saham n perdaganga Volume

holding period adalah rata-rata panjangnya t hun beredar ta saham Jumlah Period Holding 

Dimana: waktu investor

menahan saham perusahaan selama tahun t.

A. Stra

ngkan biaya transaksi dan bia

berikan return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan investor.

tegi Beli dan Simpan

Strategi beli dan simpan ini investor membeli sejumlah saham dan tetap memegangnya untuk beberapa waktu tertentu. Tujuan dilakukannya strategi ini adalah untuk menghindari biaya transaksi dan biaya tambahan lainnya yang terlalu tinggi. Dalam hal ini, investor percaya bahwa return yang akan diperoleh dari penerapan strategi ini tidak akan jauh berbeda dengan return yang diperoleh jika investor secara aktif menjual dan membeli saham. Dalam strategi ini investor sangat mempertimba

ya lainnya dalam melakukan portofolio saham.

Strategi beli dan simpan dilakukan investor dalam komposisi yang terdiri dari banyak saham ataupun hanya beberapa jenis saham. Meskipun demikian, investor tetap harus melakukan pemilihan terhadap saham-saham tertentu yang akan dimasukkan dalam portofolionya. Hal yang terpenting disini adalah bahwa komposisi tersebut akan bisa diterima sepanjang komposisi saham-saham tersebut mampu mem


(41)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari strategi bali dan simpan ini adalah bahwa investor bukan berarti tidak melakukan apa-apa dan hanya sekedar membeli lalu menyimpan saham yang telah dibelinya tersebut, tetapi investor juga harus melakukan tindakan rasional dalam berinvestasi. Investor harus pintar-pintar memilih saham yang akan dimasukkan dalam investasinya. Disamping itu, hasil yang akan diperoleh dari strategi beli dan simpan ini harus di investasikan kembali untuk meningkatkan kemakmuran investor (Tandelilin, 2001:200).

B. Menghitung Return Periode Kepemilikan

Menurut Shape (1997:166) ukuran yang dapat digunakan untuk setiap investasi adalah return periode kepemilikan (holding period return). Idenya adalah menspesifikasi tingkat bunga selama periode kepemilikan dan kemudian mengasumsikan setiap pembayaran yang diterima selama periode tersebut diinvestasikan ulang. Prosedur umum mengasumsikan setiap pembayaran yang diterima dari sekuritas digunakan untuk membeli lebih banyak lagi sekuritas jenis itu pada harga pasar yang berlaku saat itu. Dengan menggunakan prosedur ini, kinerja sekuritas dapat diukur dengan membandingkan nilai yang diperoleh dengan cara ini diakhir periode kepemilikan dengan nilai pada waktu permulaan value relative (relatif nilai) ini dapat dikonversikan ke return periode kepemilikan dengan mengurangkan satu darinya.

1 memiliki periode

diawal Nilai

memiliki periode

diakhir Nilai

 

hp R


(42)

Return periode kepemilikan dapat dikonversikan ke return per periode yang ekuivalen. Dengan menggunakan efek bunga majemuk, prosedur yang tepat adalah menemukan nilai yang memenuhi hubungan:

(1 + rg ) N = 1 + r hp atau rg + (1 + r hp)1/N – 1

Dimana: N = jumlah periode kepemilikan rhp = return periode kepemilikan

rg = return ekuivalen per periode, dicompound setiap periode

untuk mengkonversikan hasil ini ke return periode kepemilikan yang dinyatakan sebagai jumlah per periode dengan bunga majemuk, seseorang dapat menemukan return rata-rata geometris dari return periodik:

1 + rg = [(1 + r1)(1+r2) ... (1+rN)]1/N

Perhitungan yang lebih canggih dapat digunakan dalam kerangka kerja ini. Setiap pembayaran dividen segera setelah diterima dapat digunakan untuk memperoleh bunga dari tabungan sampai akhir periode. Biaya pialang dan lainnya yang bersosialisasi dengan investasi ulang dividen dapat dimasukkan ke perhitungan, meskipun besarnya biaya tersebut tergantung pada besar keseluruhan investasi yang dipertanyakan. Tingkat kerumitan merupakan fungsi dari perolehan nilai.

Periode kepemilikan yang paling tepat sering tidak pasti seperti halnya

return periode kepemilikan tertentu. Baik situasi investor maupun pilihannya tidak dapat diramalkan dengan pasti. Selain itu dari periode kepemilikan yang paling tepat sering tidak pasti seperti halnya return periode kepemilikan tertentu. Baik situasi investor maupun pilihannya tidak dapat diramalkan


(43)

dengan pasti. Selain itu dari sudut pandang strategis, manajer investasi akan lebih suka untuk memegang sekuritas tertentu selama hasilnya melebihi alternatif yang ada. Usaha untuk mengidentifikasi periode seperti itu sebelumnya jarang ada yang sukses, tetapi manajer akan terus berusaha mengetahuinya. Return periode kepemilikan, seperti yield to maturity, adalah alat yang bermanfaat untuk menyederhanakan realitas yang rumit dari analisis investasi. Return periode kepemilikan memungkinkan analis memfokuskan pada pandangan yang paling relevan untuk situasi dan menawarkan ukuran yang baik untuk kinerja periode tersebut.

2.2.8. Hubungan Biaya Transaksi Dengan Holding Period

Hubungan antara biaya transaksi dengan holding period disampaikan oleh Amihud dan Medelson (1996:126) yang menyatakan bahwa asset dengan transaction cost yang tinggi akan ditahan lebih lama oleh investornya dan asset dengan transaction cost yang rendah akan ditahan lebih pendek oleh investornya.

Hasil studi Atkins yang dilakukan pada New York Stock Exchange dan

Nasdaq periode 1975 sampai 1991 menghasilkan kesimpulan yang sama, selain itu hubungan yang lebih kuat antara kedua variabel tersebut terjadi pada Nasdaq yang memiliki spread lebih besar. Dari hasil kedua studi tersebut semakin meyakinkan bahwa transaction cost yang dicerminkan oleh

bid-ask spread memang mempengaruhi keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya.


(44)

Di Indonesia penelitian tentang hubungan antara transaction cost dengan holding period pernah dilakukan Leny dan Indriantoro (1999). Hasil studi tersebut ternyata menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan penemuan Atkins Atkin dan Dyl (1997:309). Leny dan Indriantoro (1999) menyimpulkan bahwa di BEJ, transaction cost tidak berpengaruh secara signifikan terhadap holding period, tetapi hanya variabel market value saja yang merupakan cerminan dari besarnya ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya.

Pengaruh bid ask spread, market value dan risk of return terhadap

holding period disampaikan oleh Atkin dan Dyl (1997:309) yang menyatakan bahwa: “…average holding period are funtion of bid ask spread, market value and risk of return”. Inti dari pernyataan tersebut adalah bahwa holding period merupakan fungsi dari bid ask spread, market value dan risk of return secara simultan. Semakin tinggi ketiga variabel tersebut secara simultan, maka akan semakin lama holding period, sebaliknya semakin rendah ketiga variabel tersebut secara simultan akan semakin pendek holding period. Hal yang sama dinyatakan oleh Amihud dan Medelson (1996:228) dalam teori “basis for the

proposition”. Berdasarkan teori basis for the proposition transaction cost dapat mempengaruhi holding period yang artinya bahwa assets dengan biaya transaksi tinggi akan dipegang oleh investor (holding period) dalam jangka waktu yang lama.Demikian juga dengan nilai pasar assets (market value) dan


(45)

risiko pendapatan (risk of return) berdampak secara simultan terhadap jangka waktu investor dalam memegang sebuah assets (holding period).

Berdasar pada asimetri teori dinyatakan bahwa adanya perbedaan informasi yang dimiliki antara manajemen dan investor. Perbedaan tersebut menghasilkan bid-ask spread yang cukup luas. Dimana bid-ask spread berdasar penelitian Atkins and Dyl (1997) merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi holding period.

2.3. Kerangka Pikir

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini pada dasarnya merupakan pengembangan terhadap penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dapat diikuti pada premis-premis sebagai berikut:

a. Premis 1: Subali dan Diana Zuhroh, 2002.

Perubahan holding period ditentukan oleh variabel yang dimasukkan dalam model, yaitu spread, market value dan risk of return saham

b. Premis 2: Jogiyanto (2000)

Risiko merupakan unsur inti dari investasi, sehingga investor harus memasukkan risiko sebagai pertimbangan investasi. Return saham memiliki hubungan positif dengan risiko saham, semakin tinggi return, maka akan semakin tinggi pula risiko yang dihadapi.

c. Premis 3: Atkins dan Dyl (1997)

Simpulan dari penelitian yang dilakukan di New York Stock Exchange dan Nasdaq adalah secara meyakinkan transaction cost yang


(46)

dicerminkan oleh bid-ask spread berpengaruh terhadap keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan saham.

d. Premis 4: Leny dan Indriantoro (1999)

Di BEJ transaction cost tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya holding period, tetapi hanya variabel market value saja yang merupakan cerminan dari besarnya ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan investor dalam menentukan masa kepemilikan sahamnya.

e. Premis 5: Agus Sartono (1999)

Bid ask spread berpengaruh terhadap likuiditas saham yang akhirnya berpengaruh terhadap holding period suatu saham.

f. Premis 6: Amihud dan Medelson (1996: 126)

Asset dengan transaction cost yang tinggi akan ditahan lebih lama oleh investornya dan asset dengan transaction cost yang rendah akan ditahan lebih pendek oleh investornya.

g. Premis 7: Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat (2000)

Terdapat hubungan negatif antara volume perdagangan saham dan harga (return) saham terhadap jangka waktu memegang saham (hoding

period), dengan demikian semakin tinggi volume perdagangan saham dan harga (return) saham, maka akan semakin singkat holding period.


(47)

Bid Ask Spread (X1)

Market Value (X2)

Risk of Return (X3)

Holding Period (Y)

Regresi Linier Berganda

2.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Transaction cost berupa bid ask spread, market value dan risk of return berpengaruh terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garment di Bursa Efek Indonesia”.


(48)

3.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas arti variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional masing-masing variabel akan diuraikan sebagai berikut:

a. Holding Period (Y)

Holding period merupakan rata-rata panjangnya waktu investor dalam memegang saham. Rata-rata holding period bulanan dari masing-masing investor untuk setiap bulan dihitung dengan membagi jumlah saham beredar sampai akhir bulan dengan total volume transaksi bulanan. Skala pengukuran dengan menggunakan skala rasio dan dirumuskan berdasarkan Yenny dkk, (2003:119):

Bulanan Transaksi

Volume

i Bulan Beredar

Saham Jumlah Period

Holding 

b. Bid Ask Spread (X1)

Bid Ask Spread merupakan selisih antara harga permintaan dan harga penawaran terhadap suatu saham. Konsep perhitungan spread adalah dengan membuat rata bid ask spread mingguan selama satu semester untuk tiap jenis saham yang diteliti selama periode observasi. Skala pengukuran dengan menggunakan skala rasio dan dirumuskan


(49)

berdasarkan Atkins dan Dyl, 1997:313 dalam Subali dan Zuhroh, (2002:197):              

 N 1

m im im im im , T min i, s N 2 )/ bid (ask bid ask Spread Keterangan:

Speadi,smin,T = rata-rata persentase bid-ask spread dari saham i

pada semester n tahun t.

N = jumlah pengamatan selama satu semester

Askim = harga jual terendah yang menyebabkan investor

setuju untuk menjual saham I pada bulan m Bidim = harga beli tertinggi yang menyebabkan investor

setuju untuk membeli saham I pada bulan m.

c. Market Value (X2)

Merupakan nilai pasar dari ekuitas (modal sendiri). Market value yang diambil sebagai data adalah harga penutupan akhir bulan dikalikan dengan jumlah saham beredar setiap bulan, untuk dirata-rata selama satu semester. Skala pengukuran dengan menggunakan skala rasio dan dirumuskan berdasarkan Lenny dan Nur (1999:214):

Market value = rata-rata harga saham bulan t X jumlah saham beredar pada akhir bulan

Keterangan:


(50)

d. Risk of Return (X3)

Merupakan tingkat risiko yang terjadi dari suatu kegiatan investasi, terutama akibat transaksi saham di pasar bursa yang tercermin dari standar deviasi yang mengukur penyimpangan-penyimpangan nilai yang sudah terjadi dengan rata-ratanya, skala pengukuran dengan menggunakan skala rasio dan dirumuskan berdasarkan Yeny, (2003:120): 1) -i(t 1) -(t i it it P P -P R  Keterangan:

Rit = tingkat pendapatan saham i pada bulan t.

Pi (t-1) = harga penutupan saham i pada bulan t-1.

Pit = harga penutupan saham i pada bulan t.

Deviasi standar dirumuskan:

1 n )) X X ( SD n i i 2 i smtn , i  

    Keterangan:

Sdi,smtn = tingkat risiko dari return realisasi saham I, selama

semester n.

3.2. Teknik Penentuan Sampel a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan seluruh perusahaan tekstil dan garmen yang listing, tahun 2004 – 2008 sebanyak 22 perusahaan.


(51)

b. Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan adalah:

1. Perusahaan yang tergolong dalam industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan tekstil dan garmen yang tidak menghentikan operasinya dan tidak melakukan penggabungan usaha dan tidak berubah status sektor industrinya.

3. Perusahaan tekstil dan garmen tidak disuspend selama tahun 2004 hingga tahun 2008.

4. Perusahaan tekstil dan garmen menerbitkan laporan keuangan lengkap dari tahun 2004 hingga tahun 2008 yang berakhir 31 Desember dan data perusahaan yang dibutuhkan tersedia di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan kriteria tersebut dengan data laporan keuangan maka jumlah perusahaan sampel sebanyak 5 tahun X 22 perusahaan, jadi sampel pada penelitian ini sebanyak 110 laporan keuangan.

Pada Tabel 1. nampak nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:


(52)

Tabel 1. Nama Perusahaan

No Nama Perusahaan No Nama Perusahaan

1 Apac Citra Centertex Tbk 12 Pan Brothers Tex Tbk

2 Argo Pantes Tbk 13 Panasia Filament Inti Tbk

3 Centex Tbk 14 Panasia Indosyntec Tbk

4 Delta Dunia Petroindo Tbk 15 Primarindo Asia Infrastructure Tbk

5 Eratex Djaja Tbk 16 Ricky Putra Globalindo Tbk

6 Ever Shine Textile Industry Tbk 17 Roda Vivatex Tbk

7 Fortune Mate Indonesia Tbk 18 Sunson Textile Manufacture Tbk

8 Hanson International Tbk 19 Sepatu Bata Tbk

9 Indo Acidatama Tbk 20 Texmaco Jaya Tbk

10 Indorama Synthetics Tbk 21 Tifico Tbk

11 Karwell Indonesia Tbk 22 Surya Intrindo Makmur Tbk

Sumber: www.idx.co.id

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dibutuhkan adalah laporan keuangan perusahaan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008.

3.3.2. Sumber Data

Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Surabaya (PRPM BES) serta Jakarta Stock Exchange (JSX).

3.3.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan, peneliti melakukan prosedur sebagai berikut:

a. Observasi


(53)

akan diteliti dan teori-teori yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

b.Riset Kepusatakaan

Riset kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian ini serta hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

c.Dokumentasi

Pengumpulan data dengan menggunakan dan mempelajari catatan-catatan atau dokumen perusahaan.

3.4. Pengujian Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan tidak boleh bias. Untuk menghasilkan pengambilan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya 4 asumsi dasar dalam regresi linear berganda yaitu:

1) Tidak ada autokorelasi 2) Tidak ada multikolinearity

3) Tidak boleh ada heterokedastisity. 4) Data berdistribusi normal

Apabila salah satu dari keempat asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing asumsi dasar dari BLUE yaitu sebagai berikut:


(54)

1) Autokorelasi, didefinisikan sebagai `korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (cross-sectional), Gujarati (1997:201). Jadi dalam model regresi linear berganda diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual pada waktu ke-t (et) tidak boleh ada

hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). Identifikasi

ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson dengan persamaan (Algifari, 1997:79):

2 ) t (e 2 ) 1 -t e -t (e d n 1 t n 2 t      Keterangan,

d = nilai durbin watson et = residual pada waktu ke t

et-1 = residual pada perioode t-1 (satu periode sebelumnya)

n = banyaknya data

2) Multikolinearity, artinya antara independent yang satu dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Diagnosis atau dugaan secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

(1) Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi (2) Koefisien korelasi sederhana tinggi


(55)

(3) Nilai F hit tinggi (signifikan), sebagian besar atau bahkan seluruh koefisien regresi tidak signifikan (Algifari, 1997:79).

Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinearity tersebut maka perlu pembuktian atau identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearity yang dilakukan dengan cara menghitung variance inflation factor (VIF), dengan rumus sebagai berikut (Algifari, 1997:79):

R

2 j -1

1

VIF 

VIF menyatakan tingkat `pembengkakan` variance, apabila VIF lebih besar dari 10 hal ini berarti terdapat multiklinearitas pada persamaan linear. Pembuktian dengan menghitung VIF ini tidak dapat diketahui dengan variabel bebas yang mana korelasi tersebut terjadi. Sehingga dalam menganalisis ada tidaknya multikolinearitas, peneliti juga akan membahas dengan korelasi matrik yaitu meng-korelasikan satu persatu antar variabel bebas.

3) Heterokedastisity, Varians semua variabel adalah konstan (sama). Artinya, masing-masing varians gangguan untuk masing-masing pengamatan adalah konstan, yang berarti pula tidak terjadi hubungan antara variabel pengganggu dengan variabel bebasnya. Gejala yang terjadi sebaliknya yaitu heteroskedastisitas yang dapat diketahui dengan menggunakan Rank Spearman Gujarati (1997:148).


(56)

4) Normality

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak, untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov (Gujarati, 1997:150). Menurut Gujarati (1997:150), pedoman dalam pengambilan keputusan apakah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

1. Jika nilai signifikan (Nilai Probabilitasnya) < 0.05, maka didistribusinya tidak normal.

2. Jika nilai signifikan (Nilai Probabilitasnya) > 0.05, maka didistribusinya adalah normal.

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa data untuk menguji hipotesa adalah :

a. Melakukan perhitungan terhadap variabel bebas:

b. Melakukan penghitungan koefisien regresi dengan analisis regresi linier berganda.

Y = β0 + β1X1 +β2X2 +β3X3 + 

Keterangan: Y = Holding Period

X1 = Bid Ask Spread

X2 = Market Value


(57)

 = regrresion coefficient

 = intercept

 = error term

c. Pengujian Hipotesis uji F dan uji t Tahap 1 : Melakukan uji F

Tujuan melakukan uji F adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh transaction cost yang terdiri dari: bid ask spread, market value dan risk of return secara simultan terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Langkah-langkahnya adalah:

1. Menentukan level of significant () sebesar 5% dan untuk menentukan F tabel dengan cara mengetahui derajat kebebasan V1

dan V2 yang mana V1 = k dan V2 = n - (k-1).

2. Menentukan daerah penerimaan H0 dan HA

a). Jika F hitung  F tabel, maka H0 diterima.

b). Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak.

Tahap 2 : Melakukan uji t

Tujuan melakukan uji t adalah untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh transaction cost yang terdiri dari: bid ask spread, market value dan risk of return secara parsial terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Adapun Langkah-langkahnya sebagai berikut:


(58)

1. Menentukan level of significant () sebesar 5% dan untuk menentukan t tabel dengan degree of freedom (df) sebesar n - (k+1). 2. Menentukan daerah penerimaan H0 dan HA

a). Jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel, maka H0 ditolak.

b). Jika t tabel  t hitung  t tabel, maka H0 diterima.

d. Pengujian Hipotesis Koefisien Determinasi (R2)

Menghitung koefisien determinasi majemuk (R2), yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ketepatan yang paling baik dari model regresi yang digunakan. Jika R2 yang diperoleh dari hasil perhitungan mendekati 1 (satu), maka dikatakan semakin kuat model tersebut dipakai sebagai alat peramalan karena sebagian besar variabilitas holding period saham dapat dijelaskan oleh bid ask spread, market value dan risk of return.

Jika R2 mendekati 0 (nol), maka semakin lemah model tersebut dipakai sebagai alat peramalan karena sebagian besar variabilitas bid ask spread, market value dan risk of return tidak mampu mempengaruhi holding period saham kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia. Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya R2 adalah : 0  R2 1.


(59)

4.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Indonesia mempunyai 2 bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Perdagangan saham lebih banyak dilakukan di Bursa Efek Jakarta sedangkan Bursa Efek Surabaya saat ini lebih banyak memfokuskan pada derivatif trading dan perdagangan obligasi (fixed income).

Perkembangan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dimulai pada saat tanggal 10 Agustus 1977 berdasarkan Keppres No. 52/1976 dimana pemerintah mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal dengan membentuk Badan Pelaksanaan Pasar Modal (Bapepam). Pada tahun itu juga PT Semen Cibinong tercatat sebagai perusahaan pertama yang mencatatkan sahamnya untuk diperdagangkan. Perkembangan pasar modal sampai dengan tahun 1983 berjalan sangat lambat, bahkan mengalami stagnasi sampai dengan tahun 1987. Hal ini disebabkan antara lain karena prosedur emisi efek terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.

Untuk lebih mendorong perkembangan pasar modal, pada akhir tahun 1987 hingga 1990 pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa paket deregulasi. Diantaranya adalah Paket Kebijakan Desember (Pakdes) 1987 yang berisi penyederhanaan persyaratan emisi efek, penyederhanaan prosedur


(60)

perdagangan, penghapusan batasan fluktuasi harga saham dan pemberian kesempatan kepada para investor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia. Pada tahun 1988, pemerintah juga mengeluarkan paket deregulasi 1988 yang memuat aturan tentang pengenaan pajak atas bunga tabungan dan deposito.

Perubahan fundamental pasar modal dilakukan pemerintah pada tahun 1990, yaitu berdasarkan Keputusan Presiden No. 53/1990 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK/1990 tentang pasar modal. Status Bapepam yang sebelumnya bertindak sebagai pengelola bursa berubah menjadi badan yang mengawasi serta membina kegiatan pasar modal, sedangkan pengelola Bursa Efek Jakarta diserahkankepada swasta yang dilaksanakan pada tanggal 16 April 1992 dengan peresmian nama PT. Bursa Efek Jakrta.

Pada tanggal 3 Oktober 1995 diresmikan penggunaan Sistem Otomatisasi Perdagangan di BEJ atau JSX Automated Trading System

(JATS). Sistem JATS menghubungkan perdagangan, pengawasan, kliring dan penyelesaian serta sistem depositori dan sistem akuntansi anggota bursa. Dengan diterapkannya JATS atau sistem otomatisasi perdagangan diharapkan dapat menghilangkan keterbatasan sistem manual, antara lain terjadinya kesalahan tulis, penyampaian informasi yang terlambat dan biaya transaksi per unit yang tinggi.

Pada tanggal 1 Desember 2005, pemerintah menggabungkan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(61)

Demi efektifitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif.

4.2. Deskripsi Variabel Penelitian

4.2.1. Deskripsi Variabel Bid Ask Spread (X1)

Bid ask spread merupakan selisih antara harga permintaan dan harga penawaran terhadap suatu saham. Hasil perhitungan Bid ask spread

perusahaan tekstil dan garmen tahun 2004-2008 selengkapnya nampak pada tabel 2:

Tabel 2: Deskripsi Variabel Bid Ask Spread Tahun 2004-2008 Bid Ask Spread (kali)

No Nama Perusahaan

2004 2005 2006 2007 2008

1 Apac Citra Centertex Tbk 0,0306 -0,0461 0,0053 0,0537 -0,0354

2 Argo Pantes Tbk 0,0016 -0,0016 0,0000 0,0000 0,0000

3 Centex Tbk 0,0036 -0,0155 -0,0217 0,0256 0,0087

4 Delta Dunia Petroindo Tbk 0,0037 0,0418 -0,0190 0,1766 -0,0241

5 Eratex Djaja Tbk -0,0357 -0,0218 0,0283 0,0254 0,0227

6 Ever Shine Textile Ind Tbk -0,0330 0,0000 -0,0238 0,0234 0,0000

7 Fortune Mate Indonesia Tbk 0,0000 0,0246 -0,0152 0,0152 0,0290

8 Hanson International Tbk 0,0000 0,0404 0,0278 0,0535 0,0198

9 Indo Acidatama Tbk -0,0422 0,1015 0,0177 0,0806 -0,0180

10 Indorama Synthetics Tbk 0,0106 -0,0236 0,0018 0,0348 -0,0035

11 Karwell Indonesia Tbk 0,0021 -0,0586 -0,0515 0,1067 -0,0087

12 Pan Brothers Tex Tbk 0,0098 -0,0064 0,0011 -0,0049 0,0101

13 Panasia Filament Inti Tbk 0,0180 -0,0296 -0,0452 0,1452 0,0000

14 Panasia Indosyntec Tbk 0,0423 -0,0183 0,0000 0,0000 0,0000

15 Primarindo Asia Infras Tbk 0,0000 -0,0018 0,0000 -0,0203 0,0000

16 Ricky Putra Globalindo Tbk 0,0848 -0,0262 0,0509 0,0123 0,0072

17 Roda Vivatex Tbk -0,0073 0,0005 0,0121 0,0258 0,0031

18 Sunson Textile Manuf Tbk 0,0057 0,0665 -0,0449 0,0575 -0,0239

19 Sepatu Bata Tbk 0,0000 0,0029 0,0003 0,0412 -0,0105

20 Texmaco Jaya Tbk 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000

21 Tifico Tbk 0,0051 0,0353 -0,0218 0,0042 0,0156

22 Surya Intrindo Makmur Tbk 0,0019 -0,0291 0,0000 0,0101 -0,0128


(62)

Dari tabel 2 nampak bahwa selama periode penelitian yaitu tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 bid ask spread perusahaan tekstil dan

garmen yang go public terbesar adalah perusahaan Delta Dunia Petroindo Tbk yaitu sebesar 0,176 pada tahun 2007 dapat diartikan bahwa perusahaan memperoleh keuntungan dimana selisih harga permintaan lebih tinggi dari harga penawaran saham. Perusahaan tekstil dan garmenyang go public yang

memiliki bid ask spread terendah adalah Karwell Indonesia Tbk sebesar -0,0586 pada tahun 2005, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian dimana selisih harga permintaan lebih kecil dari harga penawaran saham.

4.2.2. Deskripsi Variabel Market Value (X2)

Market value merupakan nilai pasar dari ekuitas (modal sendiri). Hasil perhitungan market value perusahaan tekstil dan garmen tahun 2004-2008 selengkapnya nampak pada tabel 3.

Perusahaan tekstil dan garmenyang go public yang memiliki market value terbesar selama tahun 2004-2008 adalah perusahaan Panasia Indosyntec Tbk pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 1.585.203.724,- artinya nilai pasar dari ekuitas (modal sendiri) adalah yang terbesar diantara perusahaan tekstil dan garmen. Perusahaan tekstil dan garmenyang go public

dengan market value terendah adalah Sunson Textile M Tbk pada tahun 2004, sebesar Rp 130.451,-.


(63)

Tabel 3 : Deskripsi Variabel Market Value Tahun 2004-2008

Market Value (rupiah)

No Nama Perusahaan

2004 2005 2006 2007 2008

1 Apac Citra C Tbk 13.342.592 16.703.703 8.962.962 15.583.332 15.440.740 2 Argo Pantes Tbk 28.722.331 28.676.375 28.676.375 35.117.019 36.352.057 3 Centex Tbk 1.295.486 1.268.750 1.344.097 1.124.131 1.259.028 4 Delta Dunia P Tbk 21.772.766 109.473.644 30.244.976 225.851.030 499.984.163 5 Eratex Djaja Tbk 1.204.073 1.036.936 920.963 1.283.208 2.046.583 6 Ever Shine Textile I Tbk 16.513.516 12.804.972 11.895.329 12.930.923 14.708.225 7 Fortune Mate I Tbk 8.666.667 9.222.222 6.833.333 7.888.889 11.222.222 8 Hanson International Tbk 6.699.065 10.320.181 11.225.460 26.615.204 34.473.026 9 Indo Acidatama Tbk 6.111.111 26.337.500 66.261.806 183.735.417 170.148.611 10 Indorama Synthetics Tbk 27.855.389 29.559.426 24.878.997 34.898.758 36.489.196 11 Karwell Indonesia Tbk 20.183.374 18.144.649 8.583.031 12.224.193 14.841.916 12 Pan Brothers Tex Tbk 11.813.333 13.811.733 14.136.533 16.348.267 12.394.987 13 Panasia Filament Inti Tbk 1.840.278 6.170.051 8.950.372 20.820.803 33.563.896 14 Panasia Indosyntec Tbk 18.823.194 26.571.413 35.292.367 1.585.203.724 51.085.700 15 Primarindo Asia ITbk 8.420.833 8.316.319 8.241.667 6.599.306 6.450.000 16 Ricky Putra G Tbk 17.246.158 22.928.032 20.298.773 31.484.265 31.974.466 17 Roda Vivatex Tbk 18.900.000 18.834.667 21.112.000 22.736.000 30.454.667 18 Sunson Textile M Tbk 130.451 305.139 243.750 19.639.373 21.091.989 19 Sepatu Bata Tbk 1.047.917.413 1.041.235.378 855.155.227 18.046.528 22.208.333 20 Texmaco Jaya Tbk 245.833.333 245.833.333 245.833.333 88.500.000 88.500.000 21 Tifico Tbk 6.837.500 10.912.500 9.825.000 24.154.167 34.973.406 22 Surya Intrindo M Tbk 15.887.500 14.725.000 11.851.042 14.340.278 12.194.444

Sumber: lampiran 4

4.2.3. Deskripsi Variabel Risk of Return (X3)

Risk of return merupakan tingkat risiko yang terjadi dari suatu kegiatan investasi, terutama akibat transaksi saham di pasar bursa. Hasil perhitungan risk of return perusahaan tekstil dan garmen tahun 2004-2008 selengkapnya nampak pada tabel 4.

Risk of return sebesar 0,000 artinya risiko yang terjadi dalam kegiatan investasi dalam transaksi saham di pasar bursa kecil dimana tidak ada perubahan pendapatan saham, perusahaan tekstil dan garmen yang go publik dengan risk of return terendah tahun 2004-2008 adalah Argo Pantes Tbk, Fortune Mate Indonesia Tbk, Hanson International Tbk, Panasia Filament Inti Tbk, Panasia Indosyntec Tbk, Primarindo Asia Infras Tbk, dan


(1)

68

market value dan bid ask spread berpengaruh terhadap holding period. Hal ini berbeda dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh:

1. Subali dan Zuhroh (2002)

Objek penelitian pada perusahaan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah sampel sebanyak 20 perusahaan. Variabel yang digunakan adalah bid ask spread, market value dan risk of return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya market value yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan investor untuk menentukan masa kepemilikan saham. Besarnya koefisien determinasi majemuk sebesar 0,4223 yang berarti 42,23% perubahan holding period ditentukan oleh variabel yang dimasukkan dalam model, yaitu bid ask spread, market value dan risk of return saham, sisanya sebesar 57,77% dipengaruhi faktor lain di luar model.

2. Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat (2000)

Objek penelitian pada perusahaan Industri Rokok di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah sample sebanyak 3 perusahaan. Penelitian ini membuat model terdapat hubungan negatif antara volume perdagangan saham dan harga (return) saham terhadap jangka waktu memegang saham (holding period).

Tabel : 9 Matrik Perbedaan Penelitian

No Nama Peneliti Responden Variabel Hasil Penelitian

1

Subali dan Zuhroh (2002)

20 perusahaan makanan minuman yang terdaftar di BEJ

a. Bid ask spread b. Market value c. Risk of return

- Signifikan - Signifikan - Tidak signifikan 2 Abdul Halim dan

Nasuhi Hidayat (2000)

3 perusahaan rokok yang berada di BEJ

a. Harga saham, b. Volume perdagangan

saham.

- Signifikan - Signifikan


(2)

69

Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui holding period. Selain itu bermanfaat juga bagi akademi, peneliti menyarankan untuk penelitian yang akan datang agar meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi tingkat holding period, seperti fundamental perusahaan dan kondisi teknikal sebagai bukti empiris yang dapat digeneralisir.

4.4.5. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Batasan-batasan tersebut yaitu:

a. Sampel yang digunakan relatif sedikit karena hanya berdasarkan pada kelompok industri tekstil dan garmen. Peneliti selanjutnya dapat memperluas jumlah sampel pada kelompok industri lain yang listing di BEI.

b. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat adanya pengaruh variabel-variabel lain yang selain variabel-variabel yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang mungkin berpengaruh.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian statistik, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil pengujian transaction cost berupa bid ask spread, market value dan risk of return secara simultan berpengaruh terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia setelah dilakukan pengujian teruji kebenarannya.

b. Variabel bid ask spread secara signifikan tidak memiliki pengaruh

terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia.

c. Berdasarkan hasil pengujian variabel market value dan risk of return memiliki pengaruh yang signifikan terhadap holding period pada kelompok industri tekstil dan garmen di Bursa Efek Indonesia.

5.2. Saran

Sebagai bagian akhir dari penelitian ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah:

a. Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial holding period

dipengaruhi oleh market value berpengaruh positif dan risk of return berpengaruh negatif. Untuk itu bagi investor perlu mempertimbangkan


(4)

keberadaan market value dan risk of return dalam memutuskan tetap memegang saham atau melepas saham. Langkah selanjutnya adalah investor dapat terus memantau kapan saat yang tepat untuk menjual (melepas) saham sehingga investor akan memperoleh pendapatan saham secara optimal.

b. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya mempertimbangkan periode

penelitian yang lebih lama, misalnya dengan periode lima tahun dengan jumlah sampel yang lebih banyak, sehingga akan diperoleh gambaran yang akan mendukung hasil penelitian ini.


(5)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Algifari, 1997, Analisis Refresi, Teori, Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Buletin BES 1999

Darmadji, Tjiptono dan M. Fakhruddin, Hendy, 2001, Pasar Modal Di Indonesia

(Pendekatan Tanya Jawab), Salemba Empat, Jakarta.

Fabozzi, Frank J., 1999, Manajemen Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Francis, Clark J., 1996. Investment Analysis and Management, Fifth Edition.

USA: McGraw-Hill, Inc.

Gujarati, Damodar, 1997, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Halim, Abdul. 2000. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Jones, Charles P, 1996, Investment Analysis And Management, Fifth Edision, John Willey And Sons Inc, New York.

Keown, Arthur J. Scott, David F. Marlin, John D and Petty, Jay W, 2000.

Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kesatu, Terjemahan Chaerul D.

Djakman dan Dwi Sulistyorini, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Levy, Haim and Marshall Sarnat, 1992. Capital Investment and Financial Decision, Prentice Hall International, UK, Ltd., 5rd Edition.

Myers, Stewart C., 1996, Principles of Corporate Finance. 5th Edition, New York: Mc Graw Hill, Inc.

Shape, William F., Gordon J Alexander dan Jeffery V Bailey, 1997, Investasi, Jilid 1, Edisi Indonesia, Terjemahan Henry Njoo Liangtik Dan Agustiono, Penerbit PT Prenhalindo, Jakarta

Tandelilin, Eduardus, 2001. Determinants of Systematic Risk: The Experience of

Some Indonesian Common Stock, Kelola, Volume IV, No.17, Indonesia.

Usman, Marzuki, et. al., 1990. ABC Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.


(6)

Winger, Bernard J, and Ralph B. Erasca, 1995, Investment Introduction to

Analysis And Planning, Third Edition, Prentice Hall Inc. New York.

www.inaplas.org www.idx.co.id

Jurnal:

Atkins, Allen B Dan Edwar A, Dyl, 1997, Transaction Cost And Holding Period

For Common Stocks, The Journal Of Finannce Vol. III No. 1 hal 69-85.

Halim, Abdul dan Nasuhi, Hidayat, 2000, Studi Empiris Tentang Pengaruh

Volume Perdagangan Return Terhadap Bid-Ask Period Saham Industri Rokok Di Bursa Efek Jakarta Dengan Metode Koreksi Kesalahan,

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 1 hal 69-85.

Lenny dan Nur, Indriantoro, 1999, Analisis Pengaruh Transaction Cost

Terhadap Lamanya Holding Period Saham Biasa, Jurnal Bisnis Dan

Akuntansi Vol. 1, No. 3, hal 209-220.

Subali dan Diana, Zuhroh, 2002, Analisis Pengaruh Transaction Cost Terhadap

Holding Period Saham Biasa, Jurnal Riset Akuntansi. Vol. 5 No. 2 hal

193-213.